IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

dokumen-dokumen yang mirip
IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

IV METODE PENELITIAN

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGIPENELITIAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat

IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 2 Desember 2008) 1 & 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

VI. ANALISIS PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI JERUK KEPROK SOE DAERAH LAHAN KERING

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

II. BAHAN DAN METODE

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante )

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut sebagai salah satu sentra produksi padi di Kabupaten Bogor. Pemilihan desa yaitu desa Ciburuy sebagai lokasi penelitianpun dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Desa Ciburuy ini merupakan salah satu sentra produksi padi sehat yang cukup dikenal di Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2011. 4.2. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer dikumpulkan dari petani melalui pengamatan dan wawancara secara langsung menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik petani responden dan karakteristik usahatani. Karakteristik responden digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi petani padi sehat di daerah penelitian. Data mengenai karakteristik usahatani padi sehat meliputi luas lahan garapan, input produksi dan alat-alat pertanian yang digunakan serta produksi usahatani padi sehat selama satu musim tanam, dan pertanyaan lain yang berguna untuk menganalisis efisisensi teknis, pendapatan, dan peranan kelembagaan. Responden yang dipilih baik dari pihak petani maupun pihak-pihak lain yang berkaitan dengan pertanian khususnya padi sehat.. Data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Kecamatan Cigombong, Pemerintah Desa Ciburuy, Gapoktan Silih Asih, Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Republika (LPS DD), Perpustakaan LSI IPB, artikel, jurnal, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.3. Metode Pengambilan Contoh Populasi penelitian adalah petani padi sehat yang berdomisili di Desa Ciburuy. Responden untuk penelitian ini berjumlah 34 petani responden. Dimana responden dipilih dengan metode sensus yaitu pemilihan terhadap semua petani padi sehat yang bertempat tinggal dan memiliki lahan di Desa Ciburuy. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif maupun metode kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik petani dan peranan kelembagaan terhadap petani padi sehat di Desa Ciburuy. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui efisiensi teknis, pendapatan usahatani padi sehat, serta peranan kelembagaan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Proses analisis data meliputi data entry, verifikasi, dan validasi data. Setelah data selesai maka dapat diolah menggunakan alat analisis fungsi produksi stochastic frontier. Analisis fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk mengukur efisiensi teknis dari sisi output dan faktor-faktor yang memepengaruhi efisiensi teknis. Analisis dilakukan dengan program Microsoft Excel 2007, Minitab 15 dan Frontier 4.1. 4.4.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Fungsi produksi yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas. Model persamaan penduga fungsi produksi forntier dari usahatani padi sehat adalah sebagai berikut : LnY= β 0 + β 1 lnx 1 + β 2 lnx 2 + β 3 lnx 3 + β 4 lnx 4 + β 5 lnx 5 + vi - u i Sedangkan model persamaan penduga fungsi produksi frontier Linier Berganda adalah sebagai berikut : Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 + β 7 X 7 + vi - u i dimana : Y = output usahatani padi sehat per musim tanam (kilogram) X 1 = Jumlah luas lahan (Ha) X 2 = Jumlah benih padi per musim tanam (kilogram)

X 3 = Jumlah pupuk kompos per musim tanam (kilogram) X 4 = Jumlah pupuk kandang per musim tanam (kilogram) X 5 = Jumlah pupuk urea per musim tanam (kilogram) X 6 = Jumlah pupuk TSP per musim tanam (kilogram) X 7 = Jumlah tenaga kerja per musim tanam (HOK) β 0 = intersep β j = koefisien parameter penduga, dimana i = 1,2,3,...6 v i u i = error term (efek inefisiensi teknis dalam model) Nilai koefisien yang diharapkan : β 1, β 2, β 3, β 4, β 5, β 6, β 7 > 0. Nilai koefisien positif berarti dengan meningkatnya input yang berupa luas lahan, benih, pupuk (organik atau anorganik), tenaga kerja, dan umur tanaman diharapkan akan meningkatkan produksi padi organik. Variabel sisa (random shock) v i merupakan variabel acak yang bebas dan secara identik terdistribusi normal (i.i.d) dengan rataan bernilai nol dan ragam nya konstan, σ 2 v (N(0, σ 2 v )) serta bebas dari u i. Variabel kesalahan u i adalah variabel yang menggambarkan inefisiensi dalam produksi yang diasumsikan terdistribusi secara bebas diantara setiap observasi dan nilai v i. Variabel acak u i tidak boleh bernilai negatif dan terdistribusi normal dengan nilai distribusinya N(μi, σ 2 u ) (Coelli et al. 1998). Salah satu keuntungan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi yang diduga merupakan pendugaan skala usaha (return to scale). Proses produksi berada pada skala usaha yang menurun (decreasing return to scale) terjadi bila βj < 1. Bila βj = 1, berarti proses produksi berada pada skal usaha yang tetap (constant return to scale). Jika proses produksi berada pada skala usaha yang meningkat (increasing return to scale) terjadi bila βj > 1. Namun fungsi produksi Cobb- Douglas hanya beroperasi pada daerah I (increasing return to scale) dan daerah II (deacreasing return to scale) (Beattie, et al. 1985). Sementara pada fungsi produksi linier berganda, nilai koefisien dari variabel bukan menunjukkan elastisitas variabel tersebut.

4.4.2. Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai beriku : TE = exp(- E[u i Є i ]) i = 1,..., N Dimana TE i adalah efisiensi teknis petani ke-i, exp(- E[u i Є i ]) adalah nilai harapan (mean) dari u i dengan syarat Є i, jadi 0 TE i 1. Nilai efisiensi teknis tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data). Metode efek inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli et al. (1998). Variabel u i yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumbikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N(μ i, σ 2 ). Dengan demikian parameter distribus (μ i ) efek inefisiensi teknis dalam penelitian ini sebagai berikut : μ i = δ 0 + z 1 δ 0 + z 2 δ 2 + z 3 δ 3 + w it dimana faktor yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani padi organik dan anorganik adalah : μ i z 1 z 2 z 3 = efek inefisiensi teknis = umur petani (tahun) = dummy status kepemilikan lahan = lama bergabung dengan kelompok tani Asumsi yang digunakan untuk model inefisiensi teknis dalam persamaan diatas adalah : 1. Semakin tua umur petani maka diduga akan berpengaruh positif terhadap tingkat inefisiensi teknia, karena semakin tua petani maka kondisinya fisiknya akan semakin lemah. 2. Dummy status kepemilikan lahan diduga akan berpengaruh terhadap inefisiensi teknis, karena akan mempengaruhi keseriusan petani dalam mengolah lahannya. Nilai satu untuk pemilik dan nol untuk non pemilik. 3. Lama bergabung dengan kelompok tani akan berpengaruh pada inefisiensi teknis, karena akan mempengaruhi keseriusan petani dalam

bekerja dan pengetahuan petani tentang budidaya serta teknologi baru. Petani yang bergabung dengan kelompok tani akan mendapatkan ilmu, informasi, dan pengalaman yang diperoleh dari baik dari diskusi maupun penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh kelompok tani. Semakin lama petani bergabung dengan kelompok tani maka akan mengurangi tingkat inefisiensi teknis petani atau meningkatkan efisiensi teknis. Pengujian hipotesis hanya dilakukan untuk hasil output efek efisiensi teknis frontier. Nilai LR test galat satu sisi digunakan untuk mengetahui adanya efek inefisiensi di dalam model sedangkan t-hitung digunakan untuk mengetahui pengaruh nyata koefisien dari masing-masing parameter bebas (δ i ) yang dipakai secara terpisah terhadap parameter bebas (μ i ). Pengujian parameter stochastic frontier dan efek inefisiensi teknis dilakukan dengan dua tahap, yaitu 1) pendugaan parameter β j dengan menggunakan metode OLS; 2) tahap pendugaan seluruh parameter β 0, β j, variasi u i dan v i dengan metode Maximum Likelihood (MLE). Hipotesis Pertama : H 0 : γ = δ 0 = δ 1 = δ 2 = δ 3 = δ 4 =...δ 10 = 0 H 1 : γ = δ 0 = δ 1 = δ 2 = δ 3 = δ 4 =... δ 10 > 0 Hipotesis nol berarti efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika hipotesis ini diterma maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili data empiris. Uji yang digunakan adalah uji chi-square, dengan persamaan : LR = -2 {ln[(h 0 )/L(H 1 )]} Dimana L(H 0 ) dan L(H 1 ) masinng-masing adalah nilai fungsi likelihood dari hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Kriteria uji : LR galat satu sisi > X 2 retriksi (table Kodde dan Palm) maka tolak H 0 LR galat satu sisi < X 2 retriksi (table Kodde dan Palm) maka terima H 0 Hipotesis Kedua: H 0 : δ 1 = 0 H 1 : δ 1 0

Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masingmasing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap inefisiensi di dalam proses produksi. Uji Statistik yang digunakan : t-rasio = t-tabel Kriteria uji : = t (α, n-k-1) t-rasio > t-tabel t (α, n-k-1) : tolak H 0 t-rasio < t-tabel t (α, n-k-1) : terima H 0 dimana: k = jumlah variabel bebas n = jumlah pengamatan (responden) S (δ i ) = simpangan baku koefisien efek inefisiensi Hasil pengolahan program Frontier 4.1 menurut Aigner et al. (1977), Jondros et al. (1982) ataupun Greene (1993) diacu dalam Adhiana (2005), akan memebrikan nilai perkiraan varians dalam bentuk parameterisasi sebagi berikut : σ 2 = σ 2 v + σ 2 u γ = σ 2 u / σ 2 v paramter dari varians dapat mencari nilai γ, oleh karena itu 0 γ 1. Nilai paameter γ merupakan kontribusi dari efisiensi teknis di dalam efek residual total. 4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan penerimaan bersih yang diperoleh petani baik tunai maupun diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu semua input milik keluarga yang juga diperhitungkan sebagai biaya (Soekartawi 2002). Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : π total = TR total TC total π tunai = TR total (TC tunai + Bd) Rumus penerimaan total dan biaya adalah :

TR = P y x Y TC = TFC + TVC dimana : TR total = Total penerimaan total usahatani (Rupiah) TC tunai = Total biaya tunai usahatani (Rupiah) π = Pendapatan (Rupiah) Bd = Biaya yang diperhitungkan (Rupiah) Py = Harga output Y = Jumlah output TVC = Total biaya variabel TFC = Total biaya tetap Analisis R/C rasio dalam usahatani bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan dengan menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya. R/C rasio juga merupakan perbandingan antara penerimaan dengan pengeluaran usahatani. Rumus R/C rasio dapat ditulis sebagar berikut : Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu usahatani. Apabila rasio R/C > 1, berarti usahatani yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika rasio R/C < 1, berarti usahatani tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. 4.4.4. Analisis Peranan Kelembagaan Peranan suatu kelembagaan dilihat dari kemampuannya dalam mengelola dan memberikan manfaat secara efektif berdasarkan kriteria penilaian baik dilihat dari pihak kelompok tani dan koperasi maupun dari petani sebagai anggotanya. Peranan kelembagaan yang baik dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para anggotanya. Seperti peranan kelompok tani dan koperasi yang dapat meningkatkan pendapatan petani dan dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis

petani. Pengukuran dilakukan dengan pemberian skor penilaian hasil tanggapan responden terhadap efektivitas keberadaan kelembagaan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Skor diberikan pada jawaban atau tanggapan responden yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu skor tiga (3) untuk jawaban yang paling mendukung, skor dua (2) untuk jawaban sedang, dan skor satu (1) untuk jawaban yang tidak mendukung. Berdasarkan perolehan skor tersebut, dapat ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas keberadaan kelembagaan. Selang diperoleh dari selisih skor tertinggi yang mungkin, dengan total skor terendah yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban, yang kemudian dikurang satu (Umar 2005, dalam Septian 2010). Selang = - 1 Skor efektivitas keberadaan kelembagaan ditentukan dengan cara membagi tiga skor berdasarkan nilai selang yang diperoleh diantara total minimal sampai total nilai maksimal hingga diperoleh tiga selang efektivitas. Selang terndah menyatakan bahwa efektivitas keberadaan kelembagaan rendah, sedangkan selang tertinggi menyatakan efektivitas keberadaan kelembagaan tinggi. dari nilai selang tersebut dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian (dapat dilihat pada Tabel 2) Penilaian tanggapan atau jawaban responden terhadap keberadaan kelembagaan berupa kelompok tani dan koperasi, dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu efektif, cukup efektif, dan tidak efektif. Nilai yang diperoleh bagi kelompok tani dan koperasi masing-masing contohnya adalah antara 170 sampai 510. Skor 170 diperoleh dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu lima dan jumlah responden yang telah ditentukan adalah 34 responden, atau dapat ditulis (1 x 5 x 34 = 170). Sementara skor 510 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi (3) dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu lima dengan jumlah responden 34, atau dapat ditulis (3 x 5 x 34 = 510). Selang yang diperoleh adalah sebagai berikut : Selang = {(510-170)/3} 1 = 113 Berdasarkan Tabel 2, jika total skor barada pada rentang 170-283 berarti keberadaan kelembagaan dapat dikatakan belum efektif. Jika total skor berada

pada rentang nilai antara 284-397, maka keberadaan kelembagaan dapat dikatakan cukup efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai 398-510, maka keberadaan kelembagaan dapat dikatakan efektif. Keberadaan kelompok tani dan koperasi ini dijelaskan mengenai bagaimana peran kelembagaan tersebut terhadap anggotanya. Tabel 2. Skala Skor Penilaian Efektivitas Kategori Penilaian Rentang Skala Belum Efektif 170-283 Cukup Efektif 284-397 Efektif 398-510 Kelembagaan petani, baik kelompok tani maupun koperasi menjadi salah satu bagian yang dapat berpengaruh pada peningkatan produksi dan pendapatan petani. Semakin efektif peranan kelembagaan maka akan berpengaruh positif pada peningkatan efisiensi teknis dan pendapatan usahatani petani dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kelembagaan petani ini berperan dalam pelaksanaan petani, seperti kelompoktani yang berperan dalam penyediaan alat dan mesin pertanian, pelatihan dan penyuluhan usahatani padi, dan penentuan musim tanam dan varietas padi yang akan ditanam, serta penyaluran bantuan pemerintah berupa pupuk dan benih kepada para petani. Sedangkan koperasi berperan dalam penyediaan modal tanam, penyediaan sarana produksi, serta sarana pemasaran hasil pertanian para petani. 4.5. Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran Dalam penelitian ini variabel yang diduga berpengaruh terhadap produksi usahatani padi sehat (Y) adalah lahan (X 1 ), benih (X 2 ), pupuk kompos (X 3 ), pupuk kandang (X 4 ), pupuk Urea (X 5 ), pupuk TSP (X 6 ), dan tenaga kerja (X 7 ). Adapun batasan dan cara pengukurannya, sebagai berikut : 1. Produktivitas Padi Sehat (Y) Produksi padi sehat total produksi pada sebidang tanah dengan luasan tertentu dalam periode masa tanam dalam satuan kilogram. Harga hasil produksi padi organik (Py) adalah harga ditingkat petani pada saat panen. Harga diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

2. Luas Lahan (X 1 ) Luas lahan usahatani (X 1 ) diukur dalam satuan hektar (Ha) dan merupakan tempat dimana petani melakukan kegiatan produksi tanaman padi sehat. Biaya korbanan marjinal lahan dihitung berdasarkan besarnya harga sewa lahan per musim dalam satuan rupiah per hektar per musim. 3. Benih (X 2 ) Input benih adalah jumlah input benih yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinal benih adalah harga benih dalam satuan rupiah per kilogram. 4. Pupuk Kompos (X 3 ) Input pupuk kompos adalah jumlah pupuk kompos yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk kompos dalam satuan rupiah per kilogram. 5. Pupuk Kandang (X 4 ) Input pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk kandang dalam satuan rupiah per kilogram. 6. Pupuk Urea (X 5 ) Input pupuk urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk urea dalam satuan rupiah per kilogram. 7. Pupuk TSP (X 6 ) Input pupuk TSP adalah jumlah pupuk kimia yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk TSP dalam satuan rupiah per kilogram.

8. Tenaga kerja (X 7 ) Input tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi usahatani padi sehat dalam satu musim tanam, baik tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga yang digunakan dan diukur dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja). Biaya korbanan marjinalnya adalah tingkat upah yang dikeluarkan dalam satu hari kerja.