1 BAB I PROLOG 1.1 Sebuah Usaha Memetakan Kecendrungan Sikap Anti Amerika di Kalangan Aktivis Mahasiswa Muslim Tujuan utama dari tesis ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana kecendrungan sikap anti-amerika bisa muncul di kalangan mahasiswa Islam dalam hal ini para aktivis mahasiswa Muslim. Akan menarik untuk kemudian mencari tahu bagaimana sikap anti-amerika itu muncul dan berkembang di kalangan generasi muda Indonesia mengingat selama ini Muslim di Indonesia selalu dianggap sebagai Muslim yang lebih moderat dibandingkan Muslim di Timur Tengah. Selain itu tesis ini juga berupaya untuk kemudian mencoba memahami alasan-alasan di balik penyerangan simbol-simbol yang selama ini dianggap sebagai simbol Amerika. Tesis ini kemudian ikut pula bertujuan untuk mengklarifikasi ide dan wacana apa yang dipahami para aktivis Mahasiswa Muslim ini dalam memaknai istilah Anti Amerika. Hubungan Islam dan Barat seringkali dilihat sebagai sebuah hubungan yang selalu dipenuhi oleh ketegangan. Konflik yang terjadi antara Barat dan Islam jauh lebih banyak dibanding kerjasama yang dilakukan oleh kedua kelompok ini. Samuel Huntington (1996), salah seorang Profesor di Universitas Harvard, menyebutkan bahwa baik Islam dan Barat adalah dua buah bentuk peradaban yang berbeda. Setiap peradaban ini memiliki karakternya masing-masing. Dan kedua peradaban ini berkeinginan untuk menjadi pusat dari dunia. Buruknya, hal ini
2 mengakibatkan terjadi benturan di antara kedua peradaban ini karena mereka sama-sama ingin menaklukkan dan mendominasi yang lainnya. Dalam konflik antara Islam dan Barat, posisi Indonesia berada dalam bagian peradaban Islam mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, Namun menjadi menarik karena Huntington (2003) menyebutkan bahwa ada kecendrungan untuk Pro-Barat yang ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia. Sementara itu, Amerika seringkali dianggap sebagai simbol atau the leading countries di pihak Barat. Maka pembicaraan mengenai pandangan aktivis Muslim Indonesia terhadap Amerika dapat disebut sebagai pertemuan dan pembicaraan dua wakil peradaban yang memiliki perbedaan karakter. Meskipun dikatakan bahwa ada kecendrungan sikap pro-amerika yang ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia, namun fakta nya hubungan antara masyarakat Muslim di Indonesia dan Amerika tidak selamanya berakhir romantis. Bahkan, dalam banyak kasus, justru seringkali muncul demonstrasi Anti-Amerika di negeri ini. Terjadi demonstrasi, pembakaran bahkan bom terhadap simbol-simbol yang dianggap bagian dari perlambangan Amerika, seperti kedutaan, hingga restauran cepat saji seperti McDonald hingga KFC. Tesis ini kemudian mencoba fokus pada alasan kemunculan sikap anti- Amerika di kalangan para aktivis Muslim dan bagaimana kemudian kebencian itu dimanifestasikan dalam aksi-aksi penentangan terhadap Amerika. Penelitian ini dilakukan di Makassar yang merupakan sebuah kota besar di kawasan Timur
3 Indonesia yang penduduknya didominasi oleh masyarakat Muslim. Berkaca pada sejarah, pasca reformasi tercatat ada banyak kasus demonstrasi menentang Amerika serta beberapa kasus penyerangan terhadap simbol-simbol Amerika baik itu KFC, McDonald ataupun Pizza Hut. Alasan pemilihan Makassar sebagai lokasi penelitian didasarkan kepada beberapa alasan di antaranya; Maraknya kasus demonstrasi anti-amerika di kota ini. Begitu beragamnya gerakan mahasiswa di Makassar. Serta alasan metodologis mengingat pentingnya membatasi cakupan wilayah demi memudahkan kajian empiris. Adapun para aktifis organisasi yang terlibat dalam penelitian ini adalah aktifis dari organisasi mahasiswa Islam yang memiliki ciri khasnya masing-masing. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang pada umumnya didominasi oleh mahasiswa non NU, PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) yang berafiliasi dengan NU, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang selama ini disebut-sebut sebagai organiasi pengkaderan aktivis calon PKS, serta GP (Gema Pembebasan) yang merupakan organisasi sayap dari Hizbut Tahrir. Payung besar dari penelitian ini adalah Islam dan Barat, namun dalam skala yang lebih kecil dan spesifik yakni bagaimana pandangan para aktivis Muslim terhadap Amerika. Baik para aktivis mahasiswa Islam maupun Amerika mewakili sebahagian kecil dari peradaban Islam dan Barat sehingga hasil dari penelitian ini semoga dapat memberi kontribusi positif dalam melihat hubungan Islam dan Barat.
4 1.2 Problematika Penelitian Studi ini akan fokus tiga dua hal utama; Bagaimana Amerika dipahami di kalangan para aktivis mahasiswa Muslim. Alasan-alasan apa yang mendasari munculnya sikap anti pati terhadap Amerika. Bagaimana manifestasi kebencian akan Amerika itu ditunjukkan di ranah publik. 1.3 Tinjauan Pustaka Sejauh ini, penelitian tentang sentimen Anti-Amerika di kalangan Muslim Indonesia bisa dibilang masih sangat terbatas. Namun bukan berarti bahwa sentimen Anti-Amerika itu tidak ada di Indonesia. Adanya sentimen anti-amerika itu setidaknya terindikasi dari munculnya kasus-kasus demonstrasi terhadap Amerika yang seringkali kita temukan di jalanan. Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Freedom Institute di tahun 2005 terkait dengan sikap anti-amerika di Indonesia. Penelitian ini melibatkan 1200 orang sampel dari Aceh hingga Papua. Hasilnya, sekitar 19% responden menyebutkan bahwa Amerika adalah negara yang paling mereka benci. Jika mengacu dari data ini, maka dari sepuluh orang Indonesia maka akan ada dua orang yang sangat membenci Amerika, atau satu dari lima orang Indonesia tidak menyukai Amerika. Lebih lanjut, penelitian ini juga menunjukkan bahwa bentuk-
5 bentuk penentangan terhadap Amerika tersebut dapat ditemukan dalam bentuk demonstrasi menentang kebijakan Amerika yang dianggap merugikan negara lain serta aksi boikot terhadap produk-produk Amerika (Tim Peneliti PPIM UIN Jakarta; 2005). John R. Bowen (2007), seorang profesor di bidang antropologi di Universitas Washington, Saint Louis mengungkapkan bahwa berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pow Global Attitude Project di tahun 2002, setidaknya ada sekitar 61 persen masyarakat Indonesia yang memiliki pandangan yang baik terhadap Amerika Serikat. Akan tetapi, setahun kemudian angka tersebut turun drastis hingga mencapai 15 persen setelah terjadinya invasi Amerika ke Irak. Angka tersebut kembali naik di tahun 2005 ketika Amerika ikut memberikan bantuannya atas tragedi Tsunami di awal tahun 2005 di Aceh. Data tersebut menunjukkan bagaimana sikap anti-amerika dapat meningkat atau menurun dalam jangka waktu yang sangat singkat. Untuk menjelaskan tentang Anti-Amerika di Indonesia, Bowen (2007) kemudian membaginya dalam dua skema. Skema langsung (direct schemas) dan skema tidak langsung (indirect schemas). Skema tidak langsung adalah kebencian yang muncul terhadap Amerika dikarenakan oleh isu Yahudi, Kristenisasi serta narasi tentang kejatuhan dunia Islam. Sedang skema langsung adalah kebencian terhadap Amerika didasarkan pada asumsi bahwa Amerika selalu bekerja hanya untuk kepentingan ekonomi dan politik mereka serta menentang Indonesia. Skema langsung ini juga meliputi pandangan bahwa Amerika bekerjasama sama dengan Australia yang untuk menghadirkan kemerdekaan bagi Timor Timur, pandangan
6 bahwa Amerika yang menyebabkan krisis ekonomi di tahun 1997, serta pandangan bahwa ada intervensi Amerika terhadap bantuan kepada Indonesia setelah terjadinya Tsunami di tahun 2005. Sebuah penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Merlyna Lim di tahun 2005. Lim (2005) menemukan bahwa dari tahun 1999 hingga 2004, pesanpesan dari kelompok radikal fundamental serta sentimen Anti-Amerika menyebar di dunia maya. Gerakan-gerakan radikal ini sendiri percaya bahwa, ancaman terhadap Islam datang dari konspirasi global kelompok Zionist Crusader dalam hal ini Yahudi dan Kristen serta Amerika dan Israel yang dianggap sebagai pimpinan konspirasi global ini. Lim beranggapan bahwa kampanye War on Terror terhadap terorisme yang dilakukan oleh Amerika pasca tragedi 9 September dirasakan oleh kelompok radikal Islam sebagai sebuah perang melawan Islam dan hal tersebut memberi pengaruh atas meningkatnya anti- Amerika di Indonesia. Dalam skala yang lebih luas, wacana tentang semangat anti-amerika di dunia Muslim sudah banyak didiskusikan. Reuven Paz (2005), seorang akademisi asal Israel yang merupakan seorang peneliti senior di Pusat Global Research in International Affairs (GLORIA Center), berargumen bahwa kebencian terhadap Amerika oleh kelompok Islamis telah tertanam dalam jauh sebelum munculnya gerakan jihad di tahun 1990 atau bahkan kebencian itu telah ada sebelum munculnya revolusi Islam di Iran di tahun 1979. Paz meyakini bahwa atmosfir anti Amerika di kalangan kelompok Islam dikembangkan oleh kelompok rezim sekuler Arab seperti Nasserist dan Ba'thist serta didorong oleh aliansi mereka
7 dengan Uni Soviet. Lebih lanjut, Pal menyebutkan bahwa Islamis pertama yang mendeklarasikan perang kebudayaan menentang Amerika dan peradaban Barat adalah akademisi Mesir yang sangat terkenal, Sayyid Qutb. Sayyid Qutb adalah orang yang memperkenalkan paham Anti-Amerika di dunia Islam. Berdasarkan pada pandangan filosofis Qutb, sikap Anti-Amerika adalah jihad terbesar dalam Islam. Para pengikutnya kemudian mengembangkan konsep ini sehingga Anti- Amerika kemudian dapat menjadi bagian dari agama bahkan bagian dari perintah agama. Tidak mengherankan kemudian ketika Tareq Hilmi, salah seorang Islamis Mesir kemudian berujar; Kita menyembah Allah dengan jalan membenci Amerika. Sama dengan pandangan Samuel Huntington tentang Clash of Civilization, Paz (2003) menyimpulkan bahwa problem dasar dari sikap Anti Amerika yang ditunjukkan oleh kelompok Islamis adalah budaya dan bukanlah faktor politik ataupun militer. Sikap anti-amerika ini didasarkan pada perasaan bahwa adanya konspirasi global menentang Islam. Berbeda pandangan dengan Paz, penelitian yang dilakukan oleh Global Pow Project di tahun 2005 tidak menyebutkan bahwa sentimen negatif terhadap Amerika di dunia Muslim disebabkan oleh faktor budaya ataupun faktor agama. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa setidaknya ada empat alasan kenapa kebencian terhadap Amerika muncul di di negeri-negeri Muslim. Yang pertama, konflik terus menerus yang terjadi di Irak. Kedua, War on Terror yang dikampanyekan Amerika untuk melawan terorisme justru dianggap negatif. Ketiga, sikap anti-amerika didasarkan pula pada persepsi bahwa Amerika
8 bertindak menyimpang di panggung dunia. Keempat, sikap luar negeri Amerika terhadap konflik Israel Palestina juga memberi pengaruh pada munculnya kasus Anti-Amerika. Istilah Anti-Amerika sendiri tidak dapat dengan mudah didefenisikan mengingat para ahli seringkali berbeda pendapat dalam memberikan pemahaman akan makna Anti-Amerika. Ivan Krastev (2005), seorang peneliti di Central European University di Budapest, Bulgaria yang menyebut bahwa defenisi tentang paham anti-amerika akan selalu elusive (sukar dipahami). Krastev menambahkan bahwa kritik terhadap kebijakan atau budaya Amerika tidak serta merta disebut Anti-Amerika. Namun penentangan terhadap suatu kebijakan hanya karena kebijakan tersebut didukung oleh Amerika, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai anti-amerika. Dalam pandangan Kratsev, Anti-Amerika adalah sebuah oposisi sistemik terhadap Amerika secara keseluruhan. Defenisi Anti- Amerika adalah oposisi teradap Amerika. Defenisi yang lebih luas diungkapkan oleh Alvin Rubinstein dan Donald Smith (1988) dimana Anti Amerika adalah aksi-aksi perlawanan ataupun ekspresi yang menjadi bagian dari beragam serangan terhadap kebijakan luar negeri, masyarakat, budaya, serta nilai-nilai yang dianut oleh Amerika. Penelitian ini kemudian menjawab bahwa sentimen Anti Amerika yang terjadi di kalangan para aktivis mahasiswa bukanlah kebencian terhadap Amerika secara total dan menyeluruh namun terfokus pada faktor-fator tertentu. Yang membedakan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian saya memfokuskan pada sikap anti Amerika di kalangan
9 mahasiswa Islam terutama di kalangan aktivis-aktivis organisasi Islam kampus. Jika pada penelitian sebelumnya kasus anti Amerika dilihat pada skala yang lebih umum, maka penelitian ini akan memfokuskan pada kalangan generasi muda Islam. Alasan-alasan yang muncul nantinya mungkin akan sama, namun tidak menutup kemungkinan memunculkan alasan-alasan baru yang dipahami oleh generasi muda Islam saat ini. 1.4 Kerangka Teori Untuk dapat memahami dan menganalisa kecendrungan anti-amerika di kalangan aktivis organisasi Muslim ini, saya akan mencoba menggunakan tiga teori umum yang selama ini seringkali digunakan dalam melihat hubungan Islam dan Barat. Penggunaan ketiga teori ini didasarkan pada pandangan bahwa apa yang akan saya lakukan sebenarnya adalah bagian kecil dari sebuah payung besar tentang hubungan Islam dan Barat. Ketiga pandangan tersebut adalah pandangan Samuel Huntington, John L. Esposito, serta Lisa Blaydes dan Dew A. Linzer. Secara umum, Samuel Huntington (1997) beranggapan bahwa konflik antara Islam dan Barat terjadi karena perbedaan budaya yang membentuk peradaban antara dua grup ini. Baik Barat maupun Islam adalah dua bentuk peradaban yang berbeda yang memiliki karakter dan ciri khasnya masing-masing sehingga memungkinkan timbulnya clash jika kedua peradaban ini bertemu. Masalah bagi Barat sesungguhnya bukanlah Islam garis keras, namun Islam itu sendiri.
10 Berbeda dengan Samuel Huntington, John L. Esposito (2004) dalam pandangannya menyebutkan bahwa munculnya hubungan yang tidak baik antara dunia Islam dan Barat disebabkan oleh sikap politik luar negeri Amerika yang seringkali dianggap melecehkan dunia Islam. Esposito menyebut bahwa pandangan tentang benturan peradaban tersebut hanyalah mitos belaka. Ketegangan antara Islam dan Amerika bukanlah karena faktor budaya namun lebih pada sikap politik Amerika. Faktanya, sikap Anti-Ameria itu muncul di kalangan Muslim dikarenakan oleh sikap politik Amerika yang menyerang beberapa negeri Muslim seperti Pakistan, Afganistan, serta Irak. Berbeda dengan keduanya, Blaydes dan Linzer (2012) menganggap bahwa sesungguhnya sentimen Anti-Amerika adalah manifestasi dari kepemimpinan elit politik sebuah negeri. Sentimen anti Amerika tidak muncul semata-mata sebagai respon atas aksi yang dilakukan Amerika atau karena nilai-nilai yang dikandung Amerika namun juga dibentuk oleh bagaimana pemimpin elit politik menggambarkan dan mendiskusikan Amerika. Ketiga pandangan tentang hubungan islam dan Amerika ini saya kemudian sebut sebagai Segitiga Anti Amerika, yakni tiga pandangan umum kenapa Anti Amerika itu muncul yakni; Persoalan budaya, Faktor politik Amerika, dan Opini elit politik dalam negeri. Akan tetapi, penelitian ini tidak kemudian bertujuan untuk mencari tahu teori mana yang paling benar diantara ketiga teori ini. Ketiga teori ini digunakan
11 hanya untuk membantu menganalisa sentimen Anti Amerika yang muncul di kalangan para aktivis Muslim. 1.5 Metodologi Penelitian Penelitian ini menggabungkan antara penelitian lapangan serta penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian pustaka digunakan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya data tentang sikap Anti Amerika di dunia Muslim yang bertujuan untuk mencoba memahami akar permasalahan munculnya anti-amerika di dunia Islam dan bagaimana pengaruhnya terhadap sentimen anti-amerika di kalangan masyarakat Islam di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di Makassar dengan fokus penelitian adalah kelompok aktivis Muslim di kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang berasal dari organisasi ekstra kampus seperti KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) serta GP (Gema Pembebasan). Mereka yang dipilih menjadi responden adalah mereka yang aktif dalam organisasiorganisasi tersebut dan juga pernah ikut terlibat dalam aksi-aksi penentangan terhadap Amerika, termasuk di dalamnya aksi-aksi penyerangan terhadap simbolsimbol Amerika seperti KFC dan juga McDonald. Penelitian lapangan dalam hal ini wawancara mendalam akan digunakan untuk mengumpulkan data-data dari para aktivis tersebut melalui wawancara semi struktur. Wawancara Semi Struktur ini digunakan untuk memungkinkan peneliti menentukan topik dan pertanyaan mendasar yang akan ditanyakan kepada para
12 responden. Dalam wawancara semi struktur, baik waktu dan dan tempat sangatlah fleksibel dan para responden diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk menjawab pertanyaan (Miller, Brewer, 2003). 1.6 Outline Thesis Tesis ini dimulai dengan bab yang menunjukkan alasan dibalik keinginan penulis untuk melakukan penelitian tentang sentimen anti-amerika di kalangan para aktivis mahasiswa Muslim di Makassar. Termasuk di dalamnya problematika penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, serta metodologi penelitian. Pada bab dua penulis mencoba menjelaskan tentang genealogi peradaban Barat serta Amerika yang kemudian bertransformasi menjadi negara besar dan dianggap sebagai simbol Barat. Bab ketiga berisikan tentang sejarah anti Amerika dari Eropa hingga di dunia Islam serta alasan-alasan dibalik kebencian terhadap Amerika di daerah-daerah tersebut. Pada bab ini pula penulis mencoba menuliskan tiga teori besar terkait hubungan Islam dan dunia Barat dalam hal ini Amerika. Bab empat menjadi tempat dimana hasil penelitian tentang sentimen anti-amerika di kalangan para aktivis mahasiswa Muslim itu dipaparkan. Tentang bagaimana Amerika dipersepsikan di kalangan para aktivis mahasiswa Muslim, alasan dibalik kebencian terhadap Amerika serta aksi-aksi yang dilakukan dalam menentang Amerika. Bab terakhir berisi tentang kesimpulan yang penulis dapatkan dai hasil penelitian yang telah penulis lakukan serta titik terang apa yang penulis temukan setelah melakukan penelitian ini.