BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang publik

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

Optimalisasi ruang terbuka hijau untuk remaja: studi kasus empat ruang terbuka hijau di DKI Jakarta Anggraini Hendrawan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

W O R K S H O P PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS ANGGOTA BKPRD

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

TELAAH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERTANIAN DAN KEHUTANAN PROPINSI DKI JAKARTA*) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi penduduk dan daerah sekitarnya (Sadyuhutomo, 2009). Namun, tanpa disadari jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang meningkat dari waktu ke waktu sering menimbulkan permasalahan bagi lingkungan perkotaaan. Permasalahan tersebut timbul akibat perkembangan lingkungan fisik perkotaan yang semakin didominasi oleh pembangunan gedung-gedung dan sarana fisik yang menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan yang didominasi lahan terbangun dan berpengaruh langsung terhadap perilaku masyarakat kota sendiri. Sebuah kota seharusnya tidak hanya merupakan kumpulan gedung-gedung dan sarana fisik, tetapi terbentuk oleh lingkungan alam seperti vegetasi, sungai, gunung, dan sebagainya. Kedua hal tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kota. Akibat perkembangan fisik perkotaan, maka lingkungan alam pun sering diabaikan padahal salah satu kebutuhan kota adalah tersedianya ruang terbuka untuk menciptakan keseimbangan lingkungan kota dan wadah sosial masyarakat. Ruang terbuka merupakan bagian dari konsep ekologis kota. Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa ruang terbuka di perkotaan terbagi atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Ruang terbuka hijau berupa ruang atau area terbuka yang ditumbuhi tanaman hijau atau fungsi vegetasi, sedangkan ruang terbuka non hijau dapat berupa perkerasan, lahan parkir, dan sebagainya. Ruang terbuka mencakup pengertian ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang publik yang merupakan kawasan tanpa bangunan di antara kawasan terbangun sehingga memiliki peran sebagai penyeimbang antara daerah terbangun dengan daerah terbuka. 1

Ruang terbuka memiliki banyak fungsi di perkotaan seperti mencipta lingkungan udara sehat, penyedia ruang untuk kenyamanan hidup, dan pendukung estetika lingkungan dan memiliki bentuk-bentuk ruang seperti taman yang bersifat publik, lapangan olahraga, jalur sempadan jalan, hutan kota, jalur khusus sepeda dan pejalan kaki (Sadyuhutomo, 2009). Untuk perkotaan, ruang terbuka umumnya berfungsi sebagai ruang publik yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yang luas. Ruang publik merupakan wadah interaksi sosial budaya warga kota yang menjamin penguasaan bersama oleh khalayak, terbuka untuk interaksi dangan masyarakat lainnya dengan damai, aman, dan majemuk (Sadana, 2011). Ruang publik seharusnya bukan hanya sekedar pelengkap bagi tujuan-tujuan ekonomi dan pelengkap kota saja, tetapi merupakan kebutuhan penting di dalam lingkungan perkotaan. Permasalahannya adalah keberadaan ruang publik tidak disadari peranannya oleh masyarakat di dalam menyelaraskan pola kehidupan kota, padahal kesatuan antara lingkungan kota dan masyarakat kota dapat menciptakan keseimbangan lingkungan dan wadah ruang terbuka publik untuk interaksi masyarakat. Taman kota sebagai bagian dari ruang publik yang merupakan tempat untuk mewadahi aktivitas masyarakat untuk saling berinteraksi. Menurut Setiawan (2011), ruang publik yang baik dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan oleh masyarakat baik dari jenis aktivitas maupun jumlah pengguna taman. Kenyataannya, taman kota di Indonesia belum dimanfaatkan secara baik dan optimal meskipun jumlah pengguna taman cukup ramai akibat pemanfaatan fasilitas pendukung yang belum optimal dan tidak adanya aktivitas yang terjadi. Pemanfaatan yang belum optimal tersebut dapat diakibatkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya fasilitas pendukung taman kota dan penyimpangan fungsi ruang terbuka dengan pemasangan papan reklame yang merusak visual kota atau disalahgunakan oleh pedagang dan pemukim liar sebagai tempat tinggal sehingga dapat merusak fungsi sebuah ruang publik. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus maka akan memicu ruang publik di perkotaan seperti taman kota mengalami kegagalan bahkan akan mati sebagai ruang publik. Oleh karena itu 2

diperlukan pengujian untuk keberhasilan pemanfaatan taman kota sebagai ruang publik masyarakat kota dengan mengukur tingkat keberhasilan ruang publik tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat ditemukan tolok ukur keberhasilan sebuah ruang publik yang ideal dan mengurangi kegagalan ruang publik di Indonesia. Ruang terbuka hijau publik merupakan unsur penting di dalam penataan ruang di perkotaan karena memberikan fungsi ekologis dan estetika, serta memberikan fungsi sosial ekonomi bagi masyarakat. Salah satu ruang publik yang berada di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Taman Denggung. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten terluas di Provinsi D. I. Yogyakarta memiliki wilayah seluas 57.482 Ha dan jumlah penduduk yang tinggi di provinsi D. I. Yogyakarta memiliki Taman Denggung sebagai ruang publik dalam bentuk sebuah taman kota yang menjadi bentuk penghijauan kota dan pusat aktivitas masyarakat untuk berkumpul dan berinteraksi satu sama lain. Taman ini memiliki tempat yang strategis karena berada di dekat jalan arteri Yogyakarta yaitu Jalan Magelang dan dekat dengan berbagai macam fungsi bangunan baik perkantoran, komersil dan jasa, serta permukiman masyarakat sehingga selalu ramai dilewati. Selain itu, Taman Denggung merupakan salah satu destinasi ruang publik yang sering dikunjungi masyarakat di Kabupaten Sleman sehingga sangat menarik menjadi lokasi penelitian ruang publik. Namun, Taman Denggung sebagai ruang publik memiliki banyak fasilitas yang tersedia tetapi belum dimanfaatkan oleh masyarakat bahkan ada banyak fasilitas taman yang beralih fungsi sebagai wadah sektor informal atau pedagang kaki lima (PKL) berjualan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk dapat menguji, mengukur, dan mengidentifikasi keberhasilan Taman Denggung sebagai ruang publik dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut agar dapat ditemukan tolok ukur keberhasilan ruang publik terutama di Taman Denggung bahkan nantinya dapat menjadi masukan untuk pengembangan optimalisasi fungsi berbagai ruang terbuka publik di Kabupaten Sleman dan daerah lainnya. 3

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Dari berbagai permasalahan di Taman Denggung, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta, maka ditemukan rumusan masalah yang dirangkum dalam pertanyaan penelitian yang menjadi fokus amatan dan analisis peneliti. Pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut. 1. Apakah Taman Denggung di Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta merupakan ruang publik yang berhasil? 2. Seberapa besar tingkat keberhasilan Taman Denggung di Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta sebagai ruang publik? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan Taman Denggung di Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta sebagai ruang publik? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan berfokus kepada keberhasilan taman sebagai ruang publik di Taman Denggung, Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta. Oleh karena itu, tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk: 1. Menguji keberhasilan/ kegagalan Taman Denggung sebagai ruang publik di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. 2. Mengukur tingkat keberhasilan Taman Denggung di Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta sebagai ruang publik. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Taman Denggung sebagai ruang publik di Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menambah referensi mengenai identifikasi mengenai keberhasilan ruang publik khususnya di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. Oleh karena itu, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan pengetahuan tambahan berkaitan dengan masalah lingkungan perkotaan khususnya yang berhubungan dengan taman kota sebagai ruang publik. 4

2. Memberikan masukan dan rekomendasi bagi instansi terkait dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dan Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Kabupaten Sleman khususnya di bidang pertamanan dalam pengelolaan ruang publik khususnya dalam pemanfaatan Taman Denggung. 3. Memberikan pengetahuan mengenai ruang publik perkotaan terutama mengenai tingkat keberhasilan dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah ruang publik yang nantinya dapat menjadi masukan dan referensi dalam pengembangan ruang publik lainnya. 1.5 Batasan Penelitian Batasan di dalam penelitian ini dibatasi oleh lokasi dan fokus penelitian. Berikut ini adalah batasan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. 1.5.1 Lokasi Penelitian Ruang lingkup lokasi penelitian yang dilakukan dibatasi pada Taman Denggung yang berada di terletak di Dusun Kronggahan, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.5.2 Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, fokus yang diteliti dibatasi pada permasalahan mengenai keberhasilan taman secara lingkup keseluruhan (makro) sebagai ruang publik dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan Taman Denggung sebagai ruang publik. Keberhasilan Taman Denggung sebagai ruang publik dilihat dari kondisi setting fisik taman, aksesibilitas menuju taman dan di dalam taman, aspek kenyamanan, aspek keamanan, dan aspek akomodatif terhadap individu sebagai pengguna taman dan aktivitas yang terjadi di Taman Denggung. Setting fisik, aksesibilitas, kenyamanan, keamanan, dan akomodatif merupakan variabel independen yang mempengaruhi keberhasilan dari pemanfaatan Taman Denggung terhadap individu dan aktivitas di dalam Taman Denggung sebagai variabel dependen. 5

1.6 Keaslian Penelitian Ada beberapa penelitian yang membahas tentang identifikasi keberhasilan pemanfaatan ruang publik oleh berbagai peneliti seperti Maria Prasasti Ragil Putri Widyaningrum (2010), Joni Setiawan (2011), Hanindya Dyah Wardhani (2011) dan Ferry Sianida (2012). Penelitian tersebut memiliki lokasi, metode, dan fokus yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasan mengenai isi tentang penelitian tersebut. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Prasasti Ragil Putri Widyaningrum (2010) dengan judul Penggunaan Ruang Alun-alun Kota Magelang sebagai Ruang Publik yang terdapat dalam skripsi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota UGM dengan mengambil lokasi di Kawasan Alun-alun Kota Magelang, Jawa Tengah. Penelitian tersebut menggunakan metode induktif kualitatif. Fokus dari penelitian tersebut adalah mengetahui penggunaan ruang alun-alun sebagai ruang publik untuk aktivitas masyarakat dan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan ruang tersebut. Hasil penelitian tersebut adalah penggunaan ruang publik (seperti di Alun-alun Kota Magelang) dipengaruhi oleh keragaman aktivitas yang terjadi, kelengkapan dan kondisi fasilitas umum, tingkat kebersihan, dan kesesuaian/ keterkaitan dengan area sekitar ruang publik. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Joni Setiawan (2011) dengan judul Pemanfaatan Taman Kota Sebagai Ruang Publik di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat yang terdapat dalam tesis MPKD UGM dengan mengambil lokasi Taman Menteng, Taman Untung Suropati, Taman Situ Lembang di Kecamatan Menteng, Kotamadya Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Penelitian tersebut menggunakan metode deduktif kualitatif. Fokus dari penelitian tersebut adalah pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH) dilihat dari variabel karakter dan pola pemanfaatan dalam taman tersebut. Hasil penelitian tersebut adalah suatu ruang publik dapat dikatakan berfungsi dengan baik dilihat dari pemanfaatan oleh masyarakat baik dari jenis aktivitasnya maupun jumlah pengguna taman. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Hanindya Dyah Wardhani (2011) dengan judul Kajian Efektifitas Ruang Publik di Kampung Tukangan, Kota Yogyakarta 6

terdapat dalam skripsi PWK UGM dengan mengambil lokasi di Kampung Tukangan, Kota Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan metode deduktif dengan pendekatan kualitatif-kuantitatif. Fokus dari penelitian tersebut adalah mengidentifikasi tipe-tipe ruang terbuka publik di perkampungan pada dengan perbandingan antara teori efektifitas tentang ruang terbuka publik dengan persepsi masyarakat mengenai penggunaan ruang terbuka publik sehingga dapat menemukan faktor-faktor penggunaan ruang terbuka publik di daerah perkampungan padat penduduk. Hasil penelitian tersebut adalah efektifitas ruang publik dipengaruhi oleh persepsi masyarakat karena meskipun kondisi fisik dan penggunaan tidak sesuai dengan standar efektifitas ruang terbuka publik yang ada, tetapi persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka publik sebagai tempat interaksi warga sehingga ruang publik yang ada sering dianggap sudah efektif. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kedekatan jarak, adanya kegiatan yang mengharuskan warga ikut serta (kegiatan sosial), kondisi akses pencapaian yang baik, kondisi sosial masyarakat dan tersedianya fasilitas fisik dan non fisik yang mencukupi dan mendukung masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Ferry Sianida (2012) dengan judul Pemanfaatan Ruang Publik Kawasan 0 KM Kota Yogyakarta yang terdapat dalam skripsi PWK UGM ini mengambil lokasi di Kawasan 0 KM Kota Yogyakarta. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode induktif kualitatif. Fokus dari penelitian tersebut adalah mengetahui bentuk-bentuk pemanfaatan ruang yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan kegiatan. Hasil penelitian tersebut adalah pemanfaatan ruang publik (khususnya di kawasan 0 KM Kota Yogyakarta) memiliki berbagai jenis pemanfaatan ruang oleh berbagai kegiatan dan dapat dikategorikan berdasarkan pelaku kegiatan, waktu kegiatan, dan fungsi kegiatan. Pemanfaatan ruang publik tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat terhadap hiburan dan pemanfaatan waktu luang, kondisi lingkungan fisik yang dinamis dan nyaman, aksesibilitas yang mudah, motif ekonomi, dan motif politik. 7

Namun, di dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian yang disebutkan di atas karena penelitian ini menggunakan paradigma rasionalistik dengan metode deduktif kualitatif. Penelitian mengenai keberhasilan sebuah ruang publik penting dilakukan untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya tetapi mengambil lokasi dan fokus penelitian yang berbeda yaitu menguji, mengukur, dan mengidentifikasi keberhasilan ruang publik yang sudah melingkupi penggunaan, pemanfaatan dan efektivitas sebuah ruang publik. Lokasi yang diambil peneliti berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan yaitu mengambil lokasi di Taman Denggung, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta yang memiliki fokus penelitian untuk menguji dan mengukur tingkat keberhasilan pemanfaatan Taman Denggung di Sleman, D.I. Yogyakarta sebagai ruang publik dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut. 8