VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

PENDAHULUAN Latar Belakang

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul. Abstrak

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. BPS (2016) menyatakan bahwa, selama periode waktu tahun jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertanian telah menetapkan 4 sukses Pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional

PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENERAPAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT DI SULAWESI TENGGARA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui pendekatan edukatif (Subejo, 2010). Pendekatan edukatif diartikan sebagai

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah

BAB I. PENDAHULUAN. manusia untuk meningkatkan dan pemerataan taraf hidup semua anggota

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduknya.

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Lapang Pertanian Tanaman Terpadu. Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

Agriekonomika, ISSN Volume 3, Nomor 1 PERSEPSI DAN TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

III. METODE PENELITIAN

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih

Transkripsi:

283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran terkait pengembangan pada aspek keilmuan dan pengembangan pada aspek praktis pelaksanaan program pembangunan pertanian di lahan sawah. 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Tingkat adopsi teknologi Pengelolaan Tanaman secara Terpadu (PTT) padi sawah oleh petani pelaksana program Prima Tani di Sumatera Barat mempunyai tingkat adopsi dalam kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis dengan persentase capaian 44,76%. Hal ini menunjukkan bahwa komponen-komponen teknologi PTT padi sawah oleh petani belum sepenuhnya diadopsi, dari berbagai komponen teknologi yang diperkenalkan ternyata komponen teknologi panen dan pasca panen mempunyai tingkat adopsi pada kategori sesuai teknis. Distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah didominasi oleh kategori kurang sesuai anjuran teknis dengan capaian persentase 51,95%. Tingkat capaian adopsi komponen teknologi PTT padi sawah secara berurutan tingkat capaiannya oleh petani di lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

284 a) komponen teknologi panen dan pasca panen dengan indikator yaitu: waktu panen, penggunaan alat panen, tempat penumpukan padi sebelum di rontok, waktu perontokan, cara perontokan, waktu pembersihan, melakukan cara pengangkutan gabah dari petak sawah ke tempat perontokan, melakukan cara pengangkutan gabah dari tempat perontokan ke tempat pengeringan, waktu pengeringan, melakukan cara pengeringan dan melakukan penyimpanan, termasuk pada kategori sesuai dengan anjuran teknis 57,04%. Distribusi petani berdasarkan tingkat capaian adopsi teknologi panen dan pascapanen dengan kategori sesuai anjuran teknis 10,06%, tingkat capaian adopsi didominasi oleh kategori kurang sesuai anjuran teknis 66,56%. b) komponen teknologi penyediaan benih dengan indikator yaitu: mutu benih, adanya penggantian benih yang rusak atau mati dan jumlah benih yang digunakan yang sesuai dengan lingkungan setempat, sesuai dengan selera pasar, daya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit dan tahan rebah, adanya penggantian benih yang rusak atau mati dan jumlah benih yang digunakan, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 50,64%. Distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi benih padi didominasi oleh kategori kurang sesuai anjuran teknis yaitu 61,36%, c) komponen teknologi pelaksanaan persemaian dengan indikator yaitu: pemilihan lokasi persemaian, luas persemaian, pengolahan tanah, ukuran

285 bedengan, penambahan bahan, jumlah persemaian, perlakuan pada benih, pengaturan air dan cara pemilihan benih yang baik, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 47,54%. Distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi persemaian benih padi didominasi oleh kategori kurang sesuai anjuran teknis yaitu 55,52%. d) komponen teknologi cara dan tata tanam dengan indikator yaitu: pengolahan tanah, tanam pindah dengan jajar legowo, penggunaan umur bibit muda, jumlah bibit per lobang, kedalaman bibit yang ditanam, jarak tanam dan penyulaman, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 43,02%. Distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi tata dan cara tanam capaiannya didominani oleh kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 44,81%. e) komponen teknologi perlindungan tanaman dengan indikator yaitu: ketahanan tanaman, penyiangan, sanitasi lingkungan, pengamatan, pengendalian biologis nabati, cara pemusnahan OPT, eradikasi tanaman, penyemprotan pestisida, cara pemakaian pestisida, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 42,10%. Distribusi petani berdasarkan tingkat tingkat adopsi teknologi perlindungan tanaman didominasi oleh kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 73,38% f) komponen teknologi pengairan berselang dengan indikator yaitu: waktu pengaturan kebutuhan, cara pengaturan kebutuhan air dan pembuatan

286 parit, termasuk pada kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis 41,43%. distribusi petani berdasarkan tingkat adopsi teknologi pengairan secara berselang capaiannya lebih dominan pada kategori kurang sesuai anjuran teknis sebanyak 50,00%. g) komponen teknologi pemakaian pupuk berimbang dengan indikator yaitu: penggunaan dosis pupuk anorganik, dosis pupuk organik/pupuk kandang/kompos, cara pemberian pupuk anorganik, cara pemberian pupuk organik, waktu pemberian pupuk anorganik, waktu pemberian pupuk organik, termasuk pada kategori tidak sesuai dengan anjuran teknis 38,04%. Distribusi petani berdasarkan tingkat capaian adopsi teknologi pemupukan yang berimbang lebih dominan capaiannya pada kategori kurang sesuai anjuran teknis 53,57%, 2. Faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah adalah dinamika kelompoktani, partisipasi petani, kebijakan pemerintah dan ketersediaan sarana produksi. Faktor-faktor lainnya seperti sikap petani, motivasi, sifat teknologi, pelayanan penyuluhan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah di lokasi penelitian. Faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat adopsi PTT padi sawah adalah sebagai berikut: 2.1. Semakin dinamis kelompoktani maka semakin tinggi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah oleh masyarakat tani. Dinamika kelompoktani

287 dalam meningkatkan adopsi inovasi teknologi PTT padi sawah tingkat capaiannya adalah 47,76%, termasuk pada kategori kadang-kadang dinamis. Hal ini ditunjukkan dalam kerjasama petani di dalam kelompok, persaingan dalam kelompok dan konflik yang terjadi di dalam kelompok. Kerjasama dalam kelompok menimbulkan rasa kebersamaan yang tinggi, sehingga memungkinkan munculnya gagasan-gagasan atau ide-ide untuk mencapai tujuan. 2.2. Semakin tinggi partisipasi masyarakat tani terhadap inovasi teknologi PTT padi sawah maka semakin tinggi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah oleh masyarakat tani. Partisipasi dari petani terhadap inovasi teknologi PTT padi sawah tingkat capaiannya sebesar 51%, capaian ini termasuk pada tingkat kategori kadang-kadang partisipatinya. Hasil penelitian ini menggambarkan partisipasi petani PTT padi sawah sudah dilakukan dan belum maksimal. Petani kadang-kadang mau berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama-sama dalam kelompoknya untuk menerapkan inovasi teknologi PTT padi sawah. Hal ini ditunjukkan dalam keterlibatan petani di dalam mengambil keputusan menerapkan inovasi teknologi anjuran, keterlibatan dalam penerapan inovasi teknologi, keterlibatan dalam pencapaian hasil panen dan keterlibatan dalam evaluasi inovasi teknologi.

288 2.3. Semakin respon pemerintah daerah terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemui oleh petani maka semakin cepat inovasi teknologi diterapkan oleh petani. Kebijakan pemerintah daerah dalam merespon petani PTT padi sawah menunjukkan capaian persentase 46,47%. Tingkat capaian ini termasuk pada kategori kadang-kadang responsif. Distribusi petani berdasarkan kebijakan pemerintah daerah dalam meresponi kegiatan usahatani petani didominasi oleh kategori kurang responsif 68,83%. Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah daerah kadang-kadang ada respon dalam segala hal yang berhubungan dengan pemasaran hasil panen, permasalahan teknis dan non teknis dan pembinaan yang berkelanjutan. 2.4. Semakin tersedia sarana produksi inovasi teknologi PTT padi sawah, maka secara positif akan mempengaruhi tingkat adopsi inovasi teknologi PTT padi sawah. Ketersediaan sarana produksi PTT padi sawah tingkat capaian persentasenya 46,26%, tingkat capaian berada pada kategori kadang-kadang tersedia. Semakin tersedia sarana produksi inovasi teknologi PTT padi sawah maka secara positif akan mempengaruhi tingkat adopsi inovasi teknologi PTT padi sawah. Distribusi petani berdasarkan ketersediaan sarana produksi bagi petani PTT padi sawah didominasi oleh kategori kadang-kadang tersedia 92,53%. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan sarana produksi di lokasi penelitian sudah tersedia tetapi masih belum terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam berusahatani seperti

289 ditunjukkan dalam tersedia sarana produksi (ketersediaan lahan, benih padi, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja, lembaga keuangan dan adanya bantuan dari pemerintah). 3. Tingkat keberdayaan petani PTT padi sawah di Sumatera Barat menunjukkan bahwa tingkat capaian 49,56% yang termasuk pada kategori kadang-kadang. 4. Semakin tinggi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah akan meningkatkan keberdayaan petani. Tingkat keberdayaan petani berdasarkan pada kemandirian pengetahuan (intelektual), kemandirian materi dan kemandirian manajemen. 8.2 Implikasi Penelitian Implikasi dari penelitian dampak adopsi teknologi PTT padi sawah terhadap keberdayaan petani ini adalah berupa kontribusi akademik untuk penelitian lebih lanjut yang berkembang dan sebagai pedoman bagi pengambil kebijakan dalam merumuskan pembangunan pertanian tanaman pangan khususnya tanaman padi sawah untuk menuju swasembada pangan. 8.2.1 Kontribusi dalam Keilmuan Mengadopsi teknologi pertanian petani harus melalui suatu proses mental dan perubahan perilaku, baik berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (phsycomotoric) pada diri seseorang sejak dia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya. Memang tidak mudah merubah perilaku petani, tetapi dengan cara yang tepat dan diiringi dengan percontohan yang

290 sederhana keberhasilannya nyata dilihat, petani akan cepat mengadopsi teknologi tersebut tanpa dikomando. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan keterampilannya (Mardikanto, 1991), Suatu inovasi teknologi didesiminasikan kepada pengguna tingkat penerapannya tidak semudah yang dibayangkan, banyak hal yang mempengaruhi teknologi tersebut untuk dapat diadopsi petani. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi petani PTT padi sawah di Sumatera Barat mengadopsi inovasi teknologi dalam kategori kurang sesuai dengan anjuran teknis, dimana petani mengadopsi teknologi tidak sepenuhnya tapi sesuai dengan kemampuan petani tersebut dalam menerapkannya, karena petani mempunyai berbagai keterbatasan. Keterbatasan yang dimiliki petani seperti pada karekteristik dari petani itu sendiri dimana petani dominan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah yaitu tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan tanggungan keluarga berkisar antara 3-4 orang yang masih membutuhkan biaya pendidikan dan kebutuhan keluarganya. Sikap petani yang masih ragu-ragu dalam menerapkan teknologi. Kurangnya motivasi petani untuk mengadopsi inovasi teknologi, kurang dinamis petani didalam kelompok, ragu-ragu mengakui sifat keunggulan teknologi yang dianjurkan, kurang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama-sama dalam kelompoknya dan dalam penerapan inovasi teknologi dan kurang terlayani petani oleh petugas lapang.

291 Pembaharuan konsep proses adopsi oleh Rogers (1983) menekankan kelanjutan alamiah dari adopsi suatu inovasi. Model keputusan inovasi yang terdiri dari lima fungsi atau tahapan yaitu: 1. Tahap pengetahuan (knowledge), tahapan penerimaan inovasi dimulai dari pengetahuan ketika seseorang mengetahui adanya suatu inovasi dan memahami fungsi dari inovasi tersebut. Tahap ini merupakan tahap seseorang individu diarahkan untuk memahami eksistensi dan manfaat dari bagaimana suatu inovasi berfungsi. Tahap dimana seseorang sadar, tahu, bahwa ada sesuatu inovasi. 2. Tahap membujuk (persuasi), tahap bujukan merupakan tahap ketika seseorang seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahui, apakah dirinya menyukai atau tidak. Pada tahap ini seseorang membentuk sikap baik atau tidak baik. Bujukan ini umumnya berasal dari luar diri yang berusaha mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk menyukai inovasi. Bujukan yang berhasil mengubah sikap dan perilaku seseorang ditujukan dengan sikap menyukai inovasi tersebut. Sebaliknya, bujukan yang kurang berhasil membuat seseorang tidak menyukai inovasi. 3. Tahap pengambilan keputusan (decision), tahap dimana seseorang membuat keputusan menerima atau menolak inovasi teknologi yang dimaksud. Pada tahap ini seseorang terlibat dalam aktifitas yang mengarah kepada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. Hal ini memperlihatkan bahwa seseorang atau kelompok tidak selalu berakhir pada keputusan adopsi seperti yang terdapat pada

292 proses adopsi dalam pandangan tradisional. Tahapan ini terbuka kemungkinan seseorang individu atau kelompok untuk sampai pada keputusan mengadopsi atau menolak inovasi teknologi. 4. Tahap implementasi (implementation), tahap seseorang melaksanakan keputusan yang dibuatnya mengenai sesuatu inovasi teknologi. Pada tahap ini seseorang individu menetapkan penggunaan suatu inovasi teknologi. 5. Tahap konfirmasi (confirmation), tahap dimana seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang telah diambil tersebut. Pada tahap konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini seseorang individu mencari penguat terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. Tujuannya untuk menguatkan keputusan yang telah diambil sebelumnya. Tujuan untuk menguatkan keputusan yang sudah diambil tepat atau belum. Berdasarkan hal tersebut dukungan dari pihak lain atau hasil pengalaman dari pihak lain menjadi sangat penting. Hasil temuan menunjukkan perspektif baru atas konsep proses adopsi oleh Rogers (1983) dimana terdapat perbedaan yang ditemui dilapangan yaitu petani setelah mengetahui adanya inovasi teknologi tidak menerapkan sepenuhnya inovasi teknologi tersebut. Namun petani juga tidak menolak teknologi baru, tetapi tidak menerapkan sepenuhnya teknologi baru tersebut. Petani menerapkan inovasi teknologi tidak sepenuhnya sesuai anjuran tetapi disesuaikan dengan kemampuan

293 sumberdaya dari petani sendiri dan kebiasaan yang telah mereka lakukan sebelum adanya teknologi baru. Berdasarkan deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah dimana kebijakan pemerintah daerah kadang-kadang respon dan kadang-kadang tidak respon dalam mengatur kegiatan usahatani petani, baik merespon permasalahan teknis dan non teknis yang dihadapi petani. Ketersediaan sarana produksi bagi petani PTT padi sawah kadang-kadang tersedia dan kadang-kadang tidak tersedia, sehingga petani yang respon dengan inovasi teknologi menjadi kurang semangat dalam mengadopsi inovasi teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Van den Ban dan Hawkins (1999) Keputusan petani untuk menerapkan maupun menolak mengadopsi inovasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bukan hanya berasal dari diri individu petani melainkan dapat juga yang ada diluar diri individu. Berbagai faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi antara lain adalah sifat-sifat inovasi, tipe keputusan inovasi, saluran komunikasi, ciri sistem sosial, gencarnya usaha agen pembaru dalam mempromosikan inovasi. Hasil penelitian penulis tentang faktor faktor yang berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi PTT padi sawah adalah partisipasi petani, dinamika kelompoktani, kebijakan pemerintah daerah dan ketersediaan sarana produksi. Sedangkan faktor-faktor sikap petani, motivasi, sifat teknologi, pelayanan penyuluhan, tidak nyata pengaruhnya terhadap tingkat adopsi teknologi PTT padi

294 sawah pada lokasi penelitian. Soekartawi (2005) menyebutkan terdapat beberapa hal penting yang juga mempengaruhi adopsi inovasi. Cepatnya proses adopsi inovasi juga sangat tergantung dari faktor intern dari adopter itu sendiri, antara lain: umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalism, sistem kepercayaan tertentu dan kateristik psikologi. Pada sikap petani terhadap inovasi teknologi PTT padi sawah terlihat petani masih belum mendukung sepenuhnya tehadap inovasi teknologi karena berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti kurangnya keyakinan petani mengenai inovasi teknologi (kognitif), perasaan mengenai inovasi teknologi (afektif) dan kecenderungan untuk menerapkan inovasi teknologi (konatif) dari petani sendiri. Petani juga belum penuh motivasinya dalam menerapkan inovasi teknologi PTT padi sawah ini dengan tingkat kategori sedang. Petani kategori sedang keinginanannya untuk berprestasi, berkuasa dan berkeinginan untuk berafiliasi. Newstrom dalam Ibrahim dkk (2003) menyatakan seseorang akan lebih termotivasi bila orang tesebut sedang berusaha mencari atau memenuhi kebutuhan yang sedang dicari daripada kebutuhan yang sudah dapat mereka penuhi. Motivasi petani PTT padi sawah belum bisa memenuhi sepenuhnya teori tiga kebutuhan oleh David Mc. Cleland teori ini menyatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa orang mempunyai tiga jenis kebutuhan yaitu Need for achievement (n Ach) atau kebutuhan mencapai

295 kemajuan/prestasi, yaitu bahwa setiap orang ini dipandang sebagai orang yang berhasil dalam kehidupannya. Need for power (n Po) atau kebutuhan akan kekuasaan menampakkan dirinya pada keinginan untuk mencapai pengaruh terhadap orang lain. Need for Affiliation ( n Aff) atau kebutuhan efiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan ini tercermin pada keinginan untuk bersahabat dan berinteraksi dengan orang lain. Faktor sifat inovasi teknologi PTT padi sawah tidak nyata pengaruhnya terhadap tingkat adopsi teknologi, pencapaian persentasenya dalam kategori kadangkadang. Berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti petani belum merasakan secara maksimal keuntungan dari usahataninya, kerumitan dalam pelaksanaan usahataninya lebih dirasakan oleh petani, kemudahan untuk dicobakan dan diamati. Faktor pelayanan penyuluhan pada inovasi teknologi PTT padi sawah pencapaian persentasenya dalam kategori kadang-kadang. Hal ini berarti pelayanan penyuluhan belum mampu mempercepat penyerapan inovasi teknologi PTT padi sawah, karena belum optimalnya pelayanan penyuluhan yang diterima petani yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti metode penyuluhan yang belum tepat sasaran, pendekatan ke petani yang belum tepat, materi penyuluhan yang kurang sesuai dengan kebutuhan petani dan bimbingan teknis dilapangan yang makin berkurang sehingga inonasi teknologi masih relatif rendah tingkat adopsinya. Keberdayaan masyarakat tani merupakan suatu keadaan daya, kemampuan individu dan masyarakat untuk berusahatani secara mandiri. Hasil temuan baru dalam

296 penelitian ini terlihat bahwa tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah berdampak terhadap keberdayaan petani. Peningkatan dan pengurangan tingkat adopsi teknologi PTT padi sawah oleh petani akan mempengaruhi keberdayaan petani. Wilson (1996), memaparkan 4 tahapan dalam proses pemberdayaan sebagai berikut: Awakening atau penyadaran, pada tahap ini masyarakat disadarkan akan kemampuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki serta rencana dan harapan akan kondisi mereka yang lebih baik dan efektif. Understanding atau pemahaman, lebih jauh dari tahapan penyadaran masyarakat diberikan pemahaman dan persepsi baru mengenai diri mereka sendiri, aspirasi mereka dan keadaan umum lainnya. Proses pemahaman ini meliputi proses belajar untuk secara utuh menghargai pemberdayaan dan tentang apa yang dituntut dari mereka oleh komunitas. Harnessing atau memanfaatkan, setelah masyarakat sadar dan mengerti mengenai pemberdayaan, saatnya mereka memutuskan untuk menggunakannya bagi kepentingan komunitasnya. Using atau menggunakan keterampilan dan kemampuan pemberdayaan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Disini belum rincinya penjelasan tentang hasil dari pemberdayaan masyarakat, hasil penelitian yang dilakukan lebih rinci yang mengarah kepada keberdayaan masyarakat melalui kemandirian dari masyarakat yaitu kemandirian intelektual, kemandirian manajemen dan kemandirian materi. Menurut Sulistyani, (2004) bahwa keberdayaan masyarakat adalah kemampuan individu dan masyarakat untuk menjadi mandiri meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

297 8.2.2 Implikasi Kebijakan Penelitian ini memberikan masukan dalam penerapan teknologi PTT padi sawah, berdasarkan hasil penelitian diketahuinya komponen-komponen teknologi yang harus mendapat perhatian karena pada kategori tidak sesuai teknis dan kurang sesuai anjuran teknis, dimana petani belum sepenuhnya dalam penerapan teknologi anjuran, sehingga bisa dirancang strategi sistem diseminasi teknologi PTT padi sawah yang tepat dan berkelanjutan. Ada beberapa hal yang menjadi prioritas perhatian dalam tingkatan adopsi komponen teknologi PTT padi sawah dilokasi penelitian yaitu pada komponen teknologi penggunaan pupuk yang berimbang masuk kategori tidak sesuai anjuran teknis, perlu diupayakan bagaimana pupuk bisa diperoleh oleh petani dengan jalan pengelolaannya melalui kelompoktani dan berbagai kemudahan lainnya. Komponen teknologi pengaturan air secara berselang, perlindungan tanaman, cara dan tata tanam, persemaian benih, penggunaan benih termasuk pada kategori kurang sesuai anjuran teknis dan hanya panen dan pasca panen yang sudah sesuai anjuran teknis dalam penerapannya. Diketahuinya komponen teknologi yang belum sesuai dengan anjuran teknis maka menjadi skala prioritas bagi pihak terkait dalam pembinaan kepada petani PTT padi sawah. Meningkatnya adopsi teknologi PTT padi sawah oleh petani akan menunjang program pemerintah melakukan swasembada padi dan

298 keberdayaan masyarakat tani di Sumatera Barat. Meningkatnya adopsi teknologi di masyarakat tani akan dapat meningkatnya produksi dan pendapatan petani. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi PTT padi sawah adalah partisipasi petani, dinamika kelompoktani, kebijakan pemerintah daerah dan ketersediaan sarana produksi. Pada partisipasi petani dalam mengadopsi teknologi masuk kategori kadang-kadang partisipasinya 51%. Capaian nilai pada partisipasi hampir merata di tiap-tiap indikator, mulai dari keterlibatan petani dalam mengambil keputusan untuk menerapkan inovasi teknologi bersama-sama didalam kelompok, keterlibatan petani dalam menerapkan inovasi teknologi, keterlibatan petani dalam pencapaian hasil dan melakukan evaluasi terhadap inovasi teknologi anjuran (Tabel.6.9). Pada dinamika kelompoktani tingkat capaiannya adalah 49,15% termasuk pada kategori kadang-kadang dinamis. Hal ini menunjukkan bahwa kedinamisan pada kelompoktani PTT padi sawah sudah berjalan tetapi masih belum secara maksimal, masih adanya petani bekerja secara sendiri-sendiri dalam usahataninya. Kerjasama dalam kelompok menimbulkan rasa kebersamaan yang tinggi, sehingga memungkinkan munculnya gagasan-gagasan atau ide-ide untuk mencapai tujuan. (Tabel 6.5). Kebijakan pemerintah daerah dalam merespon petani PTT padi sawah menunjukkan capaian 46,47%, capaian ini termasuk pada kategori kadang-kadang. Demikian juga pada semua indikator kebijakan pemerintah daerah terhadap petani

299 capaian persentasenya pada kategori kadang-kadang seperti pemasaran hasil, mengatasi permasalahan teknis dan non teknis dan melakukan pembinaan yang berlanjut (Tabel 6.13). Berdasarkan tingkat capaian adopsi teknologi PTT padi sawah, tingkat keberdayaan petani, faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi dan dampak tingkat adopsi teknologi inovasi PTT padi sawah terhadap keberdayaan petani di provinsi Sumatera Barat sangat perlu pembinaan lanjutan, sehingga keberhasilan suatu program pertanian akan dapat diwujudkan.