BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI UBAHAN HIDROTERMAL

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

BAB V PENGOLAHAN DATA

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

PROVINSI MALUKU UTARA

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN LONG PAHANGAI KABUPATEN MAHAKAM ULU, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB V GEOKIMIA DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA

KETERDAPATAN MINERALISASI EMAS YANG BERASOSIASI DENGAN SINABAR DI KECAMATAN RAROWATU KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB III METODA PENELITIAN

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BURU, PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

III.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA DI KECAMATAN BOYAN TANJUNG KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN

Citra LANDSAT Semarang

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

TIPE ENDAPAN EPITERMAL DAERAH PROSPEK BAKAN KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

I.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

termineralisasi dan tanah, akan tetapi tidak semua unsur dibahas dalam makalah ini karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

INVESTIGASI PENYEBARAN LAPISAN PEMBAWA EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY DI KELURAHAN LATUPPA

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bateman (1956) dalam buku The Formation Mineral Deposits pengertian mineral bijih adalah mineral yang mengandung satu atau lebih jenis logam dan

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

ALTERASI LAPANGAN SARIDI, KABUPATEN DOMPU

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III

SKRIPSI DWI RACHMAWATI NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Bandung, Maret Penulis

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

Bab IV Sistem Panas Bumi

EVALUASI SUMBER DAYA/CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DAERAH S. DAUN, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SARI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN DAN KOTA TIDORE MALUKU UTARA

GEOLOGI DAN ALTERASI HIDROTERMAL DI GUNUNG BATUR, WEDIOMBO, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DI YOGYAKARTA

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

Transkripsi:

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN 4.1. KONSEP DASAR EKSPLORASI Konsep eksplorasi adalah alur pemikiran yang sistimatis, dimana kita menentukan objek dari pencaharian itu atau jenis dan macam cebakan yang menjadi target dan di daerah geologinya yang paling mungkin dan menentukan cara-cara sistem menemukannya yang efisien dengan menggunakan serangkaian urutan metode dan teknologi eksplorasi yang sistematis (Koesoemadinata, 2000). Kegiatan sistematis tersebut mencakup berbagai jenis metode. Salah satu metode adalah pemetaan geologi, mineralisasi dan alterasi. Kumpulan mineral alterasi menjadi sangat penting untuk pemahamam eksplorasi cebakan bijih hidrotermal. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui prospek dari mineral logam daerah Anggai dan sekitarnya. Beberapa mineral logam diantaranya pirit, emas, dan galena terdapat dalam lokasi penelitian ini. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pada singkapan batuan, pengamatan pada lubang penambang rakyat, dan pendulangan sedimen sungai. Untuk mengetahui prospek mineral logam di daerah penelitian dilakukan beberapa analisa laboratorium, yaitu analisa PIMA (Portable Infrared Mineral Analyser) dan analisa mineralogi butir. 4.2. ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN Alterasi hidrotermal merupakan proses ubahan pada batuan oleh larutan hidrotermal yang melibatkan proses kimia sehingga mengubah komposisi mineral maupun komposisi batuan asal dan membentuk mineral alterasi. Mineralisasi adalah proses terbentuknya mineral baru setelah terjadinya alterasi hidrotermal. Dari hasil pengamatan lapangan di daerah Bukit Anggai, Siantari, dan Sepidang ditemukan adanya indikasi mineralisasi. Indikasi tersebut ditandai oleh adanya urat kuarsa yang menerobos batuan lava dan tuf. Adanya penerobosan larutan hidrotermal menyebabkan batuan mengalami ubahan cukup kuat pada batuan sampingnya. Pada hampir setiap lubang tambang ditemukan adanya emas visible yang dilihat melalui pendulangan pada konsentrat batuan. 32

Sebaran alterasi di dominasi oleh ubahan silisifikasi, argilik dan propilit. Batuan yang telah tersilisifikasi ditandai oleh adanya pengkayaan mineral silika, batuan yang telah terubah argilik dicirikan adanya kehadiran mineral lempung smektit atau illite, batuan yang telah terubah propilit memiliki ciri-ciri memiliki warna hijau, hijau kelabu atau hijau kekuningan karena adanya mineral klorit atau epidot. Mineralisasi emas di daerah Anggai ini merupakan jenis mineralisasi di lingkungan High Sulfidation Epithermal yang ditandai oleh adanya struktur gigi anjing (dogteeth) dan vuggy pada urat kuarsa (Foto 14). Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa arah mineralisasi cenderung menunjukkan arah baratlaut-tenggara dengan kemiringan urat antara 30 0 hingga 90 0. (a) (b) (c) Foto 16. Beberapa conto batuan yang menandakan daerah penelitian terdapat dalam lingkungan mineralisasi High Sulfidation Epithermal. (a) Struktur gigi anjing (dog teeth) pada urat kuarsa, (b) Vuggy structure yang ditemukan di lokasi A085, (c) Mineral malakhit (hijau) yang ditemukan di Lubang Gereja (A115). 33

4.3. ANALISA PIMA (PORTABLE INFRARED MINERAL ANALYSER) Pemetaan mineral alterasi dengan cara konvensional mungkin tidak dapat mengidentifikasi mineral-mineral yang halus atau menentukan variasi komposisi yang penting. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang dapat mengidentifikasi mineral yang halus tersebut secara cepat dan efisien. Alat tersebut dinamakan PIMA (Portable Infrared Mineral Analyser). PIMA telah digunakan secara sukses dalam berbagai tipe mineralisasi epitermal high sulfidation, epitermal low sulfidation, sulfide massif volkanic (VMS) dan lingkungan yang berhubungan dengan intrusi. PIMA merupakan spektrometer infra merah yang bekerja pada kisaran panjang gelombang dari 1300 nm sampai dengan 2500 nm. Dalam panjang gelombang ini mineral-mineral yang mengandung radikal hidroksil seperti lempung, amfibol, beberapa mineral karbonat menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu dengan intensitas penyerapan yang berbeda pada setiap mineral. Hasil pantulan tembakan sinar infra merah menunjukkan gelombang yang diserap mineral dengan intensitasnya (Lampiran C), dengan cara inilah PIMA menganalisa mineral. Seperti yang disebutkan sebelumnya, PIMA ini memiliki keterbatasan hanya dapat menganalisa mineral dalam kondisi memiliki ikatan CO 2 dan OH, mineral dalam kondisi anhydrous tidak dapat dianalisa melalui PIMA kecuali ia terlapukkan dahulu menjadi mineral hydrous. Instrumen PIMA menghasilkan spectra reflektansi yang disimpan sebagai biner individu. Spektra dapat diinterpretasi secara manual atau oleh komputer secara otomatis untuk menghasilkan mineral-mineral yang mengandung hidroksil dan karbonat. 34

Foto 17. Alat yang digunakan pada analisa PIMA dan grafik yang dihasilkan dari pantulan tembakan sinar infra merah. A007 A025 A016 A090 A021 A115 Foto 18. Beberapa lokasi pengambilan conto batuan untuk analisa PIMA. 35

Pada penelitian ini, analisa PIMA digunakan sebagai data tambahan untuk mengetahui jenis alterasi di daerah penelitian. Analisa dilakukan pada 15 conto batuan. Berdasarkan dari kandungan mineralnya maka diinterpretasi jenis alterasinya dan lingkungan mineralisasinya. Mineral yang ditemukan pada analisa PIMA ini adalah paragonit, montmorilonit, illit, kaolinit, hallosit, epidot, muskovit, klorit, gipsum, dickite. Dari hasil penemuan mineral-mineral tersebut diinterpretasi jenis alterasinya yang pada umumnya adalah argilik dan berada pada lingkungan mineralisasi High Sulfidation Epithermal. Hasil analisa ini memperkuat data conto batuan yang menunjukkan bahwa lingkungan mineralisasi di daerah Anggai adalah High Sulfidation Epithermal. 4.4. ANALISA MINERALOGI BUTIR Analisa mineralogi butir yang dilakukan, merupakan analisa fisika yang dilakukan terhadap sampel atau conto batuan yang telah menjadi konsentrat dan dianalisa menggunakan mikroskop stereo binokuler. Berikut ini adalah diagram alir metode analisa dulang. 36

Foto 19. Peralatan yang digunakan pada analisa mineralogi butir (cawan, magnet 400 & 1000 Gauss, dan kuas). (A075) (A079) (A086) Foto 20. Beberapa lokasi pengambilan conto konsentrat batuan untuk analisa mineralogi butir. Conto diambil dari material-material pasir yang berada di sungai (A075) dan urat kuarsa (A079 & A086). 37

Dari hasil analisa tersebut ditemukan mineral logam yang berharga contohnya emas di beberapa conto konsentrat. Diantaranya adalah A075, A079, A086, A110, A081, A082, A107, A108, dan A102. Mineral-mineral yang ditemukan pada analisa ini adalah emas, pirit, hematite, kuarsa, piroksen, magnetit, ilmenit, zircon, sinabar, anatas, dan galena. Adanya mineral hematite menandakan bahwa telah terjadi proses oksidasi dari mineral sulfide. Conto-conto batuan tersebut umumnya diambil dari konsentrat yang berukuran pasir yang terdapat di sungai. Conto-conto yang diambil dari urat kuarsa adalah conto A079, A086, dan A110. Mineral-mineral yang ditemukan di sungai dan urat tidak jauh berbeda, dan umumnya menunjukkan adanya mineral logam. Setelah dilakukannya analisa ini, maka dapat disimpulkan bahwa daerah Anggai dan sekitarnya memiliki potensi dalam sumber daya mineral khususnya logam emas. Logam emas ini ditemukan pada lingkungan mineralisasi High Sulfidation Epithermal dimana zona urat-urat kuarsanya cukup tebal sekitar 1 cm hingga 1 m. Foto 21. Urat kuarsa di lokasi A088 dengan kedudukan N 190 0 E/80 0. 38