PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

dokumen-dokumen yang mirip
MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PEDOMAN & TATA TERTIB SATUAN PENGAWASAN INTERNAL PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KUISIONER PENELITIAN

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

Kebijakan Manajemen Risiko

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

MFK (Manajemen Fasilitas dan Keselamatan)

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh

DOKUMEN KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI)

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

INSTRUMEN AKREDITASI PUSKESMAS

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN FOOD SERVICE MANAGEMENT

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

Nama : Gema Mahardhika NIM : Kelas : A PDCA. a) Pengertian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)

Internal Audit Charter

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Sistem manajemen mutu Persyaratan

DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan aktiva.

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

PPMI ( Pusat Penjaminan Mutu )

- 5 - BAB I PENDAHULUAN

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS)

Elemen 3 ORGANISASI & PERSONIL

TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN SIM-RS DIREKTUR RS KARITAS

PEDOMAN PENGORGANISASIAN INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA RUMAH SAKIT RSU DADI KELUARGA URAIAN JABATAN

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Sistem manajemen mutu Persyaratan

BENTUK RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) I. BENTUK RK3K USULAN PENAWARAN DAFTAR ISI

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD dr. SLAMET GARUT Nomor : Tentang : PEMBENTUKAN TIM KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN

A. KRITERIA AUDIT SMK3

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS KEJAJAR I

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF )

Transkripsi:

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR RUMAH SAKIT VITA INSANI JL. MERDEKA NO. 329 PEMATANGSIANTAR

DAFTAR ISI Daftar Isi... i Lembar Pengesahan... ii BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Tujuan...1 BAB II KONSEP DASAR...2 A. Defenisi...2 B. Upaya Keselamatan Dan Keamanan...2 C. Konsep Manajemen Risiko...3 D. Kerangka Kerja Manajemen Risiko...4 E. Fungsi Pengawasan...4 F. Monitoring Lingkungan Kerja...5 BAB III PELAKSANAAN...7 A. Petugas Pelaksana...7 B. Sasaran Dan Standart...7 C. Area Monitoring...8 D. Pencatatan Danpelaporan...8 BAB IV PENUTUP...10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan dan keselamatan bagi pengguna jasa (customer) menjadi prioritas penyelenggaraan usaha dewasa ini.penyelenggaraan lingkungan kerja yang aman juga merupakan kewajiban perusahaan yang tertuang dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.Pelayanan dan operasional rumah sakit hendaknya juga tidak mengabaikan aspek keamanan dan keselamatan baik bagi pasien, pengunjung, maupun karyawan.upaya menunjang keamanan dan keselamatan diwujudkan salah satunya melalui kegiatan manajemen risiko.manajemen risiko menekankan pada keamanan dan keselamatan pasien, pengunjung, dan karyawan yang pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama, baik direksi, manajemen, hingga staff.adanya jaminan keamanan dan keselamatan mencerminkan kualitas pelayanan yang professional sesuai dengan motto rumah sakit.adapun jaminan keselamatan dalam bekerja memastikan kelancaran operasional pelayanan rumah sakit dengan memudahkan karyawan dalam bekerja. Memprioritaskan keamanan dan keselamatan berarti mempertahankan loyalitas baik kastamer maupun karyawan yang harapannya akan mempertahankan pula income yang kontinu bagi eksistensi rumah sakit. Pelaksanaan monitoring yang selama ini dijalankan di rumah sakit berupa kegiatan sporadic yang dilakukan unit-unti tertentu.karena kurangnya koordinasi unit-unit pelaksana monitoring tersebut maka sulit melakukan analisis kebutuhan maupun penentuan anggaran yang sistematis.sudah saatnya rumah sakit membangun sistem monitoring dan evaluasi keamanan dan keselamatan yang terintegrasi dengan melibatkan unit kerja yang ada.sistem monitoring dan evaluasi umumnya membutuhkan koordinasi agar dapat segera dilakukan tindak lanjut juga untuk menjaga kesinambungan program kerja antar unit.adanya koordinasi meminimalisir terjadinya over-lappingpekerjaan sehingga dengan demikian mendukung perencanaan anggaran yang sistematis. Penyelenggaraan Monitoring lingkungan kerja selain menjadi bagian dari proses manajemen risiko untuk menjalankan fungsi pengawasan juga diharapkan meningkatkan awareness atau kewaspadaan karyawan pada umumnya mengenai arti penting keamanan serta keselamatan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Sebagai implementasi program manajemen risiko terutama fungsi pengawasan (monitoring) dan pemantauan kondisi keamanan dan keselamatan bagi pasien, pengunjung, maupun karyawan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeteksi dan mengidentifikasi dini adanya kondisi berisiko dan berbahaya b. Melakukan koordinasi antar unit kerja dalam upaya menerapkan pengendalian risiko c. Memberikan rekomendasi keamanan dan keselamatan fasilitas, pekerjaan, dan lingkungan kepada direksi berdasarkan hasil pengendalian dan penilaian risiko

BAB II KONSEP DASAR A. Definisi 1. Keamanan Keadaan bebas dari bahaya yang berhubungan dengan kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain. 2. Keselamatan Kondisi atau kegiatan yang diselenggarakan untuk menghindari cedera (injury), penyakit (disease), maupun kecelakaan (accident). 3. Manajemen risiko Suatu proses dan struktur mengelola risiko yang ada di setiap kegiatan. Manajemen risiko terkait erat dengan budaya, proses, dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik. 4. Konsep Siklus Deming atau Siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) Siklus PDCA merupakan metode pendekatan manajemen yang menitikberatkan pada perkembangan berkesinambungan (continuous improvement) dengan melibatkan 4 fase yaitu Plan (perencanaan), Do (pelaksanaan), Check (pengawasan), Action (tindak lanjut). 5. Fungsi Pengawasan Upaya sistematis dalam bentuk pengamatan terus menerus untuk menetapkan kinerja sesuai dengan perencanaan, merancang sistem umpan balik, membandingkan kinerja respon dengan standar yang telah ditentukan, dan mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan 6. Monitoring lingkungan kerja Satu atau sekelompok personel yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan di lingkungan sekitarnya dengan berjalan berkeliling serta memiliki kewenangan untuk menerapkan tindakan korektif yang dibutuhkan saat itu. 7. Petugas Patrol Petugas yang ditunjuk untuk melakukan patroli. Petugas patrol bertanggung jawab melakukan tindakan primer berupa pencegahan, perlindungan, pemberian instruksi atau arahan, hingga pengamanan. B. Upaya Keselamatan dan Keamanan Rumah sakit memastikan seluruh komponen rumah sakit baik pasien, staf dan pengunjung terproteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau akses serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang dan memastikan seluruh komponen rumah sakit baik pasien, staf dan pengunjung terproteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan, atau akses serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang dengan : a. Menjamin keamanan, semua staf, pengunjung, vendor / pedagang dan lainnya di rumah sakit diidentifikasi dan diberi tanda pengenal (badge) yang sementara atau tetap atau langkah identifikasi lain, juga seluruh area yang seharusnya aman, seperti ruang perawatan bayi baru lahir, yang aman dan dipantau; b. Melaksanakan sosialisasi keselamatan dan keamanan kerja kepada seluruh karyawan dalam bentuk pelatihan, leaflet, poster, penyuluhan dan lain lain;

c. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD), serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi; C. Konsep Manajemen Risiko Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa berbahaya pada jangka waktu tertentu atau dalam keadaan tertentu dengan tingkat keparahan cedera, kerusakan, dampak terhadap kesehatan manusia, responsi, lingkungan atau kombinasi dari ini disebabkan oleh proses produksi. Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman dalam suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan pengelolaan sumber daya. Tujuan utama manajemen risiko adalah menjamin keamanan dan keselamatan. Ada 3 elemen dasar pelaksanaan manajemen risiko, yaitu: a. Identifikasi hazard atau bahaya Tujuan dari identifikasi bahaya adalah untuk menyoroti proses kerja yang menimbulkan dampak signifikan terhadap kesehatan dan keselamatan karyawan serta menyoroti bahaya yang berkaitan dengan peralatan,sumber respon, kondisi atau kegiatan tertentu. b. Penilaian risiko (risk assessment) Penilaian Risiko adalah penentuan kemungkinan dan keparahan kejadian untuk menentukan besarnya dan prioritas bahaya yang sudah diidentifikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan metode analisis kuantitatif kualitatif, semi kuantitatif atau kualitatifkuantitatif. c. Pengendalian risiko Pengendalian adalah penghilangan atau inaktivasi bahaya dengan cara yang sedemikian rupa sehingga suatu proses pekerjaan minim risiko bagi pekerja atau personel yang masuk ke dalam suatu area kerja. Pengendalian umumnya diberlakukan pada sumber bahaya. Metode ini sering disebut sebagai rekayasa. Jika ini tidak berhasil, bahaya dapat dikendalikan pada titik antara sumber bahaya dan pekerja. Metode ini disebut sebagai pengendalian responsive. Jika hal ini masih tidak memungkinkan, bahaya harus dikendalikan pada tingkat pekerja melalui penggunaan alat pelindung diri (APD), meskipun ini adalah bentuk pengendalian yang paling lemah. D. Kerangka Kerja Manajemen Risiko

Strategi untuk mengaplikasikan manajemen risiko salah satunya dengan menerapkan sistem manajemen terintegrasi yang mengacu Siklus Demming atau siklus PDCA (plan-do-checkaction). Adapun tujuan dari prinsip tersebut adalah melakukan perbaikan berkelanjutan (continual improvement) sebagai basis framework dan proses manajemen risiko. Siklus PDCA melibatkan 4 strategi yaitu Plan (perencanaan), Do (pelaksanaan), Check (pemantauan), Action (tindak lanjut), yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga digambarkan sebagai suatu siklus. Plan :Dalam proses manajemen risiko langkah awal yang sangat penting adalah Perencanaan. Perencanaan bertujuan menetapkan konteks yang meliputi penetapan tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter lain yang berhubungan dengan proses pengelolaan risiko suatu organisasi. Dengan menetapkan konteks akan terlihat hubungan antara masalah atau hal yang akan dikelola risikonya dengan lingkungan organisasi (eksternal & internal), proses manajemen risiko dan ukuran atau kriteria risiko yang dijadikan standar. Dalam penetapan konteks ini ditetapkan pula sumber daya, struktur organisasi (tanggung jawab dan wewenang) yang diperlukan dalam pengeloaan risiko. Do :Tahap Pelaksanaan diimplementasikan dengan melakukan apa yang telah direncanakan. Pada tahap ini, segala keputusan harus diambil berdasarkan tahap Plan dimana akan terlihat permasalahan yang mempunyai pengaruh besar terhadap proses yang sedang berlangsung. Check :Tahap Check mengandung fungsi pengawasan, yaitu pengamatan secara terus menerus untuk membandingkan kondisi respon dengan standar yang telah ditetapkan pada tahan Plan. Bila hasil yang didapat dari tahap Check ternyata belum memenuhi kelayakan, maka dilakukan evaluasi dan tindakan korektif untuk memastikan proses berjalan sesuai kaidah awal sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Action : Tahap Act atau Tindak Lanjut diimplementasikan dengan membuat usulan standard dan menetapkan langkah selanjutnya berdasarkan temuan dari tahap Check. Tahap ini dimaksudkan untuk menjawab apa yang harus dikerjakan untuk melaksanakan keseluruhan rencana, termasuk perbaikan kelemahan yang telah ditemukan, sehingga mencapai tujuan atau sasaran awal perencanaan. Pada tahap ini ada kemungkinan terjadi standarisasi ulang proses maupun proses perbaikan yang terbaik terhadap proyek ditetapkan sebagai suatu prosedur standar. E. Fungsi Pengawasan Fungsi Pengawasan terkandung dalam tahap PDCA yang ketiga (Check) di mana fungsi ini penting keberadaannya dalam suatu proses manajemen risiko. Fungsi pengawasan akan mengimplementasikan ketiga elemen dasar manajemen risiko yaitu Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, dan Pengendalian risiko. Fungsi pokok dari suatu pengawasan adalah untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan, memperbaiki penyimpangan atau kesalahan yang terjadi, serta mempertebal rasa tanggung jawab. Dalam pelaksanaannya,

pengawasan atau monitoring membandingkan standar dengan kinerja actual. Melalui kegiatan pengawasan, pemantauan dan pengkajian ulang terhadap seluruh proses manajemen risiko termasuk konteksnya (lingkungan, proses, organisasi, strategi, stakeholder dsb.) diharapkan dapat menjawab ketiga pertanyaan berikut : a. Apakah tindakan pengendalian telah menyelesaikan masalah (menekan risiko bahaya)? b. Adakah risiko baru yang timbul setelah dilakukan pengendalian? c. Apakah semua bahaya sudah teridentifikasi dengan benar dan menyeluruh? Dengan demikian fungsi pengawasan adalah membantu seluruh manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawabnya secara efektif dengan melaksanakan analisa, penilaian, rekomendasi dan penyampaian laporan mengenai kegiatan yang diperiksa. F. Monitoring Lingkungan Kerja Monitoring lingkungan kerja merupakan kegiatan pengawasan dan pemantauan berkala setiap kegiatan operasional rumah sakit yang terkait dengan keamanan serta keselamatan baik pasien, pengunjung, maupun karyawan di rumah sakit.pelaksanaan monitoring selain untuk membantu mengidentifikasi potensi bahaya, terlebih penting untuk menunjukkan keseriusan setiap anggota organisasi dalam mengambil tanggungjawab sebagai pelaksana keselamatan di tempat kerja. Monitoring lingkungan kerja sedikit banyak memiliki konsep yang sama dengan inspeksi yakni lebih cenderung menangkap gap atau temuan yang bersifat respon atau sesaat berupa kondisi tidak aman maupun perilaku tidak aman. Adapun tujuan diadakannya patrol lingkungan adalah: a. Memastikan tidak ada penyimpangan dari pelaksanaan perencanaan program b. Mengevaluasi kembali implementasi semua standar yang digunakan c. Memastikan kelayakan fasilitas lama maupun baru d. Mengenalkan awereness atau kewaspadaan akan keamanan dan keselamatan saat bekerja pada karyawan e. Sebagai rekomendasi pengambilan keputusan bagi direksi untuk membuat perencanaan anggaran maupun pengembangan berkelanjutan. Prinsip pelaksanaan Monitoring lingkungan kerja sebagai pengemban fungsi pengawasan manajemen risiko adalah: a. Tertuju kepada strategi sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan, b. Pengawasan harus menjadi umpanbalik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan c. Fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan, d. Cocok dengan kebutuhan organisasi e. Bersifat langsung yaitu pelaksanaan koreksi dilakukan seketika di tempat kerja, Syarat untuk pelaksanaan monitoring lingkungan kerja: 1. Menentukan standar pengawasan yang baik dan dapat dilaksanakan. 2. Menghindarkan adanya tekanan, paksaan, yang menyebabkan penyimpangan dari tujuan pengawasan itu sendiri. 3. Melakukan koordinasi untuk mengadakan per-baikan serta penyempurnaan rencana yang akan datang.

Sesuai dengan keterangan tersebut di atas, maka beberapa cara yang baik dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang diawasi agar memberikan keteranganketerangan yang jelas dan ikut serta memecahkan hal-hal yang mempengaruhinya. 2. Pengakuan atas hasil dan nilai manusia yang telah dilakukan, dengan kata lain memberi penghargaan atas hasil pekerjaannya. 3. Melakukan suatu kerja sama agar diperoleh saling pengertian, saling percaya mempercayai, yang bersifat suportif dan konstruktif. Secara umum ada 2 macam metode dan teknik pengawasan yaitu: 1. Metode Konvensional a. Pelaksanaannya berdasarkan teori atau petunjuk pihak pembuat kebijakan b. Dilakukan oleh tim khusus yang menguasai standar serta teori pengawasan c. Pelaksanaannya terjadwal d. Indikator Pengawasan berdasarkan sesuai dengan standar yang diadopsi 2. Metode Partisipatif a. Pelaksanaannya berdasarkan kriteria hasil rumusan bersama b. Dilakukan oleh seluruh yang terlibat didalam organisasi sesuai kesepakatan c. Bersifat dinamis tidak baku dilaksanakan sesuai kontek dan kondisi yang ada d. Indikator pengawasannya berdasarkan pengalaman dan dilaksanakan secara sistematis terdokumentasi dan berkelanjutan Mengingat sifat dan budaya organisasi di rumah sakit yang khusus, maka dianjurkan menerapkan metode pengawasan yang merupakan gabungan dari kedua metode di atas yaitu: 1. Pelaksanaannya sesuai anjuran atau arahan pihak pembuat kebijakan 2. Dilakukan oleh tim khusus yang terdiri dari gabungan unit dalam organisasi yang terkait dengan keamanan dan keselamatan 3. Pelaksanaanya terjadwal, teratur, dan berkesinambungan 4. Indikator pengawasan berdasarkan pengalaman dan standar yang ditentukan BAB III MEKANISME PELAKSANAAN

A. Petugas Pelaksana Petugas pelaksana Monitoring lingkungan kerja merupakan gabungan dari sejumlah unsur yang terkait dengan penyelenggaraan keamanan dan keselamatan di rumah sakit. Adapun kualifikasi yang harus dimiliki oleh petugas pelaksana adalah: 1. Mempunyai pengetahuan tentang obyek yang akan diperiksa dan diawasi 2. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman mengenai syarat keamanan dan keselamatan serta peraturan yang berkaitan dengan obyek pengawasan 3. Dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik 4. Memiliki integritas tinggi 5. Mengetahui prosedur inspeksi Meninjau kualifikasi tersebut dan mengingat tujuan dari pelaksanaan Monitoring lingkungan kerja ini adalah untuk menjalankan fungsi pengawasan akan keamanan dan keselamatan pasien, pengunjung, dan karyawan di rumah sakit, maka pihak yang seharusnya dilibatkan dalam pelaksanaan adalah 1. Bagian Sekuriti 2. Bagian Kerumahtanggaan 3. Bagian Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan 4. Bagian Teknisi 5. P2K3 Keempat unsur tersebut di atas dibentuk dan diberi kewenangan oleh direktur terkait untuk melakukan pengawasan, pencatatan, intervensi, dan pelaporan mengenai kondisi keamanan dan keselamatan di rumah sakit. B. Sasaran dan Standar Sasaran pelaksanaan Monitoring lingkungan kerja adalah hal-hal yang terkait dengan : 1. Keamanan dan kelayakan fisik gedung dan fasilitas 2. Kelayakan fasilitas pendukung pelayanan bagi pasien 3. Kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman 4. Kelayakan sarana prasarana kebersihan dan kesehatan lingkungan 5. Kondisi paparan dan proses kerja Standar yang digunakan untuk alat ukur dan acuan tindakan koreksi kegiatan merupakan standar yang telah ditentukan atau diadopsi oleh rumah sakit baik dalam bentuk undangundang, peraturan pemerintah, surat keputusan direksi, pedoman, maupun panduan dan petunjuk teknis pelaksanaan pekerjaan. C. Area Monitoring Setiap unit kerja atau bagian memiliki area monitoring yang berbeda sesuai dengan lingkup pekerjaannya masing-masing. Adapun pembagian area tersebut adalah sebagai berikut:

No. Bagian Obyek Pemantauan Frekuensi Pelaksanaan Frekuensi Pelaporan 1 Satuan Pengaman Kawasan Tanpa Rokok Setiap hari Per bulan Pengamanan Area Berisiko Setiap hari Harian 2 Kerumahtanggan Fasilitas dan Bangunan Setiap hari Per bulan Kelayakan Alat Makan 3 bulan sekali Per 3 bulan 3 Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan Kualitas Lingkungan Fisik Kerja 6 bulan sekali Per 6 bulan Pengelolaan Limbah Setiap hari Per bulan Kualitas Air Bersih 6 bulan sekali Per 6 bulan Emisi Genset 6 bulan sekali Per 6 bulan 4 Teknisi Genset Setiap hari Harian Lift Setiap hari Harian Instalasi Gas Medis Setiap hari Harian Instalasi listrik dan air Insidentil Setelah pelaksanaan 5 Pemeliharaan Sarana Alat pemadam kebakaran 6 bulan sekali Per 6 bulan Kelengkapan penandaan dan 6 bulan sekali Per 6 bulan penunjuk arah evakuasi 6 K3RS Kesehatan Karyawan 2 tahun sekali Per 2 tahun Pengelolaan B3 1 tahun sekali Per tahun Monitoring lingkungan kerja idealnya dilakukan secara teratur dan berkesinambungan, sehingga pelaksanaannya dilakukan setiap hari pada waktu yang sama. Waktu yang tepat adalah pagi hari di saat keseluruhan aktivitas mulai dijalankan yakni antara pukul 08.30 09.00. D. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan hasil monitoring lingkungan kerja dilakukan oleh unit kerja atau bagian yang melaksanakan pemantauan untuk kemudian dilakukan pelaporan tertulis sesuai dengan jadwal pelaksanaan pemantauan. Jenis dan bentuk pelaporan berbeda untuk setiap kegiatan. Laporan disertai usulan atau rekomendasi tindak lanjut dan ditandatangani oleh Kepala Bagian, Kepala Bidang/Instalasi, kemudian diserahkan kepada Direktur Umum dan Administrasi/Keuangan (UAK). Bila diperlukan, pelaksanan monitoring lingkungan kerja mendiskusikan rencana dan implementasi tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam rapat koordinasi yang melibatkan bagian atau unit terkait dan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien. Hasil rapat didokumentasikan dan disusun dalam bentuk laporan untuk disampaikan kepada Direktur Umum sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut untuk menyusun baik perencanaan kerja maupun perencanaan anggaran.

BAB IV PENUTUP Dengan adanya panduan keselamatan dan keamanan diharapkan dapat menjadi acuan dan petunjuk Unit Pemeliharaan Sarana dan Prasarana (UPSRS), kerumahtanggaan, pemeliharaan

kesehatan lingkungan, teknisi dan K3RS dalam melaksanakan upaya keselamatan dan keamanan di rumah sakit. Sejalan dengan perkembangan regulasi pemerintah, perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi khususnya dalam bidang keselamatan dan keamanan rumah sakit akan direvisi guna menunjang pelayanan kesehatan yang lebih baik.