info kebijakan UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA 670 A. LATAR BELAKANG eformasi birokrasi merupakan Ragenda prioritas pembangunan nasional. Bertujuan melakukan perubahan mendasar terhadap sistem p e n y e l e n g g a r a a n p e m e r i n t a h a n terutama mencakup 3 (tiga) elemen dasar yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya aparatur. Sumber daya aparatur berperan sebagai aktor untuk mencapai reformasi birokrasi. Ada 4,7 juta sumber daya aparatur di Indonesia dan menduduki posisi penting karena sangat menentukan penyelenggaraan pelayanan publik dan pelaksanaan tugastugas pemerintaha dan pembangunan. Oleh karena itu, tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia adalah menjaga, mengembangkan dan menghargai sumber daya aparatur sebagaimana mestinya. L a h i r n y a U n d a n g - U n d a n g Aparatur Sipil Negara (UU ASN) merupakan jawaban terhadap tantangan tersebut karena telah merombak secara dramatis undang-undang tentang kepegawaian yang pernah ada. Pada zaman orde baru (Orba) pernah ada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, kemudian diperbaharui di masa reformasi, yaitu Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Di zaman Orba sebagus apapun sistem aparatur sipil, tetap timbul kritikan, karena undang-undang kepegawaian pada masa itu didesain khusus untuk menjadi monoloyalitas seluruh aparatur yang harus loyal tunggal kepada pemerintah dan partai pendukung pemerintah saat itu. Pada zaman reformasi, undang-undang tentang pokok-pokok kepegawaian yang telah dikoreksi juga menuai beberapa
INFO KEBIJAKAN kelemahan. Dalam pelaksanaannya undang-undang kepegawaian ini dianggap belum mampu melahirkan aparatur negara yang profesional, justru yang terjadi adalah politisasi birokrasi yang mengakar sampai ke tingkat kabupaten/kota dan desa-desa. Perubahan sumber daya aparatur m e m a n g t i d a k m u d a h k a r e n a perubahannya tidak hanya meliputi sistem, struktur dan manajemen SDM, tetapi juga perubahan budaya, cetak pikir, dan perilaku birokrasi itu sendiri. Ada beberapa masalah dasar dalam SDM birokrasi Indonesia. Pertama, belum tertanamnya budaya kinerja dan budaya pelayanan. Ukuran kinerja pada umumnya belum terlalu konkret dan b e l u m t e r e n c a n a d e n g a n b a i k. Sedangkan budaya pelayanan yang harusnya dimiliki oleh setiap aparatur belum terbentuk karena masih terkotak pada budaya dilayani. Kedua, menjadi seorang PNS belum dipandang sebagai sebuah profesi yang memiliki standar pelayanan profesi, kode etik profesi dan pengembangan kompetensi profesi yang harus dihormati, dijaga dan dijadikan dasar dalam berbagai kebijakan dan manajemen SDM. Ketiga, kian besarnya gejala pengaruh politik, hubungan kekerabatan, hubungan ekonomi dan berbagai relasi lain dalam manajemen S D M. P r o s e s r e k r u t m e n d a n pengisian/promosi jabatan di sebagian pemerintahan daerah lebih ditentukan relasi-relasi yang berdimensi politik, kekeluargaan/kekerabatan, dan ekonomi. Pengisian jabatan tak didasarkan pada kompetensi, hasil kinerja sebelumnya, dan kesesuaian kualifikasi yang dibutuhkan. Keempat, adalah sulitnya menegakkan integritas dan mencegah terjadinya perilaku m e n y i m p a n g d a l a m b i r o k r a s i. Sebenarnya, persoalan utamanya adalah ketiadaan nilai dasar profesi yang dijadikan pedoman perilaku. Jika di beberapa jabatan dan instansi ada, nilai dasar itu belum terinternalisasi baik dalam diri PNS UU ASN menganut paradigma baru yang mengharuskan perubahan pengelolaan sumber daya dari perspektif lama manajemen kepegawaian yang menekankan hak dan kewajiban individual pegawai menuju perspektif baru yang menekankan pada manajemen pengembangan sumber daya manusia secara strategis. Sehingga menjadi harapan besar pengelolaan sumber daya aparatur di Indonesia ke depan dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan akuntabel serta memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan bangsa ke depannya. Untuk menghasilan aparatur tersebut, UU ASN disusun untuk mengatur ketentuan pokok tentang pengaturan dan pengelolaan aparatur sipil negara sebagai profesi bagi para pegawai negeri sipil yang bekerja pada semua instansi pemerintah pusat, sekretariat lembaga negara, sekretariat lembaga non kementerian, instansi pemerintah daerah dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. UU ASN disetujui oleh DPR-RI pada Rapat Paripurna, 19 Desember 2013 kemudian diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6. UU ini memuat 15 Bab terdiri dari 141 Pasal. 671
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA 672 B. MUATAN UNDANG-UNDANG (UU) Materi muatan UU ASN mencakup bab-bab: 1. Ketentuan Umum 2. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, serta Kode Etik dan Kode Perilaku 3. Jenis,Status dan Kedudukan 4. Fungsi, Tugas dan Peran 5. Jabatan ASN 6. Hak dan Kewajiban 7. Kelembagaan 8. Manajemen ASN 9. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi 10. Pegawai ASN yang Menjadi Pejabat Negara 11. Organisasi 12. Sistem Informasi ASN 13. Penyelesaian Sengketa 14. Ketentuan Peralihan 15. Ketentuan Penutup 1. Asas, Prinsip, Nilai Dasar, serta Kode Etik dan Kode Perilaku Penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN berdasarkan pada asas: a. Kepastian Hukum, bahwa dalam s e t i a p p e n y e l e n g g a r a a n kebijakan dan manajemen ASN, m e n g u t a m a k a n l a n d a s a n peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan. b. P r o f e s i o n a l i t a s, b e r a r t i mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangundangan. c. P r o p o r s i o n a l i t a s, b e r a r t i mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban pegawai ASN. d. K e t e r p a d u a n, b a h w a pengelolaan pegawai ASN didasarkan pada satu sistem pengelolaan yang terpadu secara nasional. e. Delegasi, berarti bahwa sebagian k e w e n a n g a n p e n g e l o l a a n p e g a w a i A S N d a p a t didelegasikan pelaksanaannya kepada kementerian, lembaga pemerintah non kementerian dan pemerintah daerah. f. Netralitas, bahwa setiap pegawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan t i d a k m e m i h a k k e p a d a kepentingan siapapun g. Akuntabilitas, bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pegawai ASN harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. h. Efektif dan Efisien, bahwa dalam penyelenggaraan manajemen ASN sesuai dengan target atau tujuan dengan tepat waktu sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan. i. Keterbukaan, bahwa dalam penyelenggaraan manajemen ASN bersifat terbuka untuk publik. j. Non diskriminatif, bahwa dalam penyelenggaraan manajemen ASN, KASN tidak membedakan perlakuan berdasarkan gender, suku, agama, ras dan golongan. k. Persatuan dan Kesatuan, bahwa pegawai ASN sebagai perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia l. Keadilan dan Kesetaraan, bahwa
INFO KEBIJAKAN pengaturan penyelenggaraan ASN harus mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan untuk memperoleh kesempatan akan fungsi dan peran sebagai pegawai ASN. m. K e s e j a h t e r a a n, b a h w a pengaturan penyelenggaraan A S N d i a r a h k a n u n t u k m e w u j u d k a n p e n i n g k a t a n kualitas hidup pegawai ASN. 2. Jenis, Status dan Kedudukan Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri dari a. PNS (Pegawai Negeri Sipil), berstatus sebagai pegawai tetap yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional serta menduduki jabatan pemerintahan. b. PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan kebutuhan instansi 4. Jabatan ASN pemerintah dan ketentuan UU ASN untuk melaksanakann tugas pemerintahan. Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara, melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah. Harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. 3. Fungsi, Tugas dan Peran Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Sedangkan tugas pegawai ASN adalah melaksanakan kebijakan publik yang d i b u a t o l e h P e j a b a t P e m b i n a Kepegawaian, memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas serta mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. Perannya antara lain sebagai perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik serta bersih dari praktik KKN. 673
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA 5. Hak dan Kewajiban 674 Kewajiban pegawai ASN meliputi: a. Setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Pemerintah yang sah. b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang. d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan. e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, k e j u j u r a n, k e s a d a r a n d a n tanggungjawab. f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun luar kedinasan. g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Kelembagaan Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi dan m a n a j e m e n A S N. U n t u k menyelenggarakan kekuasaannya, Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada Kementerian PAN dan RB, Komite Aparatur Sipil Negara (KASN), Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
INFO KEBIJAKAN Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) KASN berkedudukan di ibukota negara. KASN merupakan lembaga non struktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk menciptakan pegawai ASN yang profesional dan berkinerja, memberikan pelayanan secara adil dan netral serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa. KASN dibentuk paling lama 6 ( e n a m ) b u l a n s e j a k U U A S N diundangkan. KASN terdiri dari 1 (satu) orang ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota dan 5 (lima) orang anggota. Unsur keanggotaannya berasal dari unsur pemerintah dan atau non pemerintah. Anggota KASN diseleksi dan diusulkan oleh tim seleksi yang beranggotakan 5 (lima) orang dan dibentuk dan dipimpin oleh menteri PAN dan RB dan melakukan tugas selama 3 (tiga) bulan sejak pengangkatan. Tim seleksi melakukan proses seleksi anggota KASN dengan mengumumkan secara terbuka lowongan tersebut kepada masyarakat secara luas. Ketua, wakil ketua dan anggota KASN ditetapkan oleh presiden untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk menjalankan tugasnya KASN dibantu oleh asisten, pejabat fungsional keahlian yang dibutuhkan dan sekretariat. Asisten KASN diangkat dan diberhentikan oleh ketua KASN berdasarkan persetujuan rapat KASN. Asisten bisa berasal dari PNS atau non- PNS yang memiliki kualifikasi akademik paling rendah S2 di bidang tertentu. Sekretariat dipimpin oleh kepala sekretariat yang berasal dari PNS, diangkat dan diberhentikan oleh ketua KASN. KASN memiliki dan melaksanakan kode etik dan kode perilaku. Dalam hal terjadi pelanggaran, maka Presiden membentuk majelis kehormatan kode etik dan kode perilaku. Majelis kehormatan terdiri atas 5 (lima) orang yang berasal di luar KASN dan memiliki kompetensi di bidang ASN, rekam jejak yang baik, memiliki integritas moral dan netralitas serta berusia paling rendah 55 (lima puluh lima) tahun. 7. Manajemen ASN Manajemen ASN diselenggara-kan berdasarkan sistem merit, yaitu didasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur dan kondisi kecacatan. Manajemen ASN m e l i p u t i M a n a j e m e n P N S d a n Manajemen PPPK. Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan kewenangan m e n e t a p k a n p e n g a n g k a t a n, pemindahan, dan pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada Pejabat Pembina K e p e g a w a i a n. P e j a b a t P e m b i n a Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai ASN dan pembinaan manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Terdiri atas: - Menteri di kementerian - P i m p i n a n l e m b a g a d i L P N K (Lembaga Pemerintahan Non Kementerian) 675
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA - Sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan LNS (Lembaga Non Struktural) - Gubernur di provinsi - Bupati/walikota di kabupaten/kota Selanjutnya, Presiden dapat mendelegasikan kewenangan pembinaan manajemen ASN kepada pejabat yang berwenang di kementerian, sekretaris jenderal/sekretariat lembaga negara, sekretariat lembaga non struktural, sekda provinsi dan kabupaten/kota. 676 JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI VOLUME 04 NOMOR 01 TAHUN 2014
INFO KEBIJAKAN 7. 8. 4. 5. 6. 677 9. JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI VOLUME 04 NOMOR 01 TAHUN 2014
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA 8. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pengisian JPT dilakukan secara kompetitif dan terbuka di kalangan PNS. JPT utama dan madya tertentu dapat b e r a s a l d a r i n o n - P N S d e n g a n persetujuan Presiden secara kompetitif dan terbuka. JPT dapat diisi oleh prajurit TNI dan anggota Polri setelah mengundurkan diri dari dinas aktif apabila dibutuhkan dan sesuai dengan kompetensi. PENGISIAN JPT UTAMA DAN MADYA K/L PUSAT MEMASTIKAN SISTEM MERIT KASN 8 Laporan 6 MENYAMPAIKAN 3 CALON PRESIDEN 7 KEPUTUSAN PRESIDEN JPT TERPILIH 2 PENGAWASAN PEMBENTUKAN PANSEL DAN KEPUTUSAN MENGIKAT KOORDINASI PIMP K/L/PPK 1 MEMBENTUK 5 MENYAMPAIKAN 3 CALON JPT 678 PANSEL 4 PENGAWASAN PELAKSANAAN SELEKSI DAN KEPUTUSAN MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA MEKANISME SELEKSI JPT PRATAMA K/L PUSAT MEMASTIKAN SISTEM MERIT KASN 2 7 Laporan PENGAWASAN PEMBENTUKAN PANSEL DAN KEPUTUSAN MENGIKAT 1 MEMBENTUK KOORDINASI PRESIDEN 8 PPK PyB Pembatalan, Peringatan dan Teguran 6 MEMILIH & MENETAPKAN 5 MENYAMPAIKAN 3 CALON JPT PANSEL 4 PENGAWASAN PELAKSANAAN SELEKSI DAN KEPUTUSAN MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA
INFO KEBIJAKAN MEKANISME SELEKSI JPT MADYA DI DAERAH MEMASTIKAN SISTEM MERIT KASN 2 7 9 Laporan KEPUTUSAN PRESIDEN JPT TERPILIH PENGAWASAN DAN KEPUTUSAN MENGIKAT PENGAWASAN PEMBENTUKAN PANSEL DAN KEPUTUSAN MENGIKAT MEMBENTUK KOORDINASI 8 PRESIDEN 6 MENDAGRI GUBERNUR/ PPK MENYAMPAIKAN 3 CALON PANSEL 4 PENGAWASAN PELAKSANAAN SELEKSI DAN KEPUTUSAN MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA 1 5 MENYAMPAIKAN 3 CALON JPT MEKANISME SELEKSI JPT PRATAMA DI DAERAH MEMASTIKAN SISTEM MERIT KASN 7 LAPORAN PRESIDEN 8 GUBERNUR/ PPK Pembatalan, Peringatan dan Teguran 6 MENETAPKAN JPT 679 2 PENGAWASAN PEMBENTUKAN PANSEL DAN KEPUTUSAN MENGIKAT 1 MEMBENTUK KOORDINASI PyB 5 MENYAMPAIKAN 3 CALON JPT PANSEL 4 PENGAWASAN PELAKSANAAN SELEKSI DAN KEPUTUSAN MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA JPT hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Pejabat yang habis masa jabatannya harus mengikuti seleksi/uji kompetensi kembali untuk menduduki jabatan yang sama pada periode berikutnya. Pejabat yang bersangkutan harus memenuhi target kinerja yang diperjanjikan dengan atasan. Pejabat yang tidak memenuhi kinerja yang diperjanjikan dalam waktu satu tahun pada suatu jabatan, diberikan kesempatan 6 (enam) bulan untuk memperbaiki kinerjanya. Namun jika pejabat yang bersangkutan tidak
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA 680 menunjukkan perbaikan kinerja, maka harus mengikuti seleksi ulang uji kompetensi kembali. Dari hasil seleksi tersebut, pejabat yang bersangkutan dapat dipindahkan pada jabatan lain sesuai dengan kompetensi yang dimiliki atau ditempatkan pada jabatan yang lebih rendah. 9. Pegawai ASN yang Menjadi Pejabat Negara Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara yaitu a. Presiden, wakil presiden. b. Ketua, wakil ketua dan anggota MPR. c. Ketua, wakil ketua dan anggota DPR d. Ketua, wakil ketua dan anggota Mahkamah Konstitusi e. Ketua, wakil ketua dan anggota BPK f. Ketua, wakil ketua dan anggota Komisi Yudisial g. Ketua dan wakil ketua KPK h. Menteri dan jabatan setingkat menteri i. Gubernur dan wakil gubernur j. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota k. Pejabat negara lainnya yang d i t e n t u k a n o l e h U n d a n g - Undang. Pegawai ASN dari PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai presiden dan wakil presiden, ketua, wakil ketua dan anggota DPR dan DPRD, kepala daerah, wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon. Sedangkan PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara dapat menduduki JPT, jabatan administrasi, jabatan fungsional sepanjang tersedia lowongan jabatan. Jika tidak tersedia lowongan jabatan dalam waktu 2 (dua) tahun, maka PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat. 10. Organisasi ASN Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia yang bertujuan menjaga kode etik profesi dan standar p e l a y a n a n p r o f e s i A S N s e r t a mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. 11. Sistem Informasi ASN Sistem Informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data mengenai pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh dan terintegrasi dengan berbasis teknologi. Sistem ini dikelola oleh BKN dan dapat diakses oleh nstansi terkait baik untuk keperluan update data maupun untuk pengambilan keputusan. 12. Penyelesaian Sengketa S e n g k e t a p e g a w a i A S N diselesaikan melalui upaya administratif yang terdiri dari keberatan dan banding. Keberatan diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum, sedangkan banding administratif diajukan kepada badan pertimbangan ASN. 13. Ketentuan Peralihan Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, terhadap jabatan PNS dilakukan penyetaraan sampai dengan berlakunya peraturan pelaksanaan mengenai jabatan ASN:
INFO KEBIJAKAN C. PENUTUP Undang-undang ini mulai berlaku saat diundangkan pada 15 Januari 2014 dan Undang-Undang tentang Pokok- Pokok Kepegawaian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang ini harus sudah ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini ditetapkan, terdiri dari 19 Peraturan Pemerintah (PP), 4 Peraturan Presiden (Perpres) dan 1 Peraturan Menteri (Permen). Perubahan birokrasi Indonesia perlu didukung aparatur yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek KKN, mampu menyelenggarakan pelayanan publik dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan NKRI. Semoga UU ASN dapat menjadi fondasi penting untuk mencapainya. (rati sumanti) 681