BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN 4.1. KONSEP DASAR EKSPLORASI Konsep eksplorasi adalah alur pemikiran yang sistimatis, dimana kita menentukan objek dari pencaharian itu atau jenis dan macam cebakan yang menjadi target dan di daerah geologinya yang paling mungkin dan menentukan cara-cara sistem menemukannya yang efisien dengan menggunakan serangkaian urutan metode dan teknologi eksplorasi yang sistematis (Koesoemadinata, 2000). Kegiatan sistematis tersebut mencakup berbagai jenis metode. Salah satu metode adalah pemetaan geologi, mineralisasi dan alterasi. Kumpulan mineral alterasi menjadi sangat penting untuk pemahamam eksplorasi cebakan bijih hidrotermal. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui prospek dari mineral logam daerah Anggai dan sekitarnya. Beberapa mineral logam diantaranya pirit, emas, dan galena terdapat dalam lokasi penelitian ini. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pada singkapan batuan, pengamatan pada lubang penambang rakyat, dan pendulangan sedimen sungai. Untuk mengetahui prospek mineral logam di daerah penelitian dilakukan beberapa analisa laboratorium, yaitu analisa PIMA (Portable Infrared Mineral Analyser) dan analisa mineralogi butir. 4.2. ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN Alterasi hidrotermal merupakan proses ubahan pada batuan oleh larutan hidrotermal yang melibatkan proses kimia sehingga mengubah komposisi mineral maupun komposisi batuan asal dan membentuk mineral alterasi. Mineralisasi adalah proses terbentuknya mineral baru setelah terjadinya alterasi hidrotermal. Dari hasil pengamatan lapangan di daerah Bukit Anggai, Siantari, dan Sepidang ditemukan adanya indikasi mineralisasi. Indikasi tersebut ditandai oleh adanya urat kuarsa yang menerobos batuan lava dan tuf. Adanya penerobosan larutan hidrotermal menyebabkan batuan mengalami ubahan cukup kuat pada batuan sampingnya. Pada hampir setiap lubang tambang ditemukan adanya emas visible yang dilihat melalui pendulangan pada konsentrat batuan. 32
Sebaran alterasi di dominasi oleh ubahan silisifikasi, argilik dan propilit. Batuan yang telah tersilisifikasi ditandai oleh adanya pengkayaan mineral silika, batuan yang telah terubah argilik dicirikan adanya kehadiran mineral lempung smektit atau illite, batuan yang telah terubah propilit memiliki ciri-ciri memiliki warna hijau, hijau kelabu atau hijau kekuningan karena adanya mineral klorit atau epidot. Mineralisasi emas di daerah Anggai ini merupakan jenis mineralisasi di lingkungan High Sulfidation Epithermal yang ditandai oleh adanya struktur gigi anjing (dogteeth) dan vuggy pada urat kuarsa (Foto 14). Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa arah mineralisasi cenderung menunjukkan arah baratlaut-tenggara dengan kemiringan urat antara 30 0 hingga 90 0. (a) (b) (c) Foto 16. Beberapa conto batuan yang menandakan daerah penelitian terdapat dalam lingkungan mineralisasi High Sulfidation Epithermal. (a) Struktur gigi anjing (dog teeth) pada urat kuarsa, (b) Vuggy structure yang ditemukan di lokasi A085, (c) Mineral malakhit (hijau) yang ditemukan di Lubang Gereja (A115). 33
4.3. ANALISA PIMA (PORTABLE INFRARED MINERAL ANALYSER) Pemetaan mineral alterasi dengan cara konvensional mungkin tidak dapat mengidentifikasi mineral-mineral yang halus atau menentukan variasi komposisi yang penting. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang dapat mengidentifikasi mineral yang halus tersebut secara cepat dan efisien. Alat tersebut dinamakan PIMA (Portable Infrared Mineral Analyser). PIMA telah digunakan secara sukses dalam berbagai tipe mineralisasi epitermal high sulfidation, epitermal low sulfidation, sulfide massif volkanic (VMS) dan lingkungan yang berhubungan dengan intrusi. PIMA merupakan spektrometer infra merah yang bekerja pada kisaran panjang gelombang dari 1300 nm sampai dengan 2500 nm. Dalam panjang gelombang ini mineral-mineral yang mengandung radikal hidroksil seperti lempung, amfibol, beberapa mineral karbonat menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu dengan intensitas penyerapan yang berbeda pada setiap mineral. Hasil pantulan tembakan sinar infra merah menunjukkan gelombang yang diserap mineral dengan intensitasnya (Lampiran C), dengan cara inilah PIMA menganalisa mineral. Seperti yang disebutkan sebelumnya, PIMA ini memiliki keterbatasan hanya dapat menganalisa mineral dalam kondisi memiliki ikatan CO 2 dan OH, mineral dalam kondisi anhydrous tidak dapat dianalisa melalui PIMA kecuali ia terlapukkan dahulu menjadi mineral hydrous. Instrumen PIMA menghasilkan spectra reflektansi yang disimpan sebagai biner individu. Spektra dapat diinterpretasi secara manual atau oleh komputer secara otomatis untuk menghasilkan mineral-mineral yang mengandung hidroksil dan karbonat. 34
Foto 17. Alat yang digunakan pada analisa PIMA dan grafik yang dihasilkan dari pantulan tembakan sinar infra merah. A007 A025 A016 A090 A021 A115 Foto 18. Beberapa lokasi pengambilan conto batuan untuk analisa PIMA. 35
Pada penelitian ini, analisa PIMA digunakan sebagai data tambahan untuk mengetahui jenis alterasi di daerah penelitian. Analisa dilakukan pada 15 conto batuan. Berdasarkan dari kandungan mineralnya maka diinterpretasi jenis alterasinya dan lingkungan mineralisasinya. Mineral yang ditemukan pada analisa PIMA ini adalah paragonit, montmorilonit, illit, kaolinit, hallosit, epidot, muskovit, klorit, gipsum, dickite. Dari hasil penemuan mineral-mineral tersebut diinterpretasi jenis alterasinya yang pada umumnya adalah argilik dan berada pada lingkungan mineralisasi High Sulfidation Epithermal. Hasil analisa ini memperkuat data conto batuan yang menunjukkan bahwa lingkungan mineralisasi di daerah Anggai adalah High Sulfidation Epithermal. 4.4. ANALISA MINERALOGI BUTIR Analisa mineralogi butir yang dilakukan, merupakan analisa fisika yang dilakukan terhadap sampel atau conto batuan yang telah menjadi konsentrat dan dianalisa menggunakan mikroskop stereo binokuler. Berikut ini adalah diagram alir metode analisa dulang. 36
Foto 19. Peralatan yang digunakan pada analisa mineralogi butir (cawan, magnet 400 & 1000 Gauss, dan kuas). (A075) (A079) (A086) Foto 20. Beberapa lokasi pengambilan conto konsentrat batuan untuk analisa mineralogi butir. Conto diambil dari material-material pasir yang berada di sungai (A075) dan urat kuarsa (A079 & A086). 37
Dari hasil analisa tersebut ditemukan mineral logam yang berharga contohnya emas di beberapa conto konsentrat. Diantaranya adalah A075, A079, A086, A110, A081, A082, A107, A108, dan A102. Mineral-mineral yang ditemukan pada analisa ini adalah emas, pirit, hematite, kuarsa, piroksen, magnetit, ilmenit, zircon, sinabar, anatas, dan galena. Adanya mineral hematite menandakan bahwa telah terjadi proses oksidasi dari mineral sulfide. Conto-conto batuan tersebut umumnya diambil dari konsentrat yang berukuran pasir yang terdapat di sungai. Conto-conto yang diambil dari urat kuarsa adalah conto A079, A086, dan A110. Mineral-mineral yang ditemukan di sungai dan urat tidak jauh berbeda, dan umumnya menunjukkan adanya mineral logam. Setelah dilakukannya analisa ini, maka dapat disimpulkan bahwa daerah Anggai dan sekitarnya memiliki potensi dalam sumber daya mineral khususnya logam emas. Logam emas ini ditemukan pada lingkungan mineralisasi High Sulfidation Epithermal dimana zona urat-urat kuarsanya cukup tebal sekitar 1 cm hingga 1 m. Foto 21. Urat kuarsa di lokasi A088 dengan kedudukan N 190 0 E/80 0. 38