MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BAGIAN-BAGIAN BUSANA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASH CARD PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 WATANSOPPENG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KONSEP MOL MENGGUNAKAN PAPAN PERMAINAN MONOPOLI SEBAGAI PEMBELAJARAN PAIKEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

*Keperluan Korespondensi, tel/fax: (0271) /648939, ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB III METODE PENELITIAN. Sekolah Dasar MUHAMMADIYAH 036 Kecamatan Tambang Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2. Subjek Penelitian adalah pendidik dan peserta didik kelas IV SDN. 11 laki-laki dan 7 perempuan.

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL INVESTIGASI BISNIS DAN GAME ULAR TANGGA KOMBI DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOMUNIKASI BISNIS

METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL UNTUK PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

Keperluan korespondensi, HP : ,

BAB III METODE PENELITIAN

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN KOMBINASI MEDIA GRAFIS JENIS BAGAN DAN MEDIA VIDEO. Oleh: Drs. H. Bulkani, M.Pd * dan Edy Franatha**

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Authenthic Assessment dalam Kurikulum 2013 pada Mata. Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 3 Tulungagung

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam peneltian ini adalah guru mata pelajaran IPS dan siswa

Kata kunci: Index Card Match, kartu gambar, Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATEMATIKA MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK SMK PERKEBUNAN BERTEMAKAN KOPI DAN KAKAO. Randi Pratama Murtikusuma 6

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS HURUF JAWA DENGAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG PADA SISWA KELAS XI TKR 4 SMK N 2 KEBUMENTAHUN AJARAN 2013/2014

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN KOSA KATA BAHASA INGGRIS MELALUI AUDIO-VISUAL. Novi Hidayati SMP Negeri 5 Ulujami Kab. Pemalang

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN :

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FLASH CARD PADA KELAS 4 SD. Oleh Cerianing Putri Pratiwi

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tujuan penelitian sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penerapan Pembelajaran Pakem pada Materi Pemanasan Global untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTsS Darul Aman

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN AKSARA JAWA DI SEKOLAH DASAR

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SISWA KELAS VII F SMP 1 BANGUNTAPAN

Pendahuluan. Rizkya et al., Peningkatan Kemampuan Menyusun Kata menjadi Kalimat Tanya...

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MENGGAMBAR ILUSTRASI PADA KELAS XI IPA SMA N 1 KARANGDOWO KLATEN

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

Keywords: Class Action Research, Audio Visual Video Media, Learning Outcome

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENGGUNAAN METODE COURSE REVIEW HORAY

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diadakan di dalam kelas dan lebih difokuskan pada masalah-masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI 3M PADA SISWA KELAS VIIA SMP ISLAM DIPONEGORO WAGIR KABUPATEN MALANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 004 Pulau

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Penelitian, kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Peneliti menerapkan desain penelitian model

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING HURUF BERGAMBAR DI TK NEGERI PEMBINA AGAM NIKE PRANSISKA ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

Key Words: map board media, social science learning achievement, ethnic and culture diversity in Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Kemampuan Membaca Awal Dengan. Metode Flash Card Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Muldaniah 1, Evy Fitria 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang menghasilkan sumber

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD. 1 Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3 Dosen PGSD FKIP UNS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN ROMAWI PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD NEGERI TEBING TINGGI

Fitri Agustina Lubis. Abstact. Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), Aktivitas, Sistem Pencernaan Pada Manusia.

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA KELAS X DI SMAN 2 BATU MENGENAI FILUM ARTHROPODA

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdiri dari 30 item soal tes pilihan ganda. Uji coba instrumen ini diikuti oleh 33

PEMANFAATAN MEDIA LIGHT FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 BOJONGSARI.

PENERAPAN MODEL CTL BERBANTUAN MEDIA VISUAL NOVEL DALAM MENGIDENTIFIKASI KEGUNAAN PROGRAM APLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: halaman 60-65

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BAGIAN-BAGIAN BUSANA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASH CARD PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 WATANSOPPENG Marwan 1 SMK Negeri 1 Watansoppeng 1 ernibaddi@yahoo.co.id 1 Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan keektifan media flash card dalam meningkatkan kemampuan memahami bagian-bagian busana pada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Watansoppeng. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari siswa dan guru. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Prosedur pengamatan menggunakan pengumpulan data, angket dan dokumentasi. Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap siklus melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Melalui paparan data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa dari pelaksanaan dua siklus jelas terlihat bahwa siswa di kelas X SMK Negeri 1 Watansoppeng lebih tertarik, dan lebih termotivasi secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media flash card pada materi memahami bagianbagian busana. Disarankan pada guru sebaiknya memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa khususnya dalam pelajaran menggambar busana. Kata Kunci: Flash card, media pembelajaran, bagian busana 1. Pendahuluan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kompetensi Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK/Madrasah Aliyah Kejuruan) 2008 menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran menggambar busana tentang memahami bagian-bagian busana. Mata pelajaran menggambar busana (fashion drawing) merupakan salah satu mata pelajaran produktif yang melatih siswa cara menggambar dan mengembangkan ide-idenya tentang busana (Prawitasari, 2010: 5). Kemampuan mencapai standar minimum memahami bagian-bagian busana tidak selalu mudah untuk dilakukan. Selama proses pembelajaran, baik guru maupun siswa sering kali mendapatkan masalah dalam mata pelajaran ini. Bagi guru terkadang mereka kesulitan mencari metode yang sesuai sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang termotivasi untuk menerima pelajaran. Begitu pun dengan siswa yang sering kali kurang tertarik pada menggambar busana karena merasa tidak memiliki kemampuan atau bakat menggambar busana. Berdasarkan pengamatan di SMK Negeri 1 Watansoppeng pada siswa kelas X tata busana ditemukan beberapa masalah. Pengetahuan siswa tentang bagian-bagian busana belum cukup memadai, terbukti beberapa siswa belum bisa menyebutkan, menjelaskan, dan menggambarkan bagian-bagian busana seperti bentuk dasar garis Halaman 355 dari 896

Marwan leher, kerah, lengan maupun rok. Siswa belum terampil menggambar dengan modelmodel yang beragam dan lebih variatif dengan menerapkan pengembangan dari bentuk dasar bagian-bagian busana. Hal ini yang menjadi masalah utama bagi siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penulis mencoba untuk menciptakan suatu media yang dapat membantu siswa untuk belajar dan lebih mengenali secara dalam gambar model dan deskripsi bagian-bagian busana dengan cara yang lebih efektif dan menyenangkan. Untuk itu sebagai media pembelajaran maka dipilihlah media flash card dan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) dijadikan tolak ukur untuk mengetahui efektivitas penggunaan flash card dalam meningkatkan kemampuan memahami bagian-bagian busana pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Watansoppeng. Menurut Arsyad (2009: 119) flash card merupakan kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan isi gambar tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana meningkatkan kemampuan menggambar bagian-bagian busana dengan menggunakan kartu flash card di kelas X SMK Negeri 1 Watansoppeng? 2. Apa masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa dengan menggunakan flash card dalam proses belajar mengajar di SMK Negeri 1 Watansoppeng? Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keefektifan media flash card dalam meningkatkan kemampuan menggambar bagian-bagian busana di kelas X SMK Negeri 1 Watansoppeng. 2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa dengan menggunakan flash card dalam proses belajar mengajar di SMK Negeri 1 Watansoppeng. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dijadikan sebagai acuan bagi guru agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Untuk siswa bisa menjadi cara yang opsional karena penggunaan flash card menggunakan metode bermain sambil belajar sehingga siswa lebih mudah dalam memahami bagian-bagian busana. Dan manfaat praktis diharapkan dapat berguna dalam upaya menyajikan materi bagian-bagian busana di SMK nnegeri 1 Watansoppeng serta siswa tata busana pada umumnya. Halaman 356 dari 896

Meningkatkan Kemampuan Memahami Bagian-Bagian Busana 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar di kelas, dan untuk membawa perubahan dalam praktek di kelas. Penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi tindakan yang terbagi dalam dua siklus. Setelah siklus pertama, hasil refleksi menjadi umpan balik untuk mengembangkan rencana selanjutnya dalam siklus berikutnya. Dan pada siklus kedua dilakukan pengembangan strategi dalam pembelajaran menggambar busana untuk kompetensi dasar memahami bentuk bagian-bagian busana. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Watansoppeng dengan subjek penelitian siswa kelas X tata busana tahun akademik 2015/2016. Adapun sumber data primer diperoleh secara langsung melalui observasi, pre test dan post test. Data berupa nilai ketika pre test, saat game berlangsung dan post test yang diikuti oleh 17 orang siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Analisis data melalui reduksi data, evaluasi, dan refleksi. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tahap perencanaan, pertama dilakukan pre test, orientasi dan observasi di lingkungan sekolah, guru, siswa dan kesulitan belajar siswa. Hasil temuan menunjukkan prestasi belajar siswa yang masih rendah. Terbukti kemampuan siswa untuk menyebutkan, menjelaskan dan menggambar bagian-bagian busana baik lisan maupun praktek masih sangat rendah. Kedua membagi kuesioner dan tes kepada siswa untuk menentukan data yang tepat dari kesulitan siswa. Ketiga penyajian materi pembelajaran melalui media flash card yang dikelola sedemikian rupa sehingga situasi kelas menjadi lebih menyenangkan. Dan terakhir menentukan kriteria keberhasilan untuk mengetahui dan mengukur tingkat pencapaian keberhasilan siswa. Indikator tingkat keberhasilan belajar siswa adalah 80% dari jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan skor 75 dari post test akhir setiap siklus dengan skor rublik. Dan kriteria lainnya dilihat dari keaktifan dan motivasi selama proses belajar mengajar berlangsung yang diamati oleh peneliti sendiri dan teman sejawat selama proses penelitian. Penerapan, rencana tindakan untuk kegiatan pembelajaran bagian-bagian busana dengan menggunakan flash card diawali dengan fokus menjelaskan materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajarannya yaitu: Halaman 357 dari 896

Marwan 1. Guru menjelaskan pengetahuan konsep tentang materi pelajaran serta apa dan bagaimana bermain dengan flash card 2. Guru mengenalkan beberapa gambar pada kartu yang dipilih berdasarkan tema yang telah ditentukan. 3. Siswa diberikan flash card sebagai contoh termasuk gambar dan deskripsinya dan cara penskorannya. Fokus yang kedua yaitu latihan menghafal nama dan menjelaskan deskripsi materi. Kegiatan pembelajarannya yaitu sebelum siswa bermain game flash card, siswa mencoba mempelajari beberapa nama dari bagian-bagian busana serta memahami deskripsinya. Observasi, dilakukan agar didapat data yang valid pada tindakan kelas yang telah dilakukan. Prestasi belajar, keterlibatan siswa dan motivasi selama pelajaran, kesulitan yang dihadapi guru dan siswa di dalam kelas merupakan data yang dibutuhkan. Refleksi, mengacu pada penjelasan tentang hasil pelaksanaan, apakah tindakan itu berhasil atau tidak. Data yang diperoleh kemudian dianalis, dievaluasi, dan disimpulkan serta dinilai apakah siklus perlu direvisi atau tidak. Perlu kehatihatian untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dalam menentukan tindakan kelas. Hasil dan Pembahasan Temuan pada awal penelitian, dari 10 pertanyaan yang dibagi menjadi dua bagian tes dimana bagian pertama terdiri dari pertanyaan subjektif test yang berisi pertanyaan yang mengeksplorasi kemampuan kognitif siswa tentang bagan-bagian busana. Sedangkan 5 pertanyaan lainnya mengeksplorasi ranah psikomotor siswa tentang kemampuan menggambar bagian-bagian busana. Dari hasil pre tes yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil belajar siswa yang mencapai KKM hanya 30% atau hanya 5 orang siswa dengan skor rata-rata 72,06. Melihat hasil belajar siswa yang masih rendah tersebut maka perlu ada perubahan dalam metode pembelajaran. Untuk itu diterapkanlah metode pembelajaran dengan menggunakan media flash card agar hasil belajar siswa meningkat dan lebih kompeten. Temuan siklus pertama, dilihat dari hasil skor siswa umumnya belum memuaskan. Dari 17 orang siswa terdapat 13 atau 76% yang mendapat nilai yang kompoten, sedangkan 4 orang siswa atau 24% masih memilki nilai di bawah standar. Skor rata-rata kelas 78,71. Dan siklus kedua hasil post test II ditemukan bahwa dari Halaman 358 dari 896

Meningkatkan Kemampuan Memahami Bagian-Bagian Busana 17 siswa atau 100% kesemuanya mendapat nilai di atas KKM atau sudah kompeten dan jelas lebih baik dari siklus I dengan rata-rata kelas 83,35. Pembahasan Siklus pertama, perencanaan dilaksanakan dalam dua sesi, dimana sesi pertama. Untuk pengelolaan kelas, siswa akan dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok membagi dua kelompok kecil. Setiap siswa dalam kelompok adalah pemain mandiri dan menjadi lawan bagi kelompok lain. Sebelum menerapkan permainan flash card guru menjelaskan aturan mainnya dan memberikan contoh permainan flash card kepada siswa. Dan selama pelajaran berlangsung peneliti dan team mengajar mulai mengamati aktivitas siswa, sikap dan indikator lainnya. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa mencapai nilai standar lulus maka pada akhir siklus I siswa diberikan post test. Selain itu minat dan motivasi siswa diukur dengan observasi dan angket. Penerapan, dimana rancangan pembelajaran yang telah direncanakan dilaksanakan langsung di kelas, setelah membuka pelajaran dilanjutkan dengan membagi kelompok. Guru sebagai pemegang kendali kelas mengatur permainan dan menentukan pemenang dari permainan didasarkan pada angka di papan skor dan poin bonus yang telah direkam di kartu skor. Penilaian hasil belajar, terdiri dari penilaian hasil bermain game flash card dan nilai penugasan menggambar 36 variasi saku. Format penilain menggunakan score board yang tiap kotak score board poin dengan kelipatan 5 dan tingkatan poin minimal 5 dan maksimal 90 poin. Siswa yang dapat menjawab flash card dengan tepat akan mendapat poin untuk kelompoknya yang akan dijumlahkan dan dicatat pada lembar penilaian. Penilaian diadaptasi dari bentuk penilaian papan ular tangga tangga, bedanya papan score board flash card jalannya stik/catur tidak berdasarkan nilai pada jatuhnya dadu, tapi berdasarkan jumlah jawaban benar dari siswa saat menjawab flash card. Sesi kedua, sama denga sesi pertama juga dilakukan dalam tiga tahap. Dalam proses ini dikumpulkan beberapa data numerik (kuantitatif) yang diperoleh dari hasil tes sebelum dan sesudah pelaksanaan flash card dalam pembelajaran. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan dan juga dari angket jawaban siswa. Dari data yang telah didapat maka temuan umum dari siklus I adalah sebagian besar siswa antusias terhadap penerapan media flash card. Namun, disesi kedua ketika siswa diminta untuk menjawab pertanyaan terkait dengan permainan tidak semua siswa bisa menghafal nama bagian-bagian busana dengan baik. Siswa tidak bisa mempertahankan memorinya tentang nama-nama bagian-bagian busana tersebut. Halaman 359 dari 896

Marwan Siswa terlalu bersemangat untuk menjadi pemenang permainan sehingga kehilangan beberapa nama bagian-bagian busana dalam pikirannya setelah permainan. Selain itu bebarapa siswa belum bisa memahami instruksi permainan dengan baik. Hal ini terjadi karena beberapa siswa belum memahami betul bagaimana memainkan flash card dan siswa kurang berlatih menggunakan media flash card. Selain itu penguatan dilakukan hanya dengan memberikan pertanyaan lisan kepada beberapa siswa. Temuan Siklus Kedua Secara umum proses pembelajaran sama seperti pada siklus pertama. Untuk mempertahankan memori siswa dalam permainan maka diberikan penilaian objektif tertulis setiap sesi. Dari sesi pertama diperoleh kesimpulan bahwa belajar dengan menggunakan media flash card menunjukkan hasil yang cukup menyenangkan terbukti siswa larut dalam proses pembelajaran. Pada sesi kedua guru mengajak siswa untuk lebih aktif dengan pemberian penghargaan dan hukuman untuk memberikan motivasi ekstra selama proses belajar mengajar. Penguatan juga dilakukan dengan memberikan pertanyaan lisan kepada beberapa siswa dan pertanyaan tertulis kepada semua siswa disetiap akhir sesi. Dan hasilnya permainan flash card dapat diikuti dengan lebih antusias. Selain itu dengan mengunakan flash card sebagai model, guru dapat mengelola kelas seperti yang dikemukakan oleh Finnochioro (1973: 155) saran dalam mengajar bahwa seorang guru harus; (1) mempromosikan lingkungan yang ramah di kelas, (2) menciptakan dan mengatur bahan, (3) mengatasi kekurangan dalam buku teks, (4) merangsang dan mempertahankan minat melalui kegiatan praktek bervariasi, (5) menenkankan aspek menyenangkan dalam pembelajaran, dan (6) memberikan siswa perasaan diperlukan keberhasilan yang akan menentukan pertumbuhan mereka terhadap komunikasi. 4. Kesimpulan dan Saran Hasil dari pelaksanaan dua siklus terlihat bahwa penggunaan media flash card sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa menggambar bagianbagian busana kelas X SMK Negeri 1 Watansoppeng. Siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk secara aktif terlibat selama proses belajar mengajar dengan menggunakan media flash card. Karena media ini melibatkan saluran sensorik pelajar (visual dan otot koordinasi) jadi sangat membantu siswa untuk menghafal dan mempertahankan memori dengan baik. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan media flash card pada siklus 1 dapat teratasi dengan baik sehingga penggunakan media flash card pada siklus 2 lebih optimal. Terbukti pada siklus 2 hasil belajar dan Halaman 360 dari 896

Meningkatkan Kemampuan Memahami Bagian-Bagian Busana motivasi siswa terhadap materi nama-nama bagian-bagian busana secara signifikan menunjukkan hasil yang lebih baik. Diharapkan penggunaan media flash card ini dapat memberikan kontribusi positif bukan hanya pada materi menggambar bagianbagian busana tapi juga pada materi lain atau mata pelajaran lain khususnya mata pelajaran tata busana. Daftar Pustaka [1] Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. [2] Depdiknas. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 2004. Kurikulum SMK. Edisi 2004 Bidang Keahlian TataBusana.(ebook),http://kurikulumsmk.freehosting.net/busana/1busana.htm, diakses 20 Juli 2011. [3] Hamalik, O. 1989. Pendidikan dan Media Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. [4] Indira. 2008. Flash Card. (online), (http://indir4.flashcard.wordpress.com,diakses 4 Mei 2011. [5] Majid. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Rosdakarya. [6] Parmaningsih, Dwi W. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Membaca dan Menulis Permulaan Melalui Metode Flash Cards pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Pandanwangi 4 Kecamatan Blimbing Kota Malang. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. [7] Poespo, G. 2000. Teknik Menggambar Mode Busana. Yogyakarta: Kanisius Halaman 361 dari 896