EPIDEMIOLOGI Sejarah : Islam nafas yg segar oral hygiene yg baik Untuk menyegarkan nafas : cengkeh (Irak), kulit jambu biji (Thailand). Kulit telur (C

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8

CLINICAL SCIENCE SESSION HALITOSIS. Disusun oleh: Nikkita Ike Ernawati

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Halitosis, fetor oris, oral malodor atau bad breath adalah istilah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih perlu mendapat

METODE MENGATASI BAU MULUT. Yulia Rachma Wijayanti. Staf Pengajar Laboratorium Periodonsia FKG UPDM(B)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berupa alat cekat dan alat lepasan (Susetyo, 2000). Alat ortodontik cekat adalah

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAWATAN PERIODONTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

Pengelolaan Pasien Dengan Angular cheilitis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

PREVALENSI HALITOSIS PADA PASIEN YANG BERKUNJUNG KE RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hipersensitif Dentin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

BAB V HASIL PENELITIAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

seperti klorheksidin dan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sulit untuk diperjualbelikan secara bebas sebab memerlukan resep dokter selain itu saat ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kadar gula yang tinggi) dapat menyebabkan manusia rentan terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

Transkripsi:

DEFINISI Halitus = nafas HALITOSIS osis = keadaan Halitosis adalah bau nafas yang tidak menyenangkan hanya merupakan suatu gejala bukan suatu penyakit Nama lain : fetor ex ore, fetor oris, oral malodor, bad breath, dragon breath, jungle mouth

EPIDEMIOLOGI Sejarah : Islam nafas yg segar oral hygiene yg baik Untuk menyegarkan nafas : cengkeh (Irak), kulit jambu biji (Thailand). Kulit telur (China) Howe abad 19 : Timbulnya halitosis krn VSC (Volatile Sulfur Compound) terutama hidrogen sulfida dan metil merkaptan Prevalensi : Penelitian Jepang 6-23% subjek Amerika : 24% manula >60 th

KLASSIFIKASI 1. Halitosis genuine ( Halitosis sebenarnya ) a. Halitosis fisiologis ( transien atau sementara ) b. Halitosis patologis - Etiologi intra oral - Etiologi ekstra oral 2. Pseudohalitosis Mempunyai keluhan ada halitosis, tetapi sebenarnya setelah pemeriksaan tidak ada halitosis - Termasuk kategori fisiologis 3. Halitofobia Setelah perawatan halitosis masih merasa halitosis

Etiologi Etiologi fisiologis intra oral Tidak ada aktifitas makan, selama tidur, saliva berkurang, aktivitas pipi dan lidah berkurang untuk menghilangkan epitel deskuamasi dan sisa makanan selama tidur halitosis bangun tidur pagi hari hilang setelah menyikat gigi, dan makan meningkatkan aliran saliva dan membantu menyingkirkan sisa makanan Kebiasaan bernafas melalui mulut atau mendengkur Bersifat sementara (temporary halitosis)

lanjutan Bertambah sejalan dengan usia krn perubahan metabolisme dalam tubuh Akibat makanan dan minuman berbau atau obatobatan tertentu spt rokok, kopi, alkohol, bawang merah, bawang putih, petai, jengkol, obat anti histamin Perokok berat hairy tongue penumpukan sisa makanan dan bau tembakau

Etiologi Etiologi patologis intra oral 1 - Oral hygiene yang jelek cendrung terjadi pembusukan sisa makanan di sela gigi oleh bakteri - Bertambah parah dengan pembentukan kalkulus - Letak gigi yang tidak teratur - Karies gigi yang besar/dalam - Resesi gingiva dan pseudopoket pada gigi yg sedang erupsi - Kelainan lidah spt hairy tongue, fissured tongue krn merupakan tempat sisa makanan

lanjutan 2. Penyakit jaringan lunak mulut - Proses keganasan nekrosis jaringan Stomatitis gangrenous dan noma Lesi-lesi ulseratif yg berhubungan dengan kelainan darah Socket bekas ekstraksi gigi yang infeksi (dry socket) streptokokus anaerob bakteri proteolotik gas H2S dari sulfur yg mengandung asam amino di mulut Degenerasi darah di mulut setelah operasi, pencabutan gigi, perdarahan gusi Kotoran dibawah bridge atau appliance Mulut kering

3.Penyakit periodontal lanjutan Ginggivitis (terutama gingivitis nekrosis) Periodontitis kronis dg pembentukan saku pembusukan makanan dalam saku, cairan ludah cepat membusuk jaringan nekrotik dan suplai darah berkurang kadar O2 berkurang halitosis

4. Penyakit gigi lanjutan Gangren pulpa : hasil fermentasi bakteri klostridium reaksi metabolisme asam dan gas gangren bau gangren Pyorrhoea atau kista dentigerous disertai fistel nanah ke mulut bau nanah

Penyebab ekstra oral * Starvation ( keadaan kurang makan ) dapat karena stagnasi oral * Obat-obatan : - Solvent abuse - Chloral hydrate - Nitrat - Dimethyl sulphoxite - disulfiram - agen sitotolsik

Etiologi ekstra oral * Penyakit sistemik - Ketosis diabetik : nafas bau aseton - Sepsis hidung atau benda asing, infeksi paranasal atau saluran pernafasan; tonsilitis, bronkhitis, infeksi paru, tumor paru - Penyakit gastrointestinal : helicobacterpylorii - Kegagalan hepar - Gagal ginjal - Psikogenik atau faktor psikosomatik halitofobia

PATOGENESIS *Intra oral Penyebab utama halitosis adalah bakteri anaerob negatif mengkonsumsi makanan dan mengeluarkan kotoran Protein dari sisa makanan, sel-sel epitel yg terkelupas dari mukosa mulut, bakteri yg mati, senyawa protein saliva sumber makanan bakteri Protein dipecah bakteri asam amino senyawa sulfur yi; Volatile Sulfur Compound ( VSCs) tdd : -Hidrogen sulfida (H2S) bau pada telur busuk - Mercaptan bau pada makanan hewan - Sulfur dimetil mercaptan bau di laut

lanjutan Bakteri juga menghasilkan kotoran lain : - Cadaverin Bau yg berhubungan dg mayat - Putrescin Senyawa yg menyebabkna bau daging busuk - Isovaleric acid Bau kaki berkeringat

lanjutan Tempat bakteri yg sering : - Lidah bagian posterior seing ada plak - Lidah dg tekstur bercelah dan berfisur - Ketebalan plak 0,1-0,2 mm lingkungan anaerob - Batas gusi dan interdental Penyakit periodontal : ANUG, periodontitis ( fusospirocheta) - Gingivitis Produksi VSC meningkat - Karies gigi penimbunan makanan bakteri

PATOGENESIS * Penyakit sistemik - Bau aseton : Diabetes - Gagal ginjal : bau amonia (gas dimetilamin dan trimetilamin - Penderita sirosis hepatis : fetor hepatikus dari gas aliphatic acid, metilmerkaptan, etanetiol dan dimetil sulfid bau amis (fishy odor)

Riwayat pasien Cara sederhana : DIAGNOSIS Bagian posterior lidah dikeruk, dapat dengan menggunakan sendok Menjilat pergelangan tangan bagian belakang (bagian anterior lidah), setelah mengering dicium baunya Dental floss yang dilewatkan pada interdental gigi belakang Kain atau sapu tangan yang bersih yang diusapkan pada lidah bagian belakang Cara Brenning : Ps mengatupkan bibir, menghembuskan nafas melalui hidung, jika tercium bau berarti berasal dari luar mulut dan sebaliknya

DIAGNOSIS Menggunakan alat * Metode organoleptic ( Membaui udara yang keluar ) * Pengukuran gas chromatografi Oral Chroma * Pengukuran objektif dengan Halimeter * Tes untuk flora mulut dengan tes BANA ( benzoyl -arginine-naphthyl-amide ) atau dengan dark field microscopy * Kemiluminessns

1. Uji organoleptik Bersifat subjektif berdasarkan persepsi penguji yang berpengalaman terhadap aroma nafas subjek. Skor Kriteria 0 Tidak ada bau mulut/ tdk terdeteksi 1 Ada sedikit bau mulut yang sulit terdeteksi 2 Ada sedikit bau mulut yang mengganggu 3 Bau mulut yang sedang/ benar-benar nyata 4 5 Bau mulut yang sedang msh dpt ditoleransi Bau mulut yang sangat menyengat, tdk dpt ditoleransi

2. Pengukuran menggunakan gas kromatografi (GC) dengan alat yang disebut Oral Chroma atau Refres-101 alat ini bisa mengenali tiga jenis gas VSC seperti hidrogen sulfida, metil mercaptan, dan dimetil sulfida

3. Halimeter modifikasi gas kromatografi yang hanya khusus mendeteksi senyawa senyawa sulfur yaitu VSC (Volitile Sulfur Compounds) Seseorang dengan VSC > 75ppb(part perbilion) dianggap akan mempunyai masalah bau mulut

4. Tes BANA Metode ini dilakukan di Laboratorium dengan mengidentifikasi bakteri yang berperan menghasilkan VSC yaitu pengujian enzim. Dapat dideteksi bakteri penyebab penyakit periodontal yang dapat menyebabkan bau mulut yang menghasilkan enzim yg mendegradasi benzoyl-d, L-arginine-naphtylamide (BANA)

Kemiluminessens Pada pemeriksaan ini sampel yg mengandung sulfur dicampur dengan senyawa merkuri yang akan menghasilkan fluoressens

PERAWATAN Setelah pemeriksaan ditentukan kebutuhan perawata atau treatment need (TN) TN-1 : untuk Halitosis fisiologis TN-1 dan TN-2 : untuk Halitosis oral patologis TN-1 dan TN-4 : untuk pseudo Halitosis TN-3 : untuk Halitosis patologis ekstra oral TN-5 : untuk Halitophobia

KEBUTUHAN TERAPI No. TN Kebutuhan terapi 1 TN-1 Edukasi dan penjelasan tentang halitosis berdasarkan data pemeriksaan Pasien diminta menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi mencakup bgn interdental secara teratur, membersihkan dorsum lidah, pembersihan plak dan kumur dengan antiseptik oral untuk menyingkirkan bakteri gram negatif penyebab bau 2. TN-2 Mencakup profilaksis oral pd TN-1, pembersihan oral oleh profesional dan pengobatan penyakit oral terutama penyakit periodontal

Kebutuhan terapi 3. TN-3 Merujuk ke bagian penyakit dalam atau spesialis lainny 4. TN-4 Memberi penjelasan berdasarkan data, memberi edukasi, menenangkan pasien agar tdk terlalu cemas dan meminta pasien menjaga kebersihan mulut termasuk berkumur dg antiseotik oral utk memberi keyakinan dan percaya diri pada pasien 5. TN-5 Merujuk pada ahli psikologi atau psikiater

PENANGGULANGAN HALITOSIS Sepuluh langkah untuk mengontrol bau nafas 1. Merawat semua penyebab yang dapat diidentifikasi (dapat dengan antimikroba) 2. Hindari makanan yang mengeluarkan bau seperti : bawang, bawang putih dan bumbu 3. Hindari kebiasaan yang memperburuk bau nafas seperti : alkohol, merokok 4. Makan yang teratur 5. Makan buah segar secara teratur, nenas mempunyai enzim yg membantu membersihkan mulut 6. Sikat gigi setelah makan

lanjutan 7. Menjaga oral hygiene secara teratur dan baik dengan : - profilaksis - Sikat gigi - Flossing - Kumur dengan klorheksidin, setilpiridinium atau obat kumur lain 2 kali sehari

lanjutan 8. Jaga mulut tetap selembab mungkin dg menggunakan : permen karet bebas gula, permen diabetik 9. Gunakan preparat penyegar nafas yang sesuai 10. Bila memakai gigi tiruan, buka pada malam hari dalam hipoklorid atau klorheksidin

2. Penanggulangan Edukasi pasien, pendidikan kesehatan mulut Merawat penyebab ekstra dan intra oral Menghindari merokok, makanan spt bawang, bawang putih, durian dan sayuan seperti kubis, bunga kol, lobak Makan teratur dengan OH yg baik dengan dental profilaksis, sikat gigi, flossing, pembersihan lidah dg scraper sebelum tidur Penggunaan antiseptik oral seperti : klorheksidin, setilpiridinium, triklosan, minyak esensial atau zinc klorid efektif mengurangi bau mulut paling sedikit 3 jam, berupa obat kumur, pasta gigi

lanjutan Penggunaan preparat penyegar nafas seperti : chewing gum, mint, cengkeh dll Penggunaan obat kumur 2 atau 3 kali sehari paling sedikit selama 30 detik Pada kasus yang membandel, dapat menggunakan I minggu metronidazol 200 mg 3 kali sehari menghilangkan infeksi bakteri anaerob yg tidak teridentifikasi

Bahan-bahan anti Halitosis Bahan yg mempunyai kemampuan mengubah dan menurunkan kadar VSC Chlorine dioxide : Dalam obat kumur menjadi aktif pada PH rendah dan asam dg adanya bakteri bahan chlorine mengubah VSC yang berbau menjadi tidak berbau tidak mudah menguap Baking soda : dapat membunuh bakteri penyebab bau mulut ( anti mikroba jangka panjang ) dengan H2O2 utk terapi periodontal konservatif H2O2 (oksidator) : - daya bakterisidal thd bakteri anaerob dan menghambat metabolisme asam amino menjadi VSC Bahan lain : Zn Chloride, Anthium chloride, Thimol, Eucalyptus