BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, tetapi juga makhluk hidup. sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dalam kesehariannya selalu melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENGGUNAAN MEDIA BERMAIN BINGO PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KESAMAAN NILAI PECAHAN PADA SISWA TUNARUNGU.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindakan penelitian adalah sebagai berikut. a. Observasi awal dan wawancara dengan guru kelas II SD Negeri

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaan. (educational for all) yang tidak diskriminatif.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TUNA RUNGU POKOK BAHASAN PECAHAN SENILAI

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu komunikasi primer dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODELOGI PENELITIAN

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

g) Nama sekolah : SLB Yapenas h) Alamat : Janti, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menyiapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III - SEMESTER 2

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

Penggunaan Media Flashcard dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca AnakTunarungu pada Bidang

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA STRATEGI AKTIF COLLEGE BALLL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

LISENSI PEMAKAIAN. Materi buku ini merupakan salah satu bonus untuk produk Printable Flashcard yang ada di situs Bentang Ilmu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

bab 1 bilangan aku dan keluargaku lingkunganku tema

Oleh: Ramikayani, S.Pd Guru SDN Mantaren 1 Kabupaten Pulang Pisau ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang dapat

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA ANAK USIA DINI 5-6 TAHUN DENGAN METODE BERCERITA MELALUI WAYANG KERTAS DI TK MAKEDONIA

Peningkatan Keterampilan Berbahasa Siswa Tunarungu Kelas Dasar 1 SLB-B YPPLB Ngawi Melalui Program Khusus Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama

Meningkatkan Kosa Kata Anak Tunarungu Tingkat Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Pada Siswa Tunarungu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013

Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris dengan Model Make a Match pada Siswa Tunarungu Wicara dan Tunagrahita Kelas VII SMPLB

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd.

Berikut ini disajikan hasil belajar IPA sebelum dilakukan tindakan.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat

Kompetensi Dasar : 1. IPS : Menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga. 2. IPA : Membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat.

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ika Kustika, 2015

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB 4 HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Suharsimi (2002: 12)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 5

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang telah dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. proses pengembangan potensi dirinya agar dapat menghadapi perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dalam kegiatan komunikasi ini manusia menyampaikan pikiran dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Lalatar Belakang Masalah Manusia bukan hanya makhluk individu, tetapi juga makhluk hidup sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dalam kesehariannya selalu melakukan interaksi komunikasi dengan manusia lainnya, baik dengan manusia-manusia di lingkungan terdekatnya/keluarga maupun dengan lingkungan masyarakat. Pada kenyataannya tidak semua manusia mampu berinteraksi baik dengan lingkunganya, hal ini terjadi pada anak luar biasa khususnya anak tunarungu Anak tunarungu mengalami hambatan dalam proses bicara dan bahasanya yang disebabkan oleh gangguan pendengarannya, akibat dari terhambatnya perkembangan bicara dan bahasanya anak tunarungu, akan mengalami kelambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan komunikasi, sehingga kemampuan berbahasa anak tunarungu sangat terbatas oleh karena itu sering anak tunarungu disebut anak yang miskin bahasa. Hal ini di sebabkan oleh alat alat yang penting untuk memahami bahasa, yaitu indera pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan kondisi nyata bahwa anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam berbahasa, maka dalam upaya mengoptimalkan pendidikannya di sekolah (SLB B) pengajaran bahasa merupakan salah satu bidang pengajaran yang sangat penting peranannya, karena pengajaran bahasa merupakan sarana untuk mengembangkan aspek-aspek lainnya dan merupakan modalitas utama bagi anak tunarungu dalam mempelajari dan mengembangkan bidang-bidang pengetahuan 1

2 lainnya. Oleh karena itu dalam tujuan atau penyampaian materi pelajaran dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia salah satunya perlu didukung oleh media atau alat bantu belajar yang sesuai dengan keadaan dan kondisi anak tunarungu. Banyak sekali media pembelajaran yang dapat digunakan untuk memahami makna kata diantaranya melalui media visual diam seperti : gambar, flashcard, kalender, chart (kartu), model dan benda-benda nyata. Kartu identifikasi merupakan salah satu media yang bersifat visual, yang sesuai dengan ciri khas anak tunarungu sebagai insan pemata, karena meraka dalam menangkap pelajaran lebih banyak mengandalkan pada aspek visual atau penglihatannya. Maka media ini dimungkinkan dapat diangkat sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran Bahasa anak tunarungu khususnya dalam meningkatkan kemampuan memahami makna kata benda. Oleh karena itu dunia pendidikan harus terus-menerus menggali media yang sesuai untuk memecahkan permasalahan ketunarunguan. Permasalahan utama dalam memperolehan bahasa anak tunarungu yaitu mengalami kesulitan dalam memahami makna kata, ini merupakan masalah utama yang harus di carikan jalan keluarnya. Lebih lanjut Tarmansyah ( 1992 : 2 ) menjelaskan : Masalah utama ketunarunguan adalah kemampuan penguasaan bahasa.! hal tersebut disebabkan kemampuan fungsi auditorinya. Karena ketunarunguan perkembangan bahasa dan bicaranya terganggu sehingga sulit memahami konsep. Maka sering kita jumpai anak tunarungu dengan pola penguasaan bahasa yang menyimpang dari kaidah- kaidah tata bahasa Indonesia. Dengan demikian apa yang di ucapkan tidak sesuai dengan makna dari ungkapannya.

3 Bagi siswa mendengar relatif mudah memahami makna kata namun lain lagi bagi siswa tunarungu untuk memahami makna kata mereka memerlukan banyak bantuan dengan peragaan atau visualisasi. Seperti dijelaskan oleh Permanarian Somad (1996:28) mengatakan bahwa anak tunarungu sering dikatakan sebagai insan visual, maka dalam pelajaran kebahasaan yang mencakup materi-materi dari benda-benda yang dapat dilihat sampai pada yang abstrak, siswa tunarungu mengalami kesulitan untuk memahaminya, karena fungsi auditorinya terganggu, pembelajaran bahasa di SLB terutama pada siswa kelas D I, materi pelajarannya diajarkan secara bertahap dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sulit dan di mulai dari yang kongkrit, ke semi kongkrit dan akhirnya kepada konsep abstrak, untuk mempermudah siswa memahaminya yaitu dengan di gambarkan dan diperagakan, dengan demikian siswa tunarungu dapat memanfaatkan penglihatannya. Kemampuan memahami makna kata benda, siswa tunarungu sangat terbatas atau masih sangat minim (kurang) dalam hal kata yang berkaitan dengan benda- benda universal (kendaraan, buah-buahan, binatang, benda-benda yang sering dipakai, peralatan sekolah). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di kelas D 1, pembelajaran Bahasa Indonesia tentang pemahaman makna kata benda dari benda-benda yang ada pada gambar misalnya : mobil, motor, apel, pisang, ikan, kucing, topi, sepatu, buku, pensil. Pertama-pertama peneliti menuliskan kata bendanya kemudian membacakannya satu persatu mobil, motor, apel, pisang, ikan, kucing, topi, sepatu, buku, dan pensil, sambil berisyarat sesuai dengan gambarnya

4 masing-masing, setelah itu peneliti meminta siswa menyebutkan kata mobil sesuai dengan kata yang ditunjuk Rangga, ini apa? kemudian Rangga hanya geleng geleng kepala. Kemudian Novi, ini apa? coba baca, lalu Novi membacakannya sesuai perintah mobil. Setelah itu peneliti meminta siswa untuk menunjukkan gambar sesuai dengan kata yang diminta. Novi mana mobil? lalu Novi menunjuk gambar motor, demikian juga dengan kata lainnya, Novi tidak mengerti apa yang dibacanya. Dari lima orang siswa hanya satu siswa yang tidak bisa membaca sedangkan empat siswa lainnya bisa membaca tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya, peneliti merasa bahwa cara mengajar pada pembelajaran bahasa yang seperti itu tidak menampakkan perubahan pada belajar anak, hal ini dapat dilihat dari hasil pre test yang menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bahasa dalam memahami makna kata benda pada siswa tunarungu kelas D 1 minus (kurang). Menganalisa permasalahan di atas maka peneliti berkeinginan untuk dapat meningkatkan kemampuan memahami makna kata benda pada siswa tunarungu kelas D 1 yaitu melalui media permainan kartu identifikasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Melalui media permainkan kartu identifikasi peneliti mempunyai keyakinan dapat meningkatkan kemampuan memahami makna kata benda. Siswa tunarungu lebih tertarik dengan peragaan atau visualisasi oleh sebab itu siswa tunarungu sering disebut sebagai insan visual. Media pembelajaran dengan menggunakan media permainan kartu identifikasi memiliki kelebihan-kelebihan dan mudah dalam menggunakannya dan diharapkan dapat memudahkan siswa tunarungu sebagai insan visual untuk belajar memahami makna kata benda.

5 Melalui penelitian ini peneliti ingin membuktikan bahwa media permainan kartu identifikasi dapat meningkatkan kemampuan memahami makna kata benda pada siswa tunarungu kelas D 1 SLB/B Tunas Harapan Karawang. Mengingat pentingnya masalah ini, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Peningkatan Kemampuan Memahami Makna Kata Benda Melalui Media Permainan Kartu Idntifikasi Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Tunarungu Kelas D I B. Sasaran tindakan Adapun yang menjadi sasaran tindakan penelitian ini adalah Siswa Tunarungu Kelas D 1 SLB/B Tunas Harapan Karawang dalam meningkatkan kemampuan memahami makna kata benda melalui media permainan kartu identifikasi C. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah di paparkan pada pernyataan di atas, maka permasalahan tersebut perlu peneliti rumuskan sebagai berikut " Apakah Media Permainan Kartu Identifikasi dapat meningkatkan kemampuan memahami? makna kata benda bagi siswa tunarungu kelas D 1 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap sesuatu penelitian yang sedang dilakukan. Menurut Arikunto ( 2000 : 64 ). " Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis tindakan dalam penelitian

6 ini adalah : " Media permainan kartu identifikasi dapat meningkatkan kemampuan memahami makna kata benda pada siswa tunarungu kelas D 1 ". E. Tujuan dan Manfa at 1. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran seberapa besar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami makna kata benda setelah menggunakan media permainan kartu identifikasi 2. Manfa at Memberi masukan pada guru-guru yang mengajar pada siswa tunarungu bahwa permainan kartu identifikasi sebagai salah satu media pembelajaran bahasa yang dapat meningkatkan kemampuan memahami makna kata benda. F. Penjelasan Konsep 1. Definisi a. Media permainan kartu identifikasi adalah alat Bantu pembelajaran yang dicobakan dan dibuat sendiri oleh peneliti dalam bentuk kartu persegi panjang yang dibuat secara berpasangan yang terdiri dari dua bentuk yaitu satu buah kartu berisi gambar dan satu buah kartunya lagi berisi tulisan kata. Kartu ini dilakukan dalam suatu permainan secara berkelompok pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan tujuan mempermudah dan memperjelas penyampaian isi materi.

7 b. Kemampuan memahami makna kata benda adalah kemampuan untuk mengerti dan mengetahui dengan benar hubungan antara bunyi ujaran (bahasa) baik lisan atau tulisan dengan benda yang dimaksud pada anak tunarungu kelas D 1, melalui media permainan kartu identifikasi, sehingga bila ia mendengar atau membaca kata tertentu ia dapat membayangkan bendanya atau suatu yang diacu, dan apabila ia membayangkan sesuatu ia segera dapat mengatakan pengertian itu. Dengan demikian anak tunarungu tidak hanya dapat atau bisa membaca saja tetapi iapun mengerti dan paham apa yang dibaca atau diucapkannya. c. Pembelajaran adalah suatu proses pemberian latihan atau pengalaman terhadap seseorang atau sekelompok orang agar terjadi perubahan tingkah laku yang relatif tetap pada orang-orang itu. Pembelajaran ini dapat dilakukan pada suatu lembaga secara insidental. Apabila dilaksanakan pada lembaga formal struktural maka pembelajaran ini dapat disebut sebagai suatu proses pembiasan atau pelaziman yang dilakukan untuk memperoleh suatu pola tingkah laku yang baru setelah mengikuti pembiasan itu (Chaer. A; 2003 : 83)

8 2. Contoh Kartu Identifikasi Mobil Gambar 1.1 3. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Menggunakan Media Permainan Kartu Identifikasi a. Guru memperlihatkan contoh salah satu pasangan kartu identifikasi yaitu kartu kata dan kartu gambar. Kemudian menyebutkan salah satu dari kartu gambar dan menjelaskannya lalu menunjukkan kartu katanya selanjutnya mmemasangkan gambarnya dengan kartu kata, dan menuliskannya kemudian siswa diberi kesempatan secara bergilir mencobanya. b. Guru menjelasakan kepada siswa cara permainan kartu identifikasi Cara permainan kartu idealnya dilakukan oleh empat orang, minimal dilakukan oleh dua orang. Cara memainkanya adalah semua kartu yang berjumlah minimal sepuluh pasang dikocok, seperti bermain

9 kartu umumnya, lalu dibagikan habis kepada para pemain dengan jumlah yang sama. Setiap pemain yang memiliki kartu yang berupa gambar dan pasangan katanya harus dibuang (simpan), sehingga yang sisa hanya kartu berupa gambar atau tulisan yang tidak ada pasangannya. Langkah selanjutnya siswa yang bertugas mengocok kartu berhak untuk mengambil satu buah kartu teman disamping kanannya dan apabila tidak ada yang cocok kartu tersebut disatukan dengan kartu miliknya yang lain. Kemudian salah satu kartu harus diambil teman disamping kirinya dan dilakukan hal yang sama. Seperti tadi, permainan terus berputar searah jarum jam sampai kartu disetiap pemain habis. Pemain yang kartunya habis pertama dinyatakan sebagai pemenang pertama, pemenang yang habis kedua sebagai pemenang kedua dan seterusnya. c. Siswa melaksanakan permainan kartu identifikasi d. Melaksanakan penilaian berupa tes lisan, tulisan dan tes perbuatan

10 Ilustrasi Permainan Kartu Kelompok Pemain I Pemain II Pemain IV Pemain III Dibuang buku tas topi Gambar 1. 2 4. Metode Pembelajaran Banyak metode yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah luar biasa bagian tunarungu ( SLB/B ). Adapun metode yang peneliti gunakan pada pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam memahami makna kata benda adalah sebagai berikut:

11 a. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran untuk memberi motivasi kepada siswa agar timbul keinginan dalam dirinya untuk dapat mengungkapkan perasaannya dan untuk bertanya selama mendengarkan pelajaran atau berusaha menjawab bila guru mengajukan pertanyaan. b. Merode Imitasi Metode Imitasi adalah metode pembelajaran cara pengucapan yang benar, dimana siswa menirukan ucapan guru. c. Metode Pengulangan Metode pengulanga adalah metode pembelajaran untuk melatih siswa secara berulang-ulang baik dalam pengucapan maupun dalam penulisan, sehingga siswa dapat memahaminya. d. Metode Penugasan Metode Penugasan adalah metode pembelajaran yang memberi keesempatan kepada siswa untuk melakasanakan tugas berdasarkan perintah dari guru sehingga siswa dapat mengalami kegiatan belajar secara langsung (Pupuh Faturrohman dan M. Sobry.S ; 2007:62-64)