Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

dokumen-dokumen yang mirip
Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul

BAB 3 METODE PENELITIAN

Perubahan Atap Masjid Agung Garut

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

BAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

Transformasi Atap Masjid Raya Bandung

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Usaha Preservasi pada Masjid Jami Kalipasir, Tangerang, Banten

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta LAMPIRAN

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

INTERAKSI KEBUDAYAAN

Perkembangan Arsitektur 1

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

AKULTURASI BUDAYA DALAM ARSITEKTUR MASJID GEDHE MATARAM KOTAGEDE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Perubahan pada Menara Masjid Sunan Ampel Surabaya Tahun

87 Universitas Indonesia

Masjid Shirathal Mustaqim, Pesona Pusaka Arsitektur Tropis di Tepi Sungai Mahakam

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

Perubahan Tipologi Arsitektur Masjid Kesultanan Ternate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rekonstruksi Arsitektur Kerajaan Majapahit dari Relief, Artefak dan Situs Bersejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. bayang-bayang kekuasaan Kesultanan Melayu Deli. Kesultanan Melayu Deli

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

ornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

JURNAL KAJIAN TENTANG SENI BANGUN MASJID BAITURROHMAN (MAKAM SUNAN KUNING) DI DESA MACANBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

di JAW A TE N GAH S E LATAN

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

Akulturasi Budaya dalam Makna dan Fungsi di Masjid Agung Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Masyarakat menyebutnya dengan bermacam-macam sebutan,

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.


ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN 10.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Transkripsi:

SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan Pengembangan kebijakan, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Islam datang ke Indonesia setelah penyebaran agama Hindu dan Budha. Pembawaan Oleh dasar itu banyak unsur islam di Indonesia yang dipengaruhi oleh unsur agama Hindu-Budha. Termasuk dalam arsitektural islam yang banyak membawa unsur-unsur lokal dan unsur Hindu-Budha. Masjid Agung Mataram Yogyakarta merupakan salah masjid peninggalan kerajaan Mataram islam. Dimana Mataram islam merupakan kerajaan yang diperkirakan terbentuk atas proses alkuturasi antar budaya islam, Hindu, dan Budha. Sehingga, banyak ditemukan unsur arsitektural masjid yang bukan merupakan budaya arsitektural islam pada umumnya. Hal tersebut diperkirakan dapat timbul karena adanya bentuk toleransi ataupun penyesuaian budaya islam terhadap budaya Hindu-Budha yang dominan pada kala itu. Sehingga terbentuklah arsitektural masjid yang membawa bentuk alkuturasi antar budaya Islam, Hindu dan Budha.Artikel ini berrtujuan membahas mengenai unsur arsitektural masjid yang merupakan bentuk alkuturasi budaya Islam,Hindu,dan Budha pada masjid Gedhe Mataram. Kata-kunci : alkulturasi,masjid,unsur arsitektural Pendahuluan kerajaan Mataram islam diperkirakan terbangun atas bentuk dari pencampuran budaya Hindu dan Budha yang dominan pada kala itu, dan budaya islam yang baru datang ke Nusantara. Kotagedhe yang diperkirakan sebagai kota yang didirikan pertama kali oleh kerajaan islam Mataram difungsikan sebagai ibukota kerajaan pada kala itu, yang dapat ditandai dengan banyaknya peninggaln kuno baik itu secara arsitektural maupun non-arsitektural Masjid Gedhe mataram merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan islam Mataram. Berlokasikan pada pada bagian selatan pasar Kotagede terpatnya pada kelurahan Jagalan, kecamatan Banguntapan Bantul,Yogyakarta. Masjid ini diperkirakan berdiri pada 1587-1601 oleh Panembahan Senopati Sutowijaya. Dasar pendirian masjid Gedhe Mataram adalah keinginan Ki Ageng Pemanahan untuk menyiarkan islam pada wilayah jawa bagian selatan yang masih banyak memeluk agama Hindu-Budha. Sehingga dibuatlah langgar sederhana di Alas Mentaok. Perjuangannya tersebut dilanjutkan kepada putranya Panembahan Senopati wijaya. Berdasrkan prasasti yang ada,diktakan bahwa pembangunan Masjid Gedhe Mataram dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama dilakukan pada masa kedudukan Panembahan Sultan agung dan pada tahap kedua dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X. Perbedaan antara kedua pembangunan tersebut adalah, pada tahap pertama pembangunan masjid hanya berupa bangunan kecil yang dapat disebut sebagai langgar. Pada tahap kedua dilakukan perluasan dan pembesaran masjid. Selain itu dilakukan perubahan pada tiang menyongkong masjid. Pada tahap Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 C 047

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha Pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram pertama digunakan material kayu sebagai tiang penyongkong bangunan. Sedangkan pada tahap kedua digunakan material besi sebagai tiang penyongkong bangunan. Sebagai bentuk toleransi terhadapa masyarakat beragama Hindu-Budha yang masih merupakan agama dominan pada masa itu. Maka Sultan Agung membangun mesjid ini dengan konsep peleburan antar budaya Islam dan budaya Hindu-Budha. Selain itu hal tersebut dilakukan sebagai rasa terimakasi Sultan Agung terhadap masyarakat Hindu yang menerima keberadaan penyebaran islam dengan damai. Pada proses pembangunan masjid ini pun melibatkan masyarakat sekitar yang beragama Hindu dan Budha. Atas dasar tersebut banyak ditemui unsur masjid yang bukan merupakan unsur islam. Akan tetapi merupakan unsur budaya Hindu-Budha yang dilakukan peleburan dengan budaya islam Unsur Alkuturasi Aristektural masjid Kompleks Masjid Gedhe Mataram terdiri atas bangunan masjid, kompleks makam raja dan halaman. Kompleks masjid ini dibuat dengan halaman yang luas yang difungsikan sebagai tempat berkumpul warga pada zaman dahulu. Selain itu masjin dibagi menjadi bangunan inti dan serambi yang mengelilingi bangunan inti masjid. Bangunan inti masjid menggunakan atap tajug lambag gantung 1. Pada bagian serambi menggunakan atap limas. Gambar 1.Kompleks Masjid Gedhe mataram Sumber:https://muslimahjogja.wordpress.com/category/jelajah-masjid-jogja/ C 048 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

1. Gapura Paduraksa Fenyta Rizky Rahmadhani Gapura Paduraksa merupakan unsur budaya non-islam yang paling mencolok pada arsitektur masjid ini. Gapura Paduraksa ini merupakan gerbang dari pagar dinding bata yang mengelilingi masjid. Pada Gapura Paduraksa dapat kita temukan hiasan Kala yang banyak ditemukan pada bangunan Hindu-Budha. Kala pada Budaya Hindu-Budha merupakan sosok dewa yang menyerupai raksasa. Penggunaan Kala yang menyerupai bentuk makhluk hidup, tidak ada pada arsitektur islama ataupun dilarang penggunaannya pada masjid pada umumnya. Akan tetapi pada masa itu penggunaan Gapura Paduraksa ini, digambarkan sebagai bentuk toleransi terhadap agam hindubudha, dan juga merupakan respon akan arsitektural masjid pada masa itu terhadap arsitektural lokal pada masa itu yang masih didominasi dengan unsur Hidhu-Budha pada bangunan sekitar. Pada bagian kanan dan kiri Gapura dihubungkan dengan pagar setinggi 2.5 meter yang mengeliling kompleks masjid dan pemakaman. Di bagian barat dari pintu gerbang terdapat aling-aling yang menyerupai dengan pintu gerbang bali yang dihiasi dengan elemen buju sangkar. Gambar 2. Gapura Paduraksa Sumber : https://yajogja.wordpress.com/2014/10/01/makam-raja-raja-mataram-kotagede/ Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 C 049

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha Pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram 2. Atap Gambar 3. Atap Masjid Gedhe Sumber:http://www.kompasiana.com/ariflukman/masjid-gedhekauman-yang-tetap-menawan_559a3414579773af0bf680aa Atap yang digunakan pada Masjid Gedhe Mataram adalah atam bertumpuk 3. Atap bertumpuk pada dasarnya merupakan atap yang banyak digunakan pada bangunan bangunan Hindu. Penggunaan Atap bertumpuk pada Masjid Gedhe Mataram merupakan salah satu bentuk pencampuran budaya arsitektural hindu pada kala itu. Dimana kita banyak menjumpai bangunan hindu budha yang memiliki atap menumuk dan mengerucut ke atas seperti dapat ditemukan pada candi pada umumnya. 3. Elemen Air Pada Masjid Gedhe Mataram kita dapat menemukan sebuah kolam yang dipergunakan sebagai tempat mandi pada kala itu. Masjid pada dasarnya memiliki elemen air yang difungsikan sebagai tempat wudhu. Akan tetapi pada masjid Gedhe Mataram elemen air yang berupa kolam menjadi unsur elem yang besar pada bangunan. Penambahan kolam didasari atas ajaran Hindu-Budha yang menggambarkan bahwa penempatan bangunan suci haruslah berdektana dengan sumber air seperti sungai,laut ataupu danau, jika tidak maka haruslah dibuat kolam buatan. Oleh karena itu kita banyak menjumpai unsur air pada pura-pura hindu budha. Pembahasan 1. Teori Alkulturasi Alkulturasi muncul karena adanya kecenderungan manusia untuk mengikuti suatu budaya lain yang kemudian terjadinya peleburan 2 budaya tanpa menghilangkan budaya asli. Menurut Suyono(Rumondor,1995:208), alkulturasi adalah pengambilan atau penerimaan unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atu lebih unsur kebudayaan yang saling berhubungan atau saling bertemu. Bertemunya budaya tersebut tentunya mempunyai akibat pada bidang arsitektur yang sering digunakan adalah istilah akulturasi arsitektur. Pada alkuturasi arsitektur pencampuran budaya merupakan bentuk dari respon arsitektur terhadap budaya lokal sekitar. Akan tetapi pencampuran budaya tersebut tanpa menghilangkan identitas arsitektur budaya lokal dengan dengan budaya pendatang. C 050 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

2. Gaya Arsitektur Hindu Fenyta Rizky Rahmadhani Gaya arsitektural hindu pada dasarnya dapat kita lihat melalui bangunan yang dianggap suci seperti candi. Menurut Seokmono(20005) candi berasal dari kata candika yang merupakan bangunan kuil pemujaan dan apabila dikaitkan dengn pemakaman candi dapat diartikan sebagai tempat memuliakan raja. Berikut ini merupakan tipomorfologi bentuk candi Dengan melihat tipomorfologi candi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa candi pada umumnya memiliki ciri 1)bentuk yang bertumpuk-tumpuk, 2)kaki yang didominasi lebar karna berfungsi sebgai landasan 3) badan memperlihatkan skala yang mengecil 4) kepala yang mengecil pada satu titik.selain itu pada candi dapat dilihat adanya ukiran-ukiran makhluk hidup yang menunjukan suatu cerita yang terjadi pada masa itu. Pada masjid Gedhe Mataram hal ini diperkirakan diterapkan pada atap masjid. Kesimpulan Arsitektur tidaklah lepas dari pengaruh budaya sekitar. Dimana Arsitektur dari suatu budaya atau agama akan menyesuaikan dengan budaya lokal yang ada disekitar. Arsitektur islam pada nusantara akan berbeda dengan arsitektur islam yang ada pada negara arab.masjid Gedhe Mataram didirikan ketika budaya Hindu-Budha masih sangat kental pada masyarakat. Sehingga banyak elemen Hindu Budha yang terdapat pada Masjid ini. Masjid Gedhe Mataram merupakan arsitektur islam kuno islam nusantara yang sulit dipisahkan oleh kebudayaan pada masa itu. Sehingga terjadi peleburan antar budaya yaitu islam dan hindu. Islam dapat berupa adanya mihrab,mimbar dan tempat wudhu. Sedang unsur hindu yang ada dapat ditemukan pada Gapura, hiasan berupa hewan dan makhluk hidup, bentuk atap yang menumpuk, serta penambahan unsur kolam pada bangunan masjid. Acknowladgment Gambar 2. Tipormofologi bentuk candi Sumber : Laporan Penelitian Dinamika Alkulturasi Arsitektur Pada Masjid Sulthoni Plosokuning di Slema,Yogyakarta penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak bambang setia budi selaku pengampu mata kuliah arsitektur kolonial/islam, program studi arsitektur, SAPPK, ITB atas informasi, diskusi, dan sarannya dalam penulisan artikel ini Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 C 051

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha Pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Daftar Pustaka Albiladiyah I. & Suratmin. (1997). Kotagede Pesona dan Dinamika Sejarahnya.Yogyakarta:Lembaga Studi Jawa Fauzy,Ir.Bachtiar. & Amira, A. (2015). Dinamika Alkulturasi Arsitektur Pada Masjid Sulthoni Plosokuning di Sleman,Yogyakarta.Bandung:Universitas Pahrayangan Apriyanto. (2015).Alkuturasi Budaya Dalam Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Kotagede.Skripsi. Jogjakarta.Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Arsitektur Islam,Universitas Negri Kasunan KaliJaga. Larasati,Theresiana Ani.Komplek Masjid dan Makam Kotagede Jogjakarta. https://id.wikipedia.org/wiki/masjid_gedhe_mataram.diakses pada 6 Maret 2017, Pukul 21.00 WIB. http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/ngayogyakarta-hadiningrat/mataram-islam/333. Diakses pada 6 Maret 2017,pukul 21.00 WIB. http://eprints.ung.ac.id/5638/7/2013-1-87201-231409082-bab2-29072013044709.pdf. Diakses pada 26 maret pukul 21.54 C 052 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017