1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang berkembang dengan berbagai macam jenis, salah satunya ialah puskesmas. Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerja. Selain itu, puskesmas mempunyai kewajiban administrasi untuk membuat dan memelihara rekam medis pasien. Hal ini ditegaskan dalam beberapa peraturan, salah satunya ialah Permenkes No. 269 tahun 2008 pasal 5 ayat 1 tentang Rekam Medis yang berbunyi, Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Pelayanan rekam medis di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu penilaian pada proses akreditasi. Rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana, dan bagaimana pelayanan yang diberikan
2 kepada pasien selama masa perawatan, yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperoleh serta memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasikan pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya (Huffman, 1994). Rekam medis merupakan proses yang dimulai pada saat diterimanya pasien di pelayanan kesehatan, diteruskan kepada kegiatan pencatatan data dan dilanjutkan kepada penanganan rekam medis yang meliputi penyelenggaraan, penyimpanan serta pengeluaran rekam medis dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan peminjaman untuk keperluan pasien atau yang berhubungan dengan ketentuan hukum lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat hubungan yang sangat erat dengan tujuan dan kegunaan dari rekam medis menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997) yaitu ALFRED (administrative, legal, finansial, riset, edukasi, dan dokumentasi). Rekam medis yang bermutu bisa diperoleh jika manajemen pelayanan informasi kesehatan/rekam medisnya bermutu. Manajemen pelayanan rekam medis bertujuan untuk mengelola rekam medis dan informasi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan medis, administrasi dan kebutuhan informasi kesehatan sebagai bahan pengambilan keputusan dibidang kesehatan. Manajemen pelayanan rekam medis yang bermutu bisa diperoleh salah satunya adalah dengan menggunakan tenaga profesional perekam medis yang berkompetensi khusus pada bidang
3 rekam medis. Saat ini, masih terdapat puskesmas yang belum memiliki tenaga perekam medis yang berkompetensi, salah satunya adalah Puskesmas Bojonegoro. Berdasarkan wawancara dan pengamatan secara langsung, proses kerja yang seharusnya dilakukan oleh petugas rekam medis, Puskesmas Bojonegoro menggunakan sumber daya manusia lulusan sekolah menengah atas dan dibantu oleh bidan magang sehingga pekerjaan yang dilaksanakan belum sesuai dengan SOP perekam medis. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian seperti sistem penyimpanan berkas rekam medis masih kurang tepat karena belum ada acuan langkah-langkah penyimpanan rekam medis pasien yang baik dan benar. Hal ini menyebabkan terjadinya misfile yang mengakibatkan kehilangan data riwayat pemberian layanan kesehatan terdahulu pasien, sedangkan menurut surat edaran Dirjen Pelayanan Medik Nomor HK.00.06.1.5.01160, retensi dilakukan minimal 5 tahun penyimpanan berkas rekam medis yang dihitung dari tahun terakhir kunjungan pasien. Misfile ini mengakibatkan pelayanan menjadi lambat karena petugas harus membuat rekam medis baru. Menurut Budi (2011), tracer digunakan sebagai pengganti berkas rekam medis di rak filing yang dapat digunakan untuk menelusuri keberadaaan berkas rekam medis. Ketiadaan penggunaan tracer di Puskesmas Bojonegoro menjadi faktor penting dalam terjadinya misfile. Kepala Puskesmas Bojonegoro dalam perencanaan kebutuhan SDM di Puskesmas Bojonegoro tidak melalui perhitungan, sehingga
4 permintaan yang diajukan ke Dinas Kesehatan Bojonegoro tidak valid. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis tertarik membahas topik yang berkaitan dengan perhitungan sumber daya manusia khususnya perekam medis agar tercapai mutu rekam medis yang maksimal serta pemerataan petugas rekam medis pada layanan kesehatan masyarakat. Perhitungan yang digunakan adalah metode WISN yang memiliki keunggulan mudah dilaksanakan, mudah melakukan prosedur perhitungan, mudah untuk segera mendapat hasil perhitungan, dapat digunakan bagi perhitungan berbagai jenis ketenagaan, dan hasil perhitungan realistis. Metode lain seperti yang ada dalam SK Menkes No.262/Menkes/Per/VII/1979 tentang perhitungan kebutuhan tenaga berdasarkan perbandingan antara jumlah tempat tidur yang tersedia di kelas rumah sakit dengan jenis kategori tenaga tertentu dan metode Indicator of Staff Needs (ISP) tidak cocok dan belum dapat digunakan sebagai dasar perencanaan kebutuhan tenaga karena tidak memberikan data yang lengkap tentang kebutuhan tenaga kesehatan per kategori tenaga dan tidak memperhitungkan beban kerja yang riil dan kapasitas masing-masing kategori tenaga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Bagaimana perhitungan Sumber Daya Manusia (SDM) perekam medis di Puskesmas Bojonegoro?.
5 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui jenis kegiatan serta uraian pekerjaan perekam medis di Puskesmas Bojonegoro 2. Menghitung kebutuhan jumlah tenaga perekam medis di Puskesmas Bojonegoro dengan metode WISN. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a) Bagi Puskesmas Sebagai bahan evaluasi serta untuk pertimbangan dalam merencanakan kebutuhan sumber daya manusia. b) Bagi peneliti Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh pada saat perkuliahan serta menambah wawasan dan pengalaman yang berharga secara langsung yang bermanfaat dalam upaya pengembangan pengetahuan di bidang rekam medis. 2. Manfaat teoritis a) Bagi institusi pendidikan Menambah referensi untuk membandingkan teori yang ada dengan praktek di lapangan. b) Bagi Peneliti Lain
6 Sebagai acuan/referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang sesuai dengan materi yang berhubungan dengan materi yang diambil. E. Keaslian Karya Penelitian tentang Perencanaan Sumber Daya Perekam Medis di Puskesmas Bojonegoro belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, tetapi ada penelitian yang hampir sama, antara lain: 1. Yudi (2013) dengan judul Perencanaan Kebutuhan SDM Berdasarkan Uraian Pekerjaan Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta Tahun 2013 Penelitian yang dilakukan Yudi menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian fenomenologis dengan subyek penelitian adalah SDM di unit kerja Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh Yudi (2013) adalah bahwa kebutuhan tenaga kerja di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta sebanyak 17 orang. 2 dokter umum, 1 bidan, 2 perawat umum, 1 perawat gigi, 1 asisten apoteker, 1 nutrisionis, 1 sanitarian, 1 epidemiolog, 1 surveilans, 2 petugas tata usaha dan inventaris, 3 bendahara, 1 petugas jaga malam.
7 Persamaan penelitian ini dengan Yudi (2013) adalah meneliti kebutuhan kerja petugas. Perbedaaan penelitian ini dengan Yudi (2013) adalah tujuan penelitian. Penelitian Yudi (2013) bertujuan untuk mengetahui kebutuhan SDM di semua unit kerja, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan SDM khusus bagian rekam medis. 2. Dery (2012) dengan judul Perencanaan kebutuhan Petugas Rekam Medis Berdasarkan Uraian Pekerjaan Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Di rumah Sakit Grhasia Yogyakarta Tahun 2012 Penelitian yang dilakukan Dery menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian secara fenomenologis dengan subjek penelitian adalah seluruh petugas rekam medis yang ada di rumah Sakit Grhasia Yogyakarta. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh Dery (2012) adalah bahwa kebutuhan tenaga rekam medis di Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta sebanyak 10 orang dengan perincian, 1 orang pendaftaran rawat jalan, 4 orang pendaftaran IGD dan rawat inap, 1 orang bagian filing, 1 orang bagian assembling, 2 orang bagian coding/indexing, 1 orang bagian pelaporan. Persamaan penelitian ini dengan Dery (2012) adalah meneliti kebutuhan jumlah petugas. Perbedaan penelitian ini dengan Dery (2012) terletak pada rancangan penelitian. Pada penelitian Dery
8 (2012) menggunakan rancangan penelitian fenomenologis, sedangkan pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. 3. Arif (2009) dengan judul Perencanaan Dan Pengorganisasian Petugas Rekam Medis Berdasarkan Beban Kerja RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. Penelitian yang dilakukan Arif menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian secara eksploratif dengan subjek penelitian adalah 4 orang tenaga rekam medis. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh Arif (2009) adalah kebutuhan tenaga rekam medis di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu sebanyak 10 orang. Persamaan penelitian ini dengan Arif (2009) adalah meneliti kebutuhan jumlah petugas. Perbedaan penelitian ini dengan Arif (2009) adalah terletak pada rancangan penelitian. Pada penelitian Arif (2009) menggunakan rancangan penelitian eksploratif sedangkan pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross-sectional.