BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo

BAB IV PROFIL KAMPUNG WONOREJO. sebagai nelayan atau petani tambak. Dengan perubahan waktu lambat laun

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA KEGIATAN KKN

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

IbM di KELURAHAN SISIR KOTA BATU (BUDIDAYA SAYURAN/TOGA ORGANIK)

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

maka terbentuklah komunitas pendidikan baca Al-qur an sebagai media

BAB III USULAN SOLUSI

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENGESAHAN PROPOSAL PKM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VII AKSI BERSAMA MENUJU MASANGAN BEBAS NARKOBA

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

PENERAPAN CPOTB DALAM PENGOLAHAN TANAMAN OBAT KELUARGA SEBAGAI RAMUAN HERBAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

Gambarlah bentuk bak mandi di rumahmu!

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI BERINGIN GANG HIJAU & POSYANDU RUMAH TOGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

BAB VI DINAMIKA PROSES MERENCANAKAN TINDAKAN DAN AKSI PERUBAHAN

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

Kebersihan Pangkal Kesehatan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK DALAM PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI PRODUK KERAJINAN TANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

BAB IV DESKRIPSI RENCANA PROGRAM

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN AKSI KAMPUNG BUAH KELURAHAN AKCAYA

PROFIL & KEGIATAN LINGKUNGAN RT 29 RW 07

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. seperti menghirup udara yang kurang baik dalam hal ini debu pemotongan batu

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman

JERAMI PADI UNTUK WAHANA BUDIDAYA BELUT DAN PUPUK ORGANIK.

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PELATIHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI KADER LINGKUNGAN DI DAS BRANTAS Sidoarjo, Mei 2016

Pemberdayaan Kader PKK dalam Penerapan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) Obat dengan Baik dan Benar

DAFTAR ISI PERNYATAAN...

PROPOSAL DESIGNING PROJECT PENANGANAN SAMPAH DAN PENCEMARAN SUNGAI BRANTAS DI KAWASAN SPLENDID-MALANG. Oleh. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

program kerja dilaksanakan tidak sesuai perencanaan dan sebelum diterima, didukung serta memberikan manfaat kepada masyarakat.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan data penelitian yang telah diuraikan, serta didasarkan

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

KOMUNITAS KAMPUNG GUDANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

BAB V ANALISIS DATA. analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

BAB III PELAKSANAAN, HASIL, DAN KENDALA KEGIATAN KKN PPM

BAB II TARGET DAN LUARAN

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PROSES MEWUJUDKAN EFEKTIFITAS POKMAS. untuk mengenali keadaan fisik maupun non fisik di sekitar masyarakat

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN TEKNIS PRUKAB KOMODITAS KOPI ROBUSTA TAHAP II (DUA) Di Desa Sidodadi, Nopember 2015

PEMANFAATAN BIOGAS UNTUK USAHA KEMANDIRIAN ENERGI RUMAH TANGGA SEKALIGUS IKUT SERTA DALAM UPAYA MENDUKUNG GERAKAN KONSERVASI LINGKUNGAN

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH BULU AYAM UNTUK PEMBUATAN PAKAN BEBEK

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

BAB III STUDI LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

Pendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB V MERANCANG DAN MEWUJUDKAN MIMPI KELOMPOK TANI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

Transkripsi:

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO A. Proses Pendampingan Awal mula pendamping datang ke Kampung Wonorejo ini yaitu bermaksud untuk bertemu dengan perangkat Kampung Wonorejo. Pada hari Sabtu tanggal 03 Oktober 2015 jam 16.30 WIB di kediaman Tedjo selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan kemudian mengajak untuk berdiskusi singkat bersama mengenai permasalahan yang ada di Kampung Wonorejo. Dengan antusias Tedjo mempersilahkan pendamping untuk mengutarakan maksud dan tujuan. Pendamping menjelaskan kepada Tedjo selama kurang lebih 45 menit. Setelah mendengar dan mengetahui niat baik pendamping, Tedjo menyarankan bersedia untuk berdiskusi bersama pada hari esoknya yaitu hari Minggu 04 Oktober 2015 jam 07.30 WIB. Pada hari Minggu, pendamping mendatangi kediaman Tedjo jam 07.45 WIB. Saat itu yang hadir dalam diskusi bersama adalah Narto selaku RT 04 dan Wulan selaku penggerak perempuan di Kampung Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri serta diiringi canda tawa yang cukup untuk mencairkan suasana. Selama 30 menit perkenalan telah berlalu antara pendamping dan perangkat Kampung Wonorejo, Tedjo mengawali pembicaraan pada pertemuan ini. Tedjo dalam hal mengutarakan maksud dan tujuan pendamping yaitu mengajak berdiskusi mengenai permasalahan 74

75 yang ada di Kampung ini. Serta mengajak warga untuk aktif berpartisipasi dalam aksi yang sudah direncanakan di dalam diskusi bersama ini. Narto selaku RT 04 Wonorejo merespon dengan antusias dalam diskusi ini serta langsung mengungkapkan bahwa Kampung ini mempunyai masalah dari tingkat pendidikan. Banyak dari warga Kampung yang masih awam tentang pentingnya pendidikan. Narto menjelaskan bahwa apabila tingkat pendidikan Kampung Wonorejo rata-rata minimal S-1 maka untuk mengajak warga pada hal kebaikan akan mudah tercapai. Sedangkan Tedjo selaku RW 01 Wonorejo selama lima tahun dan melihat warga Wonorejo, mengungkapkan bahwa permasalahan di Kampung ini yaitu kurang sadarnya akan lingkungan sehat dan hijau. Sikap warga yang kurang antusias dalam kegiatan Kampung. Hal ini dikarenakan banyak kegiatan dari pemerintah yang disia-siakan oleh warga. Sehingga alasan itulah Tedjo berani menyimpulkan tentang warga Kampung Wonorejo. Berbeda dengan Wulan selaku penggerak perempuan di Kampung ini mengungkapkan bahwa adalah peran perempuan yang masih pasif bergerak. Hal ini dikarenakan sudah terbiasa mendapat bantuan berupa materi dari pemerintah maupun yang memiliki kepentingan demi terlaksananya program yang ada. Sekitar 50 menit dalam diskusi ini pendamping dan perangkat Kampung atau stakeholders membahas tentang masalah lingkungan di Kampung Wonorejo. Dari pembasan diskusi ini Tedjo, Narto dan Wulan

76 mulai berpikir untuk mencari solusi yang tepat dan memiliki manfaat di kemudian hari. Setelah berpikir panjang dan masih belum menemukan solusi yang disepakati lalu pendamping mencoba memberi rangsangan yaitu bagaimana dengan cara menanam TOGA di pekarangan rumah mereka. Pendamping menjelaskan bahwa warga bisa memanfaatkan pekarangan rumah dan mempunyai nilai lebih yaitu bisa mengobati penyakit keluarga dengan tanaman tersebut dan lain sebagainya. Saran pendamping di respon positif dengan semua peserta diskusi dan akhirnya sepakat untuk berupaya mengurangi masalah di lingkungan Wonorejo yaitu menanam TOGA sebagai usaha menyehatkan warga Kampung Wonorejo. B. Mengumpulkan Masyarakat Kegiatan rutin ibu-ibu Wonorejo ini sebagai media perkumpulan sosial untuk menjalin hubungan bermasyarakat yang harmonis. Kegiatan tersebut dilakukan setiap awal bulan pada minggu kedua. Waktu kegiatan biasa dijadwalkan pada jam 16.00 WIB dan tempat dilakukan secara bergantian. Untuk kehadiran ibu-ibu Wonorejo pada acara arisan ini sekitar 25 sampai 30 ibu rumah tangga. Hal yang lumrah apabila kegiatan arisan ini adalah melakukan pengambilan tabungan berkala oleh ibu-ibu Wonorejo.

77 Gambar 6.1: FGD bersama Ibu-Ibu Wonorejo saat kegiatan arisan Langkah awal pendampingan ini adalah mengumpulkan perempuan Wonorejo khususnya ibu-ibu arisan untuk berdiskusi mengenai membiasakan diri menanam TOGA. Saat mengumpulkan perempuan Wonorejo tim pendamping sepakat untuk berdiskusi setelah acara rutin tersebut. Langkah ini diambil dan disepakati oleh tim pendamping sebagai alat untuk memudahkan melakukan diskusi bersama perempuan

78 Wonorejo. Di dalam diskusi saat itu Wulan (47 tahun) menjelaskan kepada perempuan Wonorejo bahwa membiasakan tanaman TOGA memiliki banyak manfaat tidak hanya untuk obat keluarga saja namun sebagai penghijauan rumah mereka juga. Hal ini disambut oleh kalangan perempuan Wonorejo terlihat saat semua memperhatikan tim fasilitator menjelaskan mengenai tanaman TOGA. Pendamping juga ikut serta menjelaskan mengenai langkah-langkah untuk menanam TOGA. Yaitu dengan menanam TOGA dengan media pot sebagai tempat tanahnya atau dengan botol bekas, kaleng bekas, plastik bekas. Hal ini dilakukan karena untuk menghemat dana menanam TOGA. Selain itu juga dapat memanfaatkan barang bekas menjadikan sebagai media untuk mengurangi sampah anorganik di lingkungan Wonorejo. Setelah menjelaskan mengenai tanaman TOGA, tim pendamping mendapatkan timbal balik dalam diskusi tersebut. Beberapa peserta diskusi Saudah (35 tahun) bertanya mengenai apa saja yang ditanami di lingkungan Wonorejo RT 04 RW 01. Beliaupun menyarankan supaya jenis tanaman TOGA adalah yang banyak diminati oleh perempuan Wonorejo. Seperti tanaman daun cincau, tanaman lidah buaya, tanaman daun pandan. Tim pendamping mendengarkan dengan seksama supaya saran tersebut bisa menarik bagi perempuan Wonorejo. Seperti yang di ungkapkan oleh Sulastri (45 tahun) juga bahwa Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 lebih menyukai tanaman lidah buaya, daun pandan dan daun sirih merah. Karena bagi mereka dapat memanfaatkan secara lebih sederhana dan

79 mudah. Selain itu perawatan juga mudah dan tidak memakan lahan pekarangan yang begitu luas. Tidak hanya itu pendapat dari Risna (37 tahun) mengemukakan bahwa lebih menyukai tanam TOGA daun cincau. Selain manfaatnya sebagai penyembuh darah tinggi juga bisa digunakan sebagai usaha minuman es cincau. Hal tersebut menguntungkan bagi yang menanam TOGA daun cincau. Dari sekian tanggapan peserta diskusi bersama ini, sekitar 45 menit berlangsung bahwa perempuan Wonorejo mempunyai tingkat kepedulian terhadap kesehatan lingkungan walaupun masih ada yang acuh di lingkungannya sendiri. Namun sejatinya tim pendamping tetap mengajak perempuan Wonorejo dengan persuasif. Setelah selesai berdiskusi bersama perempuan Wonorejo, tim pendamping menutup diskusi dengan harapan saat aksi menanam TOGA banyak yang berpartisipasi. C. Pembentukan Tim Fasilitator Pendamping dan lokalider perempuan Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 merencanakan sebuah tim fasilitator. Tujuannya adalah memudahkan dalam menggerak warga setempat supaya ikut andil menanam TOGA bersama. Dalam pembentukan tim fasilitator pada tanggal 10 Oktober 2015 jam 16.00 WIB di kediaman Wulan (47 tahun). Wulan menyarankan pendamping yang akan menjadi tim fasilitator adalah Risna (37 tahun) dan Sulastri (40 tahun). Karena selama ini yang aktif dan mudah berpartisipasi di Kampung serta mempunyai peran dalam

80 menggerakkan perempuan Kampung Wonorejo. Sehingga pendamping sepakat mengenai tim fasilitator yaitu pendamping sendiri dan tiga penggerak perempuan Wonorejo yaitu Wulan (47 tahun), Risna (37 tahun) dan Sulastri (40 tahun). Upaya ini dilakukan untuk memudahkan warga dalam melestarikan lingkungan dan menyehatkan keluarga melalui penanaman TOGA di Kampung Wonorejo. Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Fasilitator bukanlah seseorang yang bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan nasihat atau pendapat. Fasilitator harus menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan. 71 Kewajiban sebagai tim fasilitator Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 adalah sebagai berikut: Menyebarluaskan dan mensosialisasikan tanam TOGA bersama-sama. Memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan untuk menanam TOGA di sekitar rumahnya. Menyusun Rencana kegiatan tanam TOGA bersama perempuan Kampung Wonorejo khususnya ibu-ibu. Memastikan tahapan-tahapan dalam menanam TOGA dan memberikan pengetahuan akan manfaat dan keuntungannya. 71 http://indosdm.com/fasilitator-peranan-fungsi-dan-teknik-komunikasi, di akses pada tanggal 23 November 2015 jam 21.00 WIB

81 Kemampuan tim fasilitator Kampung Wonorejo meliputi antara lain yaitu berkomunikasi dengan baik seperti berbahasa jawa, kemudian fasilitator harus mendengarkan pendapat dan keluhan setiap anggota kelompok perempuan Wonorejo RT 04 RW 01, menyimpulkan pendapat mereka, menggali keterangan lebih lanjut dan membuat suasana akrab dengan peserta diskusi kelompok. Menghormati sesama anggota kelompok, tim fasilitator harus menghargai sikap, pendapat dan perasaan dari setiap anggota kelompok perempuan Wonorejo. Memiliki pengetahuan di bidang tanaman TOGA, tim fasilitator harus mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap setiap persoalan yang akan dibahas. Ia harus memiliki minat yang besar terhadap berbagai persoalan yang ada. Kemudian yang terakhir memiliki sifat terbuka, tim fasilitator Kampung Wonorejo harus dapat menerima pendapat atau sikap yang mungkin kurang sesuai yang disampaikan oleh warganya sendiri. Sebagai tim fasilitator Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 hendaknya juga dapat mencairkan suasana saat diskusi ataupun kumpul bersama warga setempat. Supaya terjadi komunikasi yang efektif dan dapat diterima oleh warga untuk ikut serta menanam TOGA bersamasama. Tujuannya adalah dekat dengan masyarakat dan menyatu membangun terhadap pengembangan lingkungan hidup yang sehat secara terus-menerus dan berkelanjutan.

82 D. Pemetaan Bersama Perempuan Wonorejo Hari Minggu Pada tanggal 11 Oktober 2015 jam 16.00 WIB di kediaman Wulan (47 tahun) pelaksanaan kegiatan pemetaan partisipatif bersama perempuan Wonorejo merupakan upaya pendidikan kepada masyarakat perempuan Wonorejo mengenai pemetaan wilayah kampung mereka. Selain itu, kegiatan tersebut merupakan kondisi yang tepat dalam melihat lokasi rumah yang dapat dimanfaatkan untuk menanam TOGA. Serta yang tidak bisa dimanfaatkan lahan pekarangan rumahnya. Gambar 6.2 : Hasil pemetaan bersama perempuan Wonorejo RT 04 RW 01

83 Dalam pemetaan ini yang hadir dan ikut aktif berpartisipasi beberapa warga. Sumarti (35 tahun), Titin (37 tahun) dan Wulan (47 tahun) memulai memetakan Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 dengan antusias dan bersemangat. Sekitar 30 menit menggambar ada beberapa ungkapan yang keluar dari Sumarti (35 tahun) yakni wilayah Kampungnya yang masih butuh penataan rumah supaya tertata dengan rapi dan tidak semrawut saat sekarang ini. Perempuan Wonorejo ini menggambar lokasi tempat pembuangan sampah, lingkungan kumuh warga, rumah warga, tempat ibadah musholla, Kampus PERBANAS, sekolah MAN 01 Surabaya yang selesai pembangunan pada tahun 2014 yang lalu, lahan persawahan, lahan perumahan elite, aliran sungai dan akses jalan kendaraan bermotor. Setelah memetakan Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 diharapkan mengetahui lokasi mana yang harus ditanami TOGA terlebih dahulu. Supaya dapat mengurangi penyakit yang ada di Kampung Wonorejo. Melihat masih adanya lingkungan kumuh di Kampung Wonorejo membuat sebagian warga enggan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini karena warga masih menunggu bantuan dari pemerintah setempat yang langsung menangani. Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 merupakan satu-satunya Kampung yang memiliki potensi dan aset yang cukup banyak. Seperti pemukiman kos-kosan yang sesuai berdekatan dengan fasilitas Kampus STIKOM dan STIE PERBANAS. Lahan persawahan untuk menanam

84 padi. Lahan tambak sebagai budidaya ikan serta sungai sebagai jalur Nelayan mencari nafkah dan lain sebagainya. E. Merumuskan Masalah Bersama Dalam menentukan masalah tersebut, tim pendamping dan beberapa perempuan Wonorejo memulai merumuskan masalah bersama pada tanggal 11 Oktober 2015 di rumah Wulan (47 tahun) pada jam 16.00 WIB. Peserta dalam merumuskan masalah ini dihadiri oleh Sumarti (35 tahun), Titin (37 tahun) dan Risna (37 tahun). Bertepatan dengan pemetaan Kampung Wonorejo, masalah pada lingkungan Wonorejo dapat terlihat bahwa masih ada daerah yang kumuh. Dengan adanya masalah di lingkungan Kampung Wonorejo RT 04 RW 01, yaitu Rendahnya kualitas lingkungan masyarakat Wonorejo sehingga tidak mendukung kehidupannya menjadi hal utama dan perhatian tim pendamping. Gambar 6.3 : Merumuskan masalah bersama perempuan Wonorejo RT 04 RW 01

85 F. Merencanakan Aksi Perubahan Menuju Lingkungan Hidup Sehat Gambar 6.4 : FGD untuk mendiskusikan rencana aksi tanam TOGA Upaya tim fasilitator Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 dalam merencanakan aksi tanam TOGA adalah mengumpulkan perempuan Wonorejo melalui kegiatan rutin arisan. Pada hari Minggu pada tanggal 16 Oktober 2015 jam 16.00 WIB di kediaman Sulastri. Tim fasilitator mulai mengajak perempuan Wonorejo seperti apa saja tanaman yang paling disukai mereka. Kapan aksi tanam TOGA dilakukan serta berapa biaya dan jumlah tanaman TOGA yang disebarkan. Sehingga dalam pelaksanaan aksi ini dapat terarah dan efektif bagi perempuan Wonorejo RT 04 RW 01 Rungkut Kota Surabaya.

86 Tabel 6.1 : Pembiayaan Kebutuhan Tanam TOGA No Kebutuhan Jumlah Biaya Total 1 Pupuk 3 Rp. 10000 Rp. 30000 2 Bibit TOGA 5 Rp. 15000 Rp. 75000 3 Pot 5 Rp. 5000 Rp. 25000 4 Total Pengeluaran Rp. 130000 Dengan pengumpulan dana tanaman TOGA tersebut. Perempuan Wonorejo RT 04 RW 01 dengan secara sukarela dan atas dasar kesadaran kritis menyumbang sebagian dana miliknya. Maka dengan begini aksi tanam TOGA dapat dengan mudah untuk dilakukan bersama-sama secara rutin dan bermanfaat. Ide pengumpulan dana tanam TOGA ini di ungkapkan oleh Wulan (47 tahun). Warga pun merespon positif walaupun ada yang beberapa yang menolak kegiatan ini. Saat pengumpulan dana tanam TOGA ini dilakukan pada waktu arisan. Dengan kotak kecil berbentuk balok kardus segi empat. Kemudian kotak tersebut mengelilingi kumpulan ibu-ibu arisan dan yang bersedia menyumbang lalu memasukkan uang ke dalam kotak. Setelah terkumpul maka Wulan (47 tahun) menghitung jumlah dana yang terkumpul. Pada hari Minggu 16 Oktober 2015 jam 16.30 WIB dana yang terkumpul sebesar Rp. 50000.

87 G. Meraih Harapan Bersama Gerakan Perempuan Wonorejo Pengertian TOGA adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. 72 Dalam hal ini perempuan Wonorejo RT 04 RW 01 sebenarnya menyukai tanaman pekarangan rumah termasuk TOGA. Namun kembali lagi pada terbiasanya warga Kampung Wonorejo meminta bantuan berupa materi dari pemerintah setempat. Selain itu beberapa kendala yaitu perempuan Wonorejo terbiasa lebih memilih cepat dan dianggap mudah dalam pengobatan modern yaitu meminum obat-obatan berupa pil dan sirup dari apotik/puskesmas/rumah sakit. Pemanfaatan tanaman obat sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya, termasuk keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Kenyataan menunjukkan bahwa 72 http://sheringtipshidupsehat.blogspot.com/2013/11/1234.html di akses pada tanggal 12 Oktober 2015 jam 20.00 WIB

88 dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Gambar 6.5 : Kegiatan aksi tanam TOGA bersama perempuan Wonorejo RT 04 RW 01 Pada saat pelaksanaan aksi tanam TOGA bersama perempuan Wonorejo RT 04 RW 01 cukup berjalan dengan lancar. Kegiatan aksi dilakukan pada hari Minggu tanggal 18 Oktober 2015 jam 16.00 WIB di kediaman Wiwik (35 tahun) dengan beranggotakan empat perempuan Wonorejo yaitu Wulan (47 tahun), Damayanti (34 tahun), Sumarti (38 tahun) dan Mahmudah (37 tahun).

89 Perempuan Wonorejo menanam TOGA dengan sangat antusias dan semangat untuk melestarikannya. Upaya pendamping dalam tanam TOGA ini yaitu ikut serta menanaman supaya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh perempuan Wonorejo dan tidak ada batas komunikasi dan strata sosial pada mereka. Penanaman berlangsung cukup lama sekitar 45 menit. Tanaman TOGA yang dipilih perempuan Wonorejo diantaranya tanaman daun cincau 10 biji, tanaman daun pandan dua biji dan tanaman sirih merah dua biji. Gambar 6.6 : Partisipasi aktif Perempuan Wonorejo Kegiatan aksi ini dilakukan sebagai upaya merangsang dan menstimulus warga Kampung Wonorejo RT 04 RW 01 Rungkut Kota Surabaya. Supaya makin giat menanam tanaman TOGA dan bisa dijadikan obat alternatif keluarga dalam mengobati berbagai penyakit ringan. Tidak hanya itu saja namun juga sebagai penambah ekonomi keluarga dan melestarikan lingkungan hidup Kampung Wonorejo ini.

90 Tabel 6.2: Daftar perempuan setelah pendampingan tanam TOGA NO DAFTAR PEREMPUAN WONOREJO JENIS TOGA 1 SUMARTI DAUN CINCAU 2 DAMAYANTI SIRIH MERAH 3 MAHMUDAH PANDAN 4 ENDANG SIRIH MERAH 5 SULASTRI DAUN CINCAU Perempuan Wonorejo juga mempunyai harapan seperti perempuan lainnya yaitu bisa menanam dan memanfaatkan tanaman TOGA. Hal utama yang diusahakan perempuan Wonorejo adalah mengajak tetanggatetangga untuk aktif dalam berpartisipasi menanam TOGA. Seperti lidah buaya supaya bermanfaat bagi kesehatan rambut mereka. Tidak hanya lidah buaya saja tetapi tanaman seperti daun sirih merah, daun cincau dan daun pandan merupakan tanaman yang disenangi perempuan Wonorejo. Karena memiliki banyak manfaat dan dibutuhkan warga dan juga perawatan yang mudah dan sesuai dengan pekarangan rumah mereka. Hal ini juga bagian dari perempuan Wonorejo melepas belenggu dari produk pabrik kosmetik, contohnya produk shampo, sabun mandi, pasta gigi dan lain sebagainya. Dari menanam satu TOGA saja perempuan Wonorejo dapat merasakan manfaatnya. Tidak hanya bermanfaat bagi mereka sendiri, namun dapat dimanfaatkan sebagai pendapatan tambahan ekonomi keluarga mereka. Apabila tanaman TOGA diolah dengan baik dan benar maka manfaat yang diperoleh bisa maksimal.

91 Gambar 6.7 : Wulan (47 tahun) Penggerak Perempuan Wonorejo Sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Wulan (47 tahun) di RT 04 RW 01 Wonorejo Rungkut Kota Surabaya. Wulan telah menanam beberapa TOGA seperti daun cincau, daun sirih merah, lidah buaya, daun pandan dan lain sebagainya. Dari tanaman TOGA tersebut Wulan mulai merasakan manfaat dan khasiat ketika ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti sering pusing di kepala, nafsu makan berkurang dan penderita darah tinggi.

92 Banyak dari perempuan Wonorejo sendiri sering meminta beberapa tanaman TOGA kepada Wulan sebagai penyembuh penyakitnya. Di saat anggota keluarga lain mengalami sakit saat itulah penggerak perempuan Wonorejo Wulan (47 tahun) sebagai penolong mereka. Sebagian perempuan Wonorejo mencontoh sikap dan perilaku Wulan antara lain Aminatus (31 tahun), Emi (42 tahun), Ida (38 tahun). Namun Wulan (47 tahun) pernah mengalami trauma dalam menanam TOGA. Dahulu pernah ada orang yang tidak bertanggung jawab memotong daun sirih merah yang diyakini memiliki keajaiban luar biasa dalam menyembuhkan penyakit. Setelah daun sirih merah tersebut terpotong maka tanaman TOGA tersebut langsung menguning dan mati.