BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran umum objek penelitian yang dilakukan penulis adalah sektor penerbangan. Sektor penerbangan di Indonesia mengalami pertumbuhan positif, bahkan Asosiasi Angkutan Udara International (International Air Transport Association (IATA) memperkirakan, selama periode laju pertumbuhan penerbangan dalam negeri bisa mencapai 10% per tahun. Pada tahun 2014, IATA memprediksi jumlah penumpang domestik sebesar 38,90 juta orang. Indonesia akan menjadi pasar terbesar kesembilan di dunia untuk perjalanan domestik. Dalam periode yang sama, Indonesia pun menjadi pasar dengan pertumbuhan jumlah perjalanan international tercepat keenam di dunia. Tingkat pertumbuhan tahunan berkisar 9,3%. Adapun jumlah penumpang untuk rute international pada 2014 sekitar 22,70 juta orang. Pada penelitian ini, penulis mengambil PT.Indonesia Air Asia sebagai Objek penelitian. Sejak tahun 2012 PT.Indonesia Air Asia menguasai pasar penerbangan internasional sebesar 43,55% dari total penumpang 1,87 juta orang. PT.Garuda Indonesia diposisi kedua dengan penguasaan pasar 36,73%. Relokasi basis maskapai penerbangan AirAsia untuk pasar Asia Tenggara dari Kuala Lumpur ke Jakarta merupakan salah satu contoh yang merefleksikan perkembangan yang sangat pesat industri penerbangan di tanah air. Bersama dengan maskapai-maskapai lain seperti Lion Air yang ber-budget rendah dan Garuda Indonesia yang full service, Air Asia siap memanfaatkan pasar yang tumbuh dengan pesat dan menguntungkan ini. Jumlah penumpang semakin tumbuh, mulai dari 42,68 juta di tahun 2007 hingga lebih dari 66 juta di tahun 2011, dan dengan pertumbuhan kelas menengah yang kian pesat serta harga yang semakin terjangkau, kebutuhan akan layanan jasa penerbangan ke seluruh Indonesia akan terus meningkat tajam. 1

2 1.1.1 Profil Perusahaan Air Asia merupakan maskapai terdepan di Asia dibangun berdasarkan impian untuk memungkinkan semua orang dapat menikmati layanan penerbangan. Sejak tahun 2004, Air Asia mengubah norma-norma perjalanan di dunia dan menjadi yang terbaik. Dengan jaringan rute yang membentang di lebih dari 20 negara, Air Asia terus membuka jalan bagi penerbangan dengan biaya terjangkau melalui solusi inovatif, proses yang efisien dan pendekatan yang baru dalam usaha ini. Bersama anak-anak perusahaan seperti Air Asia X, Thai Air Asia, Indonesia Air Asia dan Phillippines AirAsia, Inc, Air Asia siap membawa penerbangan berharga terjangkau. AirAsia adalah maskapai penerbangan murah asal Malaysia yang berkantor pusat di Kuala Lumpur. Air Asia telah dinobatkan sebagai maskapai terbaik penerbangan bertarif rendah di dunia dan pelopor perjalanan berbiaya rendah di Asia. Pada awalnya maskapai penerbangan ini dimiliki oleh Pemerintah Malaysia dibawah nama DRB-HICOM. Namun karena manajemen dan kegiatan operasional yang tidak efisien maka maskapai tersebut mengalami kerugian yang sangat besar, sehingga mengalami kebangkrutan. Keinginan pemerintah Malaysia untuk menutup kegiatan operasional Air Asia, disambut oleh seorang eksekutif ternama dari perusahaan Time Warner, yaitu Datuk Tony Fernandes, melihat hal tersebut ia jadikan suatu peluang untuk menghidupkan dan memperbaiki kembali manajemen Air Asia. Lalu beliau membeli saham Air Asia dari Pemerintah Malaysia pada 2 Desember Sesuai namanya, saham maskapai ini tidak hanya dimiliki oleh Malaysia saja, namun dimiliki juga oleh Singapura, Thailand, dan Indonesia. 2

3 Untuk di Indonesia, maskapai penerbangan ini berafiliasi dengan maskapai penerbangan Air Wagon International (AWAIR) adalah sebuah maskapai penerbangan berbiaya rendah yang berbasis di Indonesia. Seiring perjalanannya AWAIR pun berganti nama menjadi PT Indonesia Air Asia Visi dan Misi 1. Visi Menjadi maskapai penerbangan berbiaya hemat di Asia dan melayani 4,4 juta orang yang sekarang dilayani dengan konektivitas yang kurang baik dan tarif yang mahal. 2. Misi a. Menjadi perusahaan terbaik untuk bekerja, di mana para karyawan dianggap sebagai anggota keluarga besar. b. Menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global c. Mencapai tarif terhemat sehingga semua orang bisa terbang dengan Air Asia. d. Mempertahankan produk berkualitas tinggi, menggunakan teknologi untuk mengurangi pembiayaan dan meningkatkan kualitas layanan Nilai-Nilai Perusahaan a. Mengutamakan Keselamatan Bekerja sama dengan penyedia perawatan paling terkenal didunia dan mematuhi standar operasi penerbangan dunia. b. Pemanfaatan Aircraft waktu perputaran (turn around time) tercepat di region hanya dengan 25 menit, memastikan tarif terhemat dan produktifitas yang tinggi. c. Tarif Hemat, Tanpa Embel-Embel Menyediakan pilihan layanan yang sesuai dengan kebutuhan bagi para penumpang tanpa menurunkan kualitas dan layanan d. Pengoperasian Sederhana 3

4 Memastikan bahwa setiap proses dilakukan secara sederhana dan efisien e. Sistem Distribusi yang Ringkas Menawarkan kanal distribusi yang luas dan inovatif untuk memudahkan proses pembelian dan perjalanan. f. Jaringan Point to Point Menerapkan jaringan point to point agar pengoperasian menjadi sederhana dengan berbiaya rendah Latar Belakang Perkembangan industri jasa penerbangan di Indonesia, khususnya untuk penerbangan komersial semakin marak sejak dikeluarkannya deregulasi yang mengatur transportasi udara pada tahun Keadaan ini membuat persaingan bisnis yang semakin ketat dan menyebabkan banyak perusahaan yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini seakan menuntut setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Dengan keadaan itu juga, reputasi industri penerbangan Indonesia berada di posisi yang terpuruk. Pesawat-pesawat tanah air dilarang mendarat di seluruh daratan Amerika Serikat dan Eropa sehingga mengakibatkan reputasi penerbangan Indonesia menurun begitu drastis. Namun setelah tahun 2012, perubahan pun terjadi begitu dramatisnya. Relokasi basis maskapai penerbangan di Indonesia mengalami perubahan lebih baik. Penerbangan pada maskapai AirAsia untuk pasar Asia Tenggara dari Kuala Lumpur ke Jakarta merupakan salah satu contoh yang merefleksikan perkembangan yang sangat pesat industri penerbangan di tanah air. Bersama dengan maskapai-maskapai lain seperti Lion Air yang ber budget rendah dan Garuda Indonesia yang full service, Air Asia Indonesia siap memanfaatkan pasar yang tumbuh dengan pesat dan menguntungkan ini. Jumlah penumpang kian meroket, mulai dari 42,68 juta di tahun 2007 hingga lebih dari 66 juta di tahun tahun 2011, dan dengan pertumbuhan kelas menengah yang kian pesat serta harga yang makin terjangkau, kebutuhan 4

5 akan layanan jasa penerbangan ke seluruh Indonesia akan terus meningkat dengan tajam. Grafik 1.1 Pertumbuhan Pesawat Udara Rute Dalam Negeri Tahun jumlah Sumber: Statistik Departemen Perhubungan RI, 2014 Grafik 1.2 Pertumbuhan Pesawat Udara Rute Luar Negeri Tahun jumlah Sumber:Statistik Departemen Perhubungan RI,

6 Perkembangan industri penerbangan diwarnai dengan kehadiran layanan low cost carrier atau LCC. Layanan low cost carrier telah berdampak besar bagi industri penerbangan di Asia Pasifik dan ASEAN. Beberapa dampak yang diberikan, pertama persaingan layanan low cost carrier mampu mendorong perusahaan penerbangan yang sudah ada untuk lebih efisien, sehingga dapat menurunkan beban penerbangan rata-rata dan meningkatkan permintaan di antara seluruh penerbangan. Kedua perusahaan penerbangan yang sudah ada dapat mengantisipasi yang disebabkan dengan adanya layanan low cost carrier, termasuk penurunan yang signifikan terhadap harga tiket, meningkatkan kapasitas kursi dan frekuensi penerbangan dan memperkenalkan penerbangan baru point-to-point. Ketiga pertumbuhan yang cepat untuk layanan low cost carrier didukung oleh beberapa pemerintah dan operator bandara untuk membebaskan perjanjian penerbangan bilateral untuk mengembangkan bandara baru dan mengakomodasi permintaan yang meningkat ( Di Indonesia, awalnya tumbuhnya low cost carrier adalah bertujuan menciptakan pasar yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan membagi-bagi rute yang pasarnya belum potensial. Agar tidak mengalami kerugian, maka low cost carrier tersebut harus mere-enginering bisnisnya dengan menyesuaiakan seluruh biaya operasionalnya menjadi berbiaya rendah, tentunya tanpa mengabaikan sisi keamanan, keselamatan dan pelayanan penerbangan. Beberapa biaya yang sulit untuk ditekan karena sifat pembenannya sama kepada setiap operator adalah harga avtur, biaya bandara, beban pajak serta asuransi. Maraknya low cost carrier pada penerbangan di Indonesia dimulai pada tahun 2001, dimana ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan penerbangan baru seperti Lion Air tahun 2000, disusul Kartika Airline pada tahun 2001, Batavia Air pada tahun 2002, Wings Air tahun 2003, dan disusul dengan Indonesia Air Asia pada Desember Munculnya beberapa airline tersebut mengakibatkan persaingan bisnis dan terjadinya terjadi perang tarif. ( Menurut Sekretaris Jenderal Indonesia National Carrier Association (INACA), Tengku Burhanudin menjelaskan saat ini bisnis penerbangan Low 6

7 Cost Carrier (LCC) masih menjadi favorit masyarakat kelas menengah untuk berpergian. Tiap tahun, semua maskapai penerbangan yang memiliki low cost carrier telah meningkat pemakaian jasanya. Kebutuhan perusahaan penerbangan low cost carrier di tiap tahun juga mengalami peningkatan. Dengan bertumbuhnya fenomena low cost carrier, tingkat pertumbuhan bisnis penerbangan dengan layanan full service juga ikut naik. Istilah penerbangan low cost merupakan model penerbangan dengan strategi penurunan operating cost. Dengan melakukan efisiensi cost disemua lini, maskapai melakukan hal-hal diluar kebiasaan maskapai pada umumnya. ( Indonesia memiliki beberapa maskapai penerbangan yang menawarkan layanan low cost carrier. Beberapa maskapai penerbangan yang menerapkan low cost carrier diantaranya, Lion Air, Sriwijaya Air, Indonesia Air Asia, Citylink, Wings Air, Merpati Airlines, Trigana Air, Batavia Air, Mandala Airlines. Sebuah identitas sebuah merek membutuhkan icon yang kuat, tagline yang menekankan suatu brand, serta identitas yang fungsional. Hal ini penting agar konsumen selalu meningat merek tersebut dan siap untuk melakukan pembelian ulang. Survey yang dilakukan oleh yang bertujuan untuk menganalisa kinerja merek dan mengevaluasi strategi untuk meningkatkan kesadaran merek menunjukkan beberapa maskapai penerbangan indonesia yang telah masuk dalam top brand. Berikut merupakan tabel top brand maskapai penerbangan di Indonesia: 7

8 Merek Tabel 1.1 Top Brand Index Kategori Maskapai Penerbangan Indonesia Tahun Top Brand Index Merek Top Brand Index Merek Top Brand Index Merek Top Brand Index Merek Top Brand Index 41.0% Garuda Garuda Garuda Garuda Garuda 43,60% 41,20% 39,60% 40,00% Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Lion Air 25,90% Lion Air 30,80% Lion Air 32,30% Lion Air 35,10% Lion Air 30.5% Air Asia 7,80% Air Asia 9,90% Air Asia 10,8% Air Asia 8,70% Citilink 8,9% Batavia Air Sriwijaya Air Merpati Air 7,10% 4,40% 3,80% Batavia Air Sriwijaya Air Merpati Air 5,80% Sriwijaya Air 5,80% Citilink 2,70% 2,60% Keterangan : Top Brand diatas 10 % Sumber: Merpati Air 4,00% Citilink 4,40% 2,50% Sriwijaya Air 4,40% Air Asia 7,7% Sriwijaya 3,2% Tabel tersebut menunjukkan top brand maskapai penerbangan Indonesia dari tahun 2012 hingga tahun Dari tabel tersebut menunjukkan keberadaan Air Asia dari tahun 2012 hingga 2013 belum mendapat kategori top brand menurut top brand awards. namun pada tahun 2014 Air Asia berhasil masuk dalam kategori top brand karena mendapat persentase 10,80%, namun pada tahun 2015 hingga 2016 Air Asia tidak mendapat top brand menurut top brand awards karena turunnya index persentase yaitu 8,70% di tahun 2015 dan 7,70% di tahun Salah satu pemain utama yang menjadi penggerak low cost carrier di Indonesia adalah maskapai penerbangan Air Asia Indonesia. Ketika Air Asia muncul sebagai penerbangan bertarif rendah tanpa embel-embel pertama kali di Asia pada tahun 2002, Air Asia mulai dengan misi membuat perjalanan dengan terbang terjangkau sehingga siapapun bisa terbang bersama Air Asia. Dengan 4 rute dan 2 pesawat, Air Asia pertama kali kepada warga malaysia. Pesawat bertarif rendah itupun menjadi kabar baik bagi masyarakat, terutama masyarakat yang belum pernah menggunakan pesawat sebagai alat 8

9 transportasi mereka. Air Asia kemudian melebarkan sayapnya dari tujuan penerbangan domestik ke tujuan penerbangan Internasional, membangun markas di Johor Baru, Bangkok, dan Indonesia. Sejak mulai beroperasi di Indonesia tahun 2004, maskapai low cost carrier ini telah membuktikan kualitasnya. Prestasi gemilang terus ditorehkan oleh Air Asia. Salah satunya dengan terpilihnya Air Asia sebagai LCC terbaik sedunia versi Skytrax selama enam tahun berturut-turut mulai dari tahun Jika ditelisik lebih jauh, rupanya ada tiga alasan yang membuat Air Asia jadi top of mind low cost carrier di Indonesia, yaitu: 1. Maskapai Low Cost Carrier pertama yang beroperasi di Indonesia. Pada awal kemunculannya di tahun 2004, Air Asia nyaris tidak memiliki pesaing. Pada masa itu seluruh pemain di industri penerbangan tanah air merupakan maskapai premium. Kehadiran Air Asia di Indonesia juga mulai mengubah peta persaingan industri penerbangan. Maskapai-maskapai premium jadi resah karena sebagai maskapai bertarif rendah, Air Asia tentu menawarkan tarif yang lebih murah untuk konsumen. Mengapa lebih murah? Sebagai maskapai low cost carrier, fasilitas tambahan seperti bagasi chek-in, makanan, dan pemilihan temoat duduk belum termasuk dalam tarif tiket. Untuk mendapatkan fasilitas tersebut, penumpang harus mengeluarkan biaya tambahan. Air asia juga merupakan maskapai pertama yang memperkenalkan sistem online booking di Indonesia. Dengan sistem ini, secara tidak langsung Air Asia memberi hak pada setiap penumpang untuk menyesuaikan kebutuhan perjalanannya. Strategi ini kemudian diikuti oleh maskapai lainnya. Perbedaan inilah yang akhirnya membuat Air Asia selalu jadi top of mind low cost carrier di benak konsumen. 2. Air Asia benar-benar menerbangkan semua orang Dengan tag line Now Everyone Can Fly yang tertulis di setiap badan pesawat Air Asia, rupanya tag line tersebut bukan 9

10 hanya omong kosong belaka karena Air Asia benar-benar membuat semua orang bisa menikmati penerbangan melalui jalur udara. Khususnya di Indonesia, transportasi udara sebelumnya selalu identik dengan kalangan menengah atas. Tarif pesawat terbang yang berkali-kali lipat lebih mahal dibanding transportasi darat atau laut adalah alasannya. Maka hanya kalangan menengah atau orang-orang tertentu. Namun, kehadiran Air Asia rupanya berhasil mengubah pandangan tersebut. Dengan mempertahankan layanan low cost carrier, Air asia bisa tetap memberi tarif murah yang terjangkau bagi semua kalangan. Sejak saat itu, persaingan di industri penerbangan tanah air kian seru. Maskapai lain mulai mengikuti sistem low cost carrier ini dan perkembangan bisnis low cost carrier diperkirakan mencapai 7% setiap tahunnya. Aktivitas di bandara pun mengingkat drastis karena kini masyarakat Indonesia lebih memilih naik pesawat saat pergi keluar kota ataupun ke luar negeri. 3. Promo, Promo, dan Promo Maskapai satu ini memang terkenal gemar membagi-bagikan tiket promo. Selain promo rutin mingguan, Air Asia juga pernah menggelar beberapa kali promo raksasa seperti promo karnaval dua juta kursi di tahun 2013 dan promo kursi gratis di tahun Air Asia juga bekerja sama dengan beberapa website penyedia layanan tiket dan hotel seperti traveloka.com, tiketku.com, sehingga konsumen lebih mudah untuk akses pembelian tiket dengan harga promo. 10

11 Jumlah Penumpang Jumlah Penumpang Grafik 1.3 Jumlah Penumpang Rute Dalam Negeri Menurut Airlines Tahun Penerbangan Domestik SRIWIJAYA AIR MERPATI LION GARUDA CITY LINK AIR ASIA Sumber: Statistik Penerbangan Indonesia tahun 2014 Grafik 1.4 Jumlah Penumpang Rute Luar Negeri Menurut Airlines Tahun Penerbangan Internasional SRIWIJAYA AIR MERPATI LION GARUDA CITY LINK - AIR ASIA Sumber: Statistik Penerbangan Indonesia tahun 2014 Maskapai penerbangan bertarif rendah seperti Air Asia telah mengubah definisi penerbangan yang perjalanan udara mewah dan hanya dapat dinikmati oleh sebagian segmen pasar. Tujuan utama dari low cost carrier adalah untuk meningkatkan jangkauan layanan mereka dan menyediakan layanan ke segmen pasar yang lebih besar. Maskapai Air Asia yang telah 11

12 menjadi pelopor utama maskapai berbasis low cost carrier hingga saat ini mampu bertahan dalam bisnis ekonomi Indonesia. Meskipun Air Asia belum dominan menguasai pasar penerbangan domestik Indonesia, namun dalam lima tahun terakhir ini terbukti Air Asia mengalami perkembangan yang cukup pesat hingga akhir tahun 2014 dan mampu menyaingi maskapai low cost carrier lainnya Grafik 1.5 Passenger Carried Air Asia Indonesia Tahun Sumber: Annual Report Air Asia 2015 Hasil grafik diatas menunjukkan pertumbuhan jumlah penumpang Air Asia Indonesia di lima tahun terakhir dari tahun 2011 hingga Tahun 2011 ke tahun 2012 tercatat penumpang pesawat Air Asia Indonesia tumbuh hingga 29%, tahun 2013 pertumbuhan penumpang Air Asia Indonesia sebesar 34%, tahun 2013 ke 2014 Air Asia mencatat pertumbuhan paling tinggi hingga 90% namun di tahun 2014 ke tahun 2015 penurunan pertumbuhan penumpang Air Asia Indonesia turun hingga 22,32%. Sejak Air Asia masuk pertama kali pada tahun 2002, bisnis penerbangan yang berkonsep low cost semakin marak, Air Asia terus mengembangkan bisnisnya dan terus mengembangkan inovasi seperti 12

13 tawaran promo yang menggiurkan konsumen Indonesia. Walaupun Air Asia Indonesia sempat mengalami penurunan di awal-awal masuknya ke Indonesia namun hal ini tidak menjadi hambatan bagi Air Asia untuk terus tumbuh dan bersaing. Hasilnya, dari tahun 2004 jumlah penumpang Air Asia Indonesia semakin berkembang pesat. Grafik 1.5 adalah gambaran perkembangan penumpang Air Asia dari tahun Pada tahun 2014, Air Asia banyak mengeluarkan energi pada rute jaringannya yaitu dengan menambahkan frekuensi penerbangan dan memulai rute baru dengan potensi pertumbuhan yang kuat. Strategi yamg dibuat Air Asia membuahkan hasil positif. Indonesia Air Asia menunjukkan peningkatan sebesar 90% dari tahun 2013 hingga tahun Disaat yang sama Indonesia Air Asia menambahkan layanan tambahan, khususny Fly- Thru fasilitas yang diperkenalkan pertama kalinya di Bandara International Soekarno Hatta pada bulan september 2014 dan di Bandara International Ngurah Rai di Bali pada November Namun, ditengah perkembangan Indonesia Air Asia yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akhir tahun 2014 insiden jatuhnya pesawat Air Asia Indonesia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura menjadi ancaman keras untuk Air Asia khususnya Indonesia Air Asia. Beberapa dampak terjadi akibat insiden ini diantaranya menurunnya trust atau kepercayaan public pada maskapai Air Asia. Penurunan angka penumpang baik domestik maupun intermational sebanyak -22,32%. Tak hanya itu, saham perusahaan pun ikut menurun. Dalam wall street journal menunjukkan saham Air Asia anjlok 7,80% pada perdagangan di Bursa Efek Malaysia. Menurut Sekretaris Association of the Indonesian Tour and Travel Agencies selama ini Air Asia merupakan maskapai favorit wisatawan karena meski bermain dalam bisnis pesawat berbiaya murah atau low cost carrier namun Air Asia jarang mengalami keterlambatan jadwal penerbangan. Namun, semenjak kejadian jatuhnya pesawat Air Asia Indonesia QZ8501 banyak para penumpang atau wisatawan domestik maupun internasional memilih untuk menggunakan maskapai lain ( Kejadian tersebut tentunya menjadi ancaman keras untuk Air Asia karena dengan adanya kejadian ini menyebabkan turunnya loyalitas 13

14 pelanggan dan meruntuhkan citra merek Air Asia sebagai maskapai murah (low cost carrier) yang aman di benak masyarakat. Manajemen PT.Indonesia Air Asia menyebutkan pihak Air Asia sedang berupaya menghilangkan citra negatif masyarakat tentang buruknya keamanan dan keselamatan Air Asia dengan menyiapkan beberapa strategi baru salah satunya adalah rebranding bisnis penerbangan yang akan dilakukan pasca proses evakuasi QZ8501 selesai ( Grafik 1.6 Revenue Indonesia Air Asia Tahun Sumber: Financial Report Air Asia Indonesia Grafik 1.6 merupakan revenue Indonesia Air Asia per- kuartal dari tahun Sejak hadirnya air asia di Indonesia tahun 2006, perkembangan air asia indonesia terus meningkat hingga di tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup pesat Rp 1,2 milyar di akhir tahun Meskipun mengalami pasang surut persaingan yang pesat air asia indonesia terus membuktikan laju pertumbuhannya dan mampu bersaing dengan penerbangan low cost lainnya seperti Lion Air, Cililink, Sriwijaya Air. Air Asia Indonesia mencatat pendapatan sebesar Rp 1.97 miliar di tahun 2015, angka ini 37% lebih rendah dibandingkan tahun 2014 pendapatan Air Asia Indonesia yaitu miliar. Salah satu penyebab penurunan pendapatan ini disebabkan oleh pengurangan ukuran armada yang dioperasikan oleh Indonesia dari 30 di tahun 2014 pesawat menjadi 17 14

15 pesawat di tahun 2015 sehingga rata-rata penurunan kapasitas penumpang dari tahun ke tahun sebesar 34%. Penyebab lain dengan kondisi penurunan revenue adalah krisis yang dialami oleh Air Asia khususnya Air Asia Indonesia di akhir tahun 2014 yaitu jatuhnya pesawat Air Asia Indonesia QZ8501 tujuan Surabaya-Singapura. Insiden ini membuat Air Asia Indonesia mengalami kerugian besar hingga penurunan revenue. Tidak hanya mengalami penurunan revenue, disaat tragedi kecelakaan tersebut Air Asia Indonesia juga mengalami penurunan dalam hal sales (penjualan). Berikut merupakan grafik sales (penjualan) Indonesia Air Asia. Grafik 1.7 Sales Indonesia Air Asia Tahun Sumber: Financial Report Air Asia Tahun 2015 Grafik 1.7 menunjukkan sales Indonesia Air Asia dari tahun Tragedi kecelakaan QZ 8501 di pertengahan Desember 2014 mempengaruhi penurunan sales Air Asia Indonesia. Diakhir november 2014 sales berada pada angka juta dan turun sebesar 41,5% yaitu menjadi Rp juta. Penurunan drastis ini menjadi kerugian besar untuk pihak air asia khususnya Indonesia Air Asia. Krisis yang dialami Air Asia pasca kecelakaan QZ 8501 sempat membuat image negatif karena Air Asia sebagai salah satu merek penerbangan yang sudah cukup kuat dikategori low cost carrier. Dengan kejadian itu juga brand image Air Asia Indonesia menurun dari tahun

16 berada di Top Brand sebesar 10,80% menjadi 8,70% di tahun 2015 dan 7,70% di tahun Presiden direktur Air Asia Indonesia Sunu Widyatmoko menjelaskan, Air Asia tidak akan mengambil langkah re-branding sebagai upaya pemulihan citra merek paska krisis. Sebaliknya, Air Asia memilih langkah penguatan merek dengan melakukan dua hal. Pertama, pemasangan iklan, seperti yang sekarang ini telah mulai dilakukan Air Asia disejumlah media, Kedua, akan menambah rute penerbangan baru ke berbagai negara. Mengingat pemerintah akan menambah daftar negara penerima bebas visa. Sejumlah rute international yang akan dibuka adalah rute yang belum dimiliki Air Asia seperti Brunei, Myanmar, Vietnam, hingga Hongkong Dengan menambah rute international yang baru, Air Asia memperoleh manfaat ganda. Pertama, menambah pemasukan untuk jalur-jalur yang menurun, kedua memperkuat brand karena menunkkan Air Asia masih diterima secara global ( Strategi penguatan merek yang dilakukan Air Asia tampaknya berhasil dilakukan manajemen Air Asia, hasilnya terlihat diawal tahun 2015 sales Air Asia Indonesia meningkat sebesar 9,13% meskipun angka tersebut belum stabil karena sales Air Asia Indonesia masih mengalami naik-turun hingga pertengahan tahun Disamping sales dan revenue yang meningkat, setelah tragedi QZ 8501 tersebut Air Asia Indonesia kembali beroperasi seperti biasanya. Disamping berbenah melakukan penguatan merek seperti memperbanyak iklan di media online, TV, Radio, kini Air Asia Indonesia membuk jalur penerbangan International yaitu tujuan Belanda dan Amsterdam. Kotler (2010) mengatakan merek dapat membantu konsumen dalam menyederhanakan pengambilan keputusan dan mengurangi resiko. Merek dapat menciptakan struktur mental yang membantu konsumen mengatur pengetahuan merek tentang produk dan jasa dengan cara menjelaskan pengambilan keputusan dan dalam prosesnya memberikan nilai bagi perusahaan. Dalam sebuah merek terdapat nama, istilah, logo, simbol, design atau kombinasi yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari 16

17 satu penjual ataupun kelompok penjual untuk membedakan mereka dari pesaing. Komponen-komponen tersebut disebut sebagai Identitas merek dari totalitas merek sebuah produk atau jasa. Sebuah identitas merek dapat digunakan sebagai pengetahuan merek dan bagaimana kaitannya dengan ekuitas merek. Pentingnya pengetahuan merek dimaksudkan untuk membantu konsumen dalam memilih keputusan dalam penggunaan sebuah merek. Dalam brand knowledge (pengetahuan merek), terdapat dua komponen mendasar yaitu brand awareness (kesadaran merek) dan brand image (citra merek). Dimensi pertama dalam pengetahuan merek adalah brand awareness. Brand awareness merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi merek dengan kondisi yang berbeda. Brand awareness terdiri dari dari pengakuan merek dan kinerja brand recall. Sedangkan brand image Didefinisikan sebagai persepsi tentang merek yang tercermin dari asosiasi merek. Untuk menciptakan citra merek yang baik, sebuah perusahaan selalu memainkan peran penting dalam memperbaiki posisi merek perusahaannya. Citra merek merupakan total dan kepribadian secara keseluruhan perusahaan yang terdapat dalam benak konsumen. Sebuah keputusan pembelian paling sering tergantung pada citra merek dan bukan pada karakteristik fisik dari sebuah merek. Citra merek juga dapat membantu konsumen dalam memilih sebuah keputusan pembelian. (Aaker (1996), dalam Arslan &Zaman, 2014:99). Keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang mengkomunikasikan sikap pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih satu di antaranya. Proses pengambilan keputusan konsumen kadang dapat menjadi proses yang kompleks dan konsumen dapat mengandalkan informasi tentang produk tertentu seperti merek dan pengalaman konsumen untuk mengumpulkan informasi sehingga mencapai tahap keputusan pembelian. Naik turun pertumbuhan Air Asia Indonesia dari tahun ke tahun yang terlihat dari revenue dan sales menjadi perhatian tersendiri bagi pihak manajemen Air Asia khususnya keadaan Air Asia Indonesia pasca tragedi 17

18 kecelakaan Air Asia Indonesia QZ8501 rute Surabaya-Singapura dalam menstabilkan angka revenue dan sales Air asia Indonesia yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan bisnis penerbangan Air Asia Indonesia. Atas paparan diatas maka penulis tertarik untuk melalukan penelitian lebih dalam mengenai brand image terhadap keputusan pembelian sehingga menarik judul peneliatian Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT.Indonesia Air Asia Pasca Tragedi Jatuhnya Pesawat Air Asia Indonesia QZ8501 Rute Surabaya-Singapura 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dan fakta-fakta yang ada di latar belakang, maka rumusan masalah yang akan diperoleh yaitu: 1. Bagaimana atribut, manfaat, sikap, keuntungan, kekuatan, keunikan dan keputusan pembelian tiket Air Asia pasca tragedi jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura? 2. Seberapa besar pengaruh atribut, manfaat, sikap, keuntungan, kekuatan, keunikan terhadap keputusan pembelian Air Asia Indonesia secara simultan? 3. Seberapa besar pengaruh atribut, manfaat, sikap, keuntungan, kekuatan, keunikan terhadap keputusan pembelian Air Asia Indonesia secara parsial? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk menjawab permasalahan diatas. Berikut adalah tujuan penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetahui atribut, manfaat, sikap, keuntungan, kekuatan, keunikan dan keputusan pembelian tiket Air Asia pasca tragedi jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atribut, manfaat, sikap, keuntungan, kekuatan, keunikan terhadap keputusan pembelian Air Asia Indonesia secara simultan 18

19 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atribut, manfaat, sikap, keuntungan, kekuatan, keunikan terhadap keputusan pembelian Air Asia Indonesia secara parsial 1.5. Kegunaan Penelitian Aspek Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya sebagai bahan referensi untuk melanjutkan penelitiannya Aspek Praktis 1. Bagi Manajemen Air Asia a. Melalui penelitian ini diharapkan pihak manajemen Air Asia mampu mengelola brand image yang telah terjaga dengan baik b. Melalui penelitian ini diharapkan pihak manajemen Air Asia mampu melakukan inovasi-inovasi yang lebih baik agar lebih terlihat perbedaan yang unggul dibandingkan kompetitor dan menjaga program-program inovasi yang telah dijalankan saat ini. c. Diharapkan dengan penelitian ini pihak manajemen Air Asia dapat mengetahui pentingnya brand image dalam membantu konsumen dalam melakukan keputusan pembelian sehingga mengarahkan konsumen untuk loyal dalam melakukan pembelian kembali pada maskapai Air Asia. 2. Bagi Konsumen Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu konsumen dan calon konsumen untuk lebih cermat dalam melakukan keputusan pembelian, pemilihan armada pesawat terbang, khususnya kepada konsumen dan calon konsumen yang sering berpergian dengan menggunakan armada pesawat terbang yang berkonsep low cost carrier. 19

20 1.6. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memberikan arah serta gambaran materi yang terkandung dalam penulisan thesis ini, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut: a. BAB I Pendahuluan. Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. b. BAB II Tinjauan Pustaka dan Ruang Lingkup Penelitian. Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini, kerangka pemikiran, dan hipotesis. c. BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini dibahas mengenai jenis penelitian, operasional variabel, jenis data dan teknik pengumpulan, serta teknik analisis data. d. BAB IV Analisis dan Pembahasan. Pada bab ini dibahas mengenai deskripsi dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil dari penelitian. e. BAB V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya, dari segi teoritis dan praktis. 20

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai maskapai Low Cost Carrier (LCC) dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya bidang teknologi dan perubahan pola kehidupan manusia yang semakin cepat membuat begitu banyak aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di industri penerbangan Indonesia semakin meningkat, ditunjukkan dengan semakin banyak pemain maskapai penerbangan yang masuk ke pasar Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia, luas dan tak terbatas. Terbukti dengan adanya berbagai kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia Bisnis penerbangan di Indonesia semakin terlihat menjanjikan. Pengguna jasa penerbangan di negara kita

Lebih terperinci

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama pada jasa penerbangan yang setiap tahun selalu meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian signifikan merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi industri transportasi dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa transportasi udara sejak awal berkembang dalam menanggapi peningkatan potensi pergerakan manusia yang tersebar dalam berbagai segmentasi masyarakat, baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan yang terdapat dalam bab IV, terdapat beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan penerbangan adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang angkutan udara yang mengangkut penumpang, barang, pos, dan kegiatan keudaraan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga permintaan terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien menjadi meningkat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi semua perusahaan yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha penerbangan saat ini telah berkembang pesat dengan berbagai perubahan strategi bagi operator dalam menggunakan berbagai model penerbangan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa (www.bps.go.id) menjadikannya sebagai negara terbesar ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik dan regional. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi semua perusahaan yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama pada jasa penerbangan yang setiap tahun selalu meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman telah mendorong manusia untuk terus berkembang, tidak terkecuali dengan dunia penerbangan. Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat dan diringi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 56,5 persen dari total jumlah penduduk (Kelas Menengah dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 56,5 persen dari total jumlah penduduk (Kelas Menengah dan Perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 setelah melewati krisis ekonomi pada dua tahun sebelumnya, perlahan perekonomian Indonesia tumbuh positif. Pertumbuhan perekonomian yang positif ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak perusahaan yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini seakan menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri penerbangan sudah banyak menjamur di Indonesia yang disebabkan adanya deregulasi pemerintah dalam bidang penerbangan. Deregulasi penerbangan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, berikut akan disajikan kesimpulan hasil penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Hasil pengujian hipotesis pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang peranan penting dalam perekonomian terutama kebutuhan mobilisasi manusia dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini sarana transportasi memiliki peranan yang sangat vital untuk melakukan berbagai kegiatan, terlebih dalam dunia bisnis. Pertumbukan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi masyarakatnya. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.pelayanan adalah

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PENERBANGAN TARIF RENDAH MASKAPAI PENERBANGAN AIRASIA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN KE SINGAPURA

2016 PENGARUH PENERBANGAN TARIF RENDAH MASKAPAI PENERBANGAN AIRASIA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN KE SINGAPURA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dunia pariwisata dewasa ini sudah sangat berkembang dimana sudah banyak destinasi wisata yang mempunyai daya tarik tersendiri dan dapat menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi pada masa sekarang sangat cepat. Teknologi Informasi adalah salah satu alat yang digunakan para manajer untuk mengatasi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maskapai penerbangan adalah sebuah organisasi yang menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang atau barang. Pertumbuhan industri penerbangan melonjak tajam

Lebih terperinci

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan pasca peristiwa reformasi pada tahun 1998 ikut memicu perkembangan industri jasa transportasi udara nasional yang sempat terpuruk diterpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, transportasi di Indonesia semakin diperlukan bagi semua kalangan. Keberadaan sebuah sarana transportasi dalam kehidupan manusia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jasa atau sektor industri dari tahun ke tahun berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Pemenuhan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perpindahan barang dan orang terbesar di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya sebesar 5,2 juta kilometer persegi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bersamaan dengan pulihnya perekonomian Indonesia setelah krisis pada tahun 1997, Industri Penerbangan pun mengalami perkembangan yang signifikan. Indikasi perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv 1.1 Rumusan Masalah... 5 1.2 Tujuan Penelitian... 5 1.3 Manfaat penelitian... 5 1.2. Sistematika Pembahasan... 6 BAB II... Error!

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif dalam segala bidang usaha. Keberhasilan kompetisi ini sangat ditentukan oleh antisipasi pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 2012,seperti yang tercantum pada theglobal-review.com menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Observasi Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan dan keinginan dalam usaha untuk mempertahankan hidup, namun sering kali manusia tidak suka memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak hanya produk berupa barang yang banyak memberikan manfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Di era modern dan perkembangan teknologi serta meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan pemilihan masalah untuk dipecahkan 3.1.1 Latar belakang masalah Sejak diberlakukan open sky policy, persaingan di bisnis penerbangan semakin tinggi terbukti masuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilhat dari ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia. Laju pertumbuhan yang sangat pesat mencapai 1,5 persen pertahun atau 3,5 juta jiwa, terhitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat persaingan dalam penyediaan jasa transportasi menjadi sangat tajam dan ketat. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia adalah Negara kepulauan, maka membutuhkan banyak sarana transportasi untuk menunjang proses perdagangan, bisnis, dan segala transaksi maupun urusan antar

Lebih terperinci

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004) I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penumpang angkutan udara dari waktu ke waktu cenderung meningkat, hal ini terlihat dari pengguna Bandara Soekarno-Hatta seperti terlihat dari Gambar 1. orang 1000000 900000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis penerbangan khususnya untuk penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. Untuk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia penerbangan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan merupakan salah satu unsur penting dalam menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. hanya itu, Indonesia juga memiliki modal besar untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan transportasi udara merupakan bagian dari pelaksanaan tugas penyediaan transportasi, baik sebagai servicing function maupun promoting function

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.3, No.3 December 2016 Page 3064

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.3, No.3 December 2016 Page 3064 ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.3, No.3 December 2016 Page 3064 PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PT.INDONESIA AIR ASIA PASCA TRAGEDI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri jasa penerbangan di Indonesia, khususnya untuk penerbangan komersial berjadwal semakin marak sejak dikeluarkannya deregulasi yang mengatur transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini industri jasa di Indonesia menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industry jasa, di sisi lain meningkatnya keperluan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Loyalitas merupakan sikap seseorang yang tetap setia pada suatu hal atau benda atau produk, dalam segi ekonomi loyalitas merupakan sikap konsumen ketika konsumen atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015

BAB I PENDAHULUAN. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Gambar 1.1 Logo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sumber: Garuda Indonesia, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan industri baik produk maupun jasa di Indonesia semakin bertumbuh dengan cepat seiring dengan munculnya pesaing pesaing baru dengan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Citilink BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Citilink Indonesia 1.1.1 Profil Perusahaan Citilink adalah Unit Strategi Bisnis (USB) yang mandiri dari PT. Garuda Indonesia Airlines. Citilink lebih ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan United Nation World Tourism Organization (UNWTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Peranan pesawat terbang sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilhat dari ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan unik karena sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan unik karena sikap dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan unik karena sikap dan pemilihan terhadap objek setiap orang berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi yang sangat besar, secara tidak langsung membuat masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan praktis (mulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pasar penerbangan di Indonesia adalah pasar yang potensial, hal ini didasarkan pada karakteristik demografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun belakangan, industri penerbangan nasional berkembang dengan cukup pesat. Harga tiket penerbangan untuk berbagai rute domestik secara rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih dari 240 juta jiwa dan termasuk negara yang memiliki banyak pulau.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada kondisi perkeonomian global sekarang ini, yang ditunjukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada kondisi perkeonomian global sekarang ini, yang ditunjukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kondisi perkeonomian global sekarang ini, yang ditunjukan dengan hilangnya batas-batas Negara dari segi investasi, industri, individu, dan informasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebersamaan dengan seseorang. Yakni berbagi informasi, ide atau sikap.

BAB I PENDAHULUAN. kebersamaan dengan seseorang. Yakni berbagi informasi, ide atau sikap. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi berasal dari bahasa latin Common yang berarti umum atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi aktivitas setiap manusia untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Contohnya seperti

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan data dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dapat diketahui faktor eksternal dan faktor internal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, dunia penerbangan dihadapkan pada situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong perusahaan untuk melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pengujian path analysis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pengujian path analysis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pengujian path analysis yang dilaksanakan mengenai pengaruh strategi low cost carrier terhadap keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Alasan Pemilihan Masalah Jasa penerbangan Indonesia saat ini diwarnai dengan munculnya pemain-pemain baru di dalam industri penerbangan domestik. Hal tersebut didukung oleh

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi di bidang transportasi semakin banyak alat transportasi yang digunakan pelanggan. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memilki banyak pulau sehingga moda transportasi udara dibutuhkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memilki banyak pulau sehingga moda transportasi udara dibutuhkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini perkembangan teknologi transportasi semakin modern baik darat, laut, maupun udara. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya alternatif transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 2006). Perusahaan menganggap aset takberwujud merupakan aset yang sangat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 2006). Perusahaan menganggap aset takberwujud merupakan aset yang sangat BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, penilaian dan pemeringkatan merek telah menjadi isu yang semakin menarik di kalangan pemasaran (Chu dan Tat Keh, 2006). Perusahaan menganggap

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilihat dari ketatnya persaingan pelayanan,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring pesatnya kemajuan teknologi, segala sesuatu semakin mudah dilakukan, misalnya untuk mengakses informasi sangat mudah dilakukan dan cepat dilakukan semenjak

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL 5.1 Kesimpulan Kesimpulan untuk maskapai Indonesia AirAsia dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Variabel harga (X 1 ) signifikan dan pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pariwisata khususnya di Indonesia semakin meningkat pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari sarana infrastruktur yang semakin tertata rapi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan masyarakat kelas menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan masyarakat kelas menengah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan masyarakat kelas menengah di Indonesia menumbuhkan minat masyarakat melakukan perjalanan termasuk jasa penerbangan. Daya beli masyarakat semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mobilitas masyarakat dewasa ini meningkat pesat. Hal ini dapat dilihat dari berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis perkiraan lalu lintas di industri penerbangan yang menunjukkan harapan akan menyambut sekitar 3,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk adalah maskapai penerbangan milik negara atau bisa disebut juga perusahaan BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ). Perusahaan

Lebih terperinci

PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 PERSEPSI PENUMPANG SRIWIJAYA AIR MENGENAI KESELAMATAN PENERBANGAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Deasy Mayasari F 100 040 172 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menunjang berbagai kegiatan perjalanan, baik perjalanan jarak dekat maupun jarak jauh. Di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1999, banyak berdiri maskapai penerbangan baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1999, banyak berdiri maskapai penerbangan baru di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Indonesia membuka perizinan pengoperasian penerbangan komersial pada tahun 1999, banyak berdiri maskapai penerbangan baru di Indonesia. Deregulasi peraturan

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian penting dari sebuah perusahaan, karena dengan adanya pemasaran perusahaan dapat memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis sangat ketat khususnya pada bisnis jasa penerbangan. Hal ini menuntut setiap perusahaan menempatkan orientasi purchase decision pelanggan sebagai

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015)

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Dalam industri telekomunikasi, terdapat enam pemain yang terlibat dalam menggunakan, menyediakan, dan mengawasi layanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi kebutuhan masyarakat, mulai dari transportasi lewat darat menggunakan mobil, motor, atau kereta api, transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Daftar Maskapai Penerbangan di Indonesia Nama Maskapai Penerbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Daftar Maskapai Penerbangan di Indonesia Nama Maskapai Penerbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rencana Induk Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengenai Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025, menyebutkan bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pertumbuhan perdagangan lokal dan persaingan internasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pertumbuhan perdagangan lokal dan persaingan internasional, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya pertumbuhan perdagangan lokal dan persaingan internasional, konsumen yang ada semakin selektif dan menuntut satu produk yang benar-benar berkualitas sehingga

Lebih terperinci

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan sistem perekonomian dari tradisional ke modern memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan sistem perekonomian dari tradisional ke modern memberi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan sistem perekonomian dari tradisional ke modern memberi dampak yang signifikan pada pelaku bisnis maupun pelanggan. Perekonomian modern menawarkan banyak alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Industri penerbangan Indonesia adalah industri yang memiliki persaingan yang kompetitif. Persaingan yang kompetitif ini dialami tidak hanya dengan maskapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mobilitas masyarakat saat ini memang bisa dibilang sangat tinggi dan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mobilitas masyarakat saat ini memang bisa dibilang sangat tinggi dan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas masyarakat saat ini memang bisa dibilang sangat tinggi dan Indonesia mempunyai wilayah kepulauan terbesar di dunia maka tidak heran apabila banyak orang yang

Lebih terperinci

(passenger). Hal ini, menurut Radjasa (2006) bisa dilihat dari jumlah

(passenger). Hal ini, menurut Radjasa (2006) bisa dilihat dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir ini peranan dan perkembangan sektor jasa khususnya transportasi udara di Indonesia terasa semakin penting. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 8 tanggal 4 Maret 1975 dan memperoleh status badan

Lebih terperinci