BAB 6 KATEGORISASI BERDASARKAN INTERVAL NILAI

dokumen-dokumen yang mirip
PENILAIAN ACUAN PATOKAN dan PENILAIAN ACUAN NORMATIF

PENGUKURAN DESKRIPTIF

Pertemuan 8 STATISTIKA DESKRIPTIF DAN SFATISTIKA INFERENSIAL I. STATISTIKA DESKRIPTIF

Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada.

PENILAIAN ACUAN NORMA

Pengukuran Deskriptif

Modul ke: Psikometri NORMA 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB III METODE PENELITIAN

KWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL

Modul ke: Psikometri. Norma 1. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi

Pengukuran Deskriptif. Debrina Puspita Andriani /

semester ganjil yaitu pada bulan Agustus tahun ajaran 2013/2014, yang terletak di Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

BAB III METODE PENELITIAN. IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran

SATUAN ACARA TUTORIAL (SAT) Mata Kuliah : Statistika Dasar/PAMA 3226 SKS : 3 SKS Tutorial : ke-1 Nama Tutor : Adi Nur Cahyono, S.Pd., M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

By Syarifah Hikmah JS. MK Statistika (MAM 4137)

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Secara khusus rancangan penelitian ini menggunakan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan

DISPERSI DATA. - Jangkauan (Range) - Simpangan/deviasi Rata-rata (Mean Deviation) - Variansi (Variance) - Standar Deviasi (Standart Deviation)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Research and Development (R&D). Maksud

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V UKURAN LETAK. Statistika-Handout 5 26

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & menggunakan model penelitian R & D yaitu melalui 4-D model.

EVALUASI BAB Sesudah ulangan Matematika diperoleh penyebaran skor sebagai berikut : Skor Orang 9 3 8, , , ,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan R & D (Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu suatu jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau teknik ilmiah untuk memperoleh data dengan

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan desain one group pretest

1.0 Distribusi Frekuensi dan Tabel Silang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pokok masalah penelitian sangat tergantung pada metode penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Syaodih Sukmadinata (2009: 72) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan dan validasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. materi aritmetika sosial untuk SMP kelas VII dengan model pembelajaran Group

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil sebaran angket kepada siswa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan adalah data kuantitatif, yaitu pendekatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh suatu jawaban atas

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

7.1 ISTILAH-ISTILAH DALAM STATISTIKA A.

DESKRIPSI PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SD SE-KECAMATAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

B. Model Pengembangan Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development/r&d) yang mengacu pada model

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (experiment research).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

multimedia, sedangkan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen semu, maka dilakukan Pre-Tes atau bisa juga dikatakan tes

Statistika Psikologi 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterampilan membaca nyaring dengan pemahaman bacaan siswa kelas II SD

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Pembobotan Butir Pernyataan Dalam Bentuk Skala Likert Dengan Pendekatan Distribusi Z

Antiremed Kelas 11 Matematika

STATISTIKA 2 11/20/2015. B. Menghitung Ukuran Data dari Data Berkelompok. Peta Konsep. B. Menghitung Ukuran Data dari Data Berkelompok

Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode

Transkripsi:

BAB 6 KATEGORISASI BERDASARKAN INTERVAL NILAI

KATEGORISASI BERDASARKAN INTERVAL NILAI Pengantar Untuk membuat kategorisasi atau pengelompokan data di samping dapat menggunakan kuartil (K), desil (D), persentil (P), dan jenjang persentil (JP) seperti yang telah dibahas dalam modul 5, ada cara lain yang sering kita temukan dalam kehidupan praktis. Cara lain itu adalah kategorisasi berdasarkan interval nilai dengan simpangan baku (SD) sebagai alat utamanya. Agar lebih mudah memahami bagaimana prosedur kategorisasi berdasarkan interval nilai yang akan dibahas dalam bab 6 ini dianjurkan pembaca telah mempelajari bab 5. Setelah mempelajari bab 6 ini pembaca diharapkan dapat memperoleh pemahaman tentang : 1. simpangan baku sebagai ukuran jarak. 2. penggunaan simpangan baku sebagai alat klasifikasi data. 3. nilai baku sebagai dasar angka skala. 4. penggunaan angka skala sebagai alat klasifikasi data. 5. penggunaan angka skala sebagai dasar transformasi sekor. 73

KATEGORISASI BERDASARKAN INTERVAL NILAI A. Pengantar Pada bab 4 telah diuraikan berbagai alat untuk membuat kategorisasi yang berdasarkan pada proporsi atau frekuensi. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita dituntut untuk membuat kategorisasi atau penggolongan tidak berdasarkan proporsi, melainkan dengan dasar yang lain. Seperti kategorisasi status ekonomi yang dipilah menjadi status ekonomi kelas tinggi, kelas menengah, dan kelas bawah. Contoh lain adalah klasifikasi pada tingkat kecerdasan yang dipilah menjadi bodoh, rata-rata, cerdas, dan sangat cerdas. Atau klasifikasi pada prestasi belajar siswa yang dipilah menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Kategorisasi-kategorisasi seperti demikian itu tidak berdasarkan pada proporsi melainkan berdasarkan pada nilai atau sekor. Misalnya orang dianggap mempunyai tingkat kecerdasan normal (rata-rata) jika ia mempunyai IQ antara 95 105, jika ia mempunyai IQ di bawah interval itu maka disebut bodoh, dan jika di atas interval itu maka disebut cerdas. Orang disebut miskin dan berhak mendapatkan BLT (bantuan langsung tunai) dari pemerintah, jika mereka mempunyai penghasilan di bawah UMP (upah minimum propinsi). Untuk melakukan kategorisasi berdasarkan nilai atau sekor ini orang biasanya mempergunakan simpangan baku (SD) dan nilai baku ataupun angka skala sebagai alat bantu yang praktis. Bagaimana cara atau pedoman mana yang kita gunakan untuk melakukan kategorisasi akan mempengaruhi hasil kategorisasinya, walaupun kita tidak menentukan cara mana yang terbaik. Karena yang terbaik adalah yang sesuai dengan tujuan kategorisasi dan sifat/keadaan objek kategorisasi itu sendiri. B. Kategorisasi Berdasarkan Simpangan Baku (SD) Seperti halnya rentangan (R) simpangan baku (SD) juga dapat dipandang sebagai alat ukuran jarak. Oleh karena itu SD dapat digunakan sebagai alat untuk membuat klasifikasi. Contoh dalam suatu distribusi normal 74

orang menganggap bahwa R (jarak nilai terendah sampai nilai tertinggi) = 6 SD, yaitu 3 SD di bawah M dan 3 SD di atas M. Walaupun sebebarnya di bawah M - 3 SD dan di atas M + 3 SD masih ada frekuensi atau proporsinya, namun karena sangat kecil orang menabaikan keberadaanya. -3-2 -1 0 1 2 3 Gambar 6.1: Panjang R dalam satuan SD Dengan berdasarkan hal tersebut, kita dapat membuat klasifikasi pada suatu distribusi, misalnya menjadi 3 klasifikasi atau lima klasifikasi. Jika kita membuatnya menjadi 3 klasifikasi, maka masing-masing klasifikasi berinterval 6 SD : 3 = 2 SD. R S T -3-2 -1 0 1 2 3 Gambar 6.2 : Distribusi Normal dibagi menjadi Tiga kategori Tiga klasifikasi tersebut misalnya tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R), seperti pada gambar 6.2 di atas, maka yang termasuk klasifikasi rendah (R) adalah nilai di bawah M 1 SD, yang termasuk klasifikasi sedang (S) adalah nilai yang terletak antara M 1 SD sampai M + 1 SD, dan yang termasuk klsaifikasi tinggi (T) adalah nilai yang berada di atas M + 1 SD. Klasifikasi Tinggi Sedang Rendah Interval X > M + 1 SD M 1 SD x M + 1 SD X < M 1 SD 75

Contoh : suatu distribusi diketahui mempunyai M = 50 dan SD = 10. Jika distribusinya normal dan akan diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi seperti tersebut di atas maka, titik-titik batas klaifikasinya adalah : M 1 SD = 50 10 = 40. M + 1 SD = 50 + 10 = 60 Sehingga menjadi: Klasifikasi Interval Tinggi di atas 60 Sedang 40 60 Rendah Di bawah 40 R S T 40 50 60 Gambar 6.3 : Letak Skor Batas Klasifikasi Jadi yang termasuk klasifikasi tinggi adalah sekor-sekor di atas 60, sekor-sekor antara 40 sampai 60 termasuk sedang, sekor di bawah 40 termasuk klasifikasi rendah. Jika membuatnya menjadi lima klasifikasi, misalnya sangat tinggi (ST), tinggi (T), sedang (S), rendah (R), dan sangat rendah (SR), maka interval masing-masing klasifikasinya adalah 6 SD : 5 = 1,2 SD SR ST R S T -3-1,8-0,6 0,6 1,8 3 Gambar 6.4 : Distribusi Normal dibagi menjadi Tiga kategori Jadi batas-batas interval klasifikasinya adalah : 76

Klasifikasi Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Interval x > M + 1,8 SD M + 0,6 SD < x M + 1,8 SD M 0,6 SD x M + 0,6 SD M 1,8 SD x M 0,6 SD x < M 1,8 SD Nilai-nilai batas klasifikasinya adalah: X 1 = M 1,8 SD = 50 1,8 (10) = 32 X 2 = M 0,6 SD = 50 0,6 (10) = 44 X 3 = M + 0,6 SD = 50 + 0,6 (10) = 56. X 4 = M + 1,8 SD = 50 + 1,8 (10) = 68. SR ST R S T 32 44 56 68 Gambar 6.5 : Letak Sekor Batas Klasifikasi Dengan demikian nilai-nilai batas interval klasifikasinya, adalah: Klasifikasi Interval nilai Sangat tinggi Di atas 68 Tinggi 56 sampai 68 Sedang 44 sampai 56 Rendah 32 sampai 44 Sangat rendah Di bawah 32 Untuk lebih memahami bagaimana langkah-langkah dan kegunaan klasifikasi berdasarkan simpangan baku (SD), perhatikan contoh di bawah ini. Seorang psikolog berhasil menyusun tes motivasi belajar yang terdiri dari 30 item. Tes tersebut menggunakan metode rating yang dijumlahkan (Skala Likert) dengan skala 5 (skor terrendah untuk setiap item adalah 1 dan skor tertinggi untuk setiap item adalah 5). Dengan seseorang yang mengambil tes motivasi belajar itu kita akan dapat kita tentukan apakah ia mempunyai motivasi belajar yang tinggi atau rendah. Jika pengambil itu individual, maka kategorisasinya adalah menggunakan kriteria skor ideal, dengan langkah-langkah : 77

1. Tentukan berapa kategori yang kita inginkan (tiga kategori : tinggi, sedang, rendah ataukah lima kategori ; sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah). 2. Tentukan nilai tertinggi (X T) yang mungkin dicapai oleh subjek = 30 (item) x 5 (nilai tertinggi tiap butir skala) = 150 3. Tentukan nilai terendah (X R) yang mungkin dicapai oleh subjek = 30 (item) x 1 (nilai terendah tiap butir skala) = 30 4. Tentukan R (Rentangan) = X T X R = 150 30 = 120 5. Tentukan SD = 120 : 6 = 20 6. Tentukan lebar interval masing-masing klasifikasi dalam satuan SD : a. Jika tiga klasifikasi, maka tiap klasifikasi berinterval = 6 SD : 3 = 2 SD b. Jika lima klasifikasi, maka tiap klasifikasi berinterval = 6 SD : 5 = 1,2 SD atau dapat juga secara langsung dalam rentang nilai c. Jika tiga klasifikasi, maka tiap klasifikasi berinterval = 120 : 3 = 40 d. Jika lima klasifikasi, maka tiap klasifikasi berinterval = 120 : 5 = 24 7. Tentukan M (rerata) = (30 + 150) : 2 = 90 8. Menentukan nilai-nilai batas klasifikasi seperti di bawah ini : Tiga klasifikasi : Klasifikasi Interval Tinggi di atas 110 (dari 150 40) Sedang 70 110 Rendah Di bawah 70 ( dari 30 + 40) R S T 70 90 110 Gambar 6.6 : Letak Skor Batas Klasifikasi Jika lima klasifikasi : Klasifikasi Interval nilai Sangat tinggi Di atas 126 (dari 150 24) atau (102 + 24) 78

Tinggi 102 sampai (102 + 24) Sedang 78 sampai (78 + 24) Rendah 54 sampai (54 + 24) Sangat rendah Di bawah (30 + 24) = 54 SR ST R S T 54 78 102 126 Gambar 6.7 : Letak Sekor Batas Klasifikasi Jika pengambil tes motivasi itu adalah klasikal, maka kategorisasinya di samping menggunakan kriteria skor ideal seperti tersebut di atas, dapat juga menggunakan kriteria norma kelompok, dengan langkah-langkah : 1. Tentukan nilai M (rerata) 2. Tentukan SD (simpangan baku) 3. Tentukan jumlah kategori yang dikehendaki (misal 2, 3, 4, atau 5, dan sebagainya) 4. Tentukan lebar interval masing-masing kategori dengan rumus = 6 SD dibagi jumlah kategori = Misalnya dibuat tiga kategori atau lima kategori, maka lebar interval dan batas masing-masing kategori adalah seperti telah dijelaskan di atas. Contoh : Hasil ujian stastistika 40 mahasiswa tersaji seperti tabel 6.1. Jika data tersebut akan diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi yaitu tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R), maka interval masing-masing klasifikasinya adalah = 6 SD : 3 = 2 SD. Sehingga batas-batas klasifikasinya adalah : Tabel 6.1 : Nilai Ujian Statistika 40 Mahasiswa Nilai f 40 46 3 33 39 5 26 32 12 19 25 13 79

12 18 5 5 11 2 Σ 40 Klasifikasi Tinggi Sedang Rendah Batas interval X > M + 1 SD M 1 SD x M + 1 SD X < M 1 SD Adapun langkah-langkah kerja untuk menentukan klasifikasi tersebut adalah : 1. Membuat tabel kerja seperti tabel 6.2 untuk menentukan M dan SD. Tabel 6.2 : Tabel Kerja untuk menghitung M dan SD dari tabel 6.1 Nilai X f fx fx 2 40 46 43 3 129 5547 33 39 36 5 180 6480 26 32 29 12 348 10092 19 25 22 13 286 6292 12 18 15 5 75 1125 5 11 8 2 16 128 Σ 40 1034 29664 2. Menentukan M (dari tabel 6.2) 3. Menentukan SD 4. Menentukan batas klasifikasinya 80

R S T -1 SD M +1 SD 17,284 25,85 34,416 Gambar 6.8 : Letak Skor Batas Klasifikasi Klasifikasi Batas interval Batas Nilai Tinggi X > M + 1 SD Di atas 34,416 Sedang M 1 SD x M + 1 SD 17,284 34,416 Rendah X < M 1 SD Di bawah 17,284 Dengan ditentukan batas-batas klasifikasi, kita dapat menentukan berapa jumlah mahasiswa yang termasuk ke dalam masing-masing klasifikasi, dengan cara menentukan JP (Jenjang Persentil) dari nilai-nilai batas klasifikasi. Batas klasifikasi Rendah adalah X 1 = 17,284 JP X1 = Ini berarti bahwa yang termasuk klasifikasi rendah ada 15,329 % dari 40 mahasiswa atau = 6 orang Yang termasuk klasifikasi sedang + rendah nilai batasnya X 2 = 34,416 Ini berarti yang termasuk klasifikasi sedang + rendah = 88,211 % dari 40 mahasiswa atau = 35 orang. Jadi yang termasuk klasifikasi Tinggi = 40 orang 35 orang = 5 orang, dan yang termasuk klasifikasi sedang = 35 orang - 6 orang = 29 orang Klasifikasi Jumlah Cara menghitung Tinggi 5 n JP X2 = 40 35 = 5 Sedang 29 JP X2 JP X1 = 35 6 = 29 81

Rendah 6 dari JP X1 = 6 orang Jumlah 40 Prosedur yang sama berlaku untuk semua pengklasifikasian berdasarkan interval nilai (berapa pun jumlah klasifikasi yang dikehendaki) asal distribusi datanya normal. C. Angka Skala Dengan berdasarkan pada nilai baku Z orang mengembangkan nilainilai baku yang lain yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghindari tanda negatif. Sehingga nilai baku itu menjadi praktis dan mudah dipahami. Nilai-nilai baku tersebut dikenal sebagai angka skala. Beberapa angka skala antara lain : 1. T Score Adalah angka skala yang menggunakan rerata = 50 dan SD = 10. Sehingga rumusnya menjadi : T = 10 Z +50...(Rumus 6.1.) Dari contoh dalam bab 5 halaman 69-70, nilai Matematika si A dan Nilai Sejarah si B yang masing-masign menyimpang 2 SD di atas M dan 0,5 SD di bawah M, jika ditransformasi ke dalam score T menjadi : T A = 10(Z) + 50 = 10 (2) + 50 = 70 T B = 10(Z) + 50 = 10(-0,5) + 50 = 45 2. GRE Score Angka GRE (Graduate Record Examination) dari Educational Testing Service, Princeton, New Jersey menggunakan rerata = 500 dan SD = 100, sehingga rumusnya menjadi: GRE = 100 Z +500...(Rumus 6.2.) 3. Stanine 82

Kata stanine berasal dari standar nine score. Stanine plan ini dikembang-kan oleh US Air Force pada masa PD II. Stanine ini membagi distribusi menjadi 9 klasifikasi, dan masing-masing diberi simbol berturutturut dari bawah ke atas 1, 2, 3,...9. Semua angka berjarak sama kecuali score 1 dan 9. 4. Stanel Stanel (Standard Eleven Score) ini membagi distribusi menjadi 11 klasifikasi. Agak berbeda dengan stanine, dalam stanel semua angka dari 0 sampai 10 berjarak sama. Stanel ini dikembangkan oleh FIP UGM. Berikut ini bagian perbandingan beberapa angka skala. Angka Z -3-2 -1 0 1 2 3 Angka T 20 40 50 60 30 70 80 Angka GRE 20 0 30 0 400 500 600 70 0 80 0 Angka Stanine Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 7 12 17 20 17 12 7 4 Angka Stanel Persentil 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 3 8 21 39 61 79 92 97 99 Perlatihan 6 1. Jika data pada tabel 6.3 di bawah ini diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi dengan ketentuan : 83

Klasifikasi Sangat positif Positif Netral Negatif Sangat negatif Interval x > M + 1,8 SD M + 0,6 SD < x M + 1,8 SD M 0,6 SD x M + 0,6 SD M 1,8 SD x M 0,6 SD x < M 1,8 SD Berapa jumlah yang termasuk dalam masing-masing klasifikasi? Tabel 6.3 : Data Persepsi terhadap PILPRES 2009 INTERVAL f 120 134 10 105 119 15 90 104 25 75 89 35 60 74 20 45 59 17 30 44 13 2. Dari tabel 6.3 berapakah nilai baku T dari dua orang responden si A dan si B, yang masing-masing mempunyai sekor mentah 50 dan 115? Jika skor mereka ditransformasikan ke dalam Stanine berapakah nilai mereka masing-masing? 84