Kinerja Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman Kota Bandung dengan Metode MKJI 1997 dan Software PTV Vissim 9

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

PEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT

Kaji Banding Waktu Tundaan Dua Persimpangan Terkoordinasi Dengan Simulasi Jarak Antar Simpang Menggunakan Program Transyt 12 dan PTV Vissim 6

Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Studi Perbandingan Tundaan Pada Persimpangan Bersinyal Terkoordinasi antara PTV Vissim 6 dan Transyt 12

EVALUASI DAN PERENCANAAN LAMPU LALU LINTAS KATAMSO PAHLAWAN

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

Anton Saputra dan Astuti Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru

Kata kunci : Simpang Bersinyal, Kinerja, Bangkitan Pergerakan

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 ( ) ISSN:

Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

ANALISA KINERJA PELAYANAN SIMPANG CHARITAS KOTA PALEMBANG

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB IV METODOLOGI. Mulai. Studi Literatur. Pengumpulan Data

PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA SIMPANG IR. H. JUANDA- DIPATIUKUR BERDASARKAN MKJI 1997 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (Studi Kasus : Simpang Jalan Kemuda 3 Jalan Padma Jalan Seroja Jalan Kemuda)

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

Optimasi Waktu Siklus Lampu Sinyal Lalu Lintas Pada Dua Persimpangan Terkoordinasi Menggunakan Program PTV Vissim 6

BAB III LANDASAN TEORI

Kinerja Persimpangan Jl. Ibrahim Adjie Jl. Jakarta Dengan Beroperasinya Flyover Jl. Jakarta, Kota Bandung

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG

OPTIMASI WAKTU SINYAL APILL PADA SIMPANG TIGA BERBASIS MODEL MIKRO-SIMULASI LALU LINTAS

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

DAFTAR ISI. i ii iii iv v. vii. x xii xiv xv xviii xix vii

TINJAUAN PUSTAKA. ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk. persimpangan (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

BAB V ANALISIS DATA. Gambar 5. 1 Kondisi Geometrik Simpang

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : SIMPANG EMPAT BERSINYAL DEMANGAN) ABSTRAK

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

Oleh: QOMARUDIN SHOLEH Dosen Pembimbing MACHSUS, ST. MT NIP

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG CIUNG WANARA DI KABUPATEN GIANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN 17 AGUSTUS JALAN BABE PALAR KOTA MANADO

EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN

KINERJA LALU LINTAS JALAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL EMPAT LENGAN PATUNG KUDA PAAL DUA MANADO. Johanis E. Lolong ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

Kajian Kinerja Bagian Jalinan (Studi Kasus : Jl. Niaga 1 Jl. Yos Sudarso, Kota Tarakan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH, BANDUNG, DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK KAJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaatnya (

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PERUBAHAN SISTEM SATU ARAH RUAS PURWOSARI-GENDENGAN TERHADAP KINERJA SIMPANG JACKSTAR, SUAKRARTA

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Ada banyak tujuan dilakukannya pengaturan simpang sebagai berikut:

ARUS JENUH DAN PANJANG ANTRIAN PADA SIMPANG BERSINYAL ANGKATAN 66 KOTA PALEMBANG

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Ketileng Raya-Semarang Selatan)

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR JALAN RAYA ABEPURA DI JAYAPURA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

THE PERFORMANCE ANALYSIS OF A SIGNALIZED JUNCTION (Case Study:Jalan Teuku Umar Barat Jalan Gunung Salak)

PERENCANAAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JALAN SULTAN HASANUDIN DAN JALAN ARI LASUT MENGGUNAKAN METODE MKJI


EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

STUDI WAKTU TUNDAAN AWAL DAN ARUS JENUH PADA PERSIMPANGAN JALAN CIPAGANTI - EYCKMAN BANDUNG

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

simpang. Pada sistem transportasi jalan dikenal tiga macam simpang yaitu pertemuan sebidang, pertemuan jalan tak sebidang, dan kombinasi keduanya.

ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

PENGGUNAAN SOFTWARE VISSIMUNTUK EVALUASI HITUNGAN MKJI 1997 KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS : JALAN AFFANDI, YOGYAKARTA)

EVALUASI SIMPANG BERSINYAL ANTARA JALAN BANDA JALAN ACEH BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

Transkripsi:

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2017 Kinerja Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman Kota Bandung dengan Metode MKJI 1997 dan Software PTV Vissim 9 GALUH PAMUSTI, HERMAN, ANDREAN MAULANA Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung Email: galuhpamusti@yahoo.com ABSTRAK Permasalahan transportasi terutama di daerah persimpangan merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Pergerakan transportasi memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan evaluasi kinerja simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman dengan menggunakan metode MKJI 1997 dan software PTV Vissim 9. Analisis kinerja simpang eksisting dengan menggunakan metode MKJI 1997 menghasilkan derajat kejenuhan pada Jalan Ahmad Yani sebesar 0,898 yang berarti volume lalu lintas mendekati pada kapasitas sehingga arus tidak stabil, untuk panjang antrian terpanjang terjadi pada lengan simpang Jalan Ahmad Yani sebesar 244,345 meter dan nilai tundaan simpang rata-rata sebesar 84,699 detik/smp. Analisis kinerja simpang eksisting dengan menggunakan software PTV Vissim 9 terjadi antrian paling panjang dengan panjang antrian maksimal 182,97 meter pada lengan simpang Jalan Ahmad Yani dan menghasilkan nilai tundaan rata-rata sebesar 82,96 detik. Kata kunci: derajat kejenuhan, kinerja simpang jalan, MKJI 1997, PTV Vissim 9. ABSTRACT The problems of transportation in the intersection is a problem that occurred in many cities. This transportation movement requires the adequated facilities and transportation infrastructures. The purpose of this study was to evaluate the performance intersection of Jakarta Road Supratman Road using MKJI 1997 and PTV Vissim 9 Software. Analysis the performance existing intersection using MKJI 1997 produced 0.898 the degree of saturation at Ahmad Yani Road which means the volume is close to capacity so the traffic flow is unstable, the longest queue is 244.345 meters at Ahmad Yani road and the average intersection delay value using MKJI 1997 is 84.699 sec/pcu. Analysis the performance existing intersection using PTV Vissim 9 software there is longest queue with a maximum queue length is 182.97 meters at Ahmad Yani Road and produced 82.96 sec delay average. Keywords: degree of saturation, performance of intersection, MKJI 1997, PTV Vissim 9. Reka Racana - 1

Galuh Pamusti, Herman, Andrean Maulana 1. PENDAHULUAN Meningkatnya pertumbuhan penduduk yang cukup pesat akan memberikan permasalahan di perkotaan salah satunya akan terjadi peningkatan jumlah kendaraan dikarenakan bertambahnya permintaan perjalanan berupa aktivitas pergerakan. Pertumbuhan lalu lintas yang terus meningkat maka munculah masalah kemacetan pada jaringan jalan. Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan. Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman merupakan salah satu contoh simpang di Kota Bandung yang mengalami masalah kemacetan. Pada jam sibuk (peak hour) terjadi kemacetan yang sangat parah, yang disebabkan besarnya arus lalu lintas yang akan melewati simpang tersebut sehingga terjadinya antrian yang panjang pada ruas jalan. Dengan demikian simpang tersebut perlu dianalisis sehingga diperoleh gambaran kondisi simpang. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simpang Simpang adalah daerah dimana dua atau lebih ruas jalan bertemu. Lancar tidaknya pergerakan didalam suatu jaringan jalan ditentukan oleh pergerakan di simpang, sehingga simpang dapat dikatakan sebagai bagian dari suatu jaringan jalan yang penting dalam melayani arus lalu lintas. 2.2 Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) Manual kapasitas jalan Indonesia adalah sebuah panduan tentang semua permasalahanpermasalahan lalu lintas di Indonesia. Prosedur yang diperlukan untuk mendapatkan kapasitas dan tingkat kinerja simpang dilakukan dengan menggunakan formulir yang telah tersedia. 2.3 Data Masukan Perencanaan Simpang Data masukan terdiri dari data arus lalu lintas eksisting dan data geometri eksisting. Data arus lalu lintas eksisting digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja lalu lintas, dengan arus lalu lintas per-jam eksisting pada jam-jam tertentu yang dievaluasi. Arus lalu lintas (Q) dinyatakan dalam kendaraan per-jam (kendaraan/jam) untuk satu periode atau lebih. Arus lalu lintas dikonversi dari satuan kendaraan/jam menjadi smp/jam dengan menggunakan nilai ekivalen mobil penumpang (emp) untuk masing-masing pendekat terlindung dan terlawan. Ekivalen mobil penumpang adalah faktor konversi yang digunakan untuk mendapatkan volume dalam satuan mobil penumpang (smp), seperti yang ditujukan pada Tabel 1. Tabel 1. Ekivalensi Mobil Penumpang Jenis Kendaraan Emp untuk Tipe Pendekat Terlindung Terlawan Kendaraan Ringan (LV) 1 1 Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3 Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4 (Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) Keterangan: LV: Light Vehicle, HV: Heavy Vehicle, MC: Motorcycle. Reka Racana - 2

Kinerja Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman Kota Bandung dengan Metode MKJI 1997 dan Software PTV Vissim 9 2.4 Kapasitas Simpang MKJI 1997 Kapasitas merupakan arus lalu lintas maksimum yang dapat dilewati satu ruas jalan dengan kondisi lalu lintas, geometri jalan dan lingkungan jalan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 1 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). C = S g c (1) S = nilai arus jenuh yang telah disesuaikan, C = kapasitas simpang (smp/jam), g = waktu hijau (detik), c = waktu siklus (detik). 2.5 Derajat Kejenuhan MKJI 1997 Derajat kejenuhan (DS) dihitung menggunakan Persamaan 2 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). DS = Q C (2) DS = degree of saturation, = derajat kejenuhan, Q = arus lalu lintas (smp/jam), C = kapasitas (smp/jam). 2.6 Jumlah Kendraan Antri MKJI 1997 Jumlah antrian satuan mobil penumpang yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ 1 ) dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 3 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996) untuk DS > 0,5. NQ 1 = 0,25 c (DS 1) + ( (DS 1) 2 + 8 (DS 1) ) (3) C NQ 1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya, c = waktu siklus (detik), DS = degree of saturation, = derajat kejenuhan, C = kapasitas (smp/jam). Untuk DS < 0,5, maka NQ 1 = 0 Jumlah antrian satuan mobil penumpang yang datang selama fase merah (NQ 2 ), dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 4 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Reka Racana - 3

Galuh Pamusti, Herman, Andrean Maulana 1 GR NQ 2 = C 1 GR + DS Q 3.600 (4) NQ 2 = jumlah smp yang datang selama fase merah, C = kapasitas (smp/jam), GR = green ration, = rasio waktu hijau, DS = degree of saturation, = derajat kejenuhan. Jumlah kendaraan antri dapat dihitung dengan Persamaan 5 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). NQ = NQ 1 + NQ 2 (5) NQ 1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya, NQ 2 = jumlah smp yang datang selama fase merah, NQ = jumlah kendaraan antri (smp). 2.7 Panjang Kendaraan Antri MKJI 1997 Panjang kendaraan antri dapat ditentukan dengan Persamaan 6 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). QL = NQ 20 W entry (6) NQ = jumlah kendaraan antri (smp), W entry = lebar masuk (meter), QL = panjang kendaraan antri (meter). 2.8 Tundaan MKJI 1997 Tundaan pada suatu simpang terjadi karena dua hal yaitu tundaan lalu lintas rata-rata (DT) dan tundaan geometrik (DG). Tundaan rata-rata (D I ) untuk suatu pendekat dihitung menggunakan Persamaan 7 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). D I = (Q D) Q TOT (7) D I = tundaan rata-rata, Q = arus lalu lintas (smp/jam), D = tundaan total. Tundaan lalu lintas rata-rata (DT) pada suatu pendekat dapat ditentukan dengan Persamaan 8 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Reka Racana - 4

Kinerja Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman Kota Bandung dengan Metode MKJI 1997 dan Software PTV Vissim 9 DT = c 0,5 (1 GR)2 (1 GR DS) + NQ 1 3.600 C (8) DT = traffic delay, = tundaan lalu lintas rata-rata (detik/smp), c = waktu siklus yang disesuaikan (detik), DS = derajat kejenuhan, NQ 1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya, C = kapasitas (smp/jam). Tundaan geometrik rata-rata (DG) pada suatu pendekat dapat dihitung menggunakan Persamaan 9 (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). DG = (1 P SV ) P T 6 + (P SV 4) (9) DG = geometric delay, = tundaan geometri rata-rata untuk pendekat (detik/smp), P SV = rasio kendaraan terhenti pada pendekat, = rasio kendaraan berbelok pada pendekat. P T 2.9 Software PTV Vissim 9 Software PTV Vissim 9 (2016) merupakan salah satu software untuk mempermudah rekayasa transportasi khususnya dalam perencanaan simpang. Software PTV Vissim 9 (2016) adalah simulasi mikroskopis, berdasarkan waktu dan prilaku yang dikembangkan untuk model lalu lintas perkotaan dan operasi angkutan umum. Software PTV Vissim 9 (2016) digunakan untuk menganalisis operasi lalu lintas dan angkutan umum dibawah batasan konfigurasi garis jalan, komposisi lalu lintas, sinyal lalu lintas dan tempat pemberhentian. Software ini akan sangat bermanfaat untuk mengevaluasi berbagai macam alternatif rekayasa transportasi dan tingkat perencanaan yang paling efektif yang akan sangat membantu dalam perencanaan simpang koordinasi. 2.10 Prosedur Pemodelan Pergerakan Lalu Lintas Pada Software PTV Vissim 9 Analisis data dengan menggunakan software PTV Vissim 9 (2016) dengan cara memodelkan geometri jalan berupa link-link dan node pada jaringan jalan yang ditinjau, pemodelan dilakukan dengan cara mensimulasikan pergerakan lalu lintas seperti keadaan sesungguhnya. Berikut ini tahapan pemodelan simulasi lalu lintas menggunakan software PTV Vissim 9 (2016): 1. Pembuatan Link Jaringan Jalan Langkah pertama untuk pemodelan lalu lintas menggunakan software PTV Vissim 9 (2016) yaitu membuat link jaringan jalan, pembuatan link jaringan jalan disesuaikan dengan data geometri jalan. Komponen arus lalu lintas pada simpang jalan disesuaikan dengan arah tujuan kendaraan yaitu kendaraan yang berbelok kiri, lurus dan berbelok kanan. 2. Penentuan Rute Kendaraan dan Volume Lalu Lintas Penentuan rute kendaraan dilakukan sesuai kebutuhan dengan rute tujuan kendaraan pada masing-masing simpang. Penentuan rute kendaraan dengan menggunakan vehicle routes. Sementara untuk volume lalu lintas pada simpang dengan menggunakan vehicle input, peng-input-an volume lalu lintas disesuaikan dengan keadaan simpang sesuai dengan rute kendaraan. 3. Kecepatan Kendaraan Reka Racana - 5

Galuh Pamusti, Herman, Andrean Maulana Input data kecepatan kendaraan yang direncanakan yang akan dimodelkan dengan menggunakan desired speed decision. 4. Area Konflik Perencanaan area konflik bertujuan untuk memprioritaskan lengan simpang yang dikoordinasikan atau jaringan jalan mayor agar terhindar dari konflik antar kendaraan pada simpang dalam pemodelan. 5. Waktu Siklus Setelah menentukan area konflik kendaraan pada simpang, maka sebelum melakukan simulasi terlebih dahulu menentukan waktu siklus pada kedua simpang dengan menggunakan signal controller. Setelah menentukan lamanya waktu siklus pada simpang, maka langkah berikutnya yaitu melakukan penempatan lampu lalu lintas pada simpang yang disesuaikan dengan group signal masing-masing. 6. Kinerja Simpang Langkah terakhir dalam pemodelan lalu lintas adalah mengevaluasi kinerja simpang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja simpang seperti tundaan dan antrian. 2.11 Kalibrasi Software PTV Vissim 9 (2016) Kalibrasi adalah proses menyesuaikan parameter untuk mendapatkan kesesuaian antara nilai simulasi dan data yang diamati (Yulianto & Setiono, 2013). Perubahan parameter dalam kalibrasi yang dilakukan ditunjukan pada Tabel 2 (Irawan & Putri, 2015). Tabel 2. Perubahan Parameter Kalibrasi Fitur Pada Program Parameter Nilai yang Diubah Sebelum Sesudah Look Ahead Distance Minimal 0 m 0 m Maximal 250 m 100 m Look Back Distance Minimal 0 m 0 m Following Maximal 150 m 100 m Model Parameters Average Standstill Distance 2 m 0,5 m Additive Part of Safety Distance 1 0,5 Multiple Part of Safety Distance 3 0,5 Smooth Closeup Behavior Yes No Lane Change Cooperative Lane Change No Yes Desired Position at Free Flow Middle of Lane Any Overtake on Same Lane No Yes Lateral Minimum Lateral Distance Distance Standing 1 m 0,2 m Distance Driving 1 m 0,4 m 2.12 Validasi Software PTV Vissim 9 Validasi merupakan pengujian yang dilakukan setelah kalibrasi selesai. Validasi adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Proses validasi melibatkan perbandingan hasil simulasi dan data observasi yang dikumpukan dari studi lapangan. Dalam studi ini, arus lalu lintas digunakan sebagai pembanding antara hasil pemodelan dengan hasil observasi. Untuk membandingkan data input dan output simulasi adalah dengan menggunakan rumus statistik GEH (Geoffrey E. Havers). GEH berikut ini memiliki ketentuan khusus dari nilai error yang dihasilkan seperti pada Tabel 3 dengan menggunakan Persamaan 10 (Irawan & Putri, 2015). Reka Racana - 6

Kinerja Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman Kota Bandung dengan Metode MKJI 1997 dan Software PTV Vissim 9 GEH = (q pemodelan q observasi ) 2 0,5 (q pemodelan q observasi ) (10) dimana: q = data arus lalu lintas (kendaraan/jam). Tabel 3. Standar Perhitungan Persamaan GEH Nilai GEH Keterangan < 5,0 Diterima 5,0 GEH 10,0 Peringatan: kemungkinan model error atau data buruk GEH > 10 Ditolak 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data yang akan diolah diperoleh dari data studi tugas akhir terdahulu (Pramesti, 2016) dengan menganalisis data yang diperlukan. Data yang akan digunakan pada tugas akhir ini adalah data sekunder yang akan diolah dengan menggunakan metode MKJI 1997 dan software PTV Vissim 9 (2016). Data sekunder tersebut meliputi data volume lalu lintas dan geometri jalan. 3.2 Analisis Simpang Dengan Menggunakan MKJI 1997 Dalam tahap ini yaitu menghitung kinerja simpang dengan menggunakan metode MKJI 1997 menganalisis data-data sekunder yang akan diolah, sehingga mendapatkan kinerja simpang eksisting. Tingkat kinerja simpang ditentukan dengan menggunakan MKJI 1997, hasil yang diperoleh sebagai berikut: 1. Kapasitas Kapasitas sesungguhnya diperoleh dengan mengalikan kapasitas dasar dengan beberapa faktor penyesuaian yang sesuai dengan kondisi ruas jalan yang diamati. 2. Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan dapat dihitung dengan cara membagi antara volume lalu lintas dengan kapasitas. 3. Panjang Antrian Panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat. 4. Tundaan Tundaan lalu lintas jalan rata-rata yang disebabkan interaksi lalu lintas dan gerakan yang lain dalam simpang. Tundaan geometri yang disebabkan perlambatan dan percepatan pada suatu simpang. Tundaan simpang rata-rata untuk digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat pelayanan dari masing-masing pendekat. 3.3 Analisis Simpang Dengan Menggunakan Software PTV Vissim 9 Dalam tahap ini yaitu menghitung kinerja simpang menggunakan software PTV Vissim 9 (2016) dengan menganalisis data-data sekunder yang akan diolah, sehingga mendapatkan kinerja simpang eksisting. Software PTV Vissim 9 (2016) akan memperoleh hasil kinerja simpang seperti tundaan dan antrian. 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Geometrik Jalan Data geometrik jalan ini dapat dilihat pada Gambar 1 (Pramesti, 2016). Satuan dimensi yang dipakai adalah meter. Reka Racana - 7

Galuh Pamusti, Herman, Andrean Maulana Gambar 1. Geometri simpang eksisting 4.2 Data Volume Lalu Lintas Data volume lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 4 (Pramesti, 2016). Tabel 4. Volume Kendaraan Berdasarkan Arah Pergerakan Lalu Lintas Simpang Lengan Simpang Jalan Supratman (Utara) Jalan Jakarta (Selatan) Jalan Ahmad Yani (Barat) Volume Kendaraan Arah Tujuan Pergerakan (kendaraan/jam) LV HV MC UM Total Jalan Jakarta (Selatan) 0 0 0 0 0 Jalan Ahmad Yani (Barat) 202 1 744 14 947 Jalan Ahmad Yani (Timur) 675 2 1.116 15 997 Total 877 3 1.860 29 1.793 Jalan Supratman (Utara) 1.337 26 2.994 47 4357 Jalan Ahmad Yani (Barat) 463 16 1.663 38 2.142 Jalan Ahmad Yani (Timur) 771 31 1.996 29 2.798 Total 2.571 73 6.653 114 9.297 Jalan Supratman (Utara) 0 0 0 0 0 Jalan Jakarta (Selatan) 0 0 0 0 0 Jalan Ahmad Yani (Timur) 1.108 59 3.511 36 4.678 Total 1.108 59 3.511 36 4.678 Keterangan: LV: Light Vehicle, HV: Heavy Vehicle, MC: Motorcycle, UM: Un-Motorized. 4.3 Analisis Data Simpang Eksisting Menggunakan Metode MKJI 1997 Analisis kinerja simpang dilakukan pada kondisi eksisting dan jam puncak pada pukul 17:00-18:00. Dari analisis didapat nilai derajat kejenuhan (DS) masing-masing pendekat ditampilkan pada Tabel 5. Reka Racana - 8

Kinerja Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman Kota Bandung dengan Metode MKJI 1997 dan Software PTV Vissim 9 Tabel 5. Nilai Derajat Kejenuhan Eksisting (3 Fase) Pendekat Kapasitas Arus Lalu Lintas Derajat (smp/jam) (smp/jam) Kejenuhan Jalan Supratman (Utara) 620 352 0,567 Jalan Jakarta (Selatan) 4.965 3.180 0,641 Jalan Ahmad Yani (Barat) 2.101 1.887 0,898 Lengan simpang pada Jalan Ahmad Yani (Barat) memiliki nilai derajat kejenuhan 0,898 yang berarti volume lalu lintas mendekati pada kapasitas sehingga arus tidak stabil, terkadang berhenti dan kecepatan rendah dan berbeda-beda. Sedangkan pada lengan simpang Jalan Supratman (Utara) dan Jalan Jakarta (Selatan) memiliki nilai derajat kejenuhan 0,567 dan 0,641 yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas. Nilai tundaan untuk masing-masing pendekat disajikan pada Tabel 6, terdiri dari tundaan rata-rata (D) yang merupakan penjumlahan dari tundaan geometri dan tundaan total lalu lintas rata-rata. Pendekat Tabel 6. Nilai Tundaan Eksisting (3 Fase) Arus Lalu Lintas (smp/jam) Panjang Antrian (m) Tundaan Total (detik/smp) Tundaan Simpang (smp/detik) Jalan Supratman (U) 352 85,643 122,406 43.099 Jalan Jakarta (S) 3.180 221,750 65,259 207.530 Jalan Ahmad Yani (B) 1.887 244,345 110,425 208.361 Total 5.419 Total 458.990 Maka nilai tundaan total simpang rata-rata didapat dari jumlah tundaan total / jumlah arus lalu lintas = 458.990/5.419 = 84,699 detik/smp, yang berarti jika satu satuan mobil penumpang akan melewati persimpangan ini akan mengalami penundaan selama 84,699 detik. Pada pendekat Jalan Supratman (Utara) mengalami panjang antrian sepanjang 85,643 meter, Jalan Jakarta (Selatan) 221,750 meter dan Jalan Ahmad Yani (Barat) mengalami panjan antrian terpanjang daripada pendekat yang lainnya dengan panjang antrian 244,345 meter. 4.4 Analisis Data Simpang Eksisting Menggunakan Software PTV Vissim 9 Dalam penelitian ini, pemodelan dilakukan pada jam puncak. Untuk mendapatkan hasil parameter kinerja simpang dari pemodelan, maka model simulasi dijalankan selama periode satu jam. Nilai arus lalu lintas tersebut digunakan sebagai perbandingan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan Nilai Arus Lalu Lintas Pendekat Jumlah Kendaraan (kendaraan/jam) q observasi q simulasi GEH Jalan Supratman (Utara) - Jalan Ahmad Yani (Barat) 947 954 0,227 Jalan Supratman (Utara) - Jalan Ahmad Yani (Timur) 1.793 1.785 0,189 Jalan Jakarta (Selatan) - Jalan Supratman (Utara) 4.357 4.327 0,455 Jalan Jakarta (Selatan) - Jalan Ahmad Yani (Barat) 2.142 2.180 0,817 Jalan Jakarta (Selatan) - Jalan Ahmad Yani (Timur) 2.798 2.839 0,772 Jalan Ahmad Yani (Barat) - Jalan Ahmad Yani (Timur) 4.678 4.076 9,099 Arus lalu lintas antara simulasi dan observasi memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan nilai GEH yang didapat sebesar 9,099 atau GEH < 10,00. Model tersebut merepresentasikan kondisi di lapangan. Reka Racana - 9

Galuh Pamusti, Herman, Andrean Maulana Pemodelan lalu lintas menggunakan software PTV Vissim 9 (2016) akan mengetahui panjang antrian tiap pendekat simpang dan nilai tundaan rata-rata yang terdapat pada Tabel 8 yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja simpang. Tabel 8. Panjang Antrian dan Nilai Tundaan Software PTV Vissim 9 Pendekat Panjang Antrian (meter) Tundaan Simpang (detik) Jalan Supratman (Utara) - Jalan Ahmad Yani (Barat) 34,38 110,16 Jalan Supratman (Utara) - Jalan Ahmad Yani (Timur) 2,34 2,26 Jalan Jakarta (Selatan) - Jalan Supratman (Utara) 41,45 62,8 Jalan Jakarta (Selatan) - Jalan Ahmad Yani (Barat) 8,54 10 Jalan Jakarta (Selatan) - Jalan Ahmad Yani (Timur) 8,54 7,94 Jalan Ahmad Yani (Barat) - Jalan Ahmad Yani (Timur) 153,14 224,63 Tundaan Total Rata-rata 82,96 Nilai tundaan simpang rata-rata yang dihasilkan software PTV Vissim 9 (2016) adalah 82,96 detik/kendaraan, yang berarti jika suatu kendaraan akan melewati persimpangan ini akan mengalami penundaan selama 82,96 detik. Pada lengan simpang Jalan Ahmad Yani (Barat) terdapat antrian paling panjang dengan panjang antrian maksimal 182,97 meter daripada lengan simpang yang lain. 4.5 Pembahasan Analisis kinerja simpang eksisting dengan menggunakan MKJI 1997, didapatkan nilai derajat kejenuhan pada Jalan Ahmad Yani (Barat) sebesar 0,898 yang berarti volume lalu lintas mendekati pada kapasitas sehingga arus tidak stabil, terkadang berhenti dan kecepatan rendah dan berbeda-beda. Sedangkan pada lengan simpang Jalan Supratman (Utara) dan Jalan Jakarta (Selatan) memiliki nilai derajat kejenuhan 0,567 dan 0,641 yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas. Nilai tundaan simpang rata-rata Jalan Supratman Jalan Jakarta sebesar 84,699 detik/smp, yang berarti jika satu satuan mobil penumpang akan melewati persimpangan ini akan mengalami penundaan selama 84,699 detik. Pada pendekat Jalan Supratman (Utara) mengalami panjang antrian sepanjang 85,643 meter, Jalan Jakarta (Selatan) 221,750 meter dan Jalan Ahmad Yani (Barat) mengalami panjang antrian terpanjang daripada pendekat yang lainnya dengan panjang antrian 244,345 meter. Analisis kinerja simpang eksisting dengan menggunakan software PTV Vissim 9 (2016) menghasilkan nilai tundaan rata-rata sebesar 82,96 detik/kendaraan yang berarti jika satu kendaraan akan melewati persimpangan ini akan mengalami penundaan selama 82,96 detik dan terjadi antrian pada lengan simpang Jalan Ahmad Yani (Barat) paling panjang dengan panjang antrian maksimal 182,97 meter daripada lengan simpang yang lain. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis kinerja simpang pada Jalan Jakarta - Jalan Supratman dengan menggunakan MKJI 1997 menghasilkan nilai derajat kejenuhan untuk pendekat Jalan Ahmad Yani (Barat) sebesar 0,898 yang berarti volume lalu lintas mendekati kapasitas sehingga arus tidak stabil, terkadang berhenti dan kecepatan rendah dan berbeda-beda. Sedangkan pada lengan simpang Jalan Supratman (Utara) dan Jalan Jakarta (Selatan) memiliki nilai derajat Reka Racana - 10

Kinerja Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman Kota Bandung dengan Metode MKJI 1997 dan Software PTV Vissim 9 kejenuhan 0,567 dan 0,641 yang berarti arus stabil, tetapi kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas. 2. Pada pendekat Jalan Supratman (Utara) mengalami panjang antrian sepanjang 85,643 meter, Jalan Jakarta (Selatan) 221,750 meter dan Jalan Ahmad Yani (Barat) mengalami panjang antrian terpanjang dari pada pendekat yang lainnya dengan panjang antrian 244,345 meter. 3. Analisis kinerja simpang pada jalan Jakarta Jalan Supratman dengan menggunakan MKJI 1997 menghasilkan nilai tundaan simpang rata-rata sebesar 84,699 detik/smp, yang berarti jika satu satuan mobil penumpang akan melewati persimpangan ini akan mengalami penundaan selama 84,699 detik. 4. Analisis kinerja simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman dengan menggunakan software PTV Vissim 9 (2016) menghasilkan nilai tundaan sebesar 82,96 detik, yang berarti jika satu kendaraan akan melewati persimpangan ini akan mengalami penundaan selama 82,96 detik. 5. Analisis kinerja simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman dengan menggunakan software PTV Vissim 9 (2016) menghasilkan antrian yang paling panjang pada lengan pendekat Jalan Ahmad Yani (Barat) dengan panjang antrian maksimal sebesar 182,97 meter daripada lengan simpang yang lain. 5.2 Saran Setelah dilakukan penelitian ini, saran yang dapat diberikan untuk penelitian tugas akhir selanjutnya berkaitan dengan simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman yaitu dengan melalukan pemodelan penanganan pada simpang Jalan Jalan Jakarta Jalan Supratman agar kinerja simpang tersebut optimal. DAFTAR RUJUKAN Direktorat Jendral Bina Marga. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Jakarta: Sweroad Bekerja Sama dengan P.T. Bina Karya (Persero). Irawan, M. Z., & Putri, N. H. (2015). Kalibrasi Vissim Untuk Mikorsimulasi Arus Lalu Lintas Tercampur Pada Simpang Bersinyal (Studi Kasus: Simpang Tugu, Yogyakarta). Jurnal Penelitian Transportasi Multimoda, 13(03), 99-104. Pramesti, V. S. (2016). Kinerja Persimpangan Jalan di Sekitar Flyover Jalan Jakarta - Jalan Ibrahim Adjie Kota Bandung. Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil. Bandung: Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional. PTV Planung Transport Verkehr AG. (2016). First Step Tutorial. Karlsruhe: PTV Group. Yulianto, B., & Setiono. (2013). Kalibrasi dan Validasi Mixed Traffic Vissim Model. Media Teknik Sipil, 1(1), 3-4. Reka Racana - 11