BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia, banyak masalah dan penderitaan yang dialami bangsa ini. Yang termasuk menonjol adalah dalam aspek ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang bangkrut, perbankan yang dilikuidasi dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur. Penyebab dari krisis ini, menurut Tarmidi (1999:1), bukanlah karena fundamental ekonomi yang lemah saja, tetapi karena utang swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah yang cukup besar. Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat adanya spekulasi dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah yang besar dan secara bersamaan sehingga permintaan akan dollar meningkat, ditambah lagi dengan banyak terjadinya bencana alam yang mengakibatkan nilai tukar rupiah yang semakin lemah. Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis dalam bentuk rasio rasio keuangan. Foster (1986) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan yaitu : 1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu 1
2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan 3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan 4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress). Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat maka dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk penelitian yang menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu penelitian penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan kinerja perusahaan seperti kebangkrutan Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi : 1. untuk keputusan investasi dan kredit, 2. mengenai jumlah dan timing arus kas, 3. mengenai aktiva dan kewajiban, 4. mengenai kinerja perusahaan, 5. mengenai sumber dan penggunaan kas, 6. penjelas dan interpretif, serta 7. untuk menilai stewardship. Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan. Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan. 2
Dalam praktek dan dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan, kesulitan semacam ini bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) yang merupakan kesulitan keuangan yang palingringan sampai ke pernyataan kebangkrutan yang merupakan kesulitan paling berat. Berikut ini adalah empat kategori kebangkrutan perusahaan : Tabel 1.1 Kategori kebangkrutan Kategori Tingkat bangkrut Bankrut I III Tidak dalam kesulitan keuangan II IV Dalam kesulitan keuangan Sumber : Hanafi dan Halim, 2000:263 Perusahaan yang berada dalam kategori II barang kali mengalami kesulitan, tetapi berhasil mengatasi masalah tersebut dan oleh karena itu tidak bangkrut. Perusahaan yang berada dalam kategori III sebenarnya tidak mengalami kesulitan keuangan tetapi karena sesuatu hal, misalkan: ingin mengatasi tekanan dari pekerja, perusahaan tersebut memutuskan untuk menyatakan bangkrut. Dengan situasi semacam ini nampak kebangkrutan bisa mempunyai pengertian yang tidak jelas. Pada situasi IV pengertian kebangkrutan relatif jelas, perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan karena itu bangkrut. Demikian juga pada situasi I, dalam hal ini perusahaan tidak mempunyai kesulitan keuangan dan tidak mengalami kebangkrutan. Tidak demikian halnya dengan situasi II dan III yang mempunyai pengertian yang kabur. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji maanfaat yang bisa dipetik dari analisis rasio keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968) merupakan penelitian awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Altman menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki indeks kebangkrutan 2,99 atau lebih maka perusahaan tidak termasuk perusahaan yang dikategorikan akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks kebangkrutan 1,81 3
atau kurang maka perusahaan termasuk kategori bangkrut. Dia menemukan ada lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Kelima rasio tersebut terdiri dari : cash flow to total debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to total assets, dan current ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio rasio tertentu, terutama likuidasi dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Model Altman ini dikenal dengan Z-score yaitu score yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Salah satu kelemahan Z-score model Altman ini adalah terletak pada penggunaan rasio EBIT. Pengungkapan dan pelaporan keuangan antara perusahaan yang satu dengan yang lain biasanya berbeda. Pada perusahan tertentu adakalanya besarnya biaya bunga tidak dinyatakan secara eksplisit sehingga EBIT sulit diterapkan, oleh karenanya harus menggunakan EBT (Earning Before Tax), dan ini bisa menyebabkan beragamnya data EBIT. Namun penulis melihat keadaan yang sangat ekstrim pada tahun 2005 hingga 2009 dikarenakan banyak perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami kebangkrutan sehingga mengharuskan perusahaan tersebut untuk melakukan merger bahkan mengharuskan perusahaan tersebut untuk gulung tikar, baik dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan contohnya manajemen yang kurang baik, dll maupun dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan contohya inflasi, dll. Seperti yang ditulis oleh Inuy Sebastian pada Blog nya yang membahas tentang kasus pailitnya PT.Dirgantara Indonesia tahun 2007 atau ada juga berita yang dilansir oleh harian Kompas pada tanggal 18 November tahun 2008, dimana membahas mengenai 50 perusahaan yang bangkrut di Jakarta, namun Kasudin Disnaker Jakarta utara menolak untuk memberikan informasi apa saja perusahaan yang dimaksud, karena rawan akan keresahan karyawan dari perusahaan yang dimaksud. Hal tersebut memicu pemikiran penulis untuk dapat mengetahui lebih dalam perihal kebangkrutan pada perusahaan. 4
Dengan alasan perusahaan yang terdaftar di JII sudah memenuhi syariat ekonomi islam dan mengingat keungguluan sistem ekonomi syariah yang tahan terhadap goncangan ekonomi juga siklus keuangan yang baik, tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan perusahaan tersebut tidak akan mengalami kebangkrutan, maka penulis ingin menganalisis rasio rasio keuangan apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat ancaman kebangkrutan perusahaan. Oleh karena itu penulis mengajukan proposal sebagai tugas akhir dengan judul: ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE 2005-2010. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang dapat diperoleh adalah: Seberapa besar ancaman kebangkrutan yang melanda perusahaanperusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) pada periode 2005 sampai 2009? Apakah variabel-variabel (Sales Growth, CR, ROI dan Leverage dan TATO) berpengaruh terhadap kebangkrutan perusahaan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)? Seberapa besar pengaruh Sales Growth, CR, ROI dan Leverage dan TATO terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui berapa besar tingkat prediksi kebangkrutan perusahaanperusahaan yang terdaftar di JII. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio keuangan, berupa sales growth, Current Ratio, Return of Investment, Leverage dan Total Asset 5
Turnover, terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan yang diukur dengan Zscore. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Berdasarkan perbandingan yang telah dianalisis pada perusahaan dan teori-teori yang ada tentang prediksi kebangkrutan perusahaan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori analisis laporan keuangan. 2. Bagi perusahaan Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam menjalani serta mengevaluasi aktivitas keuangan agar terhindar dari aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kebangkrutan perusahaan. 3. Bagi investor dan kreditur Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi investor dan kreditur dalam mengambil keputusan, 4. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi, acuan, pencerahan dan arah bagi peneliti selanjutnya. 6