BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Paradigma baru New Public Management (NPM) yang baru muncul pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada umumnya. Salah satu pengaruhnya adalah terjadinya perubahan sistem anggaran tradisional menjadi anggaran yang lebih berorientasi pada target kinerja dengan fokus outcome bukan lagi pada kebijakan. Anggaran berbasis kinerja merupakan sebuah pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Karakteristik utama anggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang disusun dengan memperhatikan keterkaitan antara input, output, dan outcome sehingga dapat memberikan informasi mengenai efektivitas dan efisiensi pelaksanaan setiap kegiatan. Penerapan anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat memberikan informasi kinerja atas pelaksanaan suatu program/kegiatan pada suatu SKPD, serta dampak atau hasilnya yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat luas. Sebelum melakukan wawancara, penulis melakukan pengamatan awal bahwa anggaran berbasis kinerja sudah mulai diterapkan di Kabupaten Balangan, namun belum maksimal. Sedangkan untuk audit kinerja memang 91
belum pernah dilakukan baik oleh BPK maupun APIP di lingkungan Pemerintah Kabupaten Balangan. Hasil analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi mengenai berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi, capaian, kesiapan lembaga dalam penerapan Anggaran Berbasis Kinerja pada Pemerintah Kabupaten Balangan dan mencari solusi cara mengatasi kendala serta permasalahan yang ada. Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah kendalakendala apa yang ada dan cara mengatasinya serta kesiapan lembaga dalam memaksimalkan pelaksanaan sistem penganggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Balangan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian dalam penerapan anggaran berbasis kinerja, maka atas hasil penelusuran dokumen selanjutnya dilakukan wawancara kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Balangan. Kemudian dari hasil analisis penerapan Anggaran Berbasis Kinerja pada Pemerintah Kabupaten Balangan, disusunlah suatu simpulan dengan mengemukakan keterbatasan penelitian dan selanjutnya penulis mencoba menyampaikan saran-saran perbaikan kepada Pemerintah Kabupaten Balangan. Untuk lebih jelasnya akan ditunjukkan dalam akumulasi analisis data yang dapat dilihat dalam tabel 5.1 pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang dijumpai dalam penelitian seperti dibahas dalam bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 92
1. Secara umum sebagian besar pegawai bagian perencanaan dan penganggaran di Pemkab Balangan sudah memahami makna Anggaran Berbasis Kinerja, yaitu anggaran yang berorientasi hasil/outcome. 2. Sejauh ini Pemerintah Kabupaten Balangan sudah menerapkan Anggaran Berbasis Kinerja walaupun hasilnya belum maksimal karena terdapat kendala-kendala a. Pada tahap perencanaan sebagian besar pegawai mengetahui makna perencanaan tetapi masih ada rencana yang bersifat penugasan dari Pemerintah Pusat yang harus dilaksanakan, padahal kegiatan tersebut belum terakomodir di dalam RPJMD Kabupaten Balangan. b. Pada tahap pelaksanaan anggaran lebih dari setengah pegawai mengetahui pelaksanaan anggaran tetapi masih ada anggaran yang tidak dilaksanakan karena terkendala waktu, kenaikan harga, kendala administratif. c. Pada tahap pelaporan hampir seluruh pegawai mengetahui tetapi pada realisasinya masih sering terjadi keterlambatan pelaporan dikarenakan keterlambatan pertanggungjawaban kegiatan dari PPTKnya. 3. Dalam mengatasi kendala-kendala tersebut Pemerintah Kabupaten Balangan juga belum maksimal mengimplementasikan teknis anggaran berbasis kinerja dengan baik karena: 93
a. Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi seharusnya ada penanggungjawab setiap kegiatan, sehingga tidak ada saling lempar tanggungjawab. b. Perlunya sistem penghargaan dan sanksi untuk lebih memacu kinerja pegawai. c. Mempertahankan komunikasi antar pegawai dan koordinasi antar bagian, bidang, atau kelompok kerja agar dapat meningkatkan kinerja pegawai. d. Perlunya dibuat peraturan semacam kode etik pegawai, agar aturan yang selama ini hanya sebatas norma dapat diterapkan sebagai dasar hukum. e. Perlunya penetapan SOP dalam menentukan Indikator Kinerja Kegiatan. 4. Kesiapan Pemerintah Kabupaten Balangan juga belum terlihat maksimal dikarenakan: a. Pemkab Balangan belum menetapkan pedoman dalam menetapkan indikator kinerja kegiatan. b. Penempatan pegawai yang kurang tepat dengan tupoksinya, perlu kembali dilakukan analisis jabatan. c. Terlalu sering melakukan rotasi pegawai, sehingga membuat kinerja pegawai kurang maksimal. d. Belum adanya komitmen yang jelas dari pimpinan dalam menetapkan kebijakan baru. 94
5.2. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016. Pada bulan tersebut Pemerintah Kabupaten Balangan sedang melaksanakan assessment untuk para pejabat Eselon II dan III, sehingga ada beberapa target informan yang tidak dapat diwawancarai karena terkendala kesibukan. Penelitian dilakukan dengan proses wawancara kepada para pegawai yang terlibat langsung dalam proses perencanaan maupun penganggaran sehingga diyakini kebenarannya. Disamping itu penelitian ini bersifat studi kasus, sehingga tidak bisa digeneralisasi untuk kondisi kasus yang berbeda. Penelitian ini belum melibatkan inspektorat kabupaten karena inspektorat baru terlibat dalam penyusunan Renstra pada tahun 2016, penelitian selanjutnya bisa melibatkan inspektorat sebagai informan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi 5.3. Rekomendasi Berdasarkan simpulan hasil penelitian sebagaimana dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka peneliti menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Balangan sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Perlunya pembuatan petunjuk operasional kegiatan yang rinci mengenai pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. 2. Perlunya sosialisasi untuk seluruh pegawai tentang anggaran berbasis kinerja. 3. Perlunya penetapan SOP untuk seluruh Indikator Kinerja Kegiatan. 4. Perlunya penanggung jawab dalam monitoring dan evaluasi. 95
5. Perlunya komitmen dan arahan pimpinan di semua level dalam pelaksanaan anggaran berbasis kinerja 6. Perlunya sistem penghargaan dan sanksi. 7. Perlunya dibuat peraturan semacam kode etik pegawai di lingkungan kerja untuk memberikan patokan mana yang dapat diberi penghargaan atau sanksi, dan juga hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dikerjakan. 8. Perlunya mengadakan pengembangan pengetahuan pegawai dengan pelaksanaan diklat teknis. 96