Evidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing Oleh : Rizana Tsalats (09171113) Pembimbing : Dr. Hj. Arlina Yunita Marsida, Sp.M
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva. 4 utama penyebab : Virus Bakteri Alergen Iritasi Paling sering : virus & bakteri (akut). Penyebab lain "mata merah akut" (Tabel 1), spt iritis idiopatik & Glaukoma akut sudut tertutup sering salah didiagnosis dan dikelola dengan antibiotik topikal oleh nonophthalmologist.
Gejala yang paling menonjol : Pruritus ringan Sensasi benda asing Fotofobia ringan Tanda-tanda yang paling menonjol : Kelopak mata sulit dibuka terutama saat bangun tidur (umumnya konjungtivitis injeksi) Sekret purulen atau berair Tidak ada penurunan visus Namun, kebanyakan dokter keluarga mengakui kesulitan dalam membedakan secara klinis infeksi bakteri akibat virus.
Studi kohort di Belanda melibatkan 177 orang dewasa yang diduga konjungtivitis bakteri akut, kultur bakteri dari swab mata menunjukkan : Hanya 32% kasus yg positif (<50% kasus), artinya walaupun memiliki klinis sugestif tanda dan gejala konjungtivitis bakteri, diagnosis dapat benar pada sekitar 50% kasus saja. Sisanya bakteri yang berada antara flora mata normal dapat menghasilkan "positif palsu" ketika tes mikrobiologis dilakukan
Keterambiguan ini + keyakinan bahwa infeksi bakteri perlu obat resep (prescription medication) pada kasus konjungtivitis infeksi ANTIBIOTIK MATA TOPIKAL Kerugian pada pendekatan ini adalah : Antibiotik resisten Biasa yg tidak efektif Potensi peningkatan komplikasi mata atau akibat penggunaan antibiotik sistemik Pengobatan semua mata merah dengan topikal antibiotik dapat mengakibatkan keterlambatan dalam diagnosis pada kondisi noninfective lainnya yg menyerupai konjungtivitis (Tabel 1)
Pertanyaannya adalah : Jika alasan untuk overprescribing antibiotik adalah untuk menutup kemungkinan penyebab bakteri, maka salah satu harus mempertimbangkan apakah antibiotik bahkan perlu untuk resolusi konjungtivitis bakteri? Berikut ulasan bertujuan untuk meninjau bukti pengobatan terbaik untuk konjungtivitis infektif akut
Case description Seorang anak 5 tahun datang dengan riwayat 3 hari keluar cairan yang encer dari mata kanannya. Mata merah (+). Temuan serupa juga ditemukan pada mata kirinya pada pagi itu. Dia tidak terlalu fotofobik dan matanya tidak gatal. Dia sehat, tapi baru saja terkena infeksi saluran pernapasan atas sekitar 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan, pasien tidak dalam kesulitan akut, demam(-), visual normal, injeksi konjungtiva moderat bilateral (+), node preauricular (+). Ayah pasien menginginkan resep antibiotik mata, karena telah terbukti efektif sebelumnya; anak itu membutuhkan 24 jam pengobatan sebelum dia bisa kembali ke sekolah.
Main message Menurut bukti, antibiotik tidak terutama diperlukan untuk resolusi konjungtivitis bakteri, setidaknya tidak untuk sebagian besar pasien yang dalam perawatan primer. Ringkasan Bukti Klinis ulasan Cochrane dari 3 percobaan terkontrol acak (RCT) dan 1 RCT antibiotik topikal tidak lebih efektif dari pada plasebo untuk meningkatkan penyembuhan pada orang yang diduga konjungtivitis bakteri pada hari 5-7. Level 1 tingkat remisi spontan tinggi, manfaat marginal & resiko rendah pada pasien yg tidak menggunakan antibiotik.
Strategi menejemen yg direkomendasikan menunda penggunaan antibiotik & promosi perawatan suportif : Pembersihan mata sering dengan air steril dan kapas bola kompres air hangat kebersihan tangan dan kelopak mata menggunakan air mata buatan untuk kenyamanan Jika tidak membaik dlm 2 hari baru mulai gunakan antibiotik topikal.
Everitt et al yang melibatkan 307 orang dewasa dan anak-anak dengan konjungtivitis bakteri akut didiagnosis secara klinis oleh dokter umum di selatan England Studi membandingkan pasien yg langsung diberikan antibiotik topikal dg delay style Hasil : berkurangnya penggunaan antibiotik dibandingkan dengan resep langsung pendekatan membantu mencegah medikalisasi konjungtivitis Kekurangan : tambahan waktu yang diperlukan untuk secara efektif mendidik pasien pada sifat kondisi self-limiting.
Main message Unnecessary antibiotic prescription Policy Patient education
Case resolution Fokus pada anamnesa & pem.fis untuk mendiagnosis konjungtivitis infektif akut serta menyingkirkan diagnosa mata merah lainnya yg mungkin dapat menjadi lebih bahaya. Ortu atau pasien diberikan pamflet menggunakan bahasa yang sederhana dan gambar untuk menjelaskan deskripsi kondisi, bagaimana pengobatannya, alasan untuk kontrol ulang dan kapan harus gunakan antibiotik (jika ada) Dokter harus cepat tanggap dan menjawab pertanyaan pasien. Jika metode delay style yg dipilih, harus di follow-up dan dapat diberikan resep antibiotik bila keluhan tidak membaik dalam 3 hari.
Conclusion Konjungtivitis infektif akut adalah keluhan sakit mata yg paling umum ditangani dalam praktek keluarga. Penyebab tersering adalah virus & bakteri, dan biasa sulit untuk membedakan atas dasar klinis. Terlepas dari penyebabnya, bukti menunjukkan pendekatan paling masuk akal untuk pengobatan primer adalah pendidikan pasien & menejemen delay.