MENGAPA DAN BAGAIMANA IODISASI GARAM RAKYAT DI INDONESIA? Oleh Arif Rahman Hakim, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan Pada Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP) APA MANFAAT YODIUM? Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menggalakan penggunaan garam beryodium, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1994 Tentang Pengadaan Garam Beryodium, negara Indonesia secara jelas menyebutkan bahwa Garam yang dapat diperdagangkan untuk keperluan konsumsi manusia atau ternak, pengasinan ikan, atau bahan penolong industri pangan adalah garam beryodium yang telah memenuhi Standar Indonesia (SII)/Standar Nasional Indonesia (SNI) (Pasal 1). Bahkan setidaknya ada 5 peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang garam beryodium yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 4. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 Tentang Kemanan, mutu dan Gizi Pangan. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 77/M/SK/5/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan, Pengemasan dan Pelabelan Garam Beryodium 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 60/2010 tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Di Daerah Dengan demikian dapat diketahui bahwa pemerintah kita sangat peduli terhadap konsumsi yodium oleh warganya. Lalu apa sebenarnya manfaat yodium bagi manusia? Micronutrient Indonesia menyebutkan bahwa selain berakibat gondok, kekurangan yodium juga akan mempengaruhi pertumbuhan otak dan susunan syaraf, kecebolan dan rendahnya tingkat IQ manusia disinyalir sebagai akibat dari kekurangan konsumsi yodium terutama sejak dalam kandungan. Yodium yang cukup diperlukan bayi sejak masih dalam kandungan guna membuat hormon kelenjar Thyroid yang berguna bagi pertumbuhan otak dan syaraf. Anggapan yang selama ini beredar di tengah-tengah masyarakat yang menyebutkan bahwa kekurangan yodium hanya akan berdampak pada timbulnya penyakit gondok adalah keliru, dampak dari kekurangan yodium ternyata lebih besar dari itu, penyakit gondok hanyalah puncak dari gunung es akibat kekurangan yodium.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Micronutrient Indonesia pada tahun 2007 sebaran proporsi rumah tangga Indonesia yang mengkonsumsi garam iodium sebagai berikut : Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa saat ini 1 dari 3 Ibu hamil di Indonesia tidak terlindung dari GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) bahkan 1 dari 3 bayi yg lahir di Indonesia saat ini berisiko GAKI dengan Risiko paling besar, yg banyak diderita masyarakat yang tidak mengkonsumsi garam beryodium adalah Kemunduran Kemampuan Intelektual. Kemunduran IQ yang terjadi bisa mencapai 13,5 poin. MENGAPA GARAM YANG HARUS BERYODIUM? Pertanyaan yang kemudian muncul dalam benak kita adalah, mengapa komoditas garam yang digalakan untuk beryodium di Indonesia? mengapa tidak bahan pangan lain? Kita tahu bahwa garam adalah salah satu bahan pangan yang rutin dikonsumsi oleh manusia dalam jumlah yang sama setiap hari (baik disadari ataupun tidak) serta diakui secara global sebagai kendaraan fortifikan yang paling cost effective (USI/KGBS), sehingga dianjurkan untuk menjadi mandatory. Menyadari hal tersebut, Indonesia telah menjadikan garam sebagai mandatory dengan dikeluarkannya Kepres RI No 69 Tahun 1994.
IODISASI GARAM RAKYAT Menurut data dari Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K), Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2012 Indonesia telah mencapai produksi garam yang maksimal dan sesuai dengan harapan, bahkan negara kita memiliki surplus meskipun kemudian di tahun 2013 kita mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh anomali cuaca. Di tahun 2014 ini ditargetkan jumlah produksi garam sebesar 3,3 juta ton. Dengan jumlah dan target produksi yang begitu besar, peluang pemenuhan kebutuhan yodium bagi masyarakat Indonesia semakin besar. Namun demikian tidak semua hasil produksi garam yang beredar di tengah-tengah masyarakat telah memenuhi standar SNI garam beryodium. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk menjadikan garam Indonesia beryodium sesuai amanat berbagai peraturan perundang-undangan Indonesia adalah melakukan proses iodisasi secara langsung ditempat produksi garam sebelum diproses ke Unit Pengolahan Garam (UPG). Dan yang menjadi kunci pokok dalam strategi tersebut adalah proses pendampingan yang dilakukan oleh para penyuluh perikanan. Menghitung Dosis Untuk dapat menghasilkan garam beryodium yang sesuai dengan SNI menurut Micronutrient Indonesia, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Pada waktu sampai dapur, kadar iodium harus minimal 30 ppm menurut SNI
2. Diperhitungkan akan terjadi penurunan kadar iodium selama perjalanan dari pabrik hingga dapur 3. Telah diteliti, akan terjadi risiko iodium turun: 20% hilang dari pabrik ke dapur 20% hilang pada proses masak 4. Kadar iodium waktu siap saji : 50ppm x 60% = 30ppm Sehingga proses iodisasi yang dilakukan di lapangan harus memiliki konsentrasi 50 ppm. Berapa KIO3 (yodium) yg dibutuhkan untuk satu kilo gram garam? Berikut adalah perhitungannya : 1 kg = 1000 g = 1 000 000 mg. Jadi jika 50 ppm= 50 perjuta iodium sehingga : a. 1 kg garam dapat diiodisasi dengan 50 mg KIO3 b. 20 ton garam dapat diiodisasi dengan 1 kg KIO3 Apakah mahal? Jawabannya adalah tidak! Jika harga KIO3 Rp. 600.000,- maka untuk 1 kg garam hanya membutuhkan biaya tambahan Rp.30,- Tabel di bawah ini menunjukan takaran yodium ( dalam proses iodisasi Berat Garam yg akan diyodisasi Kalium Yodat yg diperlukan (menjadi Larutan 4% (menjadi Larutan 2% (kg) (gram) (liter) cc (liter) cc 50 kg 2,5 g 0,0625 L 62.5 cc 0,125 L 125 cc 100 kg 5 g 0,125 L 125 cc 0,250 L 250 cc 200 kg 10 g 0,250 L 250 cc 0,500 L 500 cc 300 kg 15 g 0,375 L 375 cc 0,750 L 750 cc 400 kg 20 g 0,500 L 500 cc 1 L 1000 cc 500 kg 25 g 0,625 L 625 cc 1,250 L 1250 cc 600 kg 30 g 0,750 L 750 cc 1,500 L 1500 cc 700 kg 35 g 0,875 L 875 cc 1,750 L 1750 cc 800 kg 40 g 1 L 1000 cc 2 L 2000 cc 900 kg 45 g 1,125 L 1125 cc 2,250 L 2250 cc 1000 kg 50 g 1,250 L 1250 cc 2,500 L 2500 cc 2000 kg 100 g 2,5 L 2500 cc 5 L 5000 cc 3000 kg 150 g 3,750 L 3750 cc 7,500 L 7500 cc 4000 kg 200 g 5 L 5000 cc 10 L 10000 cc
Berat Garam yg akan diyodisasi Kalium Yodat yg diperlukan (menjadi Larutan 4% (menjadi Larutan 2% (kg) (gram) (liter) cc (liter) cc 5000 kg 250 g 6,250 L 6250 cc 12,500 L 12500 cc 6000 kg 300 g 7,5 L 7500 cc 15 L 15000 cc 7000 kg 350 g 8,750 L 8750 cc 17,500 L 17500 cc 8000 kg 400 g 10 L 10000 cc 20 L 20000 cc 9000 kg 450 g 11,250 L 11250 cc 22,500 L 22500 cc 10000 kg 500 g 12,500 L 12500 cc 25 L 25000 cc 15000 kg 750 g 18,750 L 18750 cc 37,500 L 37500 cc 20000 kg 1000 g 25 L 25000 cc 50 L 50000 cc Sumber : Micronutrient Indonesia Proses Pelarutan KIO3 dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 4% dalam tangki berpengaduk selama 1 jam (batas kelarutan KIO3 pada suhu ruangan kl. 9.1 gram per L air). Iodat lebih mudah dilarutkan dengan air panas. Air pelarut tidak boleh mengandung ion besi dan ion mangan Bahan yang terkena larutan (tangki, pengaduk, pompa, pipa) harus terbuat dari stainless steel atau plastik (PE) Sebaiknya dosing Iodat menggunakan pompa dosing agar laju alir bisa diatur dan konsisten Laju alir larutan disesuaikan dengan laju alir garam untuk mendapatkan kadar iodat 50 60 ppm. Contoh untuk mendapatkan produk dengan kadar iodat 50 ppm, dengan larutan 4% iodat, maka dosing diatur sbb. (lihat tabel): Laju alir garam 0.5 ton/jam laju alir larutan: 0.625 L/jam atau 625 cc/jam Laju alir garam 1 ton/jam laju alir larutan: 1.25 L/jam atau 1250 cc/jam Laju alir garam 2 ton/jam laju alir larutan: 2.5 L/jam atau 2500 cc/jam
Metode Iodisasi Metode untuk mengiodisasi garam rakyat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : 1. Manual 2. Semi Manual (menggunakan sprayer) 3. Mekanisasi (menggunakan mixer) Sumber : Micronutrient Indonesia