Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring pesatnya kemajuan teknologi, segala sesuatu semakin mudah dilakukan, misalnya untuk mengakses informasi sangat mudah dilakukan dan cepat dilakukan semenjak maraknya penggunaan handphone, ada 270 juta pengguna ponsel dengan rasio kepemilikan ponsel paling banyak di Jakarta yakni 1,8 ponsel per orang. (www.ugm.ac.id) Informasi yang didapat adalah realtime. Hal ini tentu berbanding terbalik ketika 20 tahun lalu ketika Handphone hanya menjadi milik segelintir orang, di saat itu masyarakat memanfaatkan surat kabar, radio, atau televisi untuk mendapatkan informasi. Kemajuan pesat juga dirasakan pada bisnis penerbangan karena berbagai kemudahan seperti kita bisa memesan tiket secara online, harga yang semakin murah juga adanya peningkatan kelas menengah di Indonesia. Berbagai jenis penerbanganpun hadir guna memenuhi kebutuhan masyarakat seperti low cost carrier, full flight service, dan penerbangan perinitis. Low Cost carrier merupakan salah satu jenis penerbangan yang membuat pertumbuhan penumpang transportasi semakin berkembang pesat, kita dapat melihat hal ini dari peringkat pertama maskpai penerbangan domestik yang dipimpin oleh PT. Lion Mentari Airlines yang biasa disebut Lion Air. Persaingan di pasar Low Cost Carrier sangatlah ketat, hal ini bisa dilihat dari maskapai penerbangan yang mulai membuka penerbangan Low Cost Carrier seperti Garuda Indonesia yang mengoperasikan CitiLink dan Singapore Airlines yang mengoperasikan Lion Air, belom lagi ditambah dengan maskapai asing yang sangat agresif menggencarkan promosinya yaitu AirAsia yang sudah mapan di pasar penerbangan Indonesia. Segmen perjalanan udara berbiaya rendah atau yang disebut LCC, tidak hanya menjamur di Indonesia, namun saat ini merupakan 25 persen bagian dari lalu lintas terjadwal antar-negara di Eropa. Hanya memerlukan waktu sekitar 24 tahun saja sejak Ryan Air memulai LCC pada tahun 1990 di Eropa Barat.LCC bisa menjual tiket murah karena mendapat keuntungan 16 persen lebih tinggi dari maskapai regular dengan kursi penumpang yang penuh, tiga persen dari penggunaan pesawat, tiga persen dari gaji kru yang lebih murah, dan enam persen dari biaya airports dan landing yang lebih murah. 1
2 Untuk mengurangi biaya, Southwest mengisi pesawatnya dengan tempat duduk atau "seats" yang lebih banyak, memastikan setiap penerbangan penuh dan menerbangkan pesawatnya lebih sering dibanding maskapai yang "full-service". Berdasarkan presentasi dari Asosiasi Maskapai Bertarif Rendah di Eropa (European Low Fares Airline Association/ELFAA) mengenai Variasi Biaya Bandara oleh Sekretaris Jenderal Grup industri Penerbangan, Jan Skeels, pada Konferensi Tahunan Kedua tentang Pengaturan Biaya Operasional Pesawat Terbang, di Dublin, 7 Desember 2005, LCC seperti Ryanair, easyjet, Aer Lyngus dan Southwest bisa terisi hingga 148 tempat duduk untuk kabin kelas tunggal (semuanya ekonomi).sementara maskapai reguler seperti Lufthansa, Air France dan British Airways hanya diisi 128 tempat duduk. Karena adanya kegelisahan dari para pemegang saham yang menganggap reputasi perusahaan akan menghambat pertumbuhan jumlah penumpang, Ryanair akhirnya mengumumkan akan lebih menghaluskan "kekasarannya" untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Apakah ini artinya kita telah melihat akhir dari strategi "tanpa basa-basi" atau no-frills dalam industri transportasi? Sepertinya tidak. Oliver Wyman, seorang konsultan manajemen, bahkan telah memprediksi bahwa pengenalan gaya manajemen menghasilkan di penerbangan pada kereta api akan menjadi inovasi besar selanjutnya di industri perkeretaan Amerika Serikat (www.bisnis.com). Tabel 1.1 5 Besar Maskapai Pengangkut Penumpang Domestik Semester 1 Tahun 2012 Nama Maskapai Jumlah Penumpang ( Dalam Jutaan ) PT Lion Mentari Airlines 13,97 PT Garuda Indonesia 7,80 PT Sriwijaya Indonesia 3,90 PT Metro Batavia Air 3,51 PT Wings Abadi 1,21 PT Merpati Nusantara Airlines 1,13 PT Indonesia AirAsia 0,82 PT Trigana Airservice 0,46 PT Kalstar Aviation 0,26 PT Travel Express Air 0,16 Sumber : Data Kementerian Perhubungan Berdasarkan tabel 1.1 kita dapat melihat Lion Air sebagai pemain utama maskapai penerbangan domestik. Data Kementerian Perhubungan menunjukkan
3 sepanjang semester I jumlah penumpang domestik 18 maskapai nasional mencapai 33 juta penumpang. Lion Air menguasai pangsa pasar penumpang domestik dengan menerbangkan 13,97 juta penumpang domestik atau 41,51 persen sepanjang SemesterI-2012. Di peringkat kedua terdapat maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia menerbangkan 7,80 juta penumpang domestik atau 23,20 persen. Menyusul di belakang Garuda Indonsia adalah Sriwijaya Air sebanyak 3,90 juta penumpang atau 11,59 persen. Di peringkat keempat terdapat PT Metro Batavia selaku operator maskapai Batavia Air dengan menerbangkan 3,51 juta penumpang atau menguasai market share 10,45 persen. Sedangkan peringkat kelima terdapat 'adik' Lion Air, Wings Abadi, dengan menerbangkan 1,21 juta penumpang atau 3,6 persen. Peringkat keenam terdapat maskapai penerbangan perintis Merpati Nusantara Airlines yang menerbangkan 1,13 juta penumpang atau 3,4 persen. Sedangkan di peringkat ketujuh terdapat maskapai asal Malaysia, Indonesia AirAsia yang menerbangkan 882.480 penumpang.posisi ke delapan adalah PT Trigana Air Service yang menerbangkan 366.085 penumpang dan di peringkat sembilan terdapat PT Kalstar Aviation yang mengangkut 269.659 penumpang. Sedangkan PT Travel Express Air, operator maskapai Express Air melayani 164.510 penumpang (www.viva.co.id). Dengan persaingan yang begitu sengit dan menuntut pelayananan yang maksimal membuat berbagai maskapai penerbangan yang tidak mampu lagi berkompetisi harus gulung tikar, seperti Adam air dan yang terbaru adalah PT Metro Batavia Air yang berada di peringkat empat (lihat table 1.1). Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bagus Irawan, menyatakan berdasarkan putusan Nomor 77 mengenai pailit, PT Metro Batavia (Batavia Air) dinyatakan pailit. "Yang menarik dari persidangan ini, Batavia mengaku tidak bisa membayar utang," ujarnya, seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 30 Januari 2013 (www. Tempo.co).
4 TABEL 1.2 Jumlah Keberangkatan Penumpang dan Barang di Indonesia Tahun 1999-2003 Keberangkatan Dalam Negeri Keberangkatan Luar Negeri Tahun Penumpang Barang Penumpang Barang (Ribu Orang) (Ton) (Ribu Orang) (Ton) 1999 7,046 161,033 3,924 165,600 2000 8,654 161,201 4,728 146,340 2001 10,394 164,135 4,675 147,008 2002 13,535 172,336 4,791 156,032 2003 19,286 175,627 4,281 130,323 2004 27,853 275,397 5,360 132,447 2005 29,817 260,354 5,745 135,156 2006 32,687 265,940 5,672 141,676 2007 34,865 297,683 6,581 174,418 2008 36,144 300,170 7,298 169,181 2009 41,691 288,651 8,016 157,904 2010 48,872 375,760 9,466 178,895 2011 59,276 463,507 10,745 178,797 2012 70,682 520,561 11,749 195,181 2013 73,595 525,412 13,221 210,733 Puluhan maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia baik maskapai Internasional maupun dalam negeri terasa wajar karena ceruk bisnis yang begitu menggiurkan dalam industri penerbangan Indonesia. Pada Tahun 2013, jumlah keberangkatan penumpang dalam negeri saja sudah mencapai 73,595 juta penumpang ( Lihat Tabel 1.2). Terdapat kenaikan signfikan yaitu lebih dari 300% jumlah penumpang dari keberangnkatan dalam negeri di tahun 2003 berbanding tahun 2013, begitu juga
5 dengan jumlah barang yang diangkut di tahun 2003 berbanding dengan tahun 2013 memiliki kenaikan sejumlah 200% lebih. Tabel 1.3 On Time Performance Januari Desember 2014 Maskapai Jumlah Penerbangan Presentase Travira 47 100 Nam Air 3.477 92,92 Batik Air 13.535 90,78 Mandala Airlines 1.721 88,79 Garuda Indonesia 164.623 88,52 Travel Express 10.156 86,30 Sriwijaya Air 65.940 83,02 Indonesia air Asia 22.536 78,67 Citilink 54.881 78,20 Lion Mentari Airlines 171.498 73,80 Sumber : Vivanews.com Berbagai aspek membuat seseorang ingin memakai jasa maskapai tertentu, misalnya tempat duduk yang nyaman, fasilitas entertainment yang lengkap, harga yang murah atau makanan yang enak. Tetapi ada satu aspek yang begitu penting juga yaitu aspek Ketepatan waktu, seperti tabel 1.3 yang dapat kita lihat, Lion Mentari Airlines menempati peringkat kesepuluh dari sepuluh maskapai yang ada, namun kita juga dapat melihat bahwa Lion Mentari Airlines juga memiliki jumlah penerbangan terbanyak yaitu 171.498 penerbangan.
6 Gambar 1.1 Kronologis Delay Lion Air 18 Februari 2014 sampai 20 Februari 2014 Sumber: www.cnnindonesia.com
7 Gambar 1.1 menunjukkan kronologis terjadinya delay yang begitu panjang yang dialami Lion air yang dimulai tanggal 18 Februari 2015 penumpang pesawat Lion Air JT 24 tujuan Denpasar dibiarkan telantar di Terminal 3 Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng, Tangerang. Bahkan, karena tak ada kejelasan dari Lion Air, penumpang pun emosi."saat ini kami dibiarkan telantar di area tunggu bus tanpa kejelasan apa pun. Saat ini penumpang sudah pada emosi," ujar salah seorang penumpang, Gede Suhendra, kepada Kompas.com, Jakarta, Rabu (18/2/2015). Dia menuturkan, proses penelantaran penumpang itu terjadi setelah terjadi delay pesawat. Seharusnya, kata dia, pesawat berangkat pukul 16.50 WIB, tetapi delay satu jam. Sekitar pukul 18.00 WIB, penumpang diminta naik ke pesawat. Namun, setelah semua berada di pesawat dan menunggu 15 menit, penumpang malah kembali diminta turun dari pesawat karena suatu alasan. Akhirnya, lanjut Gede, penumpang kembali turun dan dibiarkan begitu saja. Pihak maskapai, kata dia, mengatakan bahwa pesawat kembali delay selama 45 menit. "Delay satu jam lebih. Tapi ketika penumpang di dalam pesawat selama 15 menit, kembali disuruh turun dan delay 45 menit," kata Gede. Sampai pukul 20.00 WIB, dikabarkan pesawat itu belum juga terbang. Peneliti ingin melihat pengaruh pemberitaan dari delay Lion Air di Kompas.com terhadap tingkat kepercayaan mahasiswa pada maskapai Lion Air.Penelitian ini tidak hanya ingin mengetahui seberapa besar pengaruh yang dihasilkan Apakah dengan tayangan yang dapat menurunkan kepercayaan mahasiswa terhadap maskapai Lion Air. 1.2 Rumusan Masalah Setiap pemberitaan yang ditayangkan oleh media memberikan dampak atau pengaruh tersendiri bagi setiap masyarakat. Dimana pengaruh ini bisa berdampak positif maupun negatif. Dalam setiap penerimaan informasi yang diberikan oleh media, masyarakat memiliki pandangan yang berbeda beda. Dalam penggunaannya media akan menghadirkan efek dari isi media yang diberikan kepada masyarakat. Ketika seseorang memilih atau menggunakan media, maka media akan menimbulkan efek bagi orang tersebut. Penggunaan media hanya dianggap sebagai faktor perantara.
8 Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan diatas, pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pemberitaan delay Lion Air periode 18 Februari 2015 sampai 20 Februari 2015 dari segi tingkat kepercayaan backpacker terhadap maskapai Lion Air. 1.3 Identifikasi Masalah 1. Adakah pengaruh antara pemberitaan delay Lion Air periode 18 Februari 2015 sampai 20 Februari 2015 di kompas.com terhadap tingkat kepercayaan backpacker pada Maskapai Lion Air? 2. Seberapa besar pengaruh pemberitaan delay Lion air periode 18 Februari 2015 sampai 20 Februari 2015 terhadap tingkat kepercayaan backpacker pada maskapai Lion Air? Mengacu pada rumusan masalah dan identifikasi masalah di atas peneliti menetapkan judul skripsi: Pengaruh pemberitaan delay Lion Air periode 18 Februari 2015 sampai 20 Februari 2015 di kompas.com terhadap tingkat kepercayaan backpacker pada maskapai Lion Air (studi kasus terhadap follower @BACKPACKERINA ) 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pemberitaan delay Lion Air periode 18 Februari 2015 sampai 20 Februai 2015 di Kompas.com terhadap tingkat kepercayaan backpacker pada maskapai Lion air. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara pemberitaan elay Lion air periode 18 Februari 2015 sampai 20 Februari 2015 di Kompas.com terhadap tingkat kepercayaan backpacker pada maskapai Lion air. 1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis
9 Penelitian ini telah memperkaya pustaka dan menjadi referensi kedepannya dalam pembuatan penelitian di bidang jurnalistik untuk masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Lion Air untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberitaan maskapai Lion air terhadap tingkat kepercayaan backpacker. 3. Manfaat Masyarakat/umum Sebagai sumber informasi bagi yang berkompeten terhadap masalah yang dibahas dan sebagai perbandingan dari penelitian yang sejenis. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu diawali dengan pendahuluan, landasan teori, obyek penelitian, hasil penelitian dan diakhiri dengan simpulan dan saran. Untuk memberi gambaran yang jelas, penulis akan menjabarkannya sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 penulis memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi pentingnya penelitian dibuat. Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang menjadi pusat perhatian penelitian serta manfaat dan tujuan penelitian. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Pada Bab 2 akan dijabarkan lebih dalam mengenai teori-teori komunikasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Teori akan dibagi ke dalam dua kategori yakni teori umum dan landasan konsep. Peneliti menggunakan teori komunikasi massa sebagai teori umum, teori uses and effect sebagai teori utama. BAB 3 METODE PENELITIAN
10 Bab 3 menjelaskan tentang metodologi penelitian termasuk di dalamnya pendekatan, metode, tipe riset, operasionalisasi konsep, hipotesis, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB 4 HASIL PENELITIAN Menghitung data penelitian yang didapat dari kuesioner, menghitung dengan menggunaka uji multivariate. Setelah itu diinterpretasikan menjadi sebuah kalimat atau penjelasan. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab 5 terdiri dari kesimpulan yang merupakan jawaban dari masalah dan tujuan penelitian pada bagian pendahuluan. Terdapat benang merah antara rumusan masalah, tujuan penelitian dan kesimpulan. Bagian saran berisi mengenai rekomendasi peneliti berkaitan dengan hasil penelitian yang diintisarikan dalam kesimpulan kepada perusahaan penerbangan agar bertahan dalam dunia penerbangan.