ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN BERDASARKAN DATA TELEPON SELULER: STUDI KASUS PROVINSI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POLA PERGERAKAN BERDASARKAN ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN MENGGUNAKAN DATA TELEPON SELULER (STUDI KASUS PROVINSI BALI)

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN BERDASARKAN DATA TELEPON SELULER StudiKasus: Provinsi Bali

PENGARUH JUMLAH DAN KESALAHAN DATA ARUS LALU LINTAS TERHADAP AKURASI ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALU LINTAS

STUDI PENENTUAN LOKASI TRAFFIC COUNT TERBAIK DAN JUMLAH DATA ARUS LALULINTAS OPTIMUM DALAM ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN (MAT) TESIS MAGISTER

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten)

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR

STUDI EVOLUSI MATRIKS ASAL TUJUAN DINAMIS AKIBAT ADANYA FLUKTUASI ARUS LALULINTAS_,

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

MODEL LINEAR GOAL PROGRAMMING UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS TRAFIK BTS PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM

APLIKASI PENDETEKSIAN LOKASI KENDARAAN BERDASARKAN KODE IDENTITAS SEL BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) MENGGUNAKAN SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

Syafi i Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A Surakarta Telp. (0271)

ANALISIS OPERASIONAL WAKTU SINYAL LAMPU LALULINTAS PADA TEMPAT PENYEBERANGAN PEJALAN KAKI DI RUAS JALAN PAHLAWAN KOTA MADIUN

ESTIMASI MODEL KOMBINASI SEBARAN PERGERAKAN DAN PEMILIHAN MODA BERDASARKAN INFORMASI ARUS LALU LINTAS TESIS MAGISTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM

BAB III SISTEM TRACKING ARMADA

ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA MODEL SEBARAN PERJALANAN INTERNAL MASYARAKAT KOTA BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

ESTIMASI PEMODELAN DISTRIBUSI PERJALANAN DENGAN MODEL GRAVITY ( STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG ) TESIS. oleh : Hendra Gunawan

PENGARUH TARIKAN MANADO TOWN SQUARE TERHADAP LALU LINTAS DI RUAS JALAN BOULEVARD MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pilihan kartu simcard yang ditawarkan oleh penyedia jaringan telekomunikasi.

PENGARUH RESOLUSI SISTEM ZONA DAN SISTEM JARINGAN TERHADAP TINGKAT AKURASI MATRIKS ASAL-TUJUAN (MAT) YANG DIPEROLEH DARI INFORMAS1 ARUS LALULINTAS

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN PERJALANAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY DENGAN FUNGSI HAMBATAN EKSPONENSIAL-NEGATIF DI KOTA SURAKARTA

Evaluasi Cakupan Sinyal BTS Secara Spasial Di Sebagian Kabupaten Buleleng Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peningkatan jumlah pengguna jaringan GSM (Global System for

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT)

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

STUDI KARAKTERISTIK KEBUTUHAN PARKIR PADA STASIUN KERETA API KEBON KAWUNG BANDUNG TESIS MAGISTER OLEH : KUSMEDIAN NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

OPTIMASI INTERAKSI TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI STUDI KASUS: KOTA BANDUNG. Oleh :

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Arahan Intensitas Pemanfaatan Ruang Perdagangan Jasa Berdasarkan Peluang Telecommuting

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

ANALISIS BANGKITAN PERJALANAN DENGAN METODE TRIP-RATE ANALYSIS (Studi Kasus: Pengembangan Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta)

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan di dunia ini dapat diakui banyak menarik minat para pelaku

EVALUASI KINERJA OPERASI BUS KOBUTRI JURUSAN KPAD-ANTAPANI ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PERILAKU HUBUNGAN ANTARA SISTEM TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI DI WILAYAH PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMIC

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN ( MAT ) KOTA SURAKARTA TAHUN 2025 Origin-Destination Matrices ( OD Matrix ) Estimation of Surakarta City in 2025

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

KAJIAN PERSEBARAN LALU LINTAS KAWASAN JALAN SEMERU DAN JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

DAMPAK PENGATURAN JADWAL KEGIATAN AKADEMIK TERHADAP MOBILITAS KENDARAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINGKAT AKSESIBILITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERKAIT PENERAPAN RAYONISASI SEKOLAH DI KOTA BANDUNG

STUDI KARAKTERISTIK LAHAN PARKIR DI RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA CIBUBUR

1.1 Latar Belakang Masalah

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TESIS MAGISTER. Oleh: MUHAMAD ISNAENI N I M :

PENGARUH KEGIATAN PERGURUAN TINGGI TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor)

An Example of Transport Planning Project Lesson Learned from Yogyakarta Transportation Planning Project

I. PENDAHULUAN. terutama di bidang sistem komunikasi nirkabel (wireless). Sistem wireless

METODOLOGI PENELITIAN. Suatu analisis dalam penelitian membutuhkan suatu tahapan perencanaan

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh operator telekomunikasi seluler.revenue yang dihasilkan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki pesona alam dan budaya yang beraneka ragam yang

Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo

Teknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENGOLAHAN DATA SURVEY ASAL-TUJUAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan penyedia jasa provider dengan berbagai macam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

ANALISA GELOMBANG KEJUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI JALAN SARAPUNG MANADO

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model

Penentuan Koefisien Hambatan β Asal Tujuan Transportasi di Provinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. i ii iii. vi viii BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN. zaman yang semakin modern, kebutuhan manusia semakin tidak dapat dibatasi.

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

PEMILIHAN RUTE PERJALANAN


BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semarak bersamaan dengan tumbuhnya pasar permintaan akan jasa

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

Transkripsi:

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN BERDASARKAN DATA TELEPON SELULER: STUDI KASUS PROVINSI BALI Revy Safitri Program Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha No. 10 Bandung 40132 Tlp./Fax. 62-22-2506445 revy.safitri@gmail.com Idwan Santoso Program Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha No. 10 Bandung 40132 Tlp./Fax. 62-22-2506445 idwan2003@yahoo.com Sony Sulaksono Wibowo Program Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha No. 10 Bandung 40132 Tlp./Fax. 62-22-2506445 sonyssw@si.itb.ac.id Abstract Origin-Destination Matrix is a two-dimensional matrix that contains travel demand information between different locations (zones). Based on previous studies, it is known that using mobile phone data has great potential for estimating OD Matrix effectively. The purpose of this research to assess OD matrixestimation based on mobile phone data that recordingcontinuously Base Transceiver Station (BTS) location which connected to mobile station as long as the device is powered on, case study in Bali Province. The approach to estimate OD matrix based on mobile phone datais by generating individual trajectory based the temporal sequence of location BTS data for each mobile phone users. Results of OD matrix estimation based on mobile phone data show the hourly and daily trip patterns of mobile phone users from cellular provider in Bali Province. The conclusions of this research describe limitations of OD Matrix estimation based on mobile phone data and future research extension. Keywords: Origin-Destnation Matrix, mobile phone data, Base Transceiver Station, trajectory Abstrak Matriks Asal Tujuan (MAT) adalah matriks berdimensi dua yang berisi informasi mengenai besarnya pergerakan antarlokasi (zona) di daerah tertentu. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemanfaatan data telepon seluler memiliki potensi yang besar dalam mengestimasi MAT secara efektif. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji estimasi MAT berdasarkan data telepon seluler yang berisi informasi lokasi Base Transceiver Station yang terhubung dengan perangkat telepon seluler dari waktu ke waktu selama kondisi aktif dengan wilayah studi di Provinsi Bali. Pendekatan yang digunakan dalam mendefinisikan pergerakan asal tujuan berdasarkan data telepon seluler adalah dengan membangun trajectory individu berdasarkan data lokasi BTS yang diurutkan berdasarkan waktu untuk masing-masing pengguna telepon seluler. Hasil estimasi MAT berdasarkan data telepon seluler menunjukkan pola pergerakan pengguna telepon seluler pada periode tiap jam dan harian di wilayah Provinsi Bali. Pada kesimpulan dijelaskan keterbatasan estimasi MAT berdasarkan data telepon seluler dari penelitian ini dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Kata-kata kunci: Matriks Asal Tujuan, data telepon seluler, Base Transceiver Station,trajectory PENDAHULUAN Permasalahan transportasi telah menjadi isu penting terutama di wilayah perkotaan. Dalam penanganan masalah transportasi tersebut, hampir semua metode pemecahan Jurnal Transportasi Vol. 16 No. 1 April 2016: 69-80 69

masalah transportasi membutuhkan informasi dasar yang mempresentasikan distribusi pergerakan, di mana dinyatakan dalam Matriks Asal Tujuan (MAT). MAT adalah matriks berdimensi dua yang berisi informasi mengenai besarnya pergerakan antarlokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Informasi MAT dapat diperoleh dengan menggunakan metode konvensial dan metode tidak konvensional (Tamin, 2008). Metode konvensional, yaitu dengan menaksir secara langsung sampel MAT dari lapangan, biasa dilakukan dengan cara survei wawancara, foto udara, dan metode menggunakan bendera. Kelemahan metode ini adalah cenderung membutuhkan waktu yang sangat lama, biaya yang sangat mahal, tenaga kerja yang banyak, mengganggu pergerakan arus lalulintas, dan yang terpenting hasil akhirnya hanya berlaku untuk selang waktu yang singkat. Sedangkan metode tidak konvensional menaksir MAT dengan menggunakan data arus lalulintas, yang kelemahannya adalah sangat bergantung pada perhitungan arus lalulintas yang akan digunakan. Pada saat ini, terjadi kemajuan teknologi yang sangat pesat di bidang telekomunikasi, dengan adanya peningkatan jumlah pelanggan telepon seluler di dunia. Di Indonesia, pada tahun 2013, jumlah pelanggan telepon seluler mencapai angka 313,22 juta. Sedangkan data penduduk Indonesia hasil sensus 2010 menunjukkan angka 238,51 juta dan pada tahun 2013 diperkirakan 248,8 juta. Ini berarti pada tahun 2013 jumlah pelanggan telepon seluler telah melampaui jumlah penduduk Indonesia. Fenomena ini yang kemudian menarik perhatian para peneliti untuk mengembangkan metode baru dalam mengestimasi MAT dengan memanfaatkan data telepon seluler. Estimasi MAT dengan memanfaatkan data telepon seluler memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan MAT dengan kualitas yang baik dan berbiaya lebih murah dibandingkan metode konvensional. Selain itu, berdasarkan beberapa penelitian lainnya diketahui bahwa pemanfaatan data seluler memiliki potensi yang besar dalam mengestimasi MAT (Zhang, et al., 2010, Papacharalampous, 2014, dan Rajna. 2014). Penelitian ini mencoba mengkaji estimasi MAT berdasarkan data telepon seluler dengan wilayah studi di salah satu provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Bali. Data telepon seluler yang digunakan berupa data yang berisi informasi lokasi Base Transceiver Station (BTS) yang terhubung dengan perangkat telepon seluler (mobile station) dari waktu ke waktu selama kondisi aktif. Data Telepon Seluler Data telepon seluler merupakan jejak digital yang ditinggalkan perangkat telepon seluler dan tercatat dalam sistem jaringan seluler. Informasi yang diberikan data telepon seluler secara umum, terdiri atas: - User ID : nomor telepon pengguna seluler sebagai anonim - Timestamp : waktu (tanggal, jam, menit, detik) - LAC : Location Area Code mewakili lokasi pelayanan jaringan seluler - CI : Cell ID mewakili radio/antena pemancar operator 70 Jurnal Transportasi Vol. 16 No. 1 April 2016: 69-80

Data telepon seluler yang dikumpulkan oleh operator seluler dibagi menjadi 2 kategori, yaitu berdasarkan aktivitas dan berdasarkan jaringan (Calabrese, 2011). Pada penelitian ini data telepon seluler yang digunakan merupakan data berdasarkan jaringan yang berisi informasi lokasi Base Transceiver Station (BTS) yang terhubung dengan perangkat telepon seluler (mobile station) dari waktu ke waktu selama kondisi aktif. Data ini dikumpulkan oleh operator dengan tujuan agar dapat memberikan pelayanan optimal kepada pengguna layanan seluler tersebut. Proses pencatatan data berdasarkan jaringan ke dalam sistem jaringan seluler apabila terjadi aktivitas berikut ini: - Hand Over (HO); proses perubahan pelayanan/peng-handle-an sebuah mobile station dari suatu antena BTS ke satu antena BTS lain dikarenakan adanya pergerakan mobile station yang menjauhi antena BTS awal dan mendekati antena BTS baru. Hand Over hanya terjadi pada saat mobile station sedang melakukan hubungan dengan mobile station lain, misalnya panggilan telepon; - Location Update (LU); sama halnya dengan HO tetapi terjadi pada saat mobile station sedang bebas; - Periodic Location Update (PLU); informasi lokasi pelayanan akan otomatis tercatat secara berkala dalam sistem jaringan seluler pada periode waktu tertentu yang ditentukan oleh operator, namun biasanya diatur setiap 2 jam. Gambar 1 Lintasan Lokasi Perangkat Telepon Seluler Menggunakan Data Berdasarkan Jaringan Trajectory Data Perangkat telepon seluler meninggalkan jejak digital sebagai lintasan, yang menggambarkan pergerakan penggunanya, yang akan menghasilkan jenis data baru yang disebut dengan lintasan objek bergerak atau yang disebut dengan trajectory. Trajectory data merupakan data yang direpresentasikan dengan kumpulan titik-titik yang terletak dalam ruang dan waktu tertentu atau yang disebut dengan data spatio-temporal. T = (t 1,x 1,y 1 ),, (t n, x n, y n ) => Posisi pada waktu t i dengan koordinat (x i,y i ). Estimasi Matriks Asal Tujuan (Revy Safitri, Idwan Santoso, dan Sony Sulaksono Wibowo) 71

Gambar 2 Trajectory Data DATA DAN METODOLOGI Data utama yang dibutuhkan merupakan data telepon seluler, yang merupakan data berdasarkan jaringan yang berisi informasi lokasi BTS yang terhubung dengan perangkat telepon seluler dari waktu ke waktu pada saat kondisi aktif. Data yang dikumpulkan berasal dari nomor lokal provider seluler Telkomsel di Provinsi Bali selama 7 hari pada bulan Oktober 2014 dengan total keseluruhan data sebanyak sekitar 1,7 juta. Berdasarkan rekapitulasi data diketahui bahwa data yang dikumpulkan selama 1 minggu ternyata memiliki kekurangan data karena ada data yang hilang pada jam tertentu. Hal ini dikarenakan ada data yang tidak tercatat ke dalam sistem pada jam tersebut. Selain data telepon seluler, diperlukan juga data pendukung lain berupa data BTS Telkomsel dan data administrasi wilayah studi. Pengolahan Data Dalam mengestimasi MAT berdasarkan data seluler, tahap pengolahan data dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pengolahan data ini ditunjukkan pada Gambar 3. Pembagian zona tidak hanya mengacu pada sistem pembagian wilayah secara administratif tapi juga dipengaruhi oleh keberadaan BTS Telkomsel. Berdasarkan analisis sistem zona, batas zona yang digunakan dalam penelitian ini meliputi batas zona kabupaten/kota dan zona kecamatan. Zona kabupaten/kota terdiri atas 9 zona internal dan 3 zona eksternal. Sedangkan zona kecamatan berasal dari 3 kabupaten/kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yaitu Denpasar, Badung, dan Gianyar. Dengan demikian terdapat 17 zona internal dan zona eksternal yang berasal dari kabupaten/kota di luar Denpasar, Badung, dan Gianyar. 72 Jurnal Transportasi Vol. 16 No. 1 April 2016: 69-80

Analisis Sistem Zona Menentukan sistem zona yang digunakan dalam kajian transportasi Seleksi Data Identifikasi Pergerakan Menyeleksi data telepon seluler yang akan digunakan dalam mengestimasi MAT Mengidentifikasi pergerakan berdasarkan data telepon seluler dan penerapannya dalam sistem zona untuk menentukan zona asal dan tujuan Unit Matriks Asal Tujuan Mengidentifikasi pergerakan dalam unit matriks Hasil Matriks Asal Tujuan Gambar 3 Tahap Pengolahan Data Seleksi data merupakan tahapan untuk menyaring data telepon seluler yang akan digunakan dalam mengestimasi MAT. Pengguna telepon seluler yang hanya memiliki 1 data yang tercatat dan berasal dari lokasi BTS yang sama dalam periode 1 hari dapat dinyatakan tidak melakukan pergerakan, sehingga data tersebut tidak dapat digunakan dalam mengestimasi MAT. Pendekatan awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi pergerakan dalam mengestimasi MAT adalah membangun trajectory individu berdasarkan data lokasi BTS yang terhubung dengan perangkat telepon seluler yang diurutkan berdasarkan waktu (temporal sequence) masing-masing pengguna telepon seluler, yang direpresentasikan sebagai berikut: L u = (l u 1,l u 2,.l u n ) (1) dengan: L = lokasi BTS yang terhubung dengan perangkat telepon seluler u = pengguna telepon seluler Kemudian lokasi BTS yang terhubung dengan perangkat telepon seluler untuk masing-masing pengguna telepon seluler didefinisikan ke dalam sistem zona. yang direpresentasikan sebagai berikut: Z u = (z u 1,z u 2,.z u n ) (2) dengan: Z = zona u = pengguna telepon seluler Estimasi Matriks Asal Tujuan (Revy Safitri, Idwan Santoso, dan Sony Sulaksono Wibowo) 73

Selanjutnya pergerakan dapat diidentifikasi dengan metode trip-based. Dari lintasan yang terbentuk pergerakan diidefinisikan sebagai lintasan/jalur yang terbentuk antara dua zona yang berbeda untuk tiap trajectory individu pengguna telepon seluler. MAT memberikan informasi mengenai pergerakan pada periode waktu tertentu. Analisis cycle time digunakan unit matriks setiap jam dan harian baik untuk MAT Antar- Zona kabupaten/kota maupun antarkecamatan. Hasil akhir pengolahan data merupakan akumulasi trip yang bergerak dari zona asal menuju zona tujuan yang sama pada rentang waktu tertentu dari seluruh pengguna telepon seluler yang ditampilkan dalam bentuk matriks. MAT yang dihasilkan merepresentasikan pergerakan pengguna telepon seluler di Provinsi Bali setiap jam dan harian. HASIL DAN PEMBAHASAN Total Pergerakan Antar-Zona Total pergerakan pengguna telepon seluler ( ) merupakan jumlah pergerakan pengguna telepon seluler yang berasal dari zona asal atau jumlah pergerakan pengguna telepon seluler yang menuju zona tujuan. Total pergerakan pengguna telepon seluler Antar-Zona kabupaten/kota ( ) di Provinsi Bali disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rekapitulasi Total Pergerakan Pengguna Telepon Seluler Antar-Zona Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Total Hari/Tanggal Data Telepon Seluler Persentase yang Tercatat Senin, 6 Okt 2014 181.366 24.103 13,29% Selasa, 7 Okt 2014 188.489 25.397 13,47% Rabu, 8 Okt 2014 198.379 28.792 14,51% Kamis, 9 Okt 2014 264.675 35.921 13,57% Jumat, 10 Okt 2014 282.237 40.355 14,30% Sabtu, 11 Okt 2014 314.554 48.160 15,31% Minggu, 12 Okt 2014 310.577 46.879 15,09% Jumlah 1.740.277 249.607 14,34% Rata-rata 248.611 35.659 14,34% Berdasarkan Tabel 1 total pergerakan harian pengguna telepon seluler dalam jangka waktu 1 minggu Antar-Zona kabupaten/kota mencapai 249.607 trip dari total data telepon seluler yang tercatat, yaitu sejumlah 1.740.277. Total pergerakan harian rata-rata pengguna telepon seluler Antar-Zona kabupaten/kota di Provinsi Bali mencapai 35.659 trip/ hari atau 14,34%. Total pergerakan pengguna telepon seluler Antar-Zona kecamatan dirangkum pada Tabel 2. Total pergerakan harian pengguna telepon seluler dalam jangka waktu 1 minggu Antar-Zona kecamatan mencapai 444.762 trip dari total data telepon seluler yang tercatat sejumlah 1.740.277. Total pergerakan harian rata-rata pengguna telepon seluler Antar- Zona kecamatan di Provinsi Bali mencapai 63.538trip/hari atau sebesar 25,56%. 74 Jurnal Transportasi Vol. 16 No. 1 April 2016: 69-80

Total Pergerakan Berdasarkan penjelasan total pergerakan harian pengguna telepon seluler Antar- Zona kabupaten/kota dan zona kecamatan terdapat perbedaannya yang signifikan terkait total pergerakan yang terjadi. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa total pergerakan di Provinsi Bali lebih didominasi oleh pergerakan Antar-Zona kecamatan. Tabel 2 Rekapitulasi Total Pergerakan Pengguna Telepon Seluler Antar-Zona Kecamatan di Provinsi Bali Total Hari/Tanggal Data Telepon Seluler Persentase yang Tercatat Senin, 6 Okt 2014 181.366 44.837 24,72% Selasa, 7 Okt 2014 188.489 46.804 24,83% Rabu, 8 Okt 2014 198.379 48.842 24,62% Kamis, 9 Okt 2014 264.675 67.055 25,33% Jumat, 10 Okt 2014 282.237 73.586 26,07% Sabtu, 11 Okt 2014 314.554 84.262 26,79% Minggu, 12 Okt 2014 310.577 79.376 25,56% Jumlah 1.740.277 444.762 25,56% Rata-rata 248.611 63.538 25,56% Pergerakan Harian Fluktuasi total pergerakan harian pengguna telepon seluler Antar-Zona kabupaten/ kota yang terjadi di Provinsi Bali dalam 1 minggu ditampilkan pada Gambar 4. Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pergerakan pada hari Senin hingga hari Sabtu, dan mengalami sedikit penurunan di hari Minggu. Hal ini berarti puncak pergerakan pengguna telepon seluler di Provinsi Bali berada di akhir pekan. Untuk mengetahui pola bangkitan dan tarikan di hari biasa dan akhir pekan dapat dilihat Gambar 5 dan Gambar 6. Pola bangkitan dan tarikan pada hari biasa dan akhir pekan tidak memiliki perbedaan. Hari biasa maupun akhir pekan didominisi pergerakan pengguna telepon seluler yang berasal dan menuju zona Denpasar, Badung, dan Gianyar. Hal ini sejalan dengan tingginya kepadatan penduduk di ketiga zona tersebut. Sedangkan, pergerakan Antar-Zona kecamatan didominasi pergerakan di wilayah Denpasar dan wilayah sekitarnya, yaitu Kuta, Kuta Selatan, Kuta Utara, Mengwi, dan Sukawati, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 Gambar 4 Fluktuasi Total Pergerakan Harian Pengguna Telepon Seluler di Provinsi Bali Estimasi Matriks Asal Tujuan (Revy Safitri, Idwan Santoso, dan Sony Sulaksono Wibowo) 75

Gambar 5 Jumlah Pergerakan Harian Rata-rata Pengguna Telepon Seluler di Hari Biasa Gambar 6 Jumlah Pergerakan Harian Rata- rata Pengguna Telepon Seluler di Akhir Pekan Tipe Pergerakan Tipe pergerakan pengguna telepon seluler Antar-Zona kabupaten/kota dan zona kecamatan yang terjadi di Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Pergerakan pengguna telepon seluler baik Antar-Zona kabupaten/kota maupun zona kecamatan didominasi oleh pergerakan internal-internal, yaitu sebesar 95,78%, sedangkan pergerakan internal-internal Antar-Zona kecamatan sebesar 88,59%. Hal ini dikarenakan data telepon seluler yang dijadikan sampel merupakan data yang berasal dari nomor lokal provider seluler Telkomsel Provinsi Bali, sehingga pergerakan yang dihasilkan merupakan pergerakan pengguna telepon seluler penduduk lokal. Di sisi lain diketahui bahwa Provinsi Bali memiliki potensi dalam bidang pariwisata sehingga pergerakan di Provinsi Bali tidak hanya berasal dari penduduk lokal tapi juga dipengaruhi oleh pendatang atau wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali. Namun dalam penelitian ini pergerakan yang berasal dari pendatang dan wisatawan tidak diperhitungkan. 76 Jurnal Transportasi Vol. 16 No. 1 April 2016: 69-80

Gambar 7 Pergerakan Pengguna Telepon Seluler Antar-Zona Kecamatan di Kota Denpasar dan Wilayah Sekitarnya Gambar 8 Tipe Pergerakan Pengguna Telepon Seluler Antar-Zona Kabupaten/kota di Provinsi Bali Gambar 9 Tipe Pergerakan Pengguna Telepon Seluler Antar-Zona Kecamatan di Provinsi Bali Estimasi Matriks Asal Tujuan (Revy Safitri, Idwan Santoso, dan Sony Sulaksono Wibowo) 77

Pergerakan Tiap Jam Fluktuasi total pergerakan pengguna telepon seluler Antar-Zona kabupaten/kota dan Antar-Zona kecamatan tiap jam dalam 1 minggu ditunjukkan pada Gambar 10 dan Gambar 11. Terdapat data yang hilang pada jam dan hari tertentu yang mempengaruhi masing-masing grafik total pergerakan tiap jam yang terbentuk. Namun berdasarkan pola yang terbentuk dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi perbedaan pola pergerakan pada hari biasa maupun pada akhir pekan, baik total pergerakan tiap jam Antar-Zona kabupaten/kota maupun Antar-Zona kecamatan. Gambar 10 Fluktuasi Total Pergerakan Pengguna Telepon Seluler Antar-Zona Kabupaten/Kota Tiap Jam dalam 1 Minggu Gambar 11 Fluktuasi Total Pergerakan Pengguna Telepon Seluler Antar-Zona Kecamatan Tiap Jam dalam 1 Minggu 78 Jurnal Transportasi Vol. 16 No. 1 April 2016: 69-80

KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan mengkaji estimasi MAT berdasarkan data telepon seluler yang informasi lokasi BTS yang terhubung dengan perangkat telepon seluler dari waktu ke waktu selama kondisi aktif. Mengestimasi MAT berdasarkan data telepon seluler adalah hal yang mungkin dilakukan dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan metode konvensional. Namun ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam mengestimasi MAT pada penelitian ini, yaitu bahwa pembagian zona dalam pembentukan MAT berdasarkan wilayah administratif pemerintahan akan mengurangi tingkat akurasi informasi lokasi BTS dalam data seluler di wilayah perbatasan zona. Hal ini disebabkan, ada kemungkinan pengguna telepon seluler yang berada di wilayah perbatasan teridentifikasi oleh sinyal antena BTS di zona lain yang memiliki jarak lebih dekat dan sinyal yang lebih kuat. Lokasi dengan kerapatan BTS yang tinggi mempengaruhi jumlah data telepon seluler yang tercatat. Pengguna telepon seluler yang melakukan kegiatan di wilayah dengan kerapatan BTS yang tinggi memiliki jumlah data telepon seluler yang tercatat sangat tinggi karena sering terjadinya perpindahan antena BTS. Jumlah data telepon seluler yang tercatat masing-masing pengguna telepon seluler juga dipengaruhi oleh keaktifan telepon seluler karena data telepon seluler hanya akan tercatat dalam sistem jaringan seluler saat telepon seluler dalam keadaan aktif. Mengestimasi MAT berdasarkan telepon seluler dari 1 provider seluler yang berasal dari nomor lokal suatu wilayah akan menghasilkan MAT yang tidak mempertimbangkan pergerakan yang ditimbulkan oleh pendatang atau wisatawan yang berkunjung ke wilayah tersebut. Selain itu, MAT yang dihasilkan merupakan MAT trip based yang belum mencerminkan MAT yang digunakan dalam kajian transportasi, sehingga diperlukan scaling factor untuk mendapatkan MAT aktual yang dapat digunakan dalam kajian transportasi. Dalam rangka meningkatkan hasil yang lebih baik disarankan untuk mempertimbangkan kepadatan penduduk, kerapatan BTS, dan BTS yang berada di lokasi perbatasan dalam menentukan sistem zona. Pada penelitian ini penentuan zona hanya berdasarkan wilayah administrasi dan ada tidaknya BTS di zona tersebut. Selain itu, disarankan untuk menggunakan informasi data telepon seluler dari berbagai jenis provider seluler yang memiliki jaringan seluler di wilayah studi untuk menangkap seluruh pergerakan yang terjadi di wilayah studi, baik yang berasal dari penduduk lokal, pendatang, maupun wisatawan. Penelitian ini menghasilkan MAT pengguna telepon seluler sehingga diperlukan scaling factor yang dapat mengkonversi MAT pengguna telepon seluler ke dalam bentuk MAT aktual agar dapat digunakan dalam kajian transportasi. Scaling factor untuk mengkonversi MAT pengguna telepon seluler menjadi MAT aktual bisa didapatkan dengan melakukan simulasi arus lalulintas menggunakan MAT pengguna telepon seluler, Estimasi Matriks Asal Tujuan (Revy Safitri, Idwan Santoso, dan Sony Sulaksono Wibowo) 79

jaringan jalan, dan karakteristik sosio-ekonomi. Arus lalulintas hasil simulasi dibandingkan dengan arus lalulintas yang diperoleh melalui penghitungan volume atau arus lalulintas. Kemudian dilakukan optimasi untuk mendapatkan scaling factor dengan meminimalkan perbedaan arus lalulintas hasil simulasi dengan hasil penghitungan volume atau arus lalulintas. DAFTAR PUSTAKA Calabrese, F. 2011. Urban Sensing Using Mobile Phone Data. UbiComp 2011 Tutorials. 13 th ACM International Conference on Ubiquitous Computing. Beijing. Papacharalampous, Alexandros, E. 2014. Aggregated GSM Data in Origin Destination Studies. Transport and Planning Departement, Civil Engineering and Geosciences Faculty of Technical University of Deflt. Deflt. Rajna, Botond. 2014. Mobility Analysis with Mobile Phone Data. Departement of Science and Technology, Linköping University. Tamin, Ofyar Z. 2008. Perencanaan, Pemodelan, & Rekayasa Transportasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Zhang, Yi, Xiao Qin, Shen Dong, Bin Ran. 2010. Daily O-D Matrix Estimation Using Cellular Probe Data. Paper. Transportation Research Board Annual Meeting. Washington. DC. 80 Jurnal Transportasi Vol. 16 No. 1 April 2016: 69-80