Seminar Nasional & Kongres XIX Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Surabaya 8 Oktober 2015 Bauran Kebijakan Meningkatkan Daya Saing Manufakturing Djoko Wintoro APINDO
Kategori Daya Saing Biaya Manufakturing 2014 (Kesempatan) Under Pressure Brazil, China, Russia, Poland Losing Ground Australia, Belgium, France, Italy, Sweden Holding Steady Indonesia, India, UK, Netherland Rising Global Stars Mexico, USA Notes: BCG, 2014
Biaya Manufakturing Biaya Tenaga Listrik Industri (per KwH) China : 2004 : 7.0 (USD) 2014 : 11.0 Russia 2004 : 3.0 (USD) 2014 : 7.0 Notes: BCG,2014
Biaya Manufakturing Upah Manufakturing per Jam (USD) China : 2004 : 4.35 (USD) 2014 : 12.47 Russia 2004 : 6.76 (USD) 2014 : 21.90 Notes: BCG,2014
Connected Living Total Market USD 730 Billion in 2020 Connected Home USD 226 billion (31%) home energy home entertainment Connected Work USD 110 bill. (15%) mobile communication mobile banking Connected City USD 394 bill. (54%) smart transportation, e-learning
Pertumbuan Ekspor vs PDB: 2015 2025 (kendala) Negara Maju pertumbuhan Ekspor pertumbuhan PDB Negara Berkembang pertumbuhan Ekspor pertumbuhan PDB Notes: Frost & Sulivan
Tantangan Domestik : Daya Saing Industri & Perdagangan Daya saing industri dan perdagangan menurun di tengah rendahnya muatan teknologi dan modal manusia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya Sumber : OECD, 2014. 7
Manfaat Meningkatkan Daya Saing Manufakturing Investasi USD1 berdampak pada peningkatan nilai investasi USD 1.32 di sektor lain Penambhan 1 tenaga kerja di sektor manufakturing berdampak penambahan 2.5 tenaga kerja di sektor lain 8
Kerangka Meningkatkan Daya Saing Manufakturing Kebijakan Pemerintah Sumber Daya Daya Saing Manufakturing Kapabilitas Megatren
Megatren: Akselerasi Urbanisasi Perubahan demografi Perubahan iklim Kelangkaan sumber daya alam Perpindahan kekuatan ekonomi Terobosan teknologi Sumber Daya material manusia energi keuangan
Kebijakan Pemerintah: Kebijakan infrastruktur manufaktirng Kebijakn sains dan teknologi Kebijakan perdagangan, upah, dan pajak Kebijakan energi Kebijakan pendidikan tinggi Kapabilitas Inovasi Teknologi Proses Logistik
Pekerjaan Rumah Meningkatkan Daya Saing Manufakturing Kombinasi Kebijakan Pemerintah Sustainability Resources Daya Saing Manufakturing Kapabilitas Inovasi Eksploitasi Kesempatan Megatren
AKSELERASI SEKTOR INDUSTRI SASARAN INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 Industri Growth (%) 6,0 6,9 7,5 8,1 8,6 Share dalam PDB (%) 20,8 21,0 21,1 21,3 21,6 Pertumbuhan PDB rata-rata yang diharapkan : 7,0 % 13
1. Pengembangan Perwilayahan Industri 2. Penumbuhan Populasi Industri 3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas
Bauran Kebijakan : Struktural Industri & Perdagangan Sumber : BI, Bappenas, 2015.
REKOMENDASI PROGRAM Transformasi Manufakturing 5 Tahun 1. Fokus terhadap pengembangan industri pengolahan pertanian, komponen, serta industri ringan akan membuka global supply chain 2. Mmempromosikan kesiapan industri berat, khususnya kesiapan SDM, dan akses kepada infrastruktur energi dan logistik 3. Pengembangan aglomerasi kawasan industri dekat dengan pelabuhan, khususnya di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur bagian utara, Lampung, dan Kalimantan bagian selatan Sektor Industri yang mampu menyerap tenaga kerja dan menciptakan produktivitas merupakan kunci kesuksesan keberlanjutan transformasi struktural Indonesia menuju negara dengan income per kapita yang tinggi
REKOMENDASI PROGRAM Transformasi Manufakturing 5 Tahun 4. Perbaikan konektivitas logistik multi-moda serta koridor inter dan intra-ekonomi yang dapat dapat meningkatkan daya saing industri 5. Peningkatan dukungan melalui insentif dan R&D, khususnya di sektor yang memproduksi produk derivatif dengan nilai tambah tinggi Sektor Industri yang mampu menyerap tenaga kerja dan menciptakan produktivitas merupakan kunci kesuksesan keberlanjutan transformasi struktural Indonesia menuju negara dengan income per kapita yang tinggi
Bauran Strategi LINTAS SEKTOR Makro Ekonomi (Fiskal-Moneter) Expansi ruang fiskal bagi infrastruktur, dengan komitmen melakukan perubahan, seperti : a. Peningkatan rasio belanja infrastruktur terhadap GDP dari 2,5% menjadi 4,5% pada 2019. Hal ini menuntut realokasi penuh dari subsidi BBM ke pos pengeluaran infrastruktur. b. Perbaikan insentif fiskal bagi Pemda untuk memelihara kualitas infrastruktur, tidak hanya dengan membangun sarana baru. c. Memberi kesempatan bagi Pemda untuk mencari sumber pendanaan bagi pembiayaan proyek infrastruktur. d. Memperbaiki koordinasi institusi antar pemerintah dalam hal seleksi proyek serta persiapan pelaksanaan pembangunan. e. Perbaikan implementasi UU Penyediaan Lahan bagi infrastruktur publik (UU No. 2 Tahun 2012). 18
Bauran Strategi LINTAS SEKTOR Makro Ekonomi (Fiskal-Moneter) Menjaga nilai tukar Rupiah bagi tingkat daya saing produk / barang ekspor Indonesia. Pengembangan lembaga pembiayaan investasi industri dengan skema insentif yang terintegrasi dan terinstitusionalisasi bagi pengembangan kredit nasional yang pro-industri untuk mendukung sektor tersebut agar memiliki daya saing ekspor dan berkarakter industri substitusi impor. 19
Terimakasih