BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah sirih merah (Piper

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

PEMBAHASAN. I. Definisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

FORMULASI DAN UJI KUALITAS FISIK. SEDIAAN GEL GETAH JARAK (Jatropha curcas) FORMULATION AND PHYSICAL QUALITY TEST GEL Jatropha curcas

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Nama Sediaan Kosmetika Tujuan Pemakaian II. Karakteristik Sediaan

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

HASIL DAN PEMBAHASAN

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

Formulasi Ekstrak Daun Kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) dalam Bentuk Gel Anti Acne

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun karena semakin bertambahnya umur tanaman, semakin meningkatkan produksi getahnya. Diameter tanaman jarak cina yang berusia 6 tahun yaitu 16 cm. Bagian yang diambil dari tanaman jarak (Jatropha curcas) adalah getah yang berasal dari kulit batang. Cara penyadapan dilakukan dengan cara menyayat bagian kulit batangnya sampai batas kambium dengan ketebalan 0,1 cm, sudut kemiringan 30 o dan jarak antar penyadapan 3 cm. Getah yang dikumpulan kira-kira 100 ml dan tanaman jarak yang dibutuhkan adalah 5 pohon. B. Gel Gel getah jarak (Jatropha curcas) dibuat 6 formula dengan perbedaan jenis konsentrasi basis gel yaitu karbomer (0,5% ; 1% ; 2%) dan HPMC (1%; 2%; 3%). Bahan tambahan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1. Pembuatan sediaan gel dilakukan dengan cara melarutkan basis gel (HPMC atau karbomer) dengan air panas 70 o C. Hal ini dilakukan agar serbuk HPMC atau karbomer larut dalam air dan tidak menggumpal. Pengadukan dilakukan dengan ultraturax dengan kecepatan 4200 rpm hingga homogen. Ditunggu hingga basis membentuk massa gel (tahap 1). Metabisulfit, metil paraben, dan propil paraben dilarutkan pada gliserin dengan tujuan dapat larut dan dapat bercampur dengan basis gel 31

32 dengan baik. Perlahan ditambahkan getah jarak, aduk hingga homogen (tahap 2). Hindari pengadukan dengan kecepatan diatas 8400 rpm, karena getah jarak dapat menarik udara dan akan mengganggu kualitas sediaan gel. Hasil dari (tahap 1) dan (tahap 2) dicampurkan dengan ultraturax, setelah homogen masukkan perlahan TEA hingga membentuk massa yang kental. Kecapatan ultraturax 4.200 rpm dengan pengamatan secara makroskopis untuk melihat sediaan gel yang terbentuk baik, tidak ada gelembung yang terperangkap, dan memberikan kekentalan serta sifat alir yang baik. Setelah sediaan mengembang dan homogen, tunggu hingga 1 hari agar sediaan stabil. Karbomer bila direaksikan dengan air dalam suasana asam maka akan meningkatkan afinitas terhadap zat aktif, sehingga zat aktif yang larut air akan sukar terpenetrasi ke dalam kulit. Penambahan TEA digunakan sebagai agen penetral dari karbomer agar tidak mengiritasi kulit. Karbomer bersifat hidrofil, apabila dicampur dengan air akan mengembang, kemudian terjadi proses hidrasi molekul air melalui pembentukan ikatan hidrogen. Karbomer mempunyai struktur senyawa kimia dimana setiap ujung-ujung pada rantai mempunyai gugus RCOOH yang bersifat asam, sebagian gugus karboksil pada struktur molekul karbomer akan membentuk gulungan yang tidak terionisasi. Apabila ph dispersi karbomer ditingkatkan dengan penambahan suatu basa, maka secara progresif gugus karboksil akan terionisasi, mengakibatkan adanya gaya tolak-menolak antara gugus yang terionkan dan menyebabkan ikatan hidrogen pada gugus karboksil sehingga terjadi peningkatan viskositas (Florence et al,2006).

33 Karbomer digunakan untuk menjaga konsestensi dan sifat alir dalam prosuk kosmetik berbentuk gel formula pada konsentrasi rendah, yaitu 0,5-2% (Rowe et al, 2009). Penambahan TEA yang bersifat basa berfungsi sebagai penetral dan penjernih dari karbomer, meningkatkan ph dan viskositas (Rowe et al, 2009). Interaksi pembentukan ikatan hidrogen antara karbomer TEA diperkirakan diperantarai oleh gugus hidroksil (-OH) dan gugus karbonil (C=O) dari gelling agent. Semakin banyak ikatan hidrogen akan semakin kuat ikatan yang terbentuk sehingga viskositas menjadi tinggi. HPMC inert terhadap banyak zat, cocok dengan komponen kemasan serta mudah didapatkan. HPMC stabil pada ph 3 hingga 11, gel yang dihasilkan jernih, bersifat netral, serta vikositasnya yang stabil meski disimpan pada jangka waktu yang lama. HPMC juga tidak mengiritasi kulit dan tidak dimetabolisme oleh tubuh (Arikumalasari et al, 2013). HPMC memiliki reaksi dengan zat yang ionik maupun dengan logam (Huichao et al, 2014). Selain itu, penambahan surfaktan juga dapat mempengaruhi suhu pembentukan gelnya (Joshi, 2011). HPMC akan melarut dalam air dengan suhu dibawah 40 C atau etanol 70%, tidak larut dalam air panas namun dapat mengembang menjadi gel (Huichao et al, 2014). HPMC sering digunakan sebagai pembuat massa gel pada sediaan topikal. HPMC dapat menghasilkan gel yang stabil dalam penyimpanan jangka panjang (Rogers, 2009). Menurut penelitian Hidayat (20013), peningkatan konsentrasi HPMC tidak menyebabkan perubahan ph dan homogenitas gel. HPMC membentuk gel dengan mengabsorbsi pelarut dan menahan cairan tersebut

34 dengan membentuk massa cair yang kompak. Meningkatnya jumlah HPMC yang digunakan maka akan semakin banyak cairan yang tertahan dan diikat oleh HPMC, berarti viskositas meningkat (Arikumalasari,et al., 2013). Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh suasana di bawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi terurai pada pemanasan. Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol bersifat stabil. Pada sediaan topikal gliserin digunakan sebagai emolien dan humektan (Rowe et al, 2009). Fungsi sebagai penambahan bahan higroskopis. Konsentrasi gliserin sebagai humektan dan emolient yaitu sebesar 30% (HOPE, 2000). Bersifat higroskopis, jika disimpan terlalu lama pada suhu rendah dapat memadat dan membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 o C (FI III, 1979). TEA dapat berubah coklat pada paparan udara dan cahaya. Trietanolamina harus disimpan dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya, sejuk, dan kering. Fungsi sebagai alkalizing agent dan zat pengemulsi (HOPE, 2000). TEA dapat digunakan pada sediaan topikal karena dapat membentuk emulsi (Rowe et al, 2009). Natrium metabisulfit direaksikan dengan air, akan melepaskan sulfur dioksida (SO2). Gas tersebut mempunyai bau yang merangsang. Selain itu, natrium metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida ketika kontak dengan asam kuat. Senyawa kelompok ini akan terurai di dalam larutan asam menjadi asam belerang, yang akan mengikat oksigen molekuler yang ada dalam larutan. Konsentrasi penggunaanya sebesar 0,05-0,15% (Rowe et al, 2009).

35 Metil paraben larut dalam etanol dan propilen glikol, namun sedikit larut dalam air. Memiliki aktivitas sebagai pengawet antimikroba untuk sediaan kosmetik, makanan, dan sediaan farmasi. Efektif pada rentang ph yang besar dan mempunyai spektrum antimikroba yang luas meskipun lebih efektif terhadap jamur dan kapang. Campuran paraben digunakan untuk mendapatkan pengawet yang efektif. Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,02-0,3% (Wade & Weller, 2013). Propil paraben larut dalam etanol dan propilen glikol, sedikit larut dalam air. Propil paraben yang memiliki aktivitas sebagai antimikroba, umumnya digunakan sebagai pengawet untuk sediaan farmasi, kosmetik dan makanan. Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,01-0,6% (Wade & Weller, 2013). C. Uji Kualitas Fisik Gel Uji kualitas gel dilakukan dengan beberapa uji yaitu organoleptis, homogenitas, ph, daya lekat, daya sebar, dan viskositas. Uji ini dilakukan untuk mengatahui kualitas fisik gel getah jarak.

36 1. Uji Organoleptis Hasil uji organoleptis sediaan gel getah jarak (Jatropha curcas) : Tabel 1. Hasil Uji Organoleptis No 1 Warna Putih (ada Putih Putih Coklat Bening Warna pemisahan (ada Kuning fase) endapan hitam) 2 Aroma Aroma khas Aroma Aroma Aroma Aroma Aroma getah jarak khas getah khas khas khas khas getah jarak getah getah getah jarak jarak jarak jarak 3 Penampilan Cair Kental Kental Sedikit Kental Kental Sangat Kental Uji organoleptis merupakan salah satu kontrol kualitas untuk sediaan semisolid terutama gel getah jarak dengan pengamatan warna, bau, dan bentuk sediaan. Pemeriksaan organoleptis dari warna menunjukan dari keenam gel memiliki perbedaan warna untuk F1 berwarna putih tetapi ada pemisahan fase, F2, dan F3 memiliki warna putih, F4 memiliki warna coklat, F5 memiliki warna bening, dan F6 memiliki warna kuning. Meski terjadi perbedaan warna, semua sediaan menggunakan getah jarak dengan konsentrasi yang sama yaitu 10%. Pemisahan pada F1 diduga karena konsentrasi dari HPMC terlalu rendah

37 mengakibatkan tidak tercampurnya basis dengan bahan lain. Warna putih yang dihasilkan oleh F2 dan F3 diduga karena banyak mengandung gelembung sehingga warna kuning dari getah jarak tidak tampak, untuk F4 warna coklat diduga karena terjadi oksidasi sediaan. F5 memiliki warna bening karena warna dari gelling agent menutupi warna getah jarak. F6 berwarna kuning karena terlalu kental konsentrasi dari karbomer. Keenam sediaan gel memiliki bau yang sama yaitu aroma khas dari getah jarak. Gel tidak ditambahkan pengharum agar gel yang dihasilkan memiliki ciri khas dari tumbuhan jarak tersebut. Gel yang memenuhi persyaratan organoleptis yaitu memiliki warna sepeti zat aktif, aroma khas getah jarak dan penampilan kental. Hasil dari pengamatan bentuk sediaan menunjukkan formula dapat dituang dengan kekentalan yang bervariasi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu jenis dan konsentrasi basis gel, proses pencampuran dan pengadukan, serta inkompatibiltas bahan. Secara pengamatan kasat mata, sediaan yang memiliki kekentalan yang baik adalah F5 karena tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair. 2. Uji Homogenitas Hasil uji homogenitas sediaan gel getah jarak (Jatropha curcas) : Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

38 Uji homogenitas bertujuan untuk melihat keseragaman partikel dalam sediaan gel sehingga memberikan kualitas yang maksimal ketika digunakan. Homogenitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dari sediaan gel. Pemeriksaan homogenitas pada seluruh formula gel menunjukan hasil yang homogen, ditandai dengan semua partikel dalam pengamatan dikaca objek terdispersi secara merata dan tidak terjadi penggumpalan pada salah satu sisi. Zat aktif yang ada di dalam sediaan gel akan terdispersi secara merata pada setiap penggunaan gel pada kulit. Selain itu, homogenitas dipengaruhi dengan kecepatan pengadukan selama proses formulasi sediaan gel. Kecepatan pengadukan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga disetiap partikel mempunyai kesempatan yang sama untuk berada pada setiap bagian dalam gel. Pengadukan yang terlalu cepat dan kuat akan merusak sistem rantai polimer dan terjadi gelembung udara di dalam formula sehingga mengakibatkan sedian tidak homogen. 3. Uji Pengukuran ph Hasil uji pengukuran ph sediaan gel getah jarak (Jatropha curcas) : Tabel 5. Hasil Pengukuran ph Pengukuran ph 5 5 5 5 6 6 Pengukuran ini bertujuan untuk melihat sediaan yang dibuat tidak akan mengiritasi kulit. Dengan ph sediaan sesuai dengan kisaran ph kulit sekitar 4,5-

39 6,5. Keenam formula ini masuk dalam rentang ph kulit, yaitu 5 dan 6. Hal ini menandakan bahwa keenam sediaan aman digunakan untuk kulit karena tidak akan mengakibatkan iritasi pada kulit. Karbomer bersifat asam jika digunakan sebagi gelling agent sehingga perlu ditambahkan trietanolamin (TEA) yang bersifat basa lemah untuk menetralkan karbomer. 4. Uji Daya Sebar Hasil uji daya sebar sediaan gel getah jarak (Jatropha curcas) : Tabel 6. Hasil Pengukuran Uji Daya Sebar Daya Sebar 6,4 5,4 5,6 6,2 5,6 3,6 Pengujian daya sebar merupakan syarat masuk ke dalam syarat penting dari sediaan gel. Apabila suatu sediaan memiliki daya sebar yang tinggi berarti semakin besar daerah penyebarannya sehingga zat aktif yang terkandung akan tersebar secara merata dan lebih efektif dalam menghasilkan efek terapi. Pada hasil uji daya sebar pada F6 tidak masuk kedalam rentang yaitu 5-7 cm 2. Hal ini diakibatkan karena viskositas dari F6 sangat tinggi sehingga daya sebarnya rendah. Daya sebar dipengaruhi oleh bentuk sediaan, yang memiliki hubungan berbanding terbalik dengan viskositas atau bentuk sediaan. Semakin kental sediaan gel maka semakin rendah daya sebarnya (Fujiastuti, 2013). Daya sebar semisolid dibagi menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid. semistiff adalah sediaan semisolid yang memiliki viskositas tinggi sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid dengan viskositas rendah. Pada semistiff

40 syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5 cm 2 dan untuk semifluid adalah 5-7 cm 2 (Garg et al, 2002). Pada sediaan gel bentuk sediaan harus seperti semifluid yang berarti hasil dari uji daya sebar harus masuk rentang 5-7cm 2. Hanya F6 yang tidak masuk ke dalam rentang tersebut. 5. Uji Daya Lekat Hasil uji daya lekat sediaan gel getah jarak (Jatropha curcas) : Tabel 7.Hasil Pengukuran Uji Daya Lekat Daya Lekat 0,1 1,3 1,2 0,4 1,28 2,3 Gel yang baik dapat menjamin waktu kontak yang efektif dengan kulit sehingga tujuan penggunaanya tercapai, namun tidak terlalu lengket sehingga nyaman pada saat digunakan. Semakin lama waktu yang diperlukan kedua kaca objek untuk terlepas, maka semakin tinggi daya lekatnya, sehingga semakin lama pula sediaan melekat pada kulit dan efek zat aktif semakin lama. Daya lekat gel yang baik adalah yang dapat melapisi kulit secara menyeluruh, tidak menyumbat pori, dan tidak mengganggu fungsi fisiologi kulit (Voigt, 1994). Hasil pengujian dari keenam formula dapat dilihat dari Tabel 6. Dilihat dari nilai rata-rata waktu lekat gel didapatkan pada peningkatan dari F2>F3>F1 dan formula F6>F5>F4. Berdasarkan nilai ini hanya F6 yang memasuki rentang daya lekat yang telah ditetapkan, yaitu 2,00-300,00 detik (Betageri dan Prabhu, 2002). Daya lekat dipengaruhi oleh viskositas basis. Daya lekat sangat berkaitan

41 dengan viskositas. Viskositas yang semakin tinggi disebabkan oleh konsistensi sediaan yang lebih tinggi sehingga waktu daya lekatnya menjadi lebih lama. 6. Uji Viskositas Hasil uji viskositas sediaan gel getah jarak (Jatropha curcas) : Tabel 8. Hasil Pengukuran Uji Viskositas Viskositas 20 40 80 30 40 225 Pengujian viskositas merupakan syarat penting dari sediaan gel. Apabila suatu sediaan memiliki viskositas tinggi maka akan semakin kental bentuk sediaan tersebut. Viskositas pada produk farmasi terutama sediaan gel memiliki viskositas 30 dpas (Sinko, 2011). Pada penelitian uji viskositas pada F1 memiliki hasil dibawah sediaan pasaran, sedangkan pada F3 dan F6 memiliki nilai viskositas jauh di atas sediaan pasaran. 7. Uji Stabilitas Fisik Hasil uji daya sebar sediaan gel getah jarak (Jatropha curcas) : Tabel 9. Hasil Uji Stabilitas Fisik Ditumbuhi Jamur + (28) + (28) + (28) + (28) + (28) + (28) Pemisahan Fase + (1) - - - - - Endapan Hitam - - - + (1) - -

42 Uji stabilitas fisik sediaan gel getah jarak cina (Jatropha curcas) dilakukan selama 1 bulan pada suhu ruangan. Hasil uji stabilitas fisik keenam sediaan gel getah jarak mulai tumbuh jamur pada hari ke 28. Pada hari ke 1, F1 mengalami pemisahan fase. Dan untuk F4 pada hari ke 1 mengalami oksidasi sehingga menimbulkan endapan hitam di atas sediaan. Dari penelitian ini menghasilkan formulasi dengan kualitas fisik terbaik yaitu pada F5 karena memenuhi beberapa persyaratan yaitu : a. Uji Organoleptis Pada uji organoleptis persyaratannya adalah tidak ada perubahan yang signifikan pada pemeriksaan makroskopis. Sedangkan pada formula F1 mengalami pemisahan. Formula F4 mengalami pengendapan berwarna coklat di atas sediaan. Untuk itu, formula F1 dan F4 tidak lulus uji organoleptis. b. Uji Homogenitas Persyaratan uji homogenitas adalah tidak adanya benda atau butiran kasar pada pemeriksaan mikroskopis. Keenam formulasi gel getah jarak dalam penelitian ini tidak ada butiran kasar saat dilihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali. c. Uji Pengukuran ph Persayaran uji pengukuran ph berupa sediaan yang dihasilkan harus sama dengan ph kulit yaitu 4,5-6,5. Keenam formula memiliki ph 5 dan 6, sehingga masuk kedalam rentang persyaratan.

43 d. Uji Daya Sebar Uji daya sebar memiliki persayaratan apabila sediaan semistiff maka daya sebar harus 3-5cm 2, sedangkan bila sediaan semifluid daya sebar harus 5-7cm 2. Hasil uji daya sebar hanya formula F6 yang tidak masuk ke dalam rentang yang ditentukan. e. Uji Daya Lekat Uji daya lekat memiliki persyaratan yaitu harus masuk rentang antara 2,00-30,00 detik. Hanya formula F6 yang masuk ke dalam rentang tersebut. f. Uji Viskositas Uji viskositas sediaan gel di pasaran memiliki persyaratan yaitu 30 dpas. Untuk F1 memiliki hasil dibawah sediaan pasaran, sedangkan pada F3 dan F6 memiliki nilai viskositas jauh di atas sediaan pasaran. g. Uji Stabilitas Uji stabilitas gel dilihat dari ada tidaknya perubahan yang terjadi saat sediaan disimpan pada suhu tertentu. Pada penelitian ini suhu yang diterapkan adalah suhu ruangan. F1 mengalami perpisahan fase pada hari ke-1 yang terjadi karena kurang terikatnya air dengan basis gel, pada F4 ada endapan hitam di atas sediaan yang kemungkinan disebabkan oleh proses oksidasi. Semua formula ditumbuhi jamur pada hari ke-28.