BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sering disebut dengan humas merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. satu, maka yang menjadi tujuan pemasaran adalah brand loyality. Tanpa sebuah brand

B A B I PENDAHULUAN. Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan masa-masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations (PR) berperan dalam menentukan seorang sosok brand ambassador

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sejarah. Salah satunya adalah Makam Bung Karno. Makam Bung Karno

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi seluruh negeri. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbasis telekomunikasi dan multimedia. Didalamnya terdapat portal,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan arah kebijakan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak wilayah potensi parawisata (Bridatul J, 2014).

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

MATERI 2 KONSEP PRODUK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siaran yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam memberi

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Paska perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB I PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti kegiatan produksi, keuangan, personalia dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian tentang pengelolaan siaran keroncong di Radio Republik

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Solo sebagai salah satu kota administratif di Jawa Tengah memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Industri jasa pengiriman barang di Indonesia, saat ini dihadapkan pada

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. sosial, maupun politik adalah usaha untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang, baik itu perusahaan jasa maupun manufaktur, tidak

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan timbulnya persaingan yang ketat di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memahami konsumen di seluruh dunia tentang pendapat mereka

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus

CITY BRANDING AROUND THE WORLD

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai mengenai produk-produk barang dan jasa yang. modern pasti akan lumpuh. (Jefkins, 1997: 2)

BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP PELAKSANAAN FESTIVAL KEBUDAYAAN JEMBER FASHION CARNAVAL DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan dan investasi. Dalam perencanaan nation branding terkait

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DAERAH

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masuknya budaya asing di Indonesia membuat masyarakat melupakan

PUSAT SENI RUPA KONTEMPORER NYOMAN GUNARSA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PANDUAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN (ORMAWA) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

Membangun Wilayah yang Produktif

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta. Pemahaman mereka tercermin dalam konstruksi pemberitaan yang dibuat. Konstruksi pemberitaan ini merupakan evaluasi terhadap lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta. Dalam pemahaman para wartawan, Kota Yogyakarta didefinisikan sebagai kota yang kaya akan acara budaya, seni dan pariwisata bahkan peristiwa sosial, politik dan bisnis, sehingga menurut mereka Kota Yogyakarta sebagai kota sumber berita memiliki citra yang kaya di media. Hal ini berimplikasi pada penggambaran posisi Kota Yogyakarta dalam kompetisi nasional dan internasional. Kota Yogyakarta dengan kekuatan karakteristik nilai-nilai sosial budaya yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakatnya telah membentuk identitas dan citranya yang selaras. Hal itu menjadi aset yang berharga, unik dan menjadi sumberdaya yang tidak dapat ditiru dalam membentuk pemahaman reputasi di kalangan pemangku kepentingan. Reputasi berakar dari perilaku dan sejarah, begitu pula bagi Kota Yogyakarta, dimana kekuatan reputasinya berawal dari sejarah panjang sebagai sebuah kota kerajaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reputasi Kota Yogyakarta yang disajikan dari pemahaman para wartawan menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisi dan budaya adiluhung yang tertanam dalam kehidupan sosial masyarakat Kota Yogyakarta sejak ratusan tahun telah membentuk reputasi sebagai kota yang berkarakter kuat. Wartawan juga memandang bahwa Kota Yogyakarta merupakan aset bagi bangsa Indonesia yang mempunyai nilai sejarah dan budaya sangat tinggi. Reputasi sebuah kota memiliki dampak langsung dan terukur terhadap aspek keterlibatannya dengan negara-negara lain, dan juga memainkan peranan penting dalam kemajuan 176

ekonomi politik sosial dan budaya. Kehidupan tradisi sosial maupun budaya masyarakat Yogyakarta yang menyimpan nilai-nilai filosofis seyogyanya terus dipelihara dan dijaga sehingga akan mampu menjadi pilar reputasi bagi bangsa Indonesia. Semua pemerintah di era globalisasi saat ini memiliki tanggungjawab yang besar bahwa reputasi bangsa merupakan aset yang sangat berharga bagi rakyatnya. Tugas pemerintah saat ini adalah menyerahkan reputasi yang baik kepada penerusnya. Begitu pula harus mampu menjaga reputasi yang baik setidaknya sebaik ketika menerima dari pendahulunya, dan memperbaikinya untuk generasi yang akan datang. Tugas memperkaya reputasi kota harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tujuan yang jelas. Kebijakan pemerintah baik yang secara langsung mempengaruhi, ataupun kebijakan lokal yang menarik perhatian media massa nasional/internasional juga akan berpengaruh besar terhadap persepsi masyarakat akan reputasi sebuah kota. Begitupula terhadap penataan tata ruang dan planologi kota seyogyanya disesuaikan dengan esensi filosofi yang mendasari pembentukan Kota Yogyakarta pada awal berdirinya kota ini. Sehingga citra Kota Yogyakarta sebagai kota berbasis tradisi dan budaya yang kuat akan tetap terjaga. Wartawan melihat Kota Yogyakarta memiliki banyak predikat yang melekat sebagai kota budaya, kota pendidikan, kota perjuangan dan lainnya, dimana hal itu menjadi identitas kompetitif yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan dapat dijadikan peluang untuk dimanfaatkan dalam proses pembangunan ke depan. Sehingga akan tercapai masyarakat yang maju dengan tata nilai budaya yang berakar pada nilai-nilai sendiri. Kepercayaan merupakan daya tarik yang efektif untuk keberhasilan reputasi sebuah kota. Begitu pula bagi Kota Yogyakarta, eksistensinya berada diantara banyak kelompok kepentingan dan publik strategis. Untuk itu diperlukan peran komunikasi yang kuat untuk membentengi Kota Yogyakarta dan memastikan bahwa identitas, citra dan reputasi mendapatkan tempat terbaik di mata pemangku kepentingan. Peran 177

komunikasi dalam manajemen reputasi berfokus pada pesan dan program bersama pemangku kepentingan eksternal untuk membangun kepercayaan dan reputasi. Bagi sebuah kota yang merupakan organisasi non profit, tujuan akhir yang akan dicapai adalah kepercayaan publik. Oleh karena itu, sebaiknya komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan merubah cara dari yang reaktif dan responsive menjadi lebih strategis dan proaktif. Setiap kota di dunia bergantung pada nama baik untuk mencapai tujuan-tujuan globalnya. Nama baik terbukti telah mampu mempengaruhi keputusan konsumen pada suatu wilayah. Hal itu akan mempengaruhi keputusan-keputusan lain yang lebih besar. Produsen akan memutuskan dimana akan membangun pabrik. Pemerintah akan memutuskan alokasi anggarannya. Wisatawan akan memutuskan dimana mereka berlibur. Badan olahraga internasional akan memutuskan lokasi penyelenggaraan acara (Anholt, 2007). Tentusaja hal ini akan mendorong tumbuhnya perekonomian suatu wilayah. Sehingga dapat ditarik argumen bahwa reputasi wilayah yang positif akan mampu mendorong tumbuhnya perekonomian dan kesejahteraan wilayah. Prestasi pribadi orang juga akan berpengaruh terhadap reputasi nasional sebuah kota. Bagaimana perilaku orang-orang dari kota tersebut, baik pada mereka yang memiliki profil terkenal: pejabat, bintang olahraga, seniman, ilmuwan, dll. Maupun bagaimana perilaku masyarakat secara sosial dan budaya termasuk bagaimana mereka memperlakukan orang-orang yang datang akan membentuk pemahaman terhadap reputasi sebuah kota. Tindakan dan upaya dari warga masyarakat tersebut berkontribusi besar terhadap kuatnya bangunan bangunan reputasi kotanya. Sebuah kota punya pilihan untuk bagaimana memilih cara dalam menjual kotanya (place branding). Citra dan reputasi sebuah kota memang dapat ditingkatkan melalui program-program kampanye periklanan di media massa, tetapi hal itu tentunya harus diikuti dengan peningkatan kualitas produk -nya. Sebuah kota yang baik haruslah terobsesi pada pengembangan produk yang lebih baik. Kota juga harus mampu menemukan cara yang lebih efektif agar menarik perhatian orang untuk 178

membeli produknya, sehingga orang akan memiliki keinginan membeli karena produk itu lebih baik. Cara meningkatkan reputasi kota memang salah satunya dapat dilakukan melalui promosi media. Namun media hanyalah pembawa cerita bukan sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan reputasi yang baik. Hanya nilai-nilai dasar sebuah kota yang akan menjadi akar reputasi yang baik. Program kampanye di media massa tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas hanya akan menjadi pedang bermata dua. Ketika sebuah kota memiliki stereotip yang jelas, sederhana dan baik, media masa akan lebih nyaman untuk melakukan kegiatannya di kota tersebut. Hal ini berarti pula pemberitaan terhadap kota akan lebih teratur. Sebuah kota yang memiliki citra kurang kuat dimungkinkan akan menemukan cakupan media yang juga kurang kuat. Karena cerita-cerita yang kuat juga membutuhkan dukungan karakter yang juga kuat. Kota yang dipahami lemah akan ditinggalkan oleh media massa. Media sebagai pembawa cerita disokong oleh peran wartawan dalam mengkonstruksi realita melalui cakupan pemberitaannya. Media mampu mencerminkan realitas lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta. Media juga merupakan agen aktif pembentuk informasi melalui editorial maupun fitur-fitur artikelnya. Sirkulasi informasi melalui media masa cenderung cepat dan luas sehingga konstruksi reputasi sosial dan budaya Kota Yogyakarta berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa. Sehingga pemberitaan yang dikonstruksi wartawan dan ditampilkan media menjadi wacana publik yang berpengaruh terhadap reputasi Kota Yogyakarta. Kemampuan sebuah kota untuk berinteraksi secara efektif dan menguntungkan dengan kota atau wilayah lain sangat bergantung pada citra dan reputasinya. Jika sebuah kota memiliki citra yang baik, semuanya akan mudah. Jika memiliki citra buruk atau lemah semuanya akan dua kali lebih sulit dan memakan biaya lebih banyak. Namun begitu pada dasarnya identitas dan citra sebuah kota adalah perpanjangan dari identitas dan citra diri dari para penghuninya. Hal itu kecenderungan alam dari orang-orang ketika mengidentifikasi diri dengan kota 179

mereka. Identitas diri orang-orang tidak dibatasi pada tubuhnya saja, tetapi ia akan meluas keluar pada keluarga, lingkungan hingga kota. Begitu pula dengan identitas dan citra orang Yogyakarta yang dikenal ramah, lemah lembut, akan dipahami meluas menjadi identitas dan citra kotanya. Sebaliknya, prestise nasional kota akan memberikan keuntungan langsung terhadap prestise pribadi. Rasa malu nasional melumpuhkan kemajuan pribadi dan identitas pribadi terkait dengan rasa memiliki, tentang dari mana anda datang dan dimana anda memilih tempat untuk hidup. Reputasi yang kuat dan positif sangat penting untuk mempermudah urusan bisnis, menarik bakat, modal, dan pengunjung, serta mendukung pemerintah dalam keterlibatan di panggung internasional. Begitu pula diplomasi kota juga akan memainkan peran penting dalam hubungan internasional di tahun-tahun mendatang. Keberadaan banyak wartawan media lokal, nasional maupun internasional di Kota Yogyakarta menjadi daya dukung penting untuk membentuk persepsi dunia terhadap citra dan reputasi Kota Yogyakarta. Media massa adalah salah satu sarana utama dimana informasi disebarkan. Representasi media memainkan peran penting dalam membentuk citra dan reputasi kota. Persepsi kota dipengaruhi oleh cara dimana mereka diwakili oleh media. Semakin besar dan luas jumlah cakupan pemberitaan, maka akan membawa kesadaran publik yang lebih besar dan luas pula. Oleh karena itu banyaknya wartawan internasional di Kota Yogyakarta akan memainkan peran penting dalam merepresentasikan citra dan reputasi pada pemangku kepentingan di lingkup internasional. Hal ini menjadi bagian dari soft power bagi Kota Yogyakarta untuk memenangkan citra dan reputasinya di mata dunia. Posisi Kota Yogyakarta yang dianggap memiliki nilai berita bagi wartawan dan media internasional seyogyanya terus dipertahankan dan lebih dikembangkan. Hal ini adalah pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Yogyakarta. Pemerintah Kota Yogyakarta juga perlu menempuh kebijakan yang efisien untuk untuk memberikan peluang tumbuhnya citra dan reputasi positif terhadap Kota Yogyakarta. Kebijakan yang ditetapkan berwawasan visi jangka panjang yang 180

inspiratif, melalui kepemimpinan yang baik, reformasi sosial ekonomi dan budaya, peningkatan integritas untuk mencapai tujuan terbentuknya kota yang bereputasi kuat. Melalui kegiatan budaya yang dikomunikasikan juga dapat membentuk reputasi terhadap sebuah kota. Begitupula terhadap karya-karya seni, prestasi olahraga, film, musik, dan produk budaya. Reputasi sebuah kota juga dapat berasal dari pariwisata, yaitu pengalaman pertama orang-orang yang datang melancong baik sebagai turis maupun dalam rangka bisnis. Berbagai merek dari produk asli juga bertindak sebagai duta yang kuat bagi citra setiap kota di mata pemangku kepentingan. Jika konsumen tidak tahu darimana produk yang digunakan berasal, hal itu tidak akan dapat mempengaruhi perasaan mereka terhadap sebuah kota. Terbangunnya reputasi positif Kota Yogyakarta akan semakin mendekatkan pada cita-citanya untuk menjadikan Yogyakarta sebagai kota modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik. Tampaknya faktor pembentuk reputasi Kota Yogyakarta tidak jauh berbeda dengan Kota Vienna yang menyandang the most reputable city 2014. Reputasi didorong Kota Vienna dan Kota Yogyakarta sama-sama didorong oleh oleh kekayaan sejarah masa silam. Vienna dan Yogyakarta memiliki kekayaan warisan kerajaan yang mengesankan sebagai kota bersejarah dunia. Tidak berbeda jauh dengan Yogyakarta, Kota Vienna memiliki citra pendorong reputasi berakar dari keberadaan Istana Schönbrunn, Ringstrasse, dan Imperial Palace. B. Saran/Rekomendasi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta sangat penting untuk dapat melestarikan tradisi budaya yang unik ini sebagai sebuah asset reputasi. Para pemimpin perlu meningkatkan kesadarannya bahwa sebagai asset tak berwujud, reputasi sebuah kota akan memainkan peran penting dalam percaturan persaingan 181

perekonomian dunia. Mereka perlu mengidentifikasi lebih lanjut, mengembangkan keunikan dari budaya ini sebagi potensi untuk masa depan. Pemerintah perlu memiliki kesadaran bahwa kota, wilayah ataupun Negara harus menggunakan cara baru yang lebih kreatif untuk memandang identitasnya. Mereka juga perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan daya saing jika ingin memenangkan persaingan global dalam tatanan dunia baru. Oleh karena itu sangat disarankan kepada pengelola Kota Yogyakarta untuk memahami bagaimana soft power bekerja. Pemerintah setempat perlu untuk mengupayakan manajemen reputasi menjadi bagian dari kerangka kerja daerah. Tanggung jawab ini dapat dipercayakan kepada lembaga/badan kehumasan daerah untuk dapat menjamin pemenuhan semua tugas dan mengkoordinasikan secara tepat. Tugas penting diantaranya adalah penguatan penyelenggaraan komunikasi publik melalui penguatan hubungan masyarakat dan media massa, pengembangan issue strategis dan opini publik serta peningkatan kapasitas komunikasi publik yang bertujuan untuk membentuk pemahaman para pemangku kepentingan terhadap reputasi positif Kota Yogyakarta. Selain itu juga diperlukan perumusan kebijakan komunikasi publik yang berpihak pada faktor pendorong peningkatan reputasi positif. Kota Yogyakarta dengan luas wilayah yang sangat terbatas tidak memiliki kekayaan alam yang menyuguhkan pemandangan indah. Untuk itu para pengambil kebijakan kota sebaiknya mampu menggantinya dengan memperhatikan kualitas pelayanan yang baik. Para pengambil kebijakan harus mampu mendorong seluruh lembaga pemerintah, bisnis, pariwisata dan warga masyarakat luas untuk memiliki ketrampilan yang baik dalam melakukan pelayanan kepada siapapun yang datang ke Kota Yogyakarta. Hal ini telah berhasil dilakukan oleh negara kota Singapura melalui program Go to Extra 182

Mile for Services. Pemerintah Singapura sangat memperhatikan kualitas pelayanan untuk menciptakan industri yang berorientasi pada pelayanan. Persepsi bahwa kegiatan komunikasi dalam rangka peningkatan reputasi adalah tanggungjawab pemerintah saja, itu perlu diluruskan. Seyogyanya peningkatan reputasi sebuah kota adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat luas para pemangku kepentingan. Untuk itu diperlukan semacam panduan (SOP) kegiatan komunikasi dalam rangka peningkatan reputasi kota. Reputasi yang dibentuk oleh media bersifat kompleks, merupakan sumber daya yang langka, sangat berharga, tidak dapat ditiru dan tidak dapat digantikan. Oleh karena itu seyogyanya Pemerintah Kota Yogyakarta harus terus berusaha untuk menumbuhkan evaluasi positif oleh media dalam membentuk bangunan reputasi kota. Hal ini bukan saja dilakukan melalui upaya kehumasan yang profesional, namun juga harus dilakukan melalui tindakan nyata yang menyeluruh. Studi tentang reputasi tempat terutama reputasi kota masih sangat minim dilakukan di Indonesia. Obyek penelitian terhadap reputasi kota secara umum masih sangat luas yang belum tersentuh. Penelitian yang akan datang khususnya tentang reputasi Kota Yogyakarta dapat dilakukan lebih lanjut untuk melihat posisi reputasi Kota Yogyakarta diantara kota-kota besar lainnya di Indonesia. Selain itu perlu digali lebih dalam lagi bidang obyek reputasi khusus seperti reputasi perekonomian, reputasi kepemimpinan, reputasi pendidikan, dan lainnya di mata pemangku kepentingan yang lebih luas. Penelitian yang akan datang mengenai reputasi Kota Yogyakarta juga dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep reputasi kota di media massa. Penelitian reputasi kota di media ini dilakukan untuk mengevaluasi secara keseluruhan reputasi Kota Yogyakarta yang disajikan oleh media. 183