BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB I PENDAHULUAN. paripurna. Keseluruhan persyaratan tersebut harus direncanakan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. Rumah sakit memiliki resiko untuk terjadi Health care Associated

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit. operasional sementara nomer 503/0299a/DKS/2010. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BAB VII PENUTUP. Pedoman alur sirkulasi untuk pasien, petugas dan barang-barang steril dan kotor

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

Tugas Akhir 138 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Semarang BAB I PENDAHULUAN

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis dalam menentukan besarnya biaya operasional perusahaan, karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. harapan masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.

BAB III GAMBARAN UMUM RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG

PROGRAM PEMELIHARAAN UTILITAS RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG TAHUN dan Anak Yang Unggul, Mudah dan Nyaman, sehingga hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1, Tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah) People Encyclopedia, Vol 10 New York, Grolier Encorporated, 1962, Hal 662)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB 1 : PENDAHULUAN. agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kemampuan yang harus dikuasai untuk menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. hasil kuisioner dan pengukuran pencahayaan, suhu, kelembaban, dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

Evaluasi Pasca Huni Pengguna Internal terhadap Performa Fisik Kamar Operasi

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

PENYUSUNAN PROGRAM KERJA TIM PENYELENGGARA HCU RS BETHESDA LEMPUYANGWANGI YOGYAKARTA 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah Kabupaten Demak (Penguatan Kesan Islami)

SKRIPSI. GAMBARAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA 10 BESAR ANGKA KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010

Oleh. Dr.Lili Irawati,M.Biomed

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang berpenghasilan rendah dan negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelayakan Proyek

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit swasta yang merupakan

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS BAGI PASIEN TIDAK MAMPU PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan tempat pelayanan yang. 2000). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini serta peningkatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB II. RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENDAHULUAN. Kunci keberhasilan penyelenggaraan jasa kesehatan adalah. memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan menjawab segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II SEJARAH BERDIRI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Kebutuhan akan RS pendidikan dikemukakan oleh para dosen Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis

LAMPIRAN. A. Gambar Denah Tataletak Ruang Operasi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi di segala bidang dewasa ini, menuntut adanya peningkatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya kesehatan. Pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan kesehatan tersebut diharapkan dapat menjangkau masyarakat luas, sehingga akses terhadap berbagai layanan kesehatan menjadi lebih baik, untuk itu diperlukanlah berbagai macam fasilitas kesehatan dan unit-unit penyelenggara layanan kesehatan pada tingkat komunitas (Hatmoko,2010). 1

2 Peningkatan kualitas suatu rumah sakit dilakukan pada berbagai bidang pelayanan yang sesuai dengan standar yang telah ada, dan dilakukan di semua instalasi termasuk ruang operasi. Hal ini dilakukan untuk menuju suatu sasaran yang lebih jauh, terutama untuk menjaga mutu dan akreditasi rumah sakit. Dari data yang telah diperoleh menunjukan bahwa hampir separuh pasien yang datang membutuhkan tindakan pembedahan ( Hatmoko,2010 ). Persaingan antara rumah sakit yang semakin ketat membuat setiap rumah sakit dituntut untuk meningkatkan daya saing dengan usaha memberikan kenyamanan terhadap pasien, penunggu, maupun pengunjung rumah sakit. Pasien dan pengunjung merupakan kelompok pengguna jasa layanan yang penting bagi suatu rumah sakit dan merupakan kekuatan di masa mendatang (Carpman,et all, 1990). Penampilan fisik suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu rumah

3 sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan, penataan ruang, insfrakstruktur harus mendekati dengan indikator kenyamanan. Bangunan yang indah, fungsional, efisien, dan bersih akan memberikan kesan yang positif bagi seluruh pengguna rumah sakit, terutama pasien dan pengunjung rumah sakit (Gupta, 2004). Penampilan fisik suatu rumah sakit, pada dasarnya akan berhubungan langsung dengan kualitas pelayanan medik yang berlangsung. Bangunan yang baik tentunya akan memberikan tingkat kenyamanan yang tinggi kepada pengguna fasilitas pelayanan di rumah sakit, sehingga akan memberikan sumbangan pada proses penyembuhan pasien yang datang ke rumah sakit tersebut (Hatmoko,2010). Sarana dan prasarana yang ada dapat diketahui kelayakannya, salah satunya dengan melakukan evaluasi pasca huni. Rekomendasi dilakukannya evaluasi pasca huni merupakan tindakan yang sangat perlu dilakukan untuk membenahi sarana dan prasaran rumah sakit

4 tersebut. Evaluasi pasca huni dilakukan terhadap penampilan fisik atau kelayakan bangunan setelah digunakan dalam kurun waktu tertentu, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai kontribusi kepada rumah sakit dalam mengambil kebijakan atau suatu keputusan dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas suatu pelayanan (Hutapea, 2003). Elemen yang dapat dievaluasi dalam melakukan evaluasi pasca huni dapat mencangkup tiga aspek, yaitu aspek proses, performasi fungsional, dan performasi teknik. Ketiga hal tersebut merupakan hal yang dibutuhkan dan perlu untuk dievaluasi agar mendapatkan hasil yang terbaik dalam kualitas suatu pelayanan (Barlex, 2006). Performasi fisik sendiri dituntut mencakup aspek keselamatan (safety), kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna ruangan, terutama bagi pengguna internal (Kemenkes, 2012). Efisiensi fungsi, aksesibilitas, sirkulasi, dan penataan jalur utilitas menjadi

5 faktor utama dalam menentukan keberhasilan atau keterbelangsungan sinergi aktivitas di dalam sebuah Rumah Sakit (Barker,2010). Bangunan kamar operasi di rumah sakit merupakan bangunan dengan syarat-syarat yang paling ketat, komplek dan memerlukan investasi yang lebih dibandingkan dengan fungsi yang lainnya. Bangunan kamar operasi berfungsi khusus untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun cito, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Luas bangunan harus sesuai untuk memungkinkan petugas bergerak disekeliling peralatan bedah (Barlex, 2006). Bangunan kamar operasi harus dirancang dengan keselamatan tinggi, kemudahan dalam pemantauan, kemudahan dalam pemeliharaan dengan biaya operasional yang efisien. Sirkulasi barang dan sirkulasi manusia harus menjamin dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi atau pergerakan aliran udara dari area non steril ke area

6 yang lebil steril. Kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku untuk bangunan kamar operasi harus menjadi perhatian khusus karena harus disiapkan sebaik-baiknya. Apabila kepatuhan terhadap aturan operasional tersebut dilanggar, maka persyaratan sterilitas ruang operasi tidak akan tercapai (Kemenkes, 2012). Tata udara yang baik pada kamar operasi dapat diukur dari temperatur, kelembaban, dan tekanan udara. Sistem tata udara harus mempunyai cadangan yang cukup untuk mengantisipasi kerusakan (breakdown) ataupun pada saat dilakukan tindakan pemeliharaan yang diperlukan pada sistem tata udara ( Kemenkes, 2012 ). Sistem utilitas yang terkait pada kamar operasi antara lain meliputi sistem kelistrikan (electrical ), gas medis, dan air bersih. Ketiga komponen tersebut terkait dengan keselamatan (safety) dan kelangsungan operasional di ruang operasi. Sistem utilitas merupakan sarana yang tidak boleh terputus, apabila sistem ini

7 terganggu atau terputus maka akan menggaggu sistem operasional yang lain (Kemenkes, 2012 ). Manajemen fisik memainkan peran yang sangat penting dalam pelayanan di kamar operasi. Selain berhubungan dengan efisiensi dan efektifitas penggunaan kamar operasi, dari segi patient safety juga tidak kalah penting. Hal tersebut dilaksanakan dalam upaya meningkatkan pelayanan di rumah sakit (Clancy,2008). RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki visi yaitu menjadi rumah sakit Islam yang berdasar pada Al Qur an dan Sunnah Rasulullah SAW, dan sebagai rujukan terpercaya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan kualitas pelayanan kesehatan yang Islami, profesional, cepat, nyaman dan bermutu, setara dengan kualitas pelayanan rumah sakit - rumah sakit terkemuka di Indonesia dan Asia. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, dibentuk beberapa misi antara lain ; mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat melalui pendekatan

8 pemeliharaan, pencegahan, pengobatan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan/ketentuan perundang-undangan. Mewujudkan peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntunan ajaran IslamMewujudkan da wah Islam, amar ma ruf nahi munkar di bidang kesehatan dengan senantiasa menjaga tali silaturrahim, sebagai bagian dari da wah Muhammadiyah.. Jumlah dokter spesialis yang menggunakan kamar operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping terdiri dari dokter bedah, dokter bedah ortopaedic, dokter bedah digesty, dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter spesialis anastesi, dokter spesialis mata, dokter spesialis THT, dan dokter gigi spesialis bedah mulut. Prosedur operasi yang semakin banyak dilakukan dikarenakan RS PKU Muhammadiyah Gamping terletak di daerah yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas dan semakin bertambahnya tenaga spesialis yang

9 menggunakan fasilitas kamar operasi tersebut meningkatkan kebutuhan akan kamar operasi yang baik dan layak sesuai dengan jumlah ruangan dan kualitasnya. RS PKU Muhammadiyah Gamping yang saat ini berfungsi sebagai RS Pendidikan baik untuk pendidikan dokter maupun perawat, menyebabkan semakin tingginya jumlah personil yang terlibat dalam kamar operasi tersebut. Oleh karena itu, penempatan ruangan, sirkulasi ruangan, maupun implementasi fungsi dari ruangan tersebut harus diatur dengan baik. Pada tanggal 25 September 2015 peneliti melakukan observasi pra penelitian di Ruang Operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping. Masalah yang ditemukan dari kamar operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping antara lain : 1. Fungsi beberapa ruangan yang belum dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.

10 2. Tingkat pencahayaan, kebisingan, tekanan, aliran udara, filterisasi, dan kelembaban yang tidak rutin diukur. 3. Belum dipisahkan antara ruangan ganti putra dan putri 4. Ruangan resusitasi bayi belum digunakan sesuai dengan fungsinya. 5. Belum tersedia ruang khusus induksi B. Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil evaluasi pasca huni ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping terhadap performasi fisik yang ada di dalam ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pedoman teknis bangunan rumah sakit ruang operasi oleh Kemenkes tahun 2012, pedoman ini berisi tentang ketentuan umum, pedoman teknis arsitektur dan struktur bangunan ruang operasi rumah sakit, pedoman teknis prasarana ruang operasi rumah sakit. Dimana peneliti

11 hanya mengambil sebagian dari persyaratan ketentuan umum serta persyaratan teknis prasarana ruang operasi rumah sakit yaitu pencahayaan, kebisingan, kelembaban, suhu, tekanan, aliran udara, dan filterisasi udara. Beberapa parameter ini diambil karena keterbatasan alat dan kemampuan peneliti. C. Rumusan Masalah Penelitian Kondisi yang terjadi diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana gambaran evaluasi pasca huni kamar operasi di RS PKU Muhammadiyah Gamping berdasarkan pengamatan langsung dan penilaian pengguna internal tentang 3 aspek utama evaluasi pasca huni dan performasi fisik dibandingkan dengan peraturan Kemenkes tahun 2012? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran evaluasi pasca huni ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping

12 berdasarkan pengamatan langsung dan berdasarkan penilaian 3 aspek evaluasi pasca huni menurut pengguna internal yang dibandingkan dengan peraturan Kemenkes tahun 2012. 2. Tujuan khusus a. Memperoleh gambaran performasi fisik kamar operasi terkait dengan keselamatan (safety), kesehatan, kenyamanan, kemudahan berdasarkan pencahayaan, kelembaban, kebisingan, suhu, tekanan udara, aliran udara, dan filterisasi saat melakuakan evaluasi pasca huni ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping. b. Mengkaji kesesuaian aspek teknikal, aspek fungsional, aspek proses di ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Gamping terhadap standar Kemenkes tahun 2012 berdasarkan penilaian pengguna internal. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi rumah sakit

13 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak rumah sakit dalam rangka memperbaiki instalansi bedah sentral yang sesuai dengan standart sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien dan dapat mengurangi resiko yang mungkin dapat terjadi di kamar operasi. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan baru Memberikan kajian tentang manajemen fisik rumah sakit terutama di bagian instalansi bedah sentral. 3. Manfaat bagi peneliti Menambah pengetahuan dalam hal manajemen tata ruang dan bangunan kamar operasi.