BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa termasuk tanaman berkeping satu (monocotyledone), berakar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil) berasal dari tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

BAB I PENDAHULUAN. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta ala dalam Al-Qur an Surat Al-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PASCASARJANA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

TINJAUAN PUSTAKA. konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

Peningkatan kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan. Metode Membran Ultrafiltrasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

RESPIRASI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi. Yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

KIMIA ORGANIK (Kode : E-11) STUDI PRODUKSI MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONAT OIL) DENGAN CARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Rhizopus oligosporus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. freezer selama 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari dapat dilihat pada table ini.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kelapa Kelapa termasuk tanaman berkeping satu (monocotyledone), berakar serabut dan merupakan golongan palem (palmae) (Warisno,2002). Kelapa terdiri dari batang, sabut, tempurung, daging buah, dan air kelapa. Seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan sehingga tidak ada yang terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk industri. Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa. Minyak kelapa dapat diperoleh dari daging buah segar (Suhardiyono, 1988). Buah kelapa terdiri dari bagian-bagian : - Epicarp, yaitu klit bagian luar yang permukaannya licin, dan agakkeras. - Mesokarp, yaitu kulit bagian tengah terdiri dari serat-serat keras dengan ketebalan 3-5 cm yang dibuat sabut. - Endocarp, yaitu bagian tempurung yang keras sekali. - Endosperm, yaitu daging buah yang tebalnya 8-10 mm 2.2 Sistematika Tumbuhan Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales Famili : Palmae Genus : Cocos Species : Cocos nucifera (Suhardiman,1999). 2.3 Minyak Kelapa Murni Minyak kelapa murni atau VCO (virgin coconut oil) merupakan salah satu olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) (Sutarmi, 2005). Minyak kelapa trdiri dari 90% asam lemak jenuh dan 10% asam lemak tidak jenuh. Asam laurat merupakan asam lemak yang paling besar dibandingkan dengan asam lemak lainnya yaitu sekitar 44-52% (Alamsyah, 2005). Asam laurat ini merupakan asam lemak jenuh dengan rantai sedang yang lebih dikenal dengan medium chain fatty acids (MCFA) (Rindengan dan Hengki, 2005). 2.3.1 Manfaat Minyak Kelapa Murni Minyak kelapa murni atau VCO (virgin coconut oil) mengandung asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids,mcfa) yang mudah diurai dalam tubuh. Kandungan asam lemak rantai sedang ini sangat berperan dalam menjaga kesehatan, misalnya asam laurat. Asam laurat merupakan suatu monogliceride yang bersifat antibakteri. Adanya kandungan asam lemak rantai sedang tersebut, maka VCO mempunyai kemampuan menangkal beberapa jenis penyakit, diantaranya:

1) Membantu mengatasi infeksi bakteri 2) Membunuh jamur yang menyebabkan keputihan 3) Membnatu kulit tetap lembut dan halus 4) Membantu dalam pencegahan sakit jantung, stroke,dan artherosclerosis 5) Membantu meredakan gejala-gejala dan mengurangi resiko kesehatan yang dihubungkan dengan diabetes mellitus 6) Membantu mencegah kegemukan ( Bambang, 2006 ) 2.3.2 Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni Kandungan kimia minyak yang paling tinggi dalam sebutir kelapa yaitu air, protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut tergabung dalam bentuk emulsi. Emulsi adalah suatu sistem dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa (fase terdispers) yang tidak saling bercampur (Ansel, 1989). Sebaliknya yang dimaksud dengan pengemulsi (emulgator) yaiut zat yang berfungsi untuk mempererat (memperkuat) mencampurnya kedua fase tersebut. Protein sebagai emulgator akan mengurangi tegangan antar muka minyak dan air sehingga minyak dan air tidak saling menyatu dan masingmasing tidak membentuk lapisan sendiri. Emulsi tersebut tidak akan pernah pecah karena masih ada tegangan muka protein air yang lebih kecil dari protein minyak. Dngan demikian, air merupakan fase kontinu (terdispers), sedangkan miyak merupakan fase diskontinu (pendispers). Minyak kelap murni baru bias keluar dari ikatan emulsi tersebut jika emulgatornya dirusak. Untuk merusak emulsi tersebut ada beberap cara, yaitu fermentasi,

pemanasan bertahap, enzimatis, tehnik pemancingan, pengasaman dan sentrifugasi. 2.3.3 Kerusakan Minyak Bahan makanan berlemak merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan beberapa jenis jamur dan bakteri. Kerusakan lemak di dalam bahan pangan dapat terjadi selama proses pengolahan dan selama penyimpanan. Kerusakan lemak ini, menyebabakan bahan pangan berlemak mempunyai baud an rasa yang tidak enak, sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai gizi bahan pangan ersebut. Tipe penyebab ketengikan dalamlemak dapat dibagi atas 3 golongan yaitu : 1. ketengikan oleh oksidasi (oxidative rancidity) 2. ketengikan oleh enzim (enzymatic rancidity) 3. ketengikan oleh proses hidrolisa (hidrolitic rancidity) 2.4 Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsentrasi relatif cair yang diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Fungsi krim adalah sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas untuk kulit, dan sebagi pelindung untuk kulit yaitu mncegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit ( Anief, 2000). Syarat-syarat krim yang baik adalah : - Stabil selama dalam pemakaian pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar - lunak yait semua zat dalam keadaan halus - seluruh produk homogen - mudah dipakai 2.4.1 Stabilitas Krim Pertimbangan yang terpnting bagi sediaan emulsi seperti krim di bidang farmasi dan kosmetika adalah stabilitas dari produk jadi. Menurut Anief, 2000, ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan menjadi : a. flokulasi atau creaming b. Koalesen atau pecahnya emulsi (breaking, cracing) c. Macam-macam perubahan fisika dan kimia d. Inverse Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapiasan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan (fase terdispers) lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming merupakan proses bolak-

balik, sedangkan pemecahan merupakan proses searah. Krim yang menggumpal bisa didispersikan kembali dengan mudah, dan dapat terbentuk kembali suatu campuran yang homogen dari suatu emulsi yang membentuk krim dengan pengocokan, karena bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi. Jika terjadi pemecahan, pencampuran biasa tidak bisa mensuspensikan kembali bola-bola tersebut dalam suatu emulsi yang stabil (Martin, 1993). Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi dari tipe M/A menjadi A/M atau sebliknya. Inverse dapat dipengaruhi oleh suhu, atau inverse merupakan fungsi suhu (Anief, 2000). Faktor-faktor yang dapat memecah emulsi digolongkan dalam: 1. pemecahan emulsi secara kimia, contohnya; penambahan zat yang dapat menarik air seperti CaCl 2 eksikatus dan CaO 2. pecahnya emulsi secara fisika, yaitu; - Kenaikan suhu, dapat menyebabkan perubahan viskositas, mengubah sifat emulgator dan menaikkan benturan butir-butir tetesan. - Pendingin menyebabkan terpisahnya air dari sistem emulsi - Penambahan ganul kasar - Pengenceran emulsi yang berlebihan - Penyaringan, karena kedua fae melalui pori-pori dan butir-butir fase intern akan menggumpal menjadi satu - Pemutaran dengan alat sentrifugal

3. Efek elektrolit terhadap stabilitas emulsi, tergantung dari jenis emulator yang ada. Bila ada reaksi dari elektrolit dengan emulsi maka emulsi akan pecah (Anief, 2000). 2.4.2 Pembutan Krim Dalam pembuatan krim dari formula dengan tipe emulsi minyak dalam air (M/A), metode pembuatan secara umum meliputi proses peleburan, emulsifikasi dan saponifikasi. Komponen yang tidak berampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan di atas penangas air pada temperature sekitar 70 sampai 75 o C. sementara itu, semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air, dibuat dalam sejumlah air yang dimurnikan, khususnya dalam formula dan dipanaskan pada temperatur yang sama dengan komponen berlemak. Larutan berair diolah dalam komponen berlemak yang cair dalam keadaan hangat dengan pengadukan kontinu sampai campuran membeku/mengental.apabila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka lemak akan menjadi padat. 2.5 Absorbsi Obat Melalui Kulit Tujuan umum pengunaan obat topikal pada terapi adalah untuk menghasilkan efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan epidermis. Daerah yang terkena, umumnya epidermis dan dermis, sedangkan obat-obat topical tertentu seperti emoliens (pelembab), dan antimikroba bekerja dipermukaan kulit saja (Lachman, dkk, 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi kulit sangat bergantung dari sifat fisika kimia obat dan juga bergantung pada zat pembawa, ph dan konsentrasi. Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi kulit yaitu apakah kulit dalam keadaan baik atau terluka, umur kulit, perbedaan spesies dan kelembaban yang dikandung oleh kulit (Lachman, dkk, 1994). 2.5.1 Penyakit dan Kelainan pada Kulit Penyakit dan kelainan pada kulit diantaranya adalah: a. Jerawat Jerawat merupakan penyakit kulit yang sudah dikenal secara luas dan sering timbul pada wajah, baik wajah para remaja maupun dewasa. Jerawat terjadi karena adanya peradangan yang disertai penyumbatan pada saluran kelenjar minyak dalam kulit dan rambut (Wirakusumah dan Setyowati, 1999). b. Infeksi pada kulit Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus ini dapat berupa bisul, cacar air, kusta atau jamuran. Umumnya infeksi di sela paha dan telapak kaki (Wirakusumah dan Setyowati, 1999). c. Penuaan dini pada kulit Penyebabnya demam yang tinggi dan berkepanjangan atau terkena sinar matahari yang terlalu lama (Wirakusumah dan Setyowati,1999). d. Noda-noda hitam Kelainan kulit ini disebabkan oleh sinar ultra violet mathari yang memacu pembentukan pigmen warna kulit secara berlebihan.

Akibatnya, timbul bercak atau noda hitam pada bagian-bagian kulit yang sering terkena sinar matahari (Wirakusumah dan Setyowati,1999). 2.6 Bakteri Bakteri termasuk kedalam golongan prokariota, ukurannya sangat kecil dan tidak dapat dilihat secara visual (Tim mikrobiologi FK Unibraw, 2003). 2.6.1 Fase Pertumbuhan Bakteri Ada empat fase pada pertumbuhan bakteri yaitu : 1. Fase Penyesuaian Diri (Lag Phase) Kurun waktu ini merupakan penyesuaian bakteri ke suatu lingkungan baru. Pada fase ini tidak ada kenaikan jumlah sel, melainkan peningkatan ukuran dan besar sel. 2. Fase Logaritmik (Exponential Phase) Pada fase ini bakteri berkembang biak, jumlah bakteri meningkat secara eksponensial. Untuk kebanyakan bakteri, fase ini berlangsung 18-24 jam. Pada pertengahan fase ini pertumbuhan bakteri sangat ideal, pembelahan terjadi secara teratur, semua bahan dalam sel berada dalam seimbang (Chatim, 1994). 3. Fase Stasioner (Stationary Phase) Pada fase ini terjadi penumpukan racun akibat metabolisme sel dan kandungan nutrien mulai habis, akibat terjadinya kompetisi nutrisi sehingga

beberapa sel mati dan yang lainnya tetap tumbuh. Jumlah sel menjadi konstan. 4. Fase Kematian (Death Phase) Pada fase ini terjadi akumulasi bahan toksik, zat hara yang diperlukan oleh bakteri juga berkurang, sehingga bakteri akan memasuki fase kematian. Fase ini merupakan kebalikan dari fase logaritmik pertumbuhan. Jumlah sel menurun terus sampai didapatkan jumlah sel yang konstan untuk beberapa waktu (Roday S., 1999). 2.6.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mikroorganisme a. Suplai Zat Gizi Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai makanan yang akan menjadi sumber energi dan menyediakan unsurunsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel. b. Waktu Bila suatu sel mikroorganisme diinokulasi pada nutrient segar, pertumbuhan yang terlihat mula-mula adalah suatu pembesaran ukuran, volume dan berat. Ketika ukurannya telah mencapai kira-kira dua kali dari besar normal, sel tersebut membelah dan menghasilkan empat sel. Selama kondisi memungkinkan, pertumbuhan dan pembelahan sel berlangsung terus sampai sejumlah besar populasi sel terbentuk. c. Suhu

Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan organisme. Suhu dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam dua cara yang berlawanan yaitu : 1. Apabila suhu naik, kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu turun, kecepatan metabolisme juga turun dan pertumbuhan diperlambat. 2. Apabila suhu naik atau turun, tingkat pertumbuhan mungkin terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel dapat mati. d. Nilai ph Setiap organisme mempunyai kisaran nilai ph dimana pertumbuhan masih memungkinkan dan masing-masing biasanya mempunyai ph optimum. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran ph 6,0-8,0 dan nilai ph diluar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat merusak. Beberapa mikroorganisme dalam bahan pangan tertentu dapat tumbuh dengan baik pada kisaran nilai ph 3,0-6,0. e. Aktivitas Air Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat-zat gizi atau bahan limbah kedalam dan keluar sel.

f. Ketersediaan Oksigen (O 2 ) Tidak seperti bentuk kehidupan lainnya, mikroorganisme berbeda nyata dalam kebutuhan oksigen guna metabolismenya. Beberapa kelompok dapat dibedakan atas : 1. Mikroba Aerob, mikroba yang membutuhkan oksigen (O 2 ) didalam pertumbuhannya. 2. Mikroba Anaerob, mikroba yang tidak membutuhkan oksigen (O 2 ) didalam pertumbuhannya, bahkan oksigen (O 2 ) ini dapat menjadi racun bagi mikroba tersebut. 3. Mikroba Anaerob Fakultatif, mikroba yang dapat hidup tumbuh dengan/tanpa adanya oksigen (O 2 ). 4. Mikroba Mikro-Aerofilik, mikroba yang membutuhkan hanya sedikit oksigen (O 2 ) dalam pertumbuhannya. g. Bahan Kimia Adanya bahan kimia berupa zat pengawet dan bakterisidal dapat menghambat/mematikan pertumbuhan mikroorganisme, misalnya : fenol, alkohol, deterjen dan antibiotika (Roday S., 1999). 2.7. Obat Antimikroba Obat antimikroba dapat berarti terhadap bakteri, jamur dan virus. Untuk maksud penggunaan secara sistematik diperlukan toksisitas selektif yang tinggi dari obat antimikroba. Antimikroba dapat digolongkan berdasarkan kemampuan mematikan (diberi akhiran-sidal) atau hanya menghambat pertumbuhan mikroba (diberi akhiran-statika). Berdasarkan

kemampuan mempengaruhi banyaknya jenis bakteri, dikenal antibakteri berspektrum sempit dan berspektrum luas (Mikrobiologi Tim, 2003). 2.8 Uji Kepekaan Terhadap Antibakteri Secara In Vitro Aktivitas (potensi) antibakteri dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap bakteri. Ada dua metode umum yang dapat digunakan yaitu penetapan dengan lempeng silinder atau lempeng dan penetapan dengan cara tabung atau turbidimetri. Metode pertama berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri, sehingga bakteri yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona disekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik. Metode turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik (Ditjen POM, 1995). 2.9 Bakteri Staphylococcus aureus Sistematika bakteri Staphylococcus aureus menurut Bergey edisi ke- 7 (Dwidjoseputro, 1987) adalah sebagai berikut : Domain : Bacteria Phylum : Protophyta Class : Bacilla Ordo : Bacillales

Familia : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Species : Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram negatif dan mikroba flora normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaan kulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan (Jawetz et all, 2001). 2.10 Bakteri Pseudomonas aeruginosa Sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa menurut Bergey edisi ke-7 (Dwidjoseputro, 1987) adalah sebagai berikut : Domain : Bacteria Phylum : Protophyta Class : Schizomycetes Ordo : Pseudomonadales Familia : Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas Species : Pseudomonas aeruginosa Kelompok Pseudomonas adalah batang gram negatif dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek ; berukuran sekitar 0,6 x 2 μm, bergerak, aerob, ditemukan secara luas ditanah, air, tumbuhan dan hewan, tumbuh baik pada suhu 37-42

C. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas dialam dan biasanya terdapat di lingkungan yang lembab. Bakteri ini dapat tinggal pada mamalia yang normal dan menyebabkan penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal (Jawetz et all, 2001).