1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pengadaan barang/ jasa BUMN bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang dan jasa sesuai kebutuhan bisnis, BUMN memerlukan keleluasaan kebijakan yang mendukung BUMN sebagai entitas bisnis, bukan entitas pemerintah yang berpedoman pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan barang dan/atau jasa. Pada tahun 2012 dilakukan perubahan kedua atas Perpres 54 tahun 2010 yaitu dengan Perpres Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan barang/jasa Pemerintah. BUMN yang menggunakan dana diluar APBN/APBD diberikan kewenangan penuh mengatur tata cara belanja secara cepat, fleksibel, efisien, efektif sehingga tidak kehilangan momentum bisnis yang dapat menimbulkan kerugian. Perpres Nomor 54 tahun 2010 dan perubahannya mengatur mengenai pengadaan barang dan/atau jasa yang dibiayai oleh dana APBN, termasuk pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN dan dibiayai oleh dana APBN. Sedangkan, Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 yang diubah dengan Peraturan Menteri Nomor: per-15/mbu/2012 mengatur mengenai pengadaan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh BUMN dengan pendanaan di luar APBN, termasuk pinjaman/hibah dari luar negeri (PHLN), baik yang dijamin maupun tidak
2 dijamin oleh Pemerintah. Untuk pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh BUMN yang pembiayaannya sebagian atau keseluruhannya dibebankan pada APBN/APBD harus tunduk pada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan perubahannya. Pengadaan barang/jasa BUMN yang pembiayaannya tidak dibebankan pada APBN dapat menggunakan ketentuan Direksi masing-masing BUMN, berupa ketentuan internal (Standard Operating Procedures/SOP), dengan berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 dan perubahannya. Perbedaan mendasarnya adalah bahwa Perpres Nomor 54 Tahun 2010 menentukan bahwa pada prinsipnya pelaksanaan tender harus dilakukan secara terbuka dan bersaing serta transparan dalam hal tata cara dan peserta tender. Sedangkan, Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 dan perubahannya mengatur bahwa pengadaan barang dan jasa oleh BUMN tidak wajib melalui tender, dan dapat diatur ketentuan internal bagi masing-masing BUMN. Pengelolaan pengadaan barang dan jasa merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja bisnis suatu BUMN. Apabila BUMN tidak berhasil melaksanakan pengadaan barang/jasa maka bisnis akan terhambat karena tidak adanya sarana, prasarana dan infrastruktur yang mendukung berjalannya bisnis perusahaan. Saat ini BUMN dituntut untuk memperlancar bisnisnya dengan dukungan infrastruktur information technology (IT). Pengadaan pada BUMN yang terkait
3 dengan information technology (IT) mempunyai nilai pengadaan yang material. Mengingat alokasi nilai pengadaannya yang material, maka proses pengadaan IT menggunakan metode pelelangan terbuka dan tidak menggunakan metode penunjukan langsung. Proses pengadaan dengan metode pelelangan terbuka menghindari adanya persekongkolan antara pelaksana pengadaan dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang lelang sehingga dapat mengakibatkan adanya persaingan usaha tidak sehat. Metode pelelangan terbuka diharapkan dapat efektif untuk mencegah adanya korupsi dan kolusi dalam proses pengadaan. Berbagai penyimpangan dapat terjadi dalam tahap-tahap proses pengadaan barang/jasa, tidak terkecuali dalam proses pengadaan dengan metode pelelangan terbuka. Hal ini dapat disebabkan oleh kelalaian dan inkompetensi pelaksana serta peserta pengadaan. Namun tak jarang penyimpangan ini merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaksana dan/atau peserta pengadaan dalam rangka kolusi dan korupsi. Pola penyimpangan yang terjadi dapat berupa adanya persaingan yang tidak seimbang antara peserta pengadaan, adanya penyalahgunaan posisi tawar (Bargaining position) yang dimiliki oleh pelaksana pengadaan, adanya penawaran harga dan spesifikasi yang berbeda dari peserta pengadaan, adanya Owner Estimate yang dibuat tidak wajar oleh pelaksana pengadaan, pelaksana pengadaan tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang produk barang/jasa yang akan diadakan, pelaksana pengadaan tidak memiliki parameter dan kriteria yang jelas dan tegas dalam
4 melakukan penilaian penawaran dari peserta pengadaan. Melihat besarnya pengaruh pengadaan barang/jasa BUMN terhadap pertumbuhan bisnis nasional, maka diperlukan penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam proses pengadaan barang/jasa di BUMN. Penerapan GCG terdiri dari prinsip-prinsip umum yaitu efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar dan akuntabel. Cara pengadaan barang/jasa disesuaikan dengan kebutuhan pengguna barang/jasa dan dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum GCG serta best practice yang berlaku. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER- 05/MBU/2008 dan perubahannya, PT. XYZ sebagai sebuah perusahaan BUMN mematuhi Peraturan BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 dan perubahannya dengan menerbitkan peraturan internal berupa Peraturan Direksi tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan PT. XYZ. Peraturan Direksi mengenai pengadaan barang dan jasa yang dikeluarkan PT. XYZ mengacu pada Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 dan perubahannya tanpa mengabaikan prinsipprinsip pengadaan barang dan jasa dalam Perpres Nomor 54 tahun 2010 dan perubahannya. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan GCG khususnya prinsip Transparansi, Accountability, Fairness, Efektif dan Efisien pada proses pengadaan barang dan/atau jasa dengan
5 metode lelang yang dilakukan oleh suatu perusahaan BUMN (PT. XYZ) pada tahun 2010? 2. Bagaimanakah pengaturan proses pengadaan barang dan jasa dalam keadaan mendesak dengan metode Penunjukan Langsung yang dilakukan oleh PT. XYZ? 1.3. Keaslian Penulisan Adapun judul yang dipilih adalah PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA METODE PENGADAAN BARANG DAN JASA DI BUMN, merupakan hasil pemikiran penulis sendiri. Tesis ini sudah pernah ada sebelumnya, dengan judul Tinjauan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Menurut Hukum Perdata. Tesis tersebut disusun pada tahun 2013 oleh Zulkifli, mahasiswa program Pascasarjana Fakultas Hukum Universias Gadjah Mada dengan nomor mahasiswa 09/294499/PHK/06107. Namun, terdapat perbedaan substansi dengan tesis ini khususnya dalam hal Pengadaan barang/jasa yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang menggunakan Perpres No. 54 tahun 2010. Sedangkan dalam tesis ini, pengadaan barang/jasa diselenggarakan oleh Perusahaan BUMN yang memiliki pedoman sendiri berupa Peraturan Direksi namun tetap mengacu pada Perpres No. 54 tahun 2010. Di samping itu, perbedaan mendasar lainnya adalah tesis tersebut membahas tentang keabsahan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah yang berpedoman pada KUHPerdata. Sedangkan tesis ini membahas tentang metode pengadaan barang/jasa di BUMN dengan metode Lelang. Berdasarkan adanya perbedaan dalam pembahasan
6 substansi antara tesis ini dengan tesis yang pernah ada sebelumnya, dengan demikian keaslian penulisan tesis ini dapat dipertanggungjawabkan. 1.4. Tujuan Penulisan Secara lebih rinci tujuan penelitian ini meliputi: 1. Untuk menganalisis penerapan Good Corporate Governance (GCG) khususnya prinsip Efektif, Efisien, Transparansi, Accountability & Fairness yang dilakukan oleh suatu perusahaan BUMN (PT.XYZ) pada proses pengadaan barang dengan metode lelang pada tahun 2010. 2. Untuk menganalisis proses pengadaan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh PT.XYZ dalam keadaan mendesak. 1.5. Manfaat Penulisan a. Secara teoretis Secara teoritis diharapkan penulisan tesis ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan terutama mengenai kaidah hukum, teori dan doktrin ilmu hukum yang berkaitan dengan proses pengadaan barang dan jasa di BUMN. b. Secara Praktis Manfaat penelitian yang bersifat praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, praktisi maupun masyarakat umumnya serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin melakuka n penelitian di bidang yang sama.