BAB I PENDAHULUAN SSK PEMUTAKHIRAN 2016 POKJA SANITASI KOTA TOMOHON. of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam

dokumen-dokumen yang mirip
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V. Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1

BAB IV RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

Di dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi terdiri dari 5 Proses : Proses 1 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi (output Bab I) Proses 2 : Penyiapan Pr

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB 05 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

BAB I. Pendahuluan BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN KEGIATAN KICK OFF MEETING (KOM) PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP)

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Bab 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

Tinjauan BAB V : Tabel Rekap Sumber Pendanaan DAK tidak ada.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Kotawaringin Barat. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 4 Rencana Anggaran Pembangunan Sanitasi

BAB II MEMRANDUM PROGRAM JANGKA MENENGAH

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

I Pendahuluan

BAB IV RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB IV RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

Penyusunan Rencana Kerja dan Pembagian Tugas Pokja Hasil rencana kerja terlampir,

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

LAPORAN KEGIATAN KICK OFF MEETING DAN LOKALATIH PENYUSUNAN DOKUMEN BPS/SSK

BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKA SI PENDANAANSA NITASI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

Lampiran LEMBAR KESEPAKATAN PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) PEMERINTAH KABUPATEN PATI

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

LATAR BELAKANG. roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI KABUPATEN BOMBANA LATAR BELAKANG

LEMBAR KESEPAKATAN MEMORANDUM PROGRAM SEKTOR SANITASI PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG

Kick off Meeting Penyusunan MPS Tahun 2015

NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pemutakhiran SSK Kab. nosobo. Catatan : nama Kab. WONOSOBO.. tahun SSK pengetikan huruf banyak kesalahan

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

NOTULENSI PERTEMUAN AWAL PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH 11 APRIL 2013

: TIM IV : R.M. Bagus Irawan, ST, M.Si, IPP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santasi yang baik dan layak merupakan salah satu faktor penunjang kesehatan masyarakat, akan tetapi belum seluruh stakeholder memberikan perhatian memadai terhadap sanitasi, baik dari kalangan pemerintah sendiri, maupun dari kalangan dunia usaha dan masyarakat, akibatnya sektor sanitasi menjadi sector yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dalam Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan bahwa akses sanitasi layak di Indonesia baru menempati peringkat ke 8 dari 10 Negara di Asia Tenggara. Berdasarkan data tersebut diatas berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan sanitasi di daerah, terutama untuk menghindari dampak dari kondisi buruknya sanitasi di Indonesia. Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah termasuk: (i) Konferensi Sanitasi Nasional yang dilaksanakan bulan November tahun 2007, yang menghasilkan kesepakatan mengenai langkah-langkah penting bagi pembangunan sanitasi ke depan yang juga sejalan dengan pencapaian sasaran MDGs; (ii) pertemuan International Year of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam pengarusutamaan pembangunan sanitasi; dan (iii) Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan yang dilaksanakan bulan April tahun 2009. Pada event ini telah pula diidentifikasikan permasalahan dan sasaran pembangunan sanitasi ke depan serta menyepakati pendekatan Strategi Sanitasi Kota (SSK) sebagai dasar pembangunan sanitasi di daerah yang berkelanjutan. Dokumen Strategi Sanitasi Kota yang telah di buat oleh Pokja Sanitasi Kota Tomohon tahun 2013 ini nantinya akan diperbaharui atau direvisi kembali dengan menyesuaikan target pencapaian akses Sanitasi yang sudah ada dengan target pencapaian Nasional Bidang Sanitasi yang baru, yang tertuang dalam RPJMN 2015 2019 berupa Pemerintah menargetkan pada akhir Tahun 2019 seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan akses terhadap air minum dan sanitasi, dan tidak ada lagi permukiman kumuh. Target tersebut dikenal dengan nama UNIVERSAL ACCSESS, atau gerakan 100 0 100.

Dalam rangka mendukung pencapaian UNIVERSAL ACCESS tersebut, maka Program PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN ( PPSP ) kembali dilanjutkan dalam periode RPJMN 2015-2019 dan masuk dalam Program PPSP Tahap II 2015-2019. Melalui program PPSP tahap II ini Kab/Kota yang dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kab/Kota, dan Memorandum Program Sanitasi (MPS) yang telah habis masa berlakunya harus melakukan updating/review kembali untuk segera dilanjutkan Tahapan Implementasinya. Adapun dokumen perencanaan sanitasi yang akan direview tersebut dinamai SSK Pemutakhiran yang disusun dalam 1 Tahun anggaran saja. Dokumen Perencanaan Sanitasi ini nantinya akan dikolaborasikan atau dimasukkan dalam Dokumen Perencanaan Daerah seperti RPJMD, RPIJMD dan disesuaikan dalam Dokumen RTRW Kab/Kota. 1.2 Methodologi Penyusunan Proses penyusunan SSK Pemutakhiran terdiri dari beberapa tahapan yang berkaitan satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut : 1. Melakukan Review SSK khususnya untuk Kerangka Kerja Logis, Program, Kegiatan dan Penggangaran serta Prioritas Program yang dimaksud dengan dengan Review adalah melihat kembali dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) dan dokumen Strategi Sanitasi Kab/Kota (SSK) serta melakukan perbaikan atau penyesuaian kembali dokumen Memoramdum Program Sanitasi (MPS) sebagai dasar untuk menyusun SSK Pemutakhiran. Hasil review ini merupakan masukan bagi penyusuanan SSK Pemutakhiran, dalam rangka melanjutkan target capaian yang telah disepakati pada dokumen SSK dan MPS yang lalu kemudian disesuaikan kembali dengan target Pencapaian Universal Access. 2. Melakukan konsultasi kepada SKPD terkait di Kab/Kota. Penyamaan persepsi antar anggota Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi merupakan hal yang sangat penting agar masing-masing Pokja yang berasal dari sejumlah dinas/instansi mempunyai kesamaan pemahaman atas proses penyusunan dan produk SSK Pemutakhiran, kontribusi dan tugas dari masing-masing anggota Pokja, serta jadwal pelaksanaan pekerjaan. Disamping itu Pokja harus menyepakati dan memahami bahwa SSK Pemutakhiran merupakan dokumen sumber terbaru dalam usulan pembangunan

sanitasi dan harus dilakukan adopsi dan pengawalan kedalam mekanisme penganggaran regular, pada saat tahapan Implementasi sedang berlansung. 3. Melakukan konsultasi teknis kepada Pokja Sanitasi Provinsi dan Satker terkait. Program, kegiatan dan penganggaran telah disusun didalam dokumen SSK dan dilakukan review di MPS untuk dapat menjawab permasalahan dan sasaran yang sudah ditetapkan didalam SSK dan kemudian akan disempurnakan kembali ke dalam dokumen SSK Pemutakhiran. Sesuai dengan undang-undang maka sanitasi merupakan urusan wajib daerah sehingga prioritas utama pendanaan sanitasi adalah APBD Kab/Kota, bila APBD Kab/Kota tidak mampu maka prioritas berikutnya adalah APBD Provinsi sesuai dengan tupoksinya, bila Kab/Kota dan Provinsi tidak mampu maka prioritas berikutnya adalah bantuan dari Pusat yang sekarang ini lebih menunggu kepada kesiapan daerah seperti kesiapan lahan dan lain sebagainya atau Readiness Kriteria. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bantuan atau partisipasi dari pihak-pihak lain seperti CSR, Swasta, BUMN, serta LSM. Untuk rencana implementasi dari program dan kegiatan dapat didanai dari berbagai sumber pendanaan baik pemerintah (APBD Kab/Kota, APBN Prov. Dan APBN (PHLN) maupun non-pemerintah. Sedangkan untuk mendapatkan dukungan dari stakeholder terkait Program, kegiatan dan penggangaran dari pemerintah Kab/Kota maka perlu dilakukan Internalisasi oleh Pokja Sanitasi Kab/Kota. Keterbatasan anggaran pemerintah untuk pendanaan sanitasi menyebabkan adanya gap pendanaan yang harus dicarikan solusi dengan meng-akses sumber-sumber non-pemerintah untuk menutup funding gap tersebut agar target dan sasaran pengembangan/pelayanan sanitasi dapat tercapai sesuai yang diharapkan sehingga diperlukan akses sumber pendanaan non-pemerintah. 4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternative non pemerintah ditingkat Kab/Kota, dengan mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya tentang perusahaan swasta yang ada didaerah baik Kab/Kota maupun tingkat Provinsi dan Pusat. Melakukan pertemuan/workshop dengan lembaga, swasta, CSR dan lembaga lainnya yang berpotensi untuk berpartisipasi dalam pengembangan dan pembangunan sanitasi dan menyampaikan dalam workshop berbagai hal tentang sanitasi permukiman di Kab/Kota khususnya rencana pengembangan dan pembangunan sanitasi yang dapat didukung oleh peserta workshop.

5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme penganggaran Memorandum Program Sanitasi (MPS) tidak akan bermanfaat jika program dan kegiatan yang sudah disusun tidak teradopsi kedalam mekanisme penganggaran. Pokja Sanitasi harus mengetahui dan mengikuti proses penganggaran regular agar mengetahui waktuwaktu kritis yang dapat diintervensi sehingga program dan kegiatan didalam MPS dapat diadopsi kedalam mekanisme penganggaran regular. Agar Implementasi kegiatan dapat terlaksana dan terjaga dalam mencapai target bersama Universal Access. 1.3 Dasar Hukum Rencana pembangunan Sanitasi Kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Aturan atau perundang-undangan yang menjadi dasar hukum penyusunannya adalah: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Undang-undang Republik Indonsesia Nomor 10 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 30, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4273); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air; 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421; 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ), sebagaimana telah diubah untuk yang kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844; 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700); 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimum (SPM) ; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Anggaran Daerah; 18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2015; 19. Peraturan Daerah Kota Tomohon Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Kota Tomohon) Tahun 2011-2015; 20. Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tomohon Tahun 2011-2031.

21. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI. 22. Surat Edaran Kementerian Kesehatan NOMOR HK. 03.03/MENKES/184/2015 TENTANG PENDANAAN UNTUK UPAYA PELAYANAN KESEHATAN PREVENTIF DI PROVINSI DAN KABUPATEN / KOTA. 1.4 Sistematika Penulisan Sistimatika Penulisan dokumen SSK Pemutakhiran terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut: o Bab Pertama berisi Pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, Methodologi Penyusunan, Dasar Hukum serta Sistematika Penulisan. o Bab Kedua berisi Profile Sanitasi yang menyangkut kondisi eksisting/terkini sanitasi, yang mencakup Gambaran Wilayah, Kemajuan Pelaksanaan SSK, Profil Sanitasi saat ini, serta Area Beresiko dan permasalahan mendesak Sanitasi. o Bab Ketiga beisi Kerangka Pengembangan Sanitasi, Berupa Visi dan Misi sanitasi, Pentahapan Pengembangan Sanitasi, serta kemampuan pendanaan sanitasi di daerah. o Bab Keempat berisi tentang Strategi Pengembangan Sanitasi, pada Sektor Air Limbah Domestik, Pengelolaan Persampahan, dan Drainase Perkotaan. o Bab Kelima berisi Program, Kegiatan, dan Indikasi Pendanaan Sanitasi berupa ringkasan kebutuhan pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan Pemerintah, kebutuhan pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan Non Pemerintah dan Antisipasi Funding Gap. Jenis data yang digunakan dalam dokumen SSK Pemutakhiran ini bersumber dari: Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tomohon Tahun 2013; Memorandum Program Sanitasi (MPS) Tahun 2014 2019; Renja SKPD Tahun 2016; Buku Tomohon dalam Angka Tahun 2015;