I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertanian telah menetapkan 4 sukses Pembangunan
|
|
- Djaja Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 sukses Pembangunan Pertanian yaitu 1. swasembada dan swasembada berkelanjutan, 2. diversifikasi pangan, 3. peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, dan 4. peningkatan kesejahteraan petani. Upaya peningkatan kesejahteraan petani dilakukan dengan berbagai program dan salah satu kegiatan tersebut adalah penyuluhan pertanian. Kementerian Pertanian melakukan pencanangan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian oleh Menteri Pertanian tanggal 3 Desember 2005 di Sembawa Sumatera Selatan dan Pencanangan Kebangkitan Penyuluh Pertanian pada bulan April 2006 di Tegal, Jawa Tengah. Dukungan lain dalam revitalisasi pembangunan adalah dengan terbitnya Undang-Undang No 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K). Salah satu unsur dalam Revitalisasi Penyuluhan Pertanian adalah evaluasi dan penyempurnaan metode penyuluhan pertanian. Metode penyuluhan merupakan salah satu unsur penyuluhan yang menjadi perhatian untuk mendukung Pembangunan Pertanian. Kegiatan penyuluhan di Daerah Istimewa Yogyakarta disajikan seperti tabel 1.1 berikut ini:
2 2 Tabel 1.1 Jumlah Penerapan Metode Penyuluhan Pertanian tahun di Daerah Istimewa Yogyakarta (Unit/paket). Metode Bantul GunungKidul Sleman Kulon Progo Pelatihan Studi Banding Demonstrasi Sekolah Lapang Temu Teknis Temu Usaha Temu Lapang Pengujian Magang Anjangsana Jumlah Sumber : Diolah dari berbagai sumber (2010) Kabupaten Kulon memiliki frekuensi penerapan metode pelatihan, studi banding dan demonstrasi paling tinggi dibandingkan kabupaten lain. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta telah menerapkan berbagai macam metode penyuluhan pertanian dengan frekuensi yang relatif tinggi. Tingginya kegiatan penyuluhan selama tahun adalah karena adanya bantuan dari National Agriculture Extension Project (NAEP) Kementerian Pertanian, kerjasama dengan PT. Petro Kimia, Perusahaan Benih Jagung BISI Kediri, PT. Pertamina, dan PLN. Kulon Progo memiliki luas ha, yang terdiri dari lahan sawah seluas ha dan kebun ha, merupakan lahan potensial untuk pengembangan budidaya tanaman pangan. Tabel 1.1 memberikan informasi bahwa metode pelatihan, studi banding dan demonstrasi merupakan tiga metode penyuluhan yang banyak diterapkan. Menurut laporan BIPP Kulon Progo (2006), belum diketahui pengaruh pelatihan, studi banding dan demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan, sikap,
3 3 ketrampilan, motivasi, partisipasi, dan penerapan materi penyuluhan oleh petani. Pengaruh penyuluhan tersebut penting sebagai salah satu bahan penyusunan programma penyuluhan pertanian. Petani peserta penyuluhan pertanian di Kulon Progo adalah anggota kelompok tani yang mempunyai aktivitas berupa perencanaan kegiatan kelompok, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi anggota diperlukan pada kegiatan tersebut agar dapat berjalan. Berdasarkan Laporan BIPP Kulon Progo (2006), belum diketahui tingkat partisipasi petani pada kegiatan kelompok tani setelah mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Materi penyuluhan pada metode pelatihan, studi banding dan demonstrasi banyak ragamnya. Materi inovasi yang paling banyak dilaksanakan pada metode pelatihan, studi banding dan demonstrasi serta lokasi petani peserta penyuluhan disajikan pada tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 Materi inovasi paling banyak pada metode pelatihan, studi banding, demonstrasi di kabupaten Kulon Progo tahun Metode Materi inovasi Wilayah yang paling banyak Pelatihan Budidaya Padi Temon, Wates, Panjatan, Galur, Nanggulan, Kalibawang, Lendah, Pengasih dan Samigaluh. Studi Banding Budidaya Temon, Panjatan, Lendah, Jagung Girimulyo, Galur, Wates, Demonstrasi Cara Pembuatan Pupuk Kandang Sumber : Analisis laporan BIPP Kulon Progo Pengasih, Samigaluh Temon, Wates, Panjatan, Galur, Nanggulan, Kalibawang, Lendah, Pengasih, Girimulyo, Kokap, Sentolo, dan Samigaluh.
4 4 Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 kecamatan dan berdasarkan tabel 1.2 menjelaskan bahwa pelatihan budidaya padi banyak dilakukan di 9 kecamatan, studi banding jagung di 8 kecamatan, dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos di 12 kecamatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan laporan BIPP tahun 2006 dan penelusuran melalui diskusi dengan para penyuluh setempat, terdapat masalah utama dalam penelitian ini yakni belum diketahuinya pengaruh dari metode penyuluhan pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos terhadap pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, partisipasi, dan penerapan materi oleh petani. Perilaku petani yang terdiri dari pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, partisipasi dan penerapan materi dapat dipengaruhi oleh pelatihan budidaya padi. Studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos mempunyai pengaruh yang sama seperti pelatihan budidaya padi. Diharapkan tingkat pengetahuan petani akan meningkat setelah mengikuti penyuluhan dengan metode pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos. Materi inovasi yang relatif baru akan memberikan tambahan peningkatan pengetahuan lebih banyak dibandingkan materi yang sudah dikuasai petani. Unsur-unsur pengetahuan pada petani meliputi mengidentifikasi, menyebutkan dan memilih dari proses produksi dan faktor produksi. Tingkat pengetahuan petani setelah mengikuti pelatihan budidaya
5 5 padi adalah mampu mengidentifikasi, menyebutkan dan memilih meliputi persiapan tanam, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Persiapan tanam meliputi pengolahan tanah, pesemian, penyiapan pupuk, dan penyiapan alat sedangkan identifikasi pada masa pemeliharaan adalah penanaman, pengairan, pemupukan, penyulaman, penyiangan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Mengidentifikasi, menyebutkan dan memilih pada panen dan pasca panen adalah penentuan waktu panen, cara panen, alat panen, transportasi hasil panen, pengeringan, dan penyimpanan. Kegiatan penyuluhan dengan metode pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos akan merubah sikap petani. Sikap petani setelah mengikuti penyuluhan diharapkan berubah kearah yang lebih baik, dari menolak menjadi menerima, dari tidak mendukung menjadi mendukung, dan sebagainya. Sikap petani meliputi unsur kognitif, afektif dan konasi yang dapat diketahui setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dengan metode tersebut. Sikap dipengaruhi oleh individu dan lingkungannya, dan penyuluhan dengan metode pelatihan budidaya padi, studi banding jagung, dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sikap tersebut. Ketrampilan petani berkaitan dengan tingkat kecepatan dan ketepatan gerakan melakukan sesuatu dengan benar. Ketrampilan dapat dinilai dari penguasaan praktek yang diperoleh dalam penyuluhan. Penyuluhan dengan penyajian berupa pratek akan meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan petani. Pelatihan budidaya padi materi
6 6 disajikan lebih banyak berupa penyampaian secara teori dibandingkan praktek. Kegiatan praktek diberikan untuk mendukung penyampaian materi secara teori untuk meningkatkan ketrampilan. Studi banding budidaya jagung dilaksanakan dengan mengunjungi kepada petani lain yang dinilai berhasil karena menerapkan teknologi. Petani peserta studi banding dapat melakukan praktek pada aspek-aspek tertentu untuk memberikan pengalaman sehingga ketrampilannya bertambah. Petani yang dikunjungi menyediakan bahan dan alat untuk memberi kesempatan petani peserta studi banding melakukan praktek. Adanya kesempatan praktek bagi petani peserta studi banding dapat meningkatkan ketrampilan sekaligus dapat membandingkan dengan praktek yang biasa dilakukan dalam usahataninya. Motivasi petani merupakan dorongan untuk bertindak dengan menekankan pada kebutuhan akan keberadaan, kebutuhan akan kerjasama dan kebutuhan akan peningkatan untuk berkembang. Setiap petani pada umumnya berusaha untuk memenuhi akan kebutuhan tersebut sesuai dengan kemampuannya. Kebutuhan identitas diri merupakan kebutuhan untuk menunjukkan bahwa seseorang mempunyai profesi sebagai petani yang berada di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan akan bekerjasama merupakan kebutuhan setiap individu termasuk petani untuk berada dan bersama-sama dengan orang lain. Petani sebagai makhluk sosial dalam berusaha tani tidak dapat bekerja sendiri, tetapi memerlukan orang lain untuk melakukan kerjasama. Kebutuhan akan berkembang merupakan motivasi petani untuk meningkatkan
7 7 segala sesuatunya dalam berusaha tani. Kegiatan penyuluhan dengan metode pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos bertujuan memberikan motivasi pada petani untuk memenuhi kebutuhan akan identitas diri, kebutuhan akan bekerjasama dan kebutuhan akan berkembang. Pelatihan budidaya padi dengan penyajian materi secara teori dan praktek bertujuan untuk meningkatkan motivasi petani agar mencapai kebutuhan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Studi banding jagung dengan materi budidaya jagung bertujuan meningkatkan motivasi petani dari ketiga aspek tersebut sehingga dapat memberikan efek positif bagi petani. Demonstrasi pembuatan pupuk kompos bertujuan meningkatkan motivasi petani mengembangkan penggunaan pupuk organik dalam berusaha tani menuju pertanian yang lebih lestari. Partisipasi petani pada kelompok tani merupakan peran serta petani setelah mengikuti pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos. Partisipasi petani pada kelompok tani meliputi kegiatan perencanaan kegiatan, pelaksanaan, pembiayaan, dan ketaatan pada norma-norma kelompok. Tingkat penerapan materi oleh petani setelah mengikuti pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos bertujuan mendapatkan materi baru yang menguntungkan. Tingkat penerapan inovasi berkaitan dengan pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi dan partisipasi petani setelah mengikuti penyuluhan pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan
8 8 pupuk kompos. Penerapan materi pelatihan budidaya padi oleh petani mulai dari persiapan tanam, pemeliharaan tanaman serta penangangan panen dan pasca panen. Persiapan tanam meliputi pengolahan tanah, penyiapan benih, penyiapan pupuk, dan pengairan. Pemeliharaan meliputi pengairan, penyiangan, penyulaman, pengendalian organisme pengganggu tanaman, dan pemupukan. Penanganan panen dan pasca panen meliputi penentuan waktu panen, penyiapan alat dan sarana, cara panen, pengangkutan, pengeringan, dan penyimpanan hasil panen. Berdasarkan identifikasi dan uraian permasalahan bahwa dengan adanya pelatihan budidaya padi, studi banding budidaya jagung, dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos, belum diketahui pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, partisipasi, dan penerapan teknologi oleh petani. Secara spesifik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut; 1. Sejauhmana pengaruh pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos terhadap pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, partisipasi, dan penerapan materi?. 2. Sejauhmana pengaruh pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, dan partisipasi terhadap penerapan materi serta variabel-variabel tersebut saling mempengaruhi?. 1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan 1. untuk mengetahui pengaruh metode pelatihan budidaya padi,
9 9 metode studi banding jagung dan metode demonstrasi pembuatan pupuk kompos terhadap pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, partisipasi, dan penerapan materi oleh petani. 2. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, dan partisipasi terhadap tingkat penerapan materi oleh petani, 3. untuk mengetahui variabel-variabel tersebut saling mempengaruhi. Secara spesifik tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengukur besarnya pengaruh metode pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos terhadap pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, ketrampilan, dan penerapan materi. 2. Mengukur besarnya pengaruh pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, dan partisipasi terhadap penerapan materi serta variabelvariabel tersebut saling mempengaruhi. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini dapat berguna dalam pengembangan ilmu dan kebijakan pembangunan pertanian yaitu: 1. Menambah informasi dan pengetahuan dalam penyuluhan pertanian khususnya dalam pengembangan metode penyuluhan pertanian melalui pendekatan ilmu-ilmu sosial di bidang pertanian serta didapatkannya informasi tingkat efektifitas metode pelatihan, studi banding dan demonsrasi.
10 10 2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti, dan lembaga lain yang menangani penelitian untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai metode penyuluhan pertanian khususnya pendekatan pengaruh metode penyuluhan terhadap tingkat keberhasilan penyuluhan. 3. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan baik di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten dalam melakukan analisis berkaitan dengan adopsi inovasi yang berhubungan erat dengan metode penyuluhan. 4. Sebagai bahan dalam merumuskan strategi dan langkah-langkah oprasional dalam penyuluhan pertanian dengan memperhatikan tingkat pengaruh yang dicapai dari metode penyuluhan yang diterapkan. 1.5 Keaslian Penelitian Handayani, dkk (1998) melakukan penelitian tentang Efekvifitas Pelatihan Pengenalan Diri terhadap Penerimaan Diri dan Harga Diri. Penelitian ini dengan variabel bebas pelatihan pengenalan diri dan variabel tergantung penerimaan diri dan harga diri dengan mengambil responden 70 orang. Hasil penelitian ini adalah dalam proses pelatihan efektif untuk meningkatkan penerimaan diri dan harga diri. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa penerimaan harga diri dapat dianalogikan dengan penerimaan materi yaitu perubahan sikap menerima atau positif. Perubahan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi peserta tidak dilakukan penelitian.
11 11 Paembonan (2005) melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam program pemberdayaan kecamatan dan kelurahan di kecamatan Poasia kota Kendari. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dan kelurahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dapat dikategorikan dalam bentuk pengambilan keputusan, pelaksanaan dalam penyusunan rencana, menikmati hasil dan evaluasi. Partisipasi dapat berupa penyampaian usul, saran, dan pendapat. Pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi lebih senang berpartisipasi pada kegiatan perencanaan. Partisipasi tokoh masyarakat akan mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu semakin aktif tokoh masyarakat akan semakin tinggi partisipasi masyarakat. Penelitian tentang partisipasi petani pengaruh pembiayaan, pelaksanaan dan kepatuhan terhadap norma kelompok tidak dilakukan. M. Assad dan Buchori Sibuea ( (2000) melakukan penelitian tentang partisipasi petani pada pelaksanaan program intensifikasi padi sawah di kecamatan Perbauran Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat, bentuk, dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani pada pelaksanaan program intensifikasi padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi cukup baik dengan menerapkan 5-6 unsur dari 10 unsur teknologi yang harus diterapkan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat partisipasi petani pada pelaksanaan program intensifikasi
12 12 termasuk katagori cukup baik dengan 5-6 unsur dari 10 unsur teknologi yang harus diterapkan. Hasil penelitian ini melaporkan tentang partisipasi petani pada pelaksanaan, untuk perencanaan, pembiayaan, evaluasi dan kepatuhan terhadap norma kelompok tidak dilakukan. Penelitian tentang penerapan teknologi yang telah dilakukan para peneliti terdahulu yaitu Hendayana (1998), menjelaskan bahwa untuk mengadopsi Sistem Usahatani Berbasis Padi Berwawasan Agribisnis ditentukan faktor internal yaitu sikap dan tujuan dalam melakukan usahatani. Sikap petani berkaitan dengan karakteristik petani, sedangkan tujuan melakukan usahatani untuk meningkatkan pendapatan. Menurut Departemen Pertanian (2001), tingkat penerapan teknologi pada usahatani petani akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi sebagai dampak dari mengikuti penyuluhan pertanian. Perubahan tersebut adalah dari penerapan teknologi yang rendah menjadi penerapan teknologi yang tinggi. Adjid (1985), menjelaskan bahwa petani mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi pada kegiatan kelompok tani setelah mengikuti penyuluhan pertanian dan partisipasi ini akan berpengaruh pada kegiatan usahataninya. Wijayanto (2005), menguraikan bahwa upaya untuk mempercepat proses alih teknologi kepada petani dengan lebih efektif dan efisien diperlukan partisipasi mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berdasarkan permasalahan pentingnya pengaruh metode penyuluhan pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan
13 13 pupuk kompos maka perlu untuk diteliti. Penelitian ini akan fokus pada pengaruh pelatihan budidaya padi, studi banding jagung dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos terhadap pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, partisipasi, dan penerapan materi inovasi setelah mengikuti penyuluhan tersebut. Pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, dan partisipasi mempengaruhi tingkat penerapan materi setelah mengikuti penyuluhan serta variabel-variabel tersebut saling mempengaruhi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan dan secara spesifik penelitian ini mengandung keaslian mengingat pengaruh metode pelatihan budidaya padi, studi banding jagung, dan demotrasi pembuatan pupuk kompos mempunyai karakteristik variabel yang diteliti. Permasalahan, kombinasi variabel, kondisi petani responden merupakan spesifikasi dengan penekanan pada pengaruh metode tersebut terhadap pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, partisipasi, dan penerapan materi penyuluhan. Di kabupaten Kulon Progo juga belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh metode pelatihan budidaya padi, studi banding jagung, dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos terhadap pengetahuan, sikap, ketrampilan, motivasi, partisipasi, dan penerapan materi penyuluhan.
I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kakao merupakan tanaman perkebunan yang memiliki peran cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa
Lebih terperinciPROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013
Lampiran Surat Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan No :... Tanggal 10 Juli 2013 PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013 NO PROGRAM/KEGIATAN URAIAN/FASILITASI
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat
xvi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat buah naga menurut Cahyono (2009) adalah sebagai penyeimbang kadar gula darah, menurunkan dan
Lebih terperinciIV. BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
IV. BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN Tabel 4.1a DATA SURAT PERNYATAAN PENGELOLA LINGKUNGAN (SPPL) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPETN KULON PROGO NO. KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO BUPATI KULON PROGO,
BUPATI KULON PROGO KEPUTUSAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 215 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 59 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TANDA NOMOR KENDARAAN
Lebih terperinciTarget Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Data Capaian Indikator Kinerja Indikator. Program dan. pada Tahun Kode
Tabel 5.2. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Pertanian dan Kehutanan (Sumber Dana APBD Tujuan Sasaran Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN A.
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai
Lebih terperinciMODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI
MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO. Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KULONPROGO A. Keadaan Geografis 1. Letak dan keadaan fisik Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten / kota di Propinsi D.I. Yogyakarta
Lebih terperinciSD SLTP SLTA SARJANA / DIPLOMA TOTAL L P L P L P L P L P 1 TEMON
V. BIDANG EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN TABEL 5.1. a JUMLAH ANGKATAN KERJA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015 No. Sumber Data : DINAS NAKERTRAN KABUPATEN
Lebih terperinciTabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015
2. Urusan Kehutanan 1) Realisasi Fisik dan Keuangan Pada tahun 2015, Program dan Kegiatan Urusan Kehutanan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan berjumlah 2 program yang terbagi menjadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...
Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 12 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO Menimbang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO
BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan untuk sumber pangan, pakan ternak, sampai untuk bahan baku berbagai industri manufaktur dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usahatani. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani, pemerintah Indonesia
I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan pertanian terutama pembangunan subsektor tanaman pangan dan hortikultura, bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan petani yang dapat dicapai melalui upaya peningkatan
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran
283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian jika ditinjau dari struktur perekonomian nasional menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam kontribusinya terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang
Lebih terperinciGambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting
Dari hasil analisi sensitivitas, maka diketahui bahwa air merupakan paremater yang paling sensitif terhadap produksi jagung, selanjutnya berturut-turut adalah benih, pupuk, penanganan pasca panen, pengendalian
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 72 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infrastruktur, ekonomi, kapasitas sumber daya, dan lain-lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, setiap daerah dituntut untuk lebih meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya dalam rangka peningkatan perekonomian
Lebih terperinciBUPATI KULON PRO GO KEPUTUSANBUPATIKULONPROGO NOMOR Z / A / 2.16 TENTANG
BUPATI KULON PRO GO KEPUTUSANBUPATIKULONPROGO NOMOR Z / A / 2.16 TENTANG PENUNJUKAN PENGGUNA ANGGARANjPENGGUNABARANG PADA SATUANKERJA PERANGKATDAERAHKABUPATENKULONPROGO TAHUNANGGARAN2016 BUPATIKULONPROGO,
Lebih terperinciDINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO REKAP PESERTA UJIAN NASIONAL SMK TAHUN AJARAN 2012/2013 ** DAFTAR CALON PESERTA UJIAN NASIONAL **
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO REKAP PESERTA UJIAN NASIONAL SMK TAHUN AJARAN 2012/2013 ** DAFTAR CALON PESERTA UJIAN NASIONAL ** No. Wilayah Program Studi 1 04-03-101-SMK NEGERI 1 PENGASIH 2089
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : Google Map Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates Pada gambar diatas terdapat lingkaran merah yang merupakan lokasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TANDA NOMOR KENDARAAN PERORANGAN DINAS DAN KENDARAAN DINAS JABATAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya
TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga
Lebih terperinciModel Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija
Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 mencanangkan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)
Lebih terperinciRencana Umum Pengadaan
Rencana mum Pengadaan (Melalui Penyedia) K/L/D/I : Kabupaten Kulon Progo Satuan Kerja : DINAS PERTANIAN DAN KEHTANAN Tahun Anggaran : 2016 1. Konservasi dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Pengadaan Pupuk
Lebih terperinciPROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO Jln. Ki Josuto, Kulon Progo, 55611 Tlp. (0274) 774535 KATA PENGANTAR Penyusunan Profil Data Pendidikan merupakan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran
31 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi merupakan salah satu program pemerintah (dalam hal ini Kementrian Pertanian) untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciPENETAPAN KUOTA ROMBONGAN BELAJAR KELAS X JENJANG SMK PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Lampiran : 4 Keputusan Bersama Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kulon Progo Tentang Pedoman Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Satuan Pendidikan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari
Lebih terperinciPERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA
PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang
Lebih terperinciDASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)
DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM AGRONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekenomian masyarakat selalu mengalami pasang-surut sehingga berpengaruh pada tingkat kesejahteraan wilayahnya. Hal tersebut karena perekonomian masyarakat yang masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup karena
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tanah memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup karena setiap makhluk hidup baik tanaman dan makhluk hidup lainnya sangat memerlukan tanah. Tanah merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan
Lebih terperinciBAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI
BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 14 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN jiwa dengan kenaikan 1,49% per tahun. 1 Upaya pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan peringkat ke empat di dunia yang memiliki jumlah penduduk terbesar. Dari hasil sensus 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU,
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Kulon Progo 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah a. Visi Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 disebutkan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. 1. Letak Geografis Kabupaten Kulon Progo. wilayah ini, diharapkan akan lebih mudah memahami tingkah laku dan
BAB IV GAMBARAN UMUM 1. Letak Geografis Kabupaten Kulon Progo Untuk memahami kharakteristik sosial dan ekonomi masyarakat di Kabupaten Kulon Progo, perlu adanya deskripsi atau gambaran umum tentang Kabupaten
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu komponen dalam upaya pembangunan suatu wilayah. Transportasi menjadi sektor tersier, yaitu sektor yang menyediakan jasa pelayanan
Lebih terperinciPeran Penyuluh Dalam Upaya Meningkatkan Produktifitas Padi Mendukung Swasembada Pangan
Dalam upaya swasembada pangan, Kementerian Pertanian menerapkan 4 startegi dalam meraih surplus beras 10 juta ton yaitu perbaikan manajemen, peningkatan produktifitas, perluasan areal, pengelolaan lahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1,26 miliar perokok di seluruh dunia pada saat ini, dan 800 juta orang perokok tersebut tinggal di negara berkembang. Apabila tidak ada penanganan yang
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara
BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara TEMU LAPANG PETANI DALAM RANGKA PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN PENYULUHAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) Wates, 06 Desember 2012 Assalamu alaikum
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur
Lebih terperinciPeluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta
Peluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta Murwati dan Sutardi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta E-mail: Me.mur_wati@yahoo.co.id Abstrak Penelitian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TANDA NOMOR KENDARAAN PERORANGAN DINAS DAN KENDARAAN DINAS JABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Kabupaten Kulonprogo dengan ibu kotanya berada di Kota Wates memiliki luas wilayah 598.627.512 ha (586,28 km 2 ), terdiri dari 12 kecamatan 87 desa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor pertanian, sektor ini meliputi aktifitas pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN : 009 SERI : E Menimbang : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 5 TAHUN 009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU PADA PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciRealisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan
Tabel 5.1. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Pertanian dan Kehutanan (Sumber Dana APBD Kabupaten Tujuan Sasaran Target Rp Target Rp Target 1
Lebih terperinciProgram Bina Pembangunan Daerah a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor: SP DIPA /2015 tanggal 14 November 2014.
B. Tugas Pembantuan 1) Dasar Hukum Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan (Satuan Kerja Tanaman Pangan) a. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Dinas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.
Lebih terperinciKAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN Sahardi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama yang mampu menyediakan dan memenuhi kebutuhan akan pangan secara langsung bagi sebuah negara. Kemajuan dan perkembangan pada sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai yang tinggi, baik sebagai penyangga kebutuhan, perlindungan ekologi, jasa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat besar pengaruhnya terhadap stabilitas lingkungan dan kebutuhan hidup manusia. Hutan juga memiliki nilai yang tinggi, baik
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciPEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010
PEKAN SEREALIA NASIONAL I 26-30 JULI 2010 Kerjasama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Badan Litbang Kementerian Pertanian 2010 PENDAHULUAN Pemanasan global yang melanda dunia dalam dasa warsa terakhir
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciSTRATEGI PENCAPAIAN UPAYA KHUSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI SUKOHARJO (STUDI KASUS DI DALANGAN TAWANGSARI)
1 STRATEGI PENCAPAIAN UPAYA KHUSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI SUKOHARJO (STUDI KASUS DI DALANGAN TAWANGSARI) Oleh S u j o n o BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan bidang yang perlu diperhatikan oleh suatu Negara, hal ini karena pertanian sumber kehidupan bagi penduduk suatu Negara. Pertanian menyediakan bahan
Lebih terperinciBunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119
1 KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) PADI Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi
Lebih terperinciAndi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:
PROSES DISEMINASI TEKNOLOGI EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI KELURAHAN KEMUMU KECAMATAN ARGAMAKMUR KABUPATEN BENGKULU UTARA Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi
Lebih terperinciPENGELOLAAN TANAMAN TERPADU
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian terbagi atas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat sebagai pengguna jasa penyuluhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat sebagai pengguna jasa penyuluhan dalam hal ini adalah petani.
Lebih terperinci