HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN POPULASI HAMA DAN MUSUH ALAMI KEDELAI EDAMAME (Glycine max VARIETAS EDAMAME) PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF IBNU RAKHMAT RIDHAYAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Glycine max Varietas Edamame

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

Teknologi Produksi Kedelai

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) ADHIKA PRASETYA NUGRAHA

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama kedelai Kutudaun Kedelai Aphis glycines

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

Lalat Bibit Kacang Ophiomya phaseoli Diptera: Agromyzidae

DAMPAK APLIKASI KOMBINASI PESTISIDA KIMIA DAN AGENS HAYATI TERHADAP POPULASI Coccinella repanda DAN Paederus fuscipes CURTIS PADA TANAMAN KACANG HIJAU

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

Hama penting tanaman kacang hijau.

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia, lahan kering masam cukup luas dan telah banyak yang

TINJAUAN PUSTAKA Kacang Panjang ( Vigna sinensis L.)

KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI SERTA PENGARUH PERLAKUAN INSEKTISIDA PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) FASE GENERATIF JOHAN

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA SERANGGA SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DI LAHAN LEBAK PENGENDALIAN ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN HAMA SAYURAN DI LAHAN LEBAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

POTENSI PREDATOR FAMILI : COCCINELLIDAE UNTUK MENGENDALIKAN. HAMA TANAMAN CABAI MERAH Thrips parvispinus. Oleh Pasetriyani Eddy Tarman

APLIKASI PUPUK DAN MULSA JERAMI PADA TANAMAN KEDELAI TERHADAP SERANGAN HAMA DAN PRODUKSI

MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK

APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah beras,

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi populasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik meliputi makanan,

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) PIPIH NURPARIDAH

BAB VII SINTESIS Strategi Pengendalian Hayati Kepik Pengisap Buah Lada

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat

IDENTIFIKASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN HASIL KEDELAI PADA BEBERAPA POLA TANAM DI KAWASAN HUTAN JATI MUDA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, yaitu hama utama atau penting dan hama sekunder. Hama utama

PENGENDALIAN OPT (ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN)

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI KETAHANAN GALUR

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

INTERAKSI TRI-TROFIK DAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERTANAMAN KEDELAI DENGAN BEBERAPA TEKNIK PENGELOLAAN HAMA CIPTADI ACHMAD YUSUP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wortel Taksonomi Tanaman Wortel Morfologi Tanaman Wortel

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Bioekologi Ulat Krop Kubis Crocidolomia pavonana

LAMPIRAN Lampiran 1. Lay out Penelitian

VI. PEMBAHASAN UMUM Strategi pengendalian B. tabaci dengan Perpaduan Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggir dan Predator

KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

KEANEKARAGAMAN HAYATI SERANGGA PREDATOR KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn) DAN KUTU DAUN (Aphid spp.) PADA TANAMAN KEDELAI TESIS

Erlinda Damayanti, Gatot Mudjiono, Sri Karindah

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah )

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

PERKEMBANGAN SPODOPTERA LITURA F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA KEDELAI. Portrayals of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) In Soybean

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

IDENTIFIKASI HAMA DAN PENGENDALIANNYA SECARA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI RINGKASAN

EFIKASI INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN KUTU KEBUL, Bemisia tabaci GENN. (HOMOPTERA: ALEYRODIDAE)

Pengorok Daun Manggis

Strategi Pengendalian Hama Kedelai dalam Era Perubahan Iklim Global

Transkripsi:

14 HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Hama pada Pertanaman Edamame Hama-hama yang ditemukan menyerang pertanaman kedelai edamame pada fase vegetatif umur 24 sampai 31 HST ada empat jenis, yaitu A. glycines, Empoasca sp., L. indicata dan B. tabaci. Pada umur 38 HST (fase generatif awal) jumlah spesies hama yang ditemukan masih tetap sama. Jumlah spesies hama meningkat menjadi delapan spesies setelah tanaman berumur 45 HST atau setelah mulai membentuk polong Hama-hama yang ditemukan selain hama yang telah ada sebelumnya adalah C. chalcites, N. viridula, R. linearis dan E. zinckenella (Tabel 1 dan 2). Setelah tanaman berumur 52 HST jumlah spesies hama yang menyerang edamame meningkat menjadi sembilan spesies dengan adanya P. hybneri. Selanjutnya jumlah spesies hama yang menyerang Edamame tetap sampai tanaman berumur 66 HST atau menjelang panen. Untuk hama L. indicata dan C. chalcites selain populasi larva juga dihitung intensitas serangannya. Serangan hama penggulung daun L. indicata mulai ditemukan pada umur tanaman 24 HST, sedangkan serangan ulat jengkal C. chalcites dan penggerek polong E. zinckenella mulai ditemukan pada umur tanaman 45 HST (Tabel 2). Hama Edamame pada Fase Vegetatif dan Generatif Hama yang ditemukan pada edamame fase vegetatif tanaman berumur 24-31 HST adalah A. glycines, Empoasca sp., L. indicata dan B. tabaci. Rataan kerapatan populasi keempat hama tersebut pada umur tanaman 24 HST berturutturut adalah 11.38 ± 18.99,.73 ± 1.59,.1 ±.39 dan.96 ± 1.71 ekor/tanaman (Tabel 1). Kutudaun A. glycines ditemukan menyerang pada bagian tanaman yang masih muda terutama bagian pucuk dan daun yang masih muda. Sedangkan Empoasca sp. dan B. tabaci ditemukan pada bagian bawah permukaan daun. Penggulung daun L. indicata ditemukan melipat daun muda dan makan dari bagian dalam. Keempat jenis hama di atas ditemukan pada fase vegetatif dan generatif walaupun kerapatan populasinya rendah, kecuali A. glycines (Gambar 1 dan 2). Hasil pengamatan intensitas serangan L. indicata menunjukkan bahwa

15 pada umur tanaman 24 HST telah mencapai rataan.99 ± 3.18% (Tabel 1). Pengamatan selanjutnya gejala serangan selalu ditemukan sampai tanaman berumur 66 HST. Larva L. indicata yang ditemukan pada umur tanaman 66 HST sangat rendah dengan rataan.5 ±.22 ekor/tanaman sedangkan intensitas serangannya 2.8 ± 3.52%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hama edamame yang dominan pada fase vegetatif sampai generatif adalah A. glycines, kerapatan populasi hama ini mencapai puncak pada umur 52 HST dengan rataan 23.28 ± 11.94 ekor/tanaman. Setelah itu populasinya berangsur turun dan pada saat tanaman berumur 66 HST rataan populasinya mencapai 66.72 ± 39.6 ekor/tanaman. Penurunan populasi ini kemungkinan disebabkan adanya perpindahan kutudaun ke tanaman edamame lain yang lebih muda. Menurut Dixon (1998), populasi kutudaun yang bersayap akan meningkat saat populasi pada suatu tanaman terlalu padat dan adanya pengaruh kondisi tanaman. Dalam hal ini populasi A. glycines pada 52 HST sudah mencapai 23.28 ekor/tanaman, sehingga perpindahan ke tanaman lain yang lebih muda sangat mungkin terjadi. Selain itu adanya penyemprotan insektisida yang dilakukan oleh petani pada umur 55 HST juga kemungkinan menyebabkan penurunan populasi dari A. glycines. Hal ini juga didukung oleh kenyataan bahwa populasi dari hama lain juga ikut menurun setelah aplikasi insektisida. B. tabaci yang mencapai puncak populasinya pada umur 52 HST sebanyak 2.18 ekor/tanaman, menurun menjadi.78 ekor/tanaman pada 59 HST dan Empoasca sp. yang pada umur tanaman 52 HST populasinya mencapai 1.12 ekor/tanaman menjadi.62 ekor/tanaman pada umur 59 HST. Namun untuk L. indicata dan C. chalcites tidak terjadi penurunan. Larva dari L. indicata hidup di dalam lipatan daun dan memakan daun dari bagian dalam (Kalshoven 1981) sehingga terlindung dari semprotan insektisida.

16 Tabel 1 Keragaman jenis hama dan kerapatan populasinya pada pertanaman edamame Jenis hama Kerapatan populasi hama pada umur tanaman (HST a ) A. glycines 11.38 ± 18.99 38.78 ± 56.45 113.9 ± 87.2 142.48 ± 85.88 23.28 ± 11.94 151.95 ± 75.65 66.72 ± 39.6 Empoasca sp..73 ± 1,59 1.2 ± 1.62 1.2 ± 1.62.81 ± 1.64 1.12 ± 1.65.62 ± 1.19.69 ± 1.21 C. chalcites.3 ±.57.32 ±.57.34 ±.61.34 ±.61 L. indicata.1 ±.39.47 ±.89.37 ±.66.24 ±.65.14 ±.4.17 ±.4.5 ±.22 B. tabaci.96 ± 1.71.54 ± 1.4.78 ± 1.45 1.6 ± 1.85 2.18 ± 2.76.78 ± 1.46.41 ±.9 N.viridula.8 ±.37.13 ±.44.31 ±.93.24 ±.96 P. hybneri.3 ±.17.11 ±.51.6 ±.31 R. linearis.2 ±.14.3 ±.17.5 ±.22.1 ±.1 a HST=Hari Setelah Tanam Tabel 2 Intensitas serangan hama pada pertanaman edamame Jenis hama Intensitas serangan (%) pada umur tanaman (HST a ) C. chalcites 1.95 ± 3.82 3.12 ± 4.38 3.62 ± 4.7 3.73 ± 4.84 L. indicata.99 ± 3.18 2.8 ± 4.9 1.84 ± 3.53 1.73 ±3.35 1.82 ± 3.41 1.94 ± 3.26 2.8 ± 3.52 E. zincknella.21 ± 1.12.34 ± 1.47.73 ± 2.26 1.34 ± 3.26 a HST=Hari Setelah Tanam 16

17 2.5 Kerapatan populasi hama 2 1.5 1.5 Bemisia tabaci tabaci Lamprosema Lamprosema indicata indicata (populasi) Chrysodeixis chalcites (populasi) Empoascai sp. sp. Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Umur tanaman (HST) Gambar 1 Perkembangan populasi hama yang menyerang edamame mulai fase vegetatif 25 Kerapatan populasi A. glycines 2 15 1 5 Aphis glycines Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Umur tanaman (HST) Gambar 2 Populasi A. glycines pada pertanaman edamame Hama Edamame pada Fase Generatif Pada edamame fase generatif, hama yang muncul adalah N. viridula, P. hybneri, R. linearis dan E. zinckenella. Untuk E. zinckenella yang dihitung adalah intensitas serangannya. Ketiga hama tersebut baru muncul setelah tanaman berumur 45 HST, dimana tanaman sudah membentuk polong, kecuali P. hybneri

18 pada umur tanaman 52 HST. Hama yang populasinya paling tinggi adalah N. viridula yaitu.31 ekor/tanaman pada 59 HST, berikutnya adalah P. hybneri sebesar.11 ekor/tanaman dan R. linearis sebesar.5 ekor/tanaman. Keduanya juga mencapai puncak populasi pada umur 59 HST (Gambar 3). Dari gambar 3 juga dapat dilihat bahwa aplikasi insektisida tidak mampu menurunkan populasi ketiga hama tersebut. Hal ini kemungkinan terjadi karena aplikasi insektisida yang tidak tepat sehingga hama dapat terhindar dari paparan insektisida dengan berlindung di bawah kanopi daun (Tengkano et al 1992), atau telah terjadi resistensi dari hama akibat penggunaan insektisida secara terus menerus (Dadang & Prijono 28)..35 Kerapatan populasi hama.3.25.2.15.1.5 Nezara vridula viridula Piezodorus hybneri Riptortus linearis Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Umur tanaman (dalam HST) Gambar 3 Perkembangan populasi hama edamame pada fase generatif Sedangkan penggerek polong E. zinckenella gejala serangannya mulai dapat dilihat pada umur tanaman 45 HST dengan intensitas serangan sebesar.21%, dan mencapai puncak pada umur tanaman 66 HST dengan rataan 1.34% (Gambar 4). Hal ini terjadi karena pada saat tanaman berumur 45 HST polong sudah mulai terbentuk namun belum maksimal, dan pada saat tanaman berumur 66 HST polong sudah terbentuk secara maksimal sehingga sangat mendukung perkembangan dari E. zinckenella. Imago dewasa meletakkan telur di bagian kelopak bunga atau pada pangkal polong, setelah menetas larva akan langsung masuk ke dalam polong dan makan biji (BPPP 26).

19 Intensitas serangan 1.6 1.4 1.2 1.8.6.4.2 24 31 37 45 52 59 66 Umur tanaman (HST) Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Gambar 4 Perkembangan intensitas serangan E. zinckenella pada edamame Kelimpahan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai Edamame Musuh alami yang ditemukan pada pertanaman kedelai edamame adalah Syrphidae, Coccinellidae, laba-laba, Carabidae dan Paederus fuscipes. Dari kelima jenis musuh alami tersebut, yang merupakan musuh alami A. glycines adalah Syrphidae, Coccinellidae dan Paederus fuscipes (Tabel 3).

2 Tabel 3 Kerapatan musuh alami pada pertanaman edamame Jenis/kelompok predator Kerapatan populasi musuh alami pada umur tanaman (HST a ) Syrphidae.2 ±,14.4 ±.24.26 ±.68.24 ±.61.5 ±.22 Coccinellidae.18 ±.59.56 ± 1.46.38 ± 1.1.72 ± 1.61.39 ±.8.24 ±.62.13 ±.46 Laba-laba.8 ±.27.15 ±.39.11 ±.31.13 ±.34.9 ±.29.15 ±.36.9 ±.29 Carabidae.1 ±.1.1 ±.1.3 ±.33.1 ±.1 P. fuscipes.2 ±.14.2 ±.14.7 ±.29.8 ±.31.2 ±.14 a HST=Hari Setelah Tanam 2

21 Predator yang ditemukan sejak tanaman berumur 24 sampai 66 HST adalah Coccinellidae dan laba-laba. Populasi Coccinellidae tertinggi terjadi pada umur tanaman 45 HST sebesar.72 ekor/tanaman. Spesies Coccinellidae yang ditemukan adalah Menochilus sexmaculatus F. dan Coccinella transversalis F. Untuk laba-laba, populasi tertinggi terjadi pada saat tanaman berumur 31 HST dan 59 HST sebesar.15 ekor/tanaman. Sedangkan Syrphidae mulai ditemukan pada umur tanaman 38 HST, demikian pula P. fuscipes. Populasi Syrphidae mencapai puncak pada saat tanaman berumur 52 HST sebesar.26 ekor/tanaman dan P. fuscipes pada saat tanaman berumur 59 HST sebesar.8 ekor/tanaman. Carabidae ditemukan pada saat tanaman berumur 45 HST dan mencapai puncak pada umur tanaman 59 HST sebesar.3 ekor/tanaman (Gambar 5). Setelah aplikasi insektisida pada umur tanaman 55 HST populasi Coccinellidae dan Syrphidae sebagai predator dari A. glycines mengalami penurunan. Sedangkan keberadaan ketiga predator lainnya mengalami peningkatan. Menurut Purwanta dan Rauf (2), penggunaan insektisida berbahan aktif deltametrin dapat menurunkan populasi dari predator, sedangkan insektisida berbahan aktif profenofos dapat menurunkan populasi dari parasitoid. Selain itu imago P. fuscipes sangat aktif berpindah sehingga dapat terhindar dari paparan insektisida. Populasi Coccinellidae lebih dominan dibandingkan populasi predator lainnya. Hal ini dikarenakan melimpahnya A. glycines sebagai mangsa dari Coccinellidae.

22 Kerapatan populasi musuh alami.8.7.6.5.4.3.2.1 Umur tanaman (dalam HST) Syrphidae Coccinellidae Laba laba Carabidae Paederus fuscipes Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Gambar 5 Perkembangan populasi predator pada pertanaman kedelai edamame Pengaruh Coccinellidae terhadap A. glycines Dari pengamatan ditemukan 3 jenis predator dari A. glycines yaitu larva Syrphidae, Coccinellidae (larva dan imago) dan Paederus fuscipes (Tabel 4). Namun populasi musuh alami yang paling tinggi adalah Coccinellidae (Gambar 5). Salah satu spesies dari Coccinelidae yang ditemukan adalah Menochilus sexmaculatus (Fabricius). Spesies ini dinilai cukup potensial dalam mengendalikan A. glycines (Arifin et al 1997). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keberadaan Coccinellidae tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan populasi A. glycines (Gambar 6). Hal ini diduga karena populasi Coccinellidae yang terlalu rendah sehingga tidak mampu menekan populasi A. glycines.

23 25 2 15 1 5 Aphis glycines Coccinelidae Coccinellidae Aplikasi insektisida pada umur 25 dan 55 HST Gambar 6 Populasi A. glycines dan Coccinellidae pada pertanaman edamame Tabel 4 Perkembangan kerapatan populasi A. glycines dan Coccinellidae Kerapatan populasi pada umur tanaman (HST a ) Jenis Arthropoda A. glycines 11.38 ± 18.99 38.78 ± 56.45 113.9 ± 87.12 142.48 ± 85.88 23.28 ± 11.94 151.95 ± 72.53 66.72 ± 35.21 Coccinelidae.18 ±.59.56 ± 1.46.38 ± 1.1.72 ± 1.61.39 ±.8.24 ±.62.13 ±.46 23