IV. SELEKSI IN VITRO EMBRIO SOMATIK KACANG TANAH PADA MEDIA DENGAN POLIETILENA GLIKOL YANG MENSIMULASIKAN CEKAMAN KEKERINGAN*)

dokumen-dokumen yang mirip
Seleksi In Vitro Embrio Somatik Kacang Tanah pada Medium dengan Polietilen Glikol untuk Simulasi Kondisi Cekaman Kekeringan

Oleh : A. Farid Hemon

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

INDUCTION MUTATION WITH GAMMA RAY IRRADIATION AND IN VITRO SELECTION OF PEANUT SOMATIC EMBRYO, CV LOCAL BIMA THAT POLYETHYLENE GLYCOL TOLERANT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

INDUKSI VARIASI SOMAKLONAL DAN SELEKSI IN VITRO MENGGUNAKAN PEG UNTUK IDENTIFIKASI VARIAN KACANG TANAH YANG TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

V. VARIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KACANG TANAH HASIL KULTUR IN VITRO DAN HASIL SELEKSI IN VITRO

yang memiliki kandungan flavor, sehingga menyebabkan vanili mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

EFEKTIVITAS FILTRAT KULTUR DAN IDENTIFIKASI EMBRIO SOMATIK DAN KECAMBAH KACANG TANAH KULTIVAR LOKAL BIMA PADA FILTRAT KULTUR CENDAWAN Fusarium sp

METODOLOGI PENELITIAN

IV. IRADIASI SINAR GAMMA DAN SELEKSI IN VITRO MENGGUNAKAN PEG UNTUK TOLERANSI TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

EFFECTIVENESS OF POLYETHYLENE GLYCOL AND MANITOL AS IN VITRO SELECTIVE AGENS FOR DROUGHT STRESS AGAINST PEANUT SOMATIC EMBRYO GROWTH

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

HASIL DAN PEMBAHASAN

Varian Kualitatif Kacang Tanah Hasil Kultur in Vitro dan Hasil Seleksi in Vitro

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Dosen Program Studi Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Mataram

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

Oleh : A. Farid Hemon

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

SELEKSI IN VITRO UNTUK TOLERANSI TERHADAP KEKERINGAN PADA JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) Kaswan Badami dan Achmad Amzeri

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

INDUKSI MUTASI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA DAN SELEKSI IN VITRO UNTUK MENDAPATKAN EMBRIO SOMATIK KACANG TANAH YANG TOLERAN POLIETILENA GLIKOL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Umum Kultur Pada Kultivar Jerapah dan Sima

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PISANG dan STRAWBERI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

Tentang Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

Kontaminasi No Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total 1 B B B B B

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

Kultur Sel. Eksplan Kultur Sel

VII TOLERANSI TEMBAKAU TRANSGENIK GENERASI R2 YANG MENGEKSPRESIKAN GEN P5CS TERHADAP CEKAMAN AKIBAT PENYIRAMAN POLIETILEN GLIKOL (PEG)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. INDUKSI DAN PERBANYAKAN POPULASI KALUS, REGENERASI TANAMAN SERTA UJI RESPON KALUS TERHADAP KONSENTRASI PEG DAN DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Perancangan Percobaan 2. 2 Prosedur Penelitian Persiapan Eksplan

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

REGENERASI DAN UJI RESPON TOLERANSI TERHADAP NaCl PADA GANDUM (Triticum aestivum L.) GALUR R-036 DAN R-040

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan utama dan satu percobaan lanjutan, yaitu:

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Seleksi Toleransi Kekeringan In Vitro terhadap Enam Belas Aksesi Tanaman Terung (Solanum melongena L. ) dengan Polietilena Glikol (PEG)

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang Oktober 2015 ISBN:

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).

KETAHANAN BEBERAPA GALUR KACANG TANAH HASIL KULTUR IN VITRO TERHADAP PENYAKIT LAYU CENDAWAN Fusarium sp

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

Formulir 1 Data dan Informasi Hasil Kegiatan Penelitian [tahun ] Puslit Bioteknologi LIPI

Pengaruh Umur Fisiologis Eksplan Daun Muda dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembentukan Tunas Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Tugas Akhir - SB091358

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

PENGARUH KONSENTRASI ALUMINIUM DALAM MEDIA SELEKSI KULTUR KALUS PADI PADA PERTUMBUHAN KALUS.

BAB 3 BAHAN DAN METODA

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

BAHAN DAN METODE. Histodifferensiasi Embrio Somatik

Kandungan Klorofil Planlet Vanili (Vanilla planifolia Andrews) Hasil Seleksi Ketahanan terhadap Cekaman Kekeringan secara In Vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

Seleksi In-Vitro pada Kalus Embriogenik Kacang Tanah yang Tahan terhadap berbagai Filtrat Kultur Ras Sclerotium rolfsii

HASIL DAN PEMBAHASAN

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

Transkripsi:

IV. SELEKSI IN VITRO EMBRIO SOMATIK KACANG TANAH PADA MEDIA DENGAN POLIETILENA GLIKOL YANG MENSIMULASIKAN CEKAMAN KEKERINGAN*) Abstrak Pengembangan kultivar kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan pada saat ini masih diperlukan. Hal ini dapat dilakukan melalui kultur dan seleksi in vitro. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi efektivitas seleksi in vitro untuk mengidentifikasi embrio somatik (ES) varian somaklonal kacang tanah yang insensitif terhadap PEG. Dalam sebagian percobaan dievaluasi respon ES empat kultivar kacang tanah terhadap medium selektif yang mengandung PEG 6000 untuk menentukan konsentrasi PEG sub-letal, yaitu yang dapat menghambat proliferasi eksplan lebih dari 95%. ES sekunder kacang tanah cv. Singa, Kelinci, Badak dan Zebra ditumbuhkan dalam medium MS cair dengan penambahan pikloram 16 μm dan PEG 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Persentase eksplan yang hidup, rata-rata jumlah ES/eksplan, dan jumlah total ES yang berproliferasi dalam media seleksi in vitro diamati setiap bulan selama tiga bulan. Pada sebagian percobaan yang lain, dilakukan seleksi in vitro pada medium selektif yang mengandung PEG konsentrasi sub-letal untuk mengidentifikasi ES kacang tanah yang insensitif terhadap cekaman PEG. Seleksi in vitro dilakukan terhadap 4000 5000 ES kacang tanah cv. Singa dan Kelinci. ES yang insensitif PEG diidentifikasi setelah tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan PEG 6000 dalam media in vitro menghambat proliferasi ES kacang tanah. Konsentrasi PEG sub-letal untuk kacang tanah adalah 15%. ES kacang tanah cv. Kelinci yang insensitif terhadap PEG dicapai dengan frekuensi 10% 12 % dan untuk Singa 8%-10%. Tanaman R0 kacang tanah cv. Kelinci (62 tanaman) dan Singa (48 tanaman) dapat diregenerasikan dari ES yang insensitif terhadap cekaman PEG dan ditumbuhkan di rumah kaca untuk memperoleh benih R1 dan R2. Kata Kunci : Cekaman PEG, PEG 6000, embrio somatik, varian somaklonal *) Bagian dari disertasi ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah terakreditasi BIOSFERA 23 (1): 15 23. Januari 2006

42 Abstract Developing of drought tolerance peanut cultivars is still required and can be conducted through in vitro selection. The objectives of this experiment were to evaluate effectiveness of in vitro selection for identifying PEG insensitive somaclonal variant of peanut somatic embryos (SE). In one of the experiments, evaluation of responses of four peanut cultivars against selective medium containing polyethylene glycol 6000 (PEG 6000) was conducted and sub-lethal concentration of PEG was determined. Secondary SE of Badak, Kelinci, Singa, and Zebra cultivar of peanut were cultured on liquid MS medium supplemented with 16 M of picloram and 5%, 10%, 15%, or 20% of PEG 6000. Survival of explant, average number of proliferated SE/explant, and total number of proliferated SE after in vitro selection were recorded monthly, up to three months. Sub-lethal level of PEG was defined as one inhibiting more than 95% of the total number of proliferated SE. In the other experiment, in vitro selection on selective medium containing sub-lethal level of PEG was conducted to identify PEG insensitive SE of peanut. In vitro selection on medium supplemented with sub lethal level of PEG 6000 was conducted on at least 4000-5000 SE of Kelinci and Singa cultivar. The PEG insensitive SE was identified after subsequent three months of in vitro selection. Results of the experiments showed supplementation of PEG 6000 on medium for induction of SE inhibited proliferation of peanut SE. Sub-lethal level was obtained at 15% concentration of PEG 6000. The frequencies of obtaining PEG insensitive SE of Kelinci cultivar was 8%-10% and for Singa cultivar was 10%-12%. The R0 plants of peanut Kelinci cultivar (62 R0 plants) and Singa cultivar (48 R0 plants) regenerated from PEG insensitive SE were obtained and grown in the glasshouse to produce R1 and R2 seeds. Keywords : PEG stress, PEG 6000, somatic embryo, somaclonal variance

43 Pendahuluan Akibat terjadinya cekaman kekeringan, hasil panen tanaman kacang tanah di lahan kering pada umumnya relatif rendah. Rendahnya hasil panen diharapkan dapat ditingkatkan dengan penggunaan kultivar tanaman kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Seleksi in vitro terhadap sel/jaringan dalam media selektif yang tepat dapat digunakan untuk mendapatkan plasma nutfah kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan karena secara teoritis sangat efisien untuk mendapatkan varian sel/jaringan tanaman dengan karakteristik tertentu (Maluszynki et al. 1995). Tanaman varian dengan sifat unggul tertentu telah berhasil diregenerasikan dari sel/jaringan varian hasil seleksi in vitro. Keberhasilan pengembangan metode seleksi in vitro memerlukan tersedianya (a) metode kultur jaringan yang efektif untuk regenerasi tanaman dari sel varian dalam jumlah banyak, (b) bahan penyeleksi yang dapat menginduksi perkembangan dan proliferasi jaringan varian tetapi menghambat/mematikan jaringan normal, dan (c) adanya korelasi antara fenotipik hasil seleksi pada tingkat sel dengan fenotipik pada tingkat tanaman (Hammerschlag 1988). Kultur ES kacang tanah yang efisien untuk meregenerasikan tanaman varian telah dibakukan. Teknik yang dikembangkan terbukti mampu menginduksi keragaman sifat kualitatif dan kuantitatif serta toleransi terhadap toksin yang disekresikan cendawan Sclerotium rolfsii (Yusnita et al. 2005). Keragaman diantara kultur ES kacang tanah diduga juga berpotensi untuk menghasilkan varian ES dengan sifat toleransi terhadap cekaman kekeringan. Untuk itu perlu dikembangkan metode baku seleksi in vitro yang dapat digunakan untuk mengisolasi varian ES kacang tanah yang toleran cekaman kekeringan. Penyiraman larutan PEG pada media tanaman dalam pot terbukti menghambat pertumbuhan tanaman dan dapat digunakan untuk menapis respons tanaman kacang tanah terhadap cekaman kekeringan (Nursusilawati 2003). Kecambah dan tunas kacang tanah yang ditumbuhkan dalam media in vitro dengan penambahan PEG 5%-20% juga terhambat pertumbuhan dan perkembangannya. Penghambatan yang terjadi berkorelasi dengan respons genotipe kacang tanah terhadap cekaman kekeringan di lapang. Perlakuan PEG pada kecambah dan tunas kacang tanah tersebut juga menginduksi akumulasi prolin pada jaringan seperti respons terhadap cekaman kekeringan (Rahayu et al. 2004, Rahayu et al. 2005). Meskipun data yang ada mengindikasikan PEG

44 dapat digunakan untuk mensimulasikan kondisi cekaman kekeringan secara in vitro, efektivitasnya sebagai agens penyeleksi pada tingkat sel untuk mengisolasi ES yang toleran (insensitif) dan mendapatkan tanaman varian yang toleran cekaman kekeringan masih perlu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efektivitas metode seleksi in vitro untuk memperoleh varian kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi respon ES empat kultivar kacang tanah terhadap media selektif dengan penambahan PEG, kondisi subletal yang menghambat pertumbuhan dan proliferasi ES, dan regenerasi tanaman R0 kacang tanah dari ES hasil seleksi in vitro yang insensitif terhadap cekaman PEG. Bahan dan Metode Bahan Tanaman dan Induksi ES Kacang Tanah Dalam percobaan ini digunakan kacang tanah cv. Badak yang diduga peka (Rahayu et al. 2005), Kelinci yang medium toleran (Sudarsono et al. 2004), Singa yang toleran (Hidayat et al. 1999, Nursusilawati 2003), dan Zebra yang belum diketahui responnya terhadap cekaman kekeringan. Benih kacang tanah yang digunakan diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika (Balitbiogen), Bogor dan digunakan sebagai sumber eksplan daun embrio untuk induksi ES. Benih kacang tanah disterilkan dengan larutan pemutih komersial (100%) ditambah dua tetes Tween 20, dikocok selama 2-3 menit, dan dibilas tiga kali dengan akuades steril. Daun embrio diisolasi dan diinduksi membentuk ES primer dan ES sekunder dalam media MS (Murashige & Skoog 1962) padat dengan penambahan pikloram 16 μm (media MS-P16). Kultur daun embrio disub-kultur setiap bulan ke dalam media MS-P16 yang masih segar dan diinkubasi dalam ruang kultur bersuhu 25 o C tanpa penyinaran sampai terbentuk kalus embriogen dengan ES sekunder. Inkubasi dalam ruang kultur bersuhu 25 o C tanpa penyinaran digunakan dalam semua tahap percobaan kecuali disebutkan lain. Evaluasi Respon ES Kacang Tanah terhadap Cekaman PEG Percobaan dilakukan dengan menggunakan kalus embriogen kacang tanah cv. Badak, Kelinci, Singa, dan Zebra. Unit percobaan terdiri atas satu botol kultur yang ditanami lima eksplan kalus embriogen dengan 8-10 ES sekunder berumur

45 satu bulan sejak sub-kultur yang terakhir. Setiap kombinasi perlakuan diulang lima kali. Eksplan ditanam dalam media MS-P16 cair dengan penambahan PEG 6000 0%, 5%, 10%, 15% atau 20%. Media selektif (25 ml) dituangkan dalam botol kultur (volume 150 ml), di atas media diletakkan busa sintetis dan kertas saring agar ekplan yang ditanam tidak tenggelam (Gambar 1). Sebelum ditanami media disterilkan dengan pemanasan selama 20 menit pada suhu 121 o C serta tekanan 1,2 bar menggunakan autoklaf. Respon kalus embriogen dan ES kacang tanah terhadap media selektif diamati setiap bulan selama periode tiga bulan. Konsentrasi PEG sub-letal dalam media selektif ditentukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Nabors & Dykes 1985, Yusnita et al. 2005), yaitu konsentrasi PEG yang dapat menghambat jumlah total ES sekitar 95% dibandingkan PEG 0%. Seleksi ES dalam Media Selektif dengan PEG Konsentrasi Sub-letal Identifikasi varian yang insensitif terhadap kondisi cekaman akibat penambahan PEG sub-letal dilakukan terhadap kalus embriogen dan ES sekunder kacang tanah cv. Kelinci dan Singa yang telah mengalami sub-kultur berulang dalam media MS-P16 selama minimal enam bulan sejak terbentuknya ES sekunder. Pada awal percobaan ditanam 500 kalus embriogen, masingmasing dengan 8 10 ES sehingga jumlah total yang diseleksi mencapai 4000 5000 ES untuk setiap kultivar. Kalus embriogen (lima eksplan per botol) ditanam dalam media selektif dan disub-kultur setiap bulan ke dalam media selektif yang masih segar. Setelah tiga bulan, ES yang masih hidup diisolasi dan diregenerasikan menjadi tanaman. Regenerasi Tanaman R0 dari ES Hasil Seleksi In vitro ES hasil seleksi in vitro yang insensitif terhadap cekaman PEG sub-letal ditanam dalam media MS-P16 selama dua bulan agar terjadi proliferasi. Selanjutnya ES ditanam dalam media MS dengan penambahan arang aktif 2 g/l (media MSAC), dilakukan subkultur setiap bulan sampai berkembang sempurna, dan kemudian dikecambahkan dalam media MS yang ditambah BAP (6- benzylamino purine) sebanyak 22 μm sampai terbentuk tunas. Tunas yang tumbuh dipilih yang mempunyai panjang 2 3 cm, dipindahkan ke media pengakaran yang tersusun dari media MS ditambah NAA (naphtalene acetic aci) sebanyak 10 mg/l selama satu minggu. Setelah itu dipindahkan lagi ke media MSAC dan ditumbuhkan sampai terbentuk akar yang sempurna. Dalam semua

46 tahap regenerasi kultur diinkubasikan dalam ruang kultur dengan temperatur konstan 25 o C dalam kondisi terang terus menerus. Tunas yang telah berakar berkembang menjadi plantlet. Plantlet dengan 3-4 daun dan perakaran yang normal dipindahkan dari media in vitro ke media tanah melalui proses aklimatisasi. Akar plantlet dicuci bersih dari agar yang menempel, direndam dalam suspensi fungisida Dithane M45 (2 g/l), dan ditanam dalam pot plastik dengan volume 200 ml berisi media tanam steril campuran tanah:kompos:pasir (2:1:1, v/v ). Plantlet disungkup dengan botol kultur untuk menjaga kelembaban dan diletakkan selama dua minggu pada rak kultur dengan pencahayaan 1000 lux terus menerus selama 24 jam. Plantlet disiram dengan larutan MS (½ konsentrasi) jika permukaan media tanam mengering. Setelah menghasilkan daun dan perakaran baru, plantlet dipindahkan ke rumah kaca dan sungkup botol dibuka secara bertahap. Tanaman yang berhasil tumbuh dipindahkan ke dalam pot dengan diameter 50 cm dan tinggi 40 cm yang berisi 10 kg campuran tanah:kompos:pasir (1:1:1, v/v). Selanjutnya tanaman dipelihara di rumah kaca untuk menghasilkan benih R1 dan untuk pengamatan pertumbuhan tanaman. Hasil Respon ES Kacang Tanah terhadap Cekaman PEG Setelah satu dan dua bulan dalam media selektif, penambahan PEG dalam media tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan eksplan (data tidak ditampilkan). Setelah tiga bulan dalam media selektif, persentase eksplan yang hidup untuk kacang tanah cv. Badak nyata menurun pada perlakuan PEG 10% sedangkan untuk ketiga kultivar yang lain pada PEG 15%. Pada konsentrasi PEG 20%, semua eksplan kacang tanah cv. Badak dan Zebra telah mati. Rataan ES per eksplan dan jumlah total ES hasil seleksi kacang tanah cv. Badak dan Zebra sangat menurun pada perlakuan penambahan PEG 10%. Eksplan kacang tanah cv. Badak sudah tidak mampu membentuk ES mulai perlakuan PEG 15% sedangkan kacang tanah cv. Zebra pada perlakuan PEG 20%. Pada konsentrasi PEG 20%, eksplan kacang tanah cv. Singa dan Kelinci masih dapat membentuk ES (Tabel 7, Gambar 6). Meskipun secara umum meningkatnya konsentrasi PEG dalam media selektif menyebabkan meningkatnya pengaruh negatif PEG, ke empat kultivar kacang tanah yang diuji memberikan respons berbeda terhadap cekaman PEG

47 yang diberikan. Dalam penelitian ini proliferasi ES kacang tanah cv. Badak paling sensitif terhadap cekaman PEG dibandingkan Kelinci atau Singa (Tabel 7). Konsentrasi Sub-letal PEG Setelah tiga bulan dalam media selektif, penambahan PEG 20% menyebabkan penurunan persentase eksplan kacang tanah cv. Singa yang hidup sebesar 83%, Kelinci sebesar 60%, Badak dan Zebra mencapai 100% dibandingkan dengan perlakuan PEG 0%. Rataan ES kacang tanah cv. Badak yang terbentuk per eksplan setelah tiga bulan dalam media selektif dengan penambahan PEG 15% menurun hingga 100% dibandingkan dengan perlakuan PEG 0%. Kacang tanah cv. Kelinci, Singa, dan Zebra pada konsentrasi PEG 20% baru menurun 85% - 91%. Penurunan jumlah total ES 95% kacang tanah cv. Badak terjadi pada perlakuan penambahan PEG 10%, Singa dan Kelinci pada PEG 15%, dan Zebra pada PEG 20% (Tabel 8). Tabel 7. Pengaruh konsentrasi PEG terhadap persentase eksplan yang hidup, rataan embrio somatik (ES) yang terbentuk per eksplan dan jumlah total ES kacang tanah cv. Badak, Kelinci, Singa, dan Zebra setelah tiga bulan dalam media selektif Konsentrasi PEG (%) Kultivar kacang tanah Badak Kelinci Singa Zebra Persentase eksplan yang hidup (%) 0 100 aa 100 aa 96 aa 100 a A 5 92 ab 100 aa 96 aa 100 aa 10 60 bb 88 aa 88 aa 88 aa 15 40 ca 44 ba 44 ba 48 ba 20 0 dc 40 ba 16 cb 0 cc Rataan ES yang terbentuk per eksplan 0 32.1 ac 36.0 aa 34.4 ab 30.3 ad 5 25.6 ba 25.2 ba 23.5 bb 15.9 bc 10 2.6 cc 11.2 ca 12.2 ca 4.4 cb 15 0.0 db 3.4 da 3.6 da 4.7 ca 20 0.0 da 0.9 ea 1.2 ea 0.0 da Jumlah total ES 0 161 ab 180 aa 164 ab 162 ab 5 168 ba 117 ba 112 ba 80 bb 10 9 cb 50 ca 54 ca 19 cb 15 0 ca 7 da 8 da 11 cda 20 0 ca 2 da 1 da 0 da Keterangan: Pada setiap peubah, angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada kolom dan huruf kapital yang sama pada baris, tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT dengan taraf signifikansi 5%

48 Tabel 8. Persentase penurunan jumlah eksplan yang hidup, rataan embrio somatik (ES) per eksplan dan jumlah total ES kacang tanah cv. Badak, Kelinci, Singa, dan Zebra setelah tiga bulan dalam media selektif dengan penambahan PEG 6000 5%, 10%, 15% atau 20% dibandingkan dengan media PEG 0% Konsentrasi PEG (%) Nilai penurunan (%) untuk kacang tanah: Badak Kelinci Singa Zebra Persentase eksplan yang hidup (%) 0 0 0 0 0 5 8 0 0 0 10 40 12 8 12 15 60 56 54 52 20 100 60 83 100 Rataan ES yang terbentuk per eksplan 0 0 0 0 0 5 20 29 32 48 10 92 69 65 85 15 100 91 90 85 20 100 97 97 100 Jumlah total ES hasil seleksi 0 0 0 0 0 5 27 29 32 47 10 95 73 67 87 15 100 96 96 93 20 100 99 99 100 Keterangan: np0 - npn Persentase penurunan (PP, %) dihitung dengan rumus PP = ( ) *100% ; np0 np0 = nilai peubah pengamatan pada perlakuan PEG 0%, npn = nilai peubah pengamatan pada perlakuan PEG 5%, 10%, 15%, atau 20% Dalam seleksi in vitro, kondisi selektif yang digunakan harus dapat memproliferasikan sel/jaringan varian yang diinginkan dan menghambat pertumbuhan sel/jaringan normal yang tidak diinginkan sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan identifikasi dapat diperkecil. Dari hasil pengamatan di atas, penambahan PEG dalam media MS-P16 dengan konsentrasi 15% ditentukan sebagai konsentrasi sub-letal dalam seleksi in vitro kacang tanah. Media selektif dengan penambahan PEG 15% dengan tiga kali sub-kultur selama tiga bulan berturut-turut selanjutnya digunakan dalam percobaan untuk mengisolasi ES kacang tanah yang insensitif terhadap cekaman PEG. ES Kacang Tanah yang Insensitif terhadap PEG Konsentrasi Sub-letal ES kacang tanah yang insensitif terhadap cekaman PEG diharapkan dapat berkembang menjadi tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Identifikasi ES kacang tanah yang insensitif terhadap cekaman PEG sub-letal merupakan langkah awal untuk membuktikan hal tersebut.

49 0% 5% 10% 15% 20% S K B Z Gambar 6. Pertumbuhan ES kacang tanah cv. Badak (B), Kelinci (K), Singa (S), dan Zebra (Z), setelah tiga kali sub-kultur masing-masing satu bulan dalam media selektif PEG dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20 Setelah tiga bulan dalam media selektif dengan konsentrasi PEG sub-letal, persentase eksplan kacang tanah cv. Kelinci dan Singa yang tetap hidup masingmasing mencapai 36% dan 39%. Rataan jumlah ES per eksplan yang didapat masing-masing sebanyak 2,3 ES/eksplan untuk kacang tanah cv. Kelinci dan 2,5 ES/eksplan untuk Singa. Dari sebanyak 4000-5000 ES awal yang diseleksi, jumlah total ES insensitif terhadap cekaman PEG yang berhasil diperoleh masing-masing mencapai 415 ES (8%-10%) untuk kacang tanah cv. Kelinci dan 487 ES (10%-12%) untuk Singa. Contoh ES insensitif PEG hasil seleksi in vitro dalam media dengan PEG sub-letal dapat dilihat pada Gambar 7.a.

50 Tanaman R0 dari ES Hasil Seleksi in vitro Proliferasi ES hasil seleksi in vitro dalam media MS-P16 tanpa PEG sebelum proses pengecambahan terbukti meningkatkan keberhasilan regenerasi tunas R0 (data tidak ditampilkan). ES kacang tanah hasil seleksi in vitro yang insensitif terhadap cekaman PEG sub-letal telah berhasil diregenerasikan menjadi tanaman, namun tidak semua ES insensitif cekaman PEG yang didapat berhasil dikecambahkan dan diregenerasikan menjadi plantlet karena sebagian berkembang menjadi tunas atau plantlet abnormal. Setelah proses proliferasi ES yang insensitif cekaman PEG (Gambar 7.b), perkecambahan (Gambar 7.c.), regenerasi plantlet (Gambar 7.d.), aklimatisasi (Gambar 7.e.), dan penanaman dalam polibag (Gambar 7.f); dalam percobaan ini berhasil didapatkan 62 tanaman R0 kacang tanah cv. Kelinci dan 48 tanaman R0 kacang tanah cv. Singa. Tanaman yang didapat diharapkan mempunyai karakteristik tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan a b c d e f Gambar 7. Regenerasi ES kacang tanah hasil seleksi in vitro dalam media selektif dengan penambahan PEG 15%. a. ES insensitif cekaman PEG di antara jeringan kalus yang mati, b. proliferasi ES insensitif PEG dalam media MS-P16, c. perkecambahan ES insensitif PEG dalam media MS-AC, d. tunas kacang tanah hasil regenerasi dari ES insensitif PEG, e. aklimatisasi plantlet kacang tanah, dan f. penanaman tanaman regeneran dalam polibag

51 Tanaman R0 tersebut telah ditumbuhkan di rumah kaca untuk menghasilkan benih R1 dan R2. Karakterisasi respon tanaman R1 dan R2 terhadap cekaman kekeringan akan dilakukan untuk membuktikan efektivitas seleksi in vitro menggunakan PEG untuk mendapatkan genotipe kacang tanah yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Pembahasan Dalam media in vitro tanpa penambahan PEG, kalus embriogen mampu berkembang sempurna membentuk banyak ES. Penambahan PEG terbukti mampu menghambat perkembangan dan proliferasi eksplan kalus embriogen dan ES kacang tanah cv. Badak, Kelinci, Singa, dan Zebra. Pengaruh negatif PEG diduga sebagai akibat dari kemampuan PEG untuk menurunkan potensial osmotik larutan. Sub-unit etilena oksida dari senyawa polimer PEG diketahui mampu menahan air dengan membentuk ikatan hidrogen (Steuter et al. 1981). Akibatnya dalam media selektif yang mengandung PEG, meskipun molekul air ada dalam larutan media tetapi menjadi tidak tersedia bagi jaringan tanaman yang dikulturkan. Pengaruh negatif PEG terhadap perkembangan dan proliferasi ES dalam media selektif diduga juga terjadi melalui terhambatnya berbagai proses fisiologis dalam sel/jaringan yang dikulturkan. PEG juga dilaporkan berpengaruh terhadap kandungan poliamina endogen yang berperan dalam proses proliferasi ES (Kong et al. 1998). Dengan demikian, ES insensitif terhadap cekaman PEG sub-letal yang diperoleh diduga mengadopsi mekanisme baru yang dapat mengatasi pengaruh negatif PEG terhadap proliferasi ES kacang tanah. Perbedaan respon terhadap cekaman kekeringan antar kultivar dalam percobaan ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Kacang tanah kultivar Badak dilaporkan peka, Kelinci medium toleran dan Singa toleran terhadap cekaman kekeringan (Rahayu et al. 2005, Sudarsono et al. 2004, Hidayat et al. 1999, Nursusilawati 2003). Kacang tanah cv. Zebra belum diketahui responsnya terhadap cekaman kekeringan. Dari data yang ada, proliferasi ES kacang tanah cv. Zebra mempunyai respons yang mirip dengan kacang tanah cv. Badak sehingga diduga termasuk ke dalam kelompok peka terhadap cekaman kekeringan. Perbedaan respons terhadap PEG dari kultivar kacang tanah yang berbeda toleransinya terhadap cekaman kekeringan memperkuat indikasi bahwa PEG

52 dapat digunakan sebagai bahan penyeleksi (selective agens) dalam seleksi in vitro kacang tanah. Dalam percobaan sebelumnya PEG juga terbukti berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tunas kacang tanah secara in vitro dan pengaruhnya berbeda antara satu kultivar dengan yang lain tergantung tingkat toleransinya terhadap cekaman kekeringan (Rahayu et al. 2005). Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Kacang tanah cv. Badak dilaporkan peka, Kelinci medium toleran dan Singa toleran terhadap cekaman kekeringan (Rahayu et al. 2005, Sudarsono et al. 2004, Hidayat et al. 1999, Nursusilawati 2003). Kacang tanah cv. Zebra belum diketahui responsnya terhadap cekaman kekeringan. Dari data yang ada, proliferasi ES kacang tanah cv. Zebra mempunyai respons yang mirip dengan kacang tanah cv. Badak sehingga diduga termasuk ke dalam kelompok peka terhadap cekaman kekeringan. Dari hasil pengamatan di atas, penambahan PEG dalam media MS-P16 dengan konsentrasi 15% ditentukan sebagai konsentrasi sub-letal dalam seleksi in vitro kacang tanah. Kondisi sub-letal dalam seleksi in vitro diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan seleksi dan menurunkan terjadinya escaped (Nabors & Dykes 1985). Pada media dengan PEG 15%, jumlah total ES yang didapat dari hasil seleksi in vitro telah menurun sekitar 95% dibandingkan dengan perlakuan PEG 0%. Sebanyak 5% ES sisanya yang tumbuh diharapkan merupakan ES yang insensitif terhadap cekaman PEG. Jumlah total ES insensitif terhadap cekaman PEG yang berhasil diperoleh mencapai lebih dari 5%. Hal ini dapat terjadi karena seleksi dilakukan terhadap ES yang telah mengalami sub-kultur berulang sehingga di antara 4000-5000 ES yang diseleksi ada yang mengalami variasi somaklonal menjadi lebih toleran dari sel asalnya. Mekanisme fisiologis yang dilakukan tanaman agar insensitif/toleran terhadap potensial osmotik rendah antara lain dengan membentuk protein struktural untuk menjaga integritas membran sel (Fernanda et al. 1997), melakukan down regulation metabolisme sel (Leprince et al. 2000), meningkatkan aktivitas enzim acidic-phosphatase yang diperlukan untuk menjaga ketersediaan fosfat organik (Ehsanpour dan Amini 2003), atau meningkatkan akumulasi senyawa prolina dalam sel (Widoretno et al. 2004). Mekanisme fisiologis yang bekerja pada ES kacang tanah insensitif terhadap cekaman PEG masih perlu dievaluasi.

53 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan larutan PEG dalam media selektif dapat menghambat proliferasi ES kacang tanah dan tingkat penghambatan sekitar 95% (sub-letal) didapatkan pada konsentrasi PEG 15%. Sejumlah ES kacang tanah cv. Kelinci dan Singa yang insensitif terhadap cekaman PEG 15% berhasil diperoleh dari seleksi in vitro yang dilakukan dengan frekuensi 8%-10% pada kacang tanah cv. Kelinci dan 10%-12% pada kacang tanah cv. Singa. Tanaman R0 kacang tanah cv. Kelinci (62 tanaman) dan Singa (48 tanaman) berhasil diregenerasikan dari ES yang insensitif terhadap cekaman PEG dan ditumbuhkan di rumah kaca untuk menghasilkan benih R1 dan benih R2. Evaluasi respons tanaman R1 dan tanaman R2 terhadap cekaman kekeringan selanjutnya dilakukan setelah benih R1 dan R2 tersedia.