BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3.2. GKPB jemaat Galang Ning Hyang di Abianbase

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-32, 12 Juni 2010 Sabtu, 12 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati

BAB III. Temuan dan Analisa

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun di sisi lain seni juga menjadi suatu alat untuk tujuan lain, yaitu sebagai sarana agama dalam rangka propaganda, sombolisme dan tujuan lainnya. 1 Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa kesenian merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam mengekspresikan dirinya sebagai wujud penghormatan kepada Yang Maha Kuasa atau sebagai ciri khas suatu komunitas tertentu. Indonesia terkenal dengan keberagaman kesenian yang banyak menarik minat para wisatawan baik domestik maupun asing, salah satunya adalah pulau Bali. Bali sering dikenal dengan sebutan Pulau Dewata, karena mayoritas dan penduduk aslinya memeluk agama Hindu yang percaya akan adanya dewa-dewa dan terkenal dengan keindahan alam dan tempat-tempat wisata yang banyak mendatangkan pengunjung dari dalam dan luar negeri. Bali banyak menyimpan kekayaan kesenian daerah yang menjadi salah satu dari banyak kebudayaan yang ada dalam masyarakat Bali. Kesenian yang berkaitan dengan keagamaan merupakan wujud penghormatan dan pengabdian umatnya kepada Sang Pencipta dan penghormatan pada leluhur. Mereka mengeksploitasikan seluruh cipta, rasa dan karsanya dengan berbagai cara tanpa meninggalkan kaidah-kaidah keagamaan. Kesenian Bali memang dapat terwujud dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah tarian. Di Bali tarian merupakan salah satu kesenian yang melekat dengan kuat dalam masyarakat. Ada banyak faktor yang menyebabkan bagaimana tarian diciptakan dalam berbagai etnik. Diantaranya adalah, karena alasan agama (tari persembahan), ekonomi (komersial, memenuhi selera pasar), desakan orang lain (pesanan), pengabdian masyarakat, karir (ciptaan professional), dan sebagainya. 2 Jadi tari Bali memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Bali baik dari segi spiritualitas maupun kehidupan sehari-hari. Kesenian tersebut sering 1 Mustopo M. Habib; Ilmu Budaya Dasar, Kumpulan Essay Manusia dan Budaya; Surabaya; Penerbit Usaha Nasional; 1983; hal 47 2 Prof. DR. I Made Bandem; Etnologi Tari Bali; Denpasar, Bali; Pustaka Budaya; 1996; hal 22 1

dipentaskan dalam upacara-upacara sakral keagamaan khususnya dalam agama Hindu Dharma Bali, acara-acara khusus, dan dalam pesta kesenian Bali dan sesuai dengan perkembangan zaman. Terkait dengan hal itu, bagaimanakah sebenarnya pemahaman orang Bali tentang Kesenian khususnya tarian Bali Koentjaraningrat berpendapat bahwa salah satu wujud kebudayaan adalah benda-benda hasil karya manusia. 3 Wujud dari kebudayaan itulah yang akhirnya lambat laun menjadi kebiasaan, dan menjadi pola perilaku dan pola pikir masyarakat. Seni tari juga merupakan hasil karya manusia yang diekspresikan melalui gerakan-gerakan tubuh. Hal itulah yang membuat tarian sangat melekat dan menjadi kebudayaan dalam kehidupan masyarakat Bali. Bagi masyarakat Bali, kesenian khususnya tarian merupakan bagian dari kehidupan, karena sangat sulit untuk dipisahkan. Dari waktu ke waktu tarian Bali banyak mengalami perubahan dan perkembangan sesuai kemajuan zaman. Memang pada masa kini jenis seni tari Bali juga semakin beragam. Hal itu disebabkan karena perkembangan seni dari masa ke masa dan masuknya banyak budaya dari luar. Kedatangan para wisatawan baik domestik, maupun mancanegara yang bertambah banyak ke Bali juga membawa perubahan terhadap kesenian Bali. Banyak seniman Bali yang berusaha untuk mengubah komposisi kesenian dari nilai sakral menjadi seni pertunjukan secara artistik. Di mana biasanya pementasan tarian harus mengikuti perhitungan kalender Bali, namun kemudian disesuaikan dan tergantung dari pesanan para wisatawan. Selain itu banyak juga munculnya kesenian imitasi yaitu peniruan banyak barang-barang atau simbol-simbol sakral yang diperjual belikan untuk menarik minat wisatawan asing. 4 Tarian Bali yang dulunya hanya dipentaskan dalam ritual dalam Pura bagi umat Hindu Dharma, kini semua tarian Bali dapat dinikmati oleh semua orang, dan dimanapun juga. Bahkan di luar daerah Bali juga, tarian dapat dipentaskan. Dengan demikian seni tari yang merupakan salah satu kebudayaan Bali kini tidak hanya dapat dinikmati atau dimainkan oleh umat Hindu Dharma Bali saja, misalnya tari Bali juga sering dipentaskan dalam ibadah gereja Kristen yang ada di Bali. 3 Koentjaraningrat; Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan; Jakarta; Gramedia Pustaka Utama; 2000; hal 5 4 Prof. DR. I Made Bandem; Evolusi Tari Bali; Denpasar; Bali; Pustaka Budaya; 1996; hal 15 2

2. DESKRIPSI MASALAH Permasalahan mulai muncul ketika Kekristenan masuk ke pulau Bali. Awal mula memang kekristenan ditolak oleh orang-orang Bali, namun ketika ada orang-orang Bali yang percaya dan mau menerima Kekristenan, maka gereja mulai tumbuh di mana-mana. Lahirlah salah satunya GKPB (Gereja Kristen Protestan Bali). Di tengah-tengah kebudayaan yang kuat dalam masyarakat Bali yang memeluk agama Hindu, GKPB mulai mencoba berkembang dengan mengikuti kebudayaan tersebut. Dalam buku Gereja dan Kontekstualisasi, Bishop GKPB DR. I Wayan Mastra mengajak gereja-gereja di Indonesia, khususnya gereja Bali sendiri untuk membebaskan diri dari teologi penjajahan, mengembangkan dan membangun gereja sehingga dapat menjadi berkat dan terang bagi bangsa-bangsa. 5 Karena itulah GKPB juga banyak memasukan unsur-unsur kebudayaan, salah satunya seni tari dalam ibadah dan pada banyak kegiatan gereja. Dengan demikian gereja diharapkan dapat terbebas dari teologi penjajahan dan dapat menjadi berkat dan terang bagi bangsa-bangsa melalui sarana kesenian daerah atau dengan kata lain GKPB menjadi salah satu gereja kontekstual di Indonesia. Namun gereja yang menekankan kontekstualisasi banyak menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat Bali Hindu atau masyarakat umum. Penggunaan budaya Bali dalam gereja banyak menimbulkan pertentangan dari masyarakat Bali Hindu. Selain itu pemaknaan dari jemaat GKPB sendiri tentang kesenian dalam gereja masih sulit dipahami. Hal itu disebabkan karena sebagian besar anggota jemaat GKPB adalah orang-orang Hindu yang beralih ke agama Kristen. Jadi penggunaan kesenian Bali dalam kekristenan kemungkinan masih dipahami sama dengan ketika masih memeluk agama Hindu, misalnya dalam penggunaan tarian Bali dalam ibadah. Tarian Bali yang dipahami mempunyai unsur sakral dalam ajaran Hindu Dharma Bali yang merupakan dasar spiritualnya akan sulit dimengerti oleh jemaat GKPB ketika tarian itu masuk dalam gereja. Kemudian ketika tarian tersebut menjadi bagian dalam kegiatan spiritual kekristenan, maka pemaknaan akan tarian tersebut menjadi berbeda. Hal inilah yang menjadi permasalahannya yaitu bagaimana pemaknaan tentang tarian yang dipakai dalam ibadah. Hal itu karena banyak jemaat yang sebelumnya memeluk agama Hindu dengan kebudayaan yang sangat melekat, ketika 5 Bidang Pembinaan Gerejawi di Tengah Masyarakat; Gereja dan Kontekstualisasi; Jakarta; Bidang Pembinaan Gerejawi di Tengah Masyarakat; 1998; hal 3. 3

masuk Kristen kebudayaan tersebut masih dibawa walau tidak seluruhnya. Tetapi dengan kebudayaan itulah Kekristenan juga dapat masuk dalam masyarakat Bali. Selain itu munculnya pertentangan dari masyarakat Hindu Dharma Bali dengan anggapan telah merusak budaya Bali dan mengambil identitas mereka menjadi hambatan dalam kehidupan gereja. Karena apa yang menjadi kebudayaan di pulau Bali di dukung oleh kepercayaan Hindu Dharma Bali yang merupakan agama mayoritas masyarakat Bali. Secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pola pikir jemaat khususnya di gereja GKPB Pniel Blimbingsari didalam menyikapi hal tersebut. Hal ini tidak hanya bagaimana mereka memandang adanya tarian dalam ibadah di gerejanya akan tetapi juga akan berpengaruh pada pola pikir atau anggapan jemaat terhadap pemaknaan dan fungsi tarian tersebut khususnya kaitannya dengan rangkain peribadatan yang ada di gereja GKPB Pniel Blimbingsari. Oleh karena itu penyusun tertarik untuk menggali lebih lanjut bagaimana pemaknaan jemaat terhadap tarian tersebut ketika masuk dalam gereja serta bagaimana mewujudkan kontekstualisasi dalam masyarakat yang majemuk, tanpa adanya ketegangan-ketegangan budaya dengan ajaran Kekristenan. 3. BATASAN MASALAH Pada batasan masalah ini penyusun membatasi masalah pada ; Sejauh mana pengetahuan jemaat gereja GKPB Pniel Blimbingsari tentang keberadaan tarian dan jenis-jenis tarian yang digunakan dalam ibadah di gereja GKPB Blimbingsari, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Sejauh mana tanggapan jemaat gereja GKPB Pniel Blimbingsari terhadap adanya tarian yang ada, baik itu yang di ciptakan khusus untuk ibadah ataupun tarian yang di adopsir dari tarian masyarakat umum yang dipentaskan dalam rangkaian ibadah di gereja GKPB Blimbingsari, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Sejauh mana jemaat gereja GKPB Pniel Blimbingsari memaknai tarian yang ada dalam gereja khususnya yang di gunakan dalam ibadah di gereja GKPB Blimbingsari, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. 4

4. JUDUL Dari uraian di atas penyusun akan membahas permasalahan tersebut dengan memberikan judul sebagai berikut : PEMAKNAAN TARIAN BALI DALAM IBADAH DI GKPB PNIEL BLIMBINGSARI (Sebuah Tinjauan Teologis Terhadap Tarian Bali dalam Ibadah di GKPB Pniel Blimbingsari sebagai upaya kontekstualisasi gereja) Penjelasan mengenai judul a. Tarian Bali yang dimaksud penyusun adalah beberapa jenis tarian yang terkenal dalam masyarakat Bali, kemudian tarian tersebut sering dipakai dalam ibadah dalam gereja, baik tarian yang sama maupun yang sudah dikreasi sendiri. b. GKPB Pniel Blimbingsari adalah salah satu gereja Bali yang sering menggunakan tarian dalam ibadah-ibadah tertentu, misalnya hari raya, dan acara-acara khusus lainnya. GKPB Pniel Blimbingsari merupakan gereja Kristen Bali yang berada di desa Blimbingsari, merupakan satu-satunya desa Kristen di Bali yang masih kental dengan adat dan kebudayaan Bali. 5. TUJUAN PENULISAN Dalam skripsi ini, penyusun mempunyai tujuan untuk : 1. Menggali makna dari tarian sebagai budaya Bali, khususnya pengertian tarian Bali dalam berbagai upacara ritual agama Hindu. 2. Menggali pemaknaan jemaat tentang tari-tarian yang ada dalam ibadah di GKPB Pniel Blimbingsari. 3. Menelaah secara kritis theologis atas pemaknaan tersebut dan sebagai pelaksanaan kontekstualisasi dalam gereja Bali. 5

6. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan cara mengumpulkan data-data. Pengumpulan data ini akan dilakukan dengan wawancara dan menggunakan literatur yang menunjang dan terkait. Penyusun melihat dengan metode kualitatif tersebut maka pengamatan dan penelitian akan lebih mendalam. Berikut susunan wawancara yang terdiri dari dua komunitas yaitu : 1. Komunitas Hindu Bali - Tokoh agama Hindu, Pemangku di Pakraman dan Pamrajan, yang juga adalah pemangku di Pura Dang Khayangan Mpu Sidhi Mantra, dan pengurus panti asuhan Sanatana Dharma, Pakerti yaitu pengantar doa bagi orang yang meninggal. 2. Komunitas gereja - Tokoh gereja atau pendeta di GKPB Pniel Blimbingsari serta beberapa majelis gereja yaitu penatua, diaken, dan penginjil - Pengurus komisi kesenian gereja dan beberapa anggota jemaat gereja. 7. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk menyusun skripsi ini lebih lanjut, penyusun akan menggunakan sistematika sebagai berikut : BAB 1. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang memperjelas pembahasan berikutnya. Beberapa hal tersebut adalah, latar belakang permasalahan, deskripsi masalah, batasan masalah, tujuan penulisan,metode penulisan, sistematika penulisan. BAB II. DESKRIPSI TENTANG PENGERTIAN TARIAN BALI Bab ini akan menguraikan tentang tarian Bali yang digunakan dalam ritual keagamaan oleh umat Hindu Bali. Selain itu, dalam bab ini akan diuraikan bagaimana pengertian tarian dalam kehidupan masyarakat Bali yang berkaitan dengan budaya atau kesenian tari dalam masyarakat Bali khususnya juga dalam kepercayaan Hindu Bali. 6

BAB III. TARIAN BALI DALAM GEREJA DAN PENGERTIAN JEMAAT Bab ini akan menguraikan beberapa tarian yang dipakai dalam ibadah di GKPB Blimbingsari dan bagaimana dasar-dasar pemaknaan tarian Bali tersebut oleh jemaat di GKPB Pniel Blimbingsari, yang dianalisis dari hasil penelitian yaitu melalui wawancara. BAB IV. TINJAUAN TEOLOGIS DAN PERMASALAHAN DALAM MASYARAKAT Bab ini akan memberikan analisis mengenai pemaknaan tarian Bali yang dipakai dalam ibadah di GKPB Pniel Blimbingsari sebagai suatu kontekstual dalam kekristenan dan bagaimana hal tersebut dipandang dari pemahaman Alkitab. Dalam bab ini juga akan diuraikan beberapa kendala sosial yang muncul dan bagaimana meminimalisir ketegangan-ketegangan budaya antara gereja dengan masyarakat Bali. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil oleh penyusun dan beberapa saran yang nantinya diharapkan dapat berguna bagi gereja Bali dan gereja-gereja di seluruh dunia. 7