BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh orang-orang yang relatif kaya pada

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN. seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa where once. usaha lainnya (http;//pariwisata.jogja.go.id).

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I-O Multiplier Matrix. Dampak Thd Produksi Barang & Jasa (40,39) Dampak Thd Nilai Tambah Sektoral (19,54) Kesempatan Kerja (0,815) upah & Gaji (4,45)

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

Hotel Resort Bintang 3 di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Penekanan Desain pada Arsitektur Hemat Energi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang dengan angka kemiskinan, dan pengangguran

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM NOPEMBER 2016

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI SULAWESI UTARA BULAN APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. masa depan yang baik di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa. kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bahwa industri pariwisata dapat dijadikan sebagai sektor pendukung peningkatan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGELUARAN WISATAWAN MANCANEGARA PADA INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan September 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali.

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI SULAWESI UTARA BULAN MEI 2015

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI SULAWESI UTARA BULAN FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak asasi manusia, sebagaimana dinyatakan oleh John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa we here once travel was considered a privilege of the moneyed elite, now it is considered a basic human right. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang termasuk Indonesia. Dalam hubungan ini, berbagai negara termasuk Indonesia pun turut menikmati dampak dari peningkatan pariwisata dunia terutama pada periode 1990-1996. Badai krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997, merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi masyarakat pariwisata Indonesia untuk melakukan re-positioning sekaligus re-vitalization kegiatan pariwisata Indonesia. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional, pariwisata mendapatkan penugasan baru untuk turut mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citra Indonesia di dunia internasional. Terbukti pada tahun 2012 Indonesia mendapat peringkat ke-3 terfavorit kategori kunjungan pariwisata se-asia atau Go Asia Award 2012 dalam Bursa Pariwisata Internasional (Internationale Tourismus Borse/ITB), 7-11 Maret 2012 di Messegelande, Berlin. Posisi pertama dan kedua ditempati Thailand dan Singapura. Hal ini membuktikan bahwa industri pariwisata Indonesia sangat menjanjikan, karena banyaknya minat masyarakat internasional untuk berkunjung. 1

2 Sektor pariwisata juga menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data GDP Indonesia pada tahun 2012 sektor pariwisata menjadi sektor yang mengalami laju pertumbuhan tertinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya, seperti pertanian, industri, jasajasa, pertambangan dan lain-lainnya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sektor pariwisata menjadi salah satu sektor ekonomi yang dianggap cukup perspektif untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika dilihat dari kacamata ekonomi makro, sektor pariwisata dapat memberikan dampak positif seperti meningkatkan pendapatan nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB), dapat meningkatkan investasi dari sektor industri pariwisata, dan sektor ekonomi lainnya, dan dapat menciptakan kesempatan berusaha, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar tempat wisata tersebut. 4500,00 4000,00 3500,00 3000,00 2500,00 2000,00 2273,14 2784,90 3339,50 3957,40 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 146,80 113,78 169,67 143,62 1500,00 60,00 1000,00 500,00 0,00 2004 2005 2006 2007 PDB Nasional (dalam triliyun) 40,00 20,00 0,00 2004200520062007 PDB Sektor Pariwisata (dalam triliyun) Sumber: Nesparnas Depbudpar, 2008 Sumber: Nesparnas Depbudpar, 2008 Gambar 1.1 Grafik PDB Nasional Tahun 2004-2007 Gambar 1.2 Grafik Kontribusi Pariwisata Terhadap PDB Nasional Tahun 2004-2007 Untuk membuktikan sektor pariwisata memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia, dapat dilihat dari kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional. Data Depbudpar menunjukkan, bahwa kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional terus meningkat sejak tahun 2004 sampai 2007. Pada tahun 2004

3 kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional sebesar Rp 113,78 triliyun atau 5,01% dari total PDB Rp 2.273,14 triliyun. Pada tahun 2005 kontribusi pariwisata meningkat menjadi Rp 146,80 triliyun atau 5,27% dari total PDB nasional Rp 2.784,90 triliyun. Pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 143,62 triliyun atau 4,30% dari total PDB Rp 3.339,50 triliyun. Sementara pada tahun 2007, persentase kontribusi pariwisata turun tipis menjadi 4,29% bila dibandingkan dengan total PDB nasional, meskipun jumlah kontribusi pariwisata tetap naik dari tahun sebelumnya menjadi Rp 169,67 triliyun. Oka A Yoeti dalam bukunya ekonomi pariwisata menjelaskan pariwisata dapat dijadikan sebagai katalisator dalam pembangunan, selain dapat mempercepat pemerataan pendapatan, meningkatkan kesempatan kerja, penerimaan pajak, meningkatan pendapatan nasional, sekaligus dapat memperkuat posisi neraca pembayaran (Yoeti, 2008:14). Dalam buku yang sama dijelaskan kembali bahwa pariwisata juga dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan, karena dampak yang diberikannya terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan mancanegara (foreign tourist) pada suatu DTW (daerah tujuan wisata) telah memberikan kemakmuran dan kesejahterahan bagi penduduk setempat, dimana pariwisata itu dikembangkan (Yoeti, 2008:25). Berbicara mengenai pariwisata dan perekonomian di Indonesia tentu tidak ada habisnya. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari kawasan Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan Jepang berada di urutan pertama disusul RRC, Korea Selatan, Taiwan dan India. Jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari Negara Britania Raya disusul oleh Perancis, Belanda dan Jerman. Saat ini Indonesia terdiri dari 34 provinsi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat.

4 Jawa Tengah adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Perkembangan industri pariwisata di Jawa Tengah ditata melalui kebijakan pembangunan kepariwisataannya yang telah ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata dengan keharmonisan budaya dan alam, dengan menawarkan produk bagi wisatawan nusantara bergolongan ekonomi menengah serta wisatawan mancanegara yang memiliki minat budaya. Maka rasanya tidak berlebih jika Jawa Tengah mengangkat slogan more than friendly sebagai citra Jawa Tengah dalam rangka program Visit Jawa Tengah 2013. Tabel 1.1 Tingkat Pertumbuhan Wisatawan di Jawa Tengah tahun 2008-2012 Tahun Uraian Jumlah Wisatawan (orang) Lama Tinggal Wisatawan (hari) Pengeluaran Wisatawan (Rp) Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus 2008 Total 302.977 16.253.107 2,22 1,89 2,000,862 225.000 Pertumbuhan - - - - - - 2009 Total 308.519 21.515.598 2,23 1,94 2,106,681 245.000 Pertumbuhan 1.83% 32,38% 0,45% 2,65% 5,29% 8,89% 2010 Total 317.805 22.275.146 2,27 1,98 2,231,892 275.000 Pertumbuhan 3.01% 3,53% 1,79% 2,06% 5,94% 12,24% 2011 Total 381.514 21.838.351 1,89 1,35 2,588,092 474.000 Pertumbuhan 20.05% -1,96% -16,74% -31,82% 15,96% 72,36% 2012 Total 363.150 25.240.007 1,92 1,56 2,895,964 498.000 Pertumbuhan -4.81 15,58% 1,59% 15,56% 11,90% 5,06% Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, 2013 Mengacu pada tabel 1.1 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jawa Tengah dari tahun 2008-2011 mengalami kenaikan. Kenaikan yang signifikan terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 20,05% menjadi 381.514 orang. Namun

5 pada tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 4,81%. Hal ini disebabkan adanya beberapa issue antara lain: adanya travel warning dari beberapa negara untuk datang ke Indonesia terkait issue teroris, krisis ekonomi global serta adanya beberapa penerbangan langsung yang non aktif dikarenakan permasalahan internal pada perusahaan penerbangan tersebut. Masih mengacu pada tabel 1.1 jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Jawa Tengah dari tahun 2008-2010 juga mengalami kenaikan. Kenaikan yang signifikan terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 32,38% menjadi 21.515.598 orang. Namun pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 1,96% menjadi 21.838.351 orang. Hal ini disebabkan adanya beberapa issue antara lain: adanya beberapa bencana alam yang terjadi pada daya tarik wisata unggulan di Jawa Tengah dan renovasi pada beberapa daya tarik wisata sehingga ada sebagian daya tarik wisata yang tidak operasional sementara. Sama hal nya dengan wisatawan mancanegara, penurunan jumlah wisatawan nusantara ini tidak berdampak pada pengeluarannya. Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 2,22 hari, tahun 2009 sebesar 2,23 hari, tahun 2010 sebesar 2,27 hari, tahun 2011 sebesar 1,89 hari, tahun 2012 sebesar 1,92 hari. Jika dirataratakan dari tahun 2008-2012 sebesar 2,11 hari. Hal ini membuktikan wisatawan mancanegara hanya berkisar 1-2 hari atau tidak lebih dari itu. Sedangkan rata-rata lama tinggal wisatawan nusantara di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 1,89 hari, tahun 2009 sebesar 1,94 hari, tahun 2010 sebesar 1,98 hari, tahun 2011 sebesar 1,35 hari, tahun 2012 sebesar 1,56 hari. Jika di rata-ratakan dari tahun 2008-2012 sebesar 1,74 hari. Berbeda dengan wisatawan mancanegara, rata-rata lama tinggal wisatawan nusantara hanya berkisar 1 hari. Pengeluaran wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara di Jawa Tengah secara keseluruhan dari tahun 2008-2012 tidak mengalami penurunan. Untuk wisatawan mancanegara terlihat peningkatan yang signifikan terjadi di tahun 2011 sebesar 15,96% menjadi Rp2.588.092. Begitu pun untuk wisatawan nusantara peningkatan yang signifikan terjadi di tahun 2011 sebesar 72,36% menjadi Rp474.000.

6 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 18,03 16,16 14,41 12,71 11,83 2008 2009 2010 2011 2012 PDRB Sektor Pariwisata (dalam juta) Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, 2013 Gambar 1.3 Grafik PDRB Sektor Pariwisata di Jawa Tengah Tahun 2008-2012 Dilihat dari grafik 1.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pariwisata di Jawa Tengah juga terus mengalami peningkatan. Apabila di rataratakan peningkatan PDRB sektor pariwisata dari tahun ke tahun di atas 10%. Dilihat lebih rinci dari data dinbudpar Provinsi Jawa Tengah yaitu pada tahun 2008 lapangan usaha hotel sebesar Rp1.193.421,83, lapangan usaha restoran sebesar Rp10.433.598,17, lapangan usaha hiburan & rekreasi sebesar Rp208.072,67. Sehingga jumlah sektor pariwisata pada tahun 2008 sebesar Rp11.835.092,67 dari jumlah PDRB sebesar Rp362.938.708,25. Hal ini berdampak positif bagi Provinsi Jawa Tengah itu sendiri. Dengan melihat potensi dan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka diperlukan analisa mendalam untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan, lama tinggal wisatawan dan pengeluaran wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah. Terlihat dari sasaran program pembangunan kebudayaan dan pariwisata Jawa Tengah salah satunya yaitu: Tercapainya peningkatan jumlah kunjungan, lama tinggal, dan pengeluaran belanja wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara guna meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB.

7 Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa ada keterkaitan antara perekonomian khususnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan faktor-faktor yang mempengaruhi sektor pariwisata. Sehingga judul penelitian ini adalah: Pengaruh Jumlah Wisatawan, Lama Tinggal, dan Pengeluarannya Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pariwisata di Jawa Tengah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh jumlah wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah? 2. Bagaimana pengaruh lama tinggal wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah? 3. Bagaimana pengaruh pengeluaran wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah? 4. Seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan, lama tinggal wisatawan dan pengeluaran wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisa pengaruh jumlah wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah. 2. Menganalisa pengaruh lama tinggal wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah. 3. Menganalisa pengaruh pengeluaran wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah. 4. Menghitung pengaruh jumlah wisatawan, lama tinggal wisatawan dan pengeluaran wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah.

8 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, manfaat penulisan pada umumnya untuk menambah pengetahuan, pengalaman dalam menulis karya ilmiah yang teoritis tentang pendapatan sektor pariwisata. Khususnya pengaruh jumlah wisatawan, lama tinggal wisatawan, dan pengeluaran wisatawan terhadap PDRB sektor pariwisata di Jawa Tengah. 2. Bagi pemerintah Jawa Tengah, sebagai acuan untuk meningkatkan pendapatan sektor pariwisata di tahun tahun selanjutnya. 3. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang memiliki hubungan dengan penelitian ini.