BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Dengan latar belakang kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang masih miskin dan tertinggal oleh pembangunan, maka upaya kesehatan ibu dan anak perlu ditingkatkan dalam konteks meningkatkan kualitas hidup masyarakat NTT. Misi ini berkaitan dengan program-program lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai bidang. Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Detusoko tidak terlepas dari kurangnya kesejahteraan yang melibatkan kondisi sosial ekonomi dan pembangunan serta pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan. Berbagai upaya pemenuhan kebutuhan gizi dan pangan untuk ibu hamil perlu ditingkatkan dan peranan tenaga medis serta sarana dan fasilitas kesehatan harus banyak mempertimbangkan kondisi lingkungan dan sosial masyarakat. Selain itu faktor budaya yang kerapkali dianggap sebagai faktor penentu dan pengaruh tingginya terhadap angka kematian ibu dan bayi perlu diteliti dan dibahas secara mendalam. Oleh karenanya penelitian budaya sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi ini dilakukan. Dari pembahasan dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa temuan seperti persoalan kondisi sosial ekonomi di Detusoko yang secara geografis jauh 78
dari sarana kesehatan dan kondisi lingkungan yang subur tetapi belum mampu menopang kesejahteraan ekonomi yang baik bagi rumah tangga keluarga. Pada kenyataannya pola seperti menjual hasil panenan seperti padi dan ditukar dengan konsumsi pangan instan cukup meminta perhatian yang akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Komoditi panen dari sawah maupun kebun masih dirasa belum bisa menutup kebutuhan rumah tangga keluarga di Detusoko yang semakin meningkat kebutuhan hidupnya. Temuan lain dalam melihat sistem adat dan kebudayaan yang kuat di Detusoko tercermin dari keseharian masyarakat yang masih memberlakukan mitos dan ritual adat dalam setiap fase kehidupannya. Seperti halnya ritual kelahiran dan kematian menunjukkan masyarakat mengalami transisi sosial dalam menjalankan fungsi identitas sosialnya di tengah masyarakat. Selain itu, nalar masyarakat dalam merespon kematian ibu dan bayi semasa kehamilan maupun pasca kelahiran cenderung lebih menerima alasan kultural dibandingkan dengan alasan medis. Hal ini disebabkan karena pengetahuan tentang medis belum dimiliki sebagai pengetahuan sosial bagi penduduk Detusoko. Sementara ingatan sosial tentang pengalaman terhadap mitos dan hal gaib lebih tertanam di diri mereka. Penjelasan diatas menunjukkan indikasi bahwa selama ini mitos, hal gaib dan ritual lebih memiliki kekuatan dan fungsinya dalam sistem pengetahuan tradisional masyarakatnya. Selain memiliki fungsi psikologis, sosial, dan protektif, kepercayaan terhadap mitos dan ritual dibangun berdasarkan relasirelasi mereka dimasyarakat. Persepsi lokal untuk mengatasi sakit penderitaan sosial akibat kematian, disembuhkan melalui ritual dengan ajaran adat dan agama 79
yang mengatakan bahwa kematian ibu dan bayi merupakan hal yang baik karena mereka secara sosial ditempatkan di surga Ata Pupu. Namun konteks kultural ini tidak serta merta menjadi faktor penyebab kematian ibu dan bayi karena bagaimanapun keselamatan ibu dan bayi di dunia dan di akhirat berbeda. Oleh karenanya perlu dikembangkan upaya transformatif kultural yang bisa menjembatani antara kearifan lokal dengan medis modern. Meski peristiwa kematian menjadi sebuah hal yang biasa ditemui dalam kehidupan manusia, akan tetapi perasaan keluarga yang merasa bersedih, bersalah dan juga menyesal ketika mengingat orang yang telah meninggal bukanlah hal yang bisa dihilangkan begitu saja. Kenangan-kenangan manis saat hidup masih berusaha digambarkan lewat perlakuan mereka dengan cara memberikan susu, mengajak mengobrol di makam dan juga ada yang menganggap bayinya tumbuh sesuai dengan umur yang seharusnya jika ia masih hidup. Di sisi lain, ada kelemahan-kelemahan dalam intervensi medis modern dalam program-program yang telah digalakkan dari lembaga di luar adat. Misalnya program Jampersal, revolusi KIA belum sepenuhnya memenuhi kemudahan akses masyarakat miskin dan terpencil di kampung-kampung. Syaratsyarat dan teknis birokrasi juga sulit direalisasikan oleh penduduk kampung di Detusoko. Meskipun sudah berjalan dengan baik dan menunjukkan perubahan yang signifikan namun hubungan yang dibangun antara tenaga medis, dinas, dengan masyarakat belum sepenuhnya dilandasi kepercayaan penuh. Bahkan banyak yang hanya mengandalkan bantuan dan berorientasi uang/materi semata. 80
Disinilah tampak relasi antara intervensi program kesehatan berelasi dengan program-program peningkatan kesejahteraan dibutuhkan. Dengan latar belakang penjelasan diatas maka perlu dipikirkan bagaimana upaya transformasi yang lebih efektif dan tepat untuk mencapai tujuan keselamatan ibu dan bayi di Detusoko. Transformasi yang disasar dalam kajian budaya adalah melalui internalisasi nilai-nilai baru (modern) ke dalam nilai-nilai lama (tradisional). Dibutuhkan penyesuaian dan adaptasi agar yang tercipta bukanlah penggantian nilai-nilai tetapi keterpaduan antara nilai lama dan baru. Ketercapaian transformasi tersebut perlu didukung oleh kerjasama antara berbagai pihak seperti lembaga adat, lembaga agama, dan lembaga pemerintah maupun asing beserta dengan para tokoh-tokohnya. Penyebab kematian ibu dan bayi yang dilihat secara berbeda antara keluarga dan petugas kesehatan yaitu kematian ibu dan bayi terjadi akibat faktor medis, dan nonmedis (geografis, sosial, budaya, ekonomi) sebaliknya keluarga selalu mengkaitkan kematian tersebut dengan suwanggi. Ritual baik secara keagamaan maupun adat merupakan sebuah bentuk akulturasi yang masih dijaga oleh masyarakat Detusoko dalam melepas kematian anggota keluarganya. Selain internalisasi nilai-nilai baru dibutuhkan pula transformasi sosial seperti adanya jaminan sosial masyarakat yang mampu menjadi asuransi masyarakat yang sesuai dengan sistem sosial masyarakat yang dinamis. Sementara itu transformasi kultural juga dapat dilakukan dengan mengembangkan upayaupaya untuk kesehatan ibu dan anak didetusoko yang memiliki fungsi 81
sebagaimana sistem kebudayaan telah menjadi kebiasaan serta tradisi yang kuat dalam masyarakat. V.2 Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan dari penelitian yang telah dilakukan ini yaitu adanya lembaga perantara antara pihak masyarakat dengan pihak negara yang berperan baik dalam hubungannya dengan instansi pemerintahan maupun masyarakat. Transformasi yang dilakukan pun sebisa mungkin lebih menggunakan pendekatan yang apresiatif terhadap masyarakat lokal sehingga relasi yang terbentuk adalah relasi kepercayaan yang berlandaskan rasa cinta untuk bergerak bersama-sama. 82