PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI VERBAL DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 116 BANGETAYU WETAN

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram saat lahir 1, sedangkan Berat Badan Lahir

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

I. Pendahuluan Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

52 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

Umi Sa adah, Asih Setyorini

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA 1

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA SATU SAMPAI LIMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002). personal social (kepribadian dan tingkah laku),

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Hubungan Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga terhadap Perkembangan Motorik Balita

BAB I PENDAHULUAN.

Hubungan Mengikuti Kelompok Bermain dan Perkembangan Anak

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK YANG MENGIKUTI PROGRAM PLAYGROUP

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD USWATUN KHASANAH SLEMAN YOGYAKARTA

Fery Budianto * )., ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan otak diusia balita akan berdampak pada usia dewasanya nanti,

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

ISSN Vol 5, November 2014

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. serta biasanya sudah mulai mengikuti program presschool (Dewi,

BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.2 Saran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI AISYIYAH INSAN ROBBANI MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum. pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2005: 31-

Tri Puspa Kusumaningsih, Novia Ayunita. Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo Jl.Soekarno Hatta, Borokulon, Banyuurip, Purworejo

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

Kata kunci :pengetahuan orang tua perkembangan bahasa anak prasekolah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TAHAP PENCAPAIAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 4-5 TAHUN DI KELURAHAN MEDONO KOTA PEKALONGAN

Abdul Rokhman Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

HUBUNGAN STIMULASI OLEH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN)

HUBUNGAN STIMULASI PENDIDIKAN TK DENGAN INDEKS PRESTASI DI SD JURANG SAPI 3 KECAMATAN TAPEN KABUPATEN BONDOWOSO

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

Jl. Raya Gayaman Jabon Km.02 Mojoanyar Mojokerto HP: LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kembang. Semarang. : Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada. bulan April-Mei 2015

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN ANAK DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK PRASEKOLAH DI KB DAN TK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA TAHUN 2010

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA DI DESA KALIGONO. Pratiwi Dyah Kusumanti, Elvy Nurika Zulaicha

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi-eksperimen, dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

Transkripsi:

WAHANA INOVASI VOLUME 6 No.2 JULI-DES 2017 ISSN : 2089-8592 PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II Saiful Batubara, M.Joesoef Simbolon, Mahdalena Dosen Fakultas Kedokteran UISU Medan Fakultas Kedokteran UISU Medan, Jl.Karya Bakti No.34 Pangkalan Masyhur Medan ABSTRAK Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangannya juga berbeda, tetapi akan tetap mengikuti patokan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pada aspek motorik anak prasekolah yaitu anak di taman kanak-kanak yang berada di perkotaan dan perdesaan menggunakan instrumen Denver II. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional komparatif dengan sampel diambil berdasarkan metode purposive sampling dimana sampel untuk masingmasing populasi ditetapkan sebanyak 50 anak. Sehingga total sampel adalah sebanyak 100 anak dari TK daerah perkotaan dan TK daerah Hasil penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney, dimana hasil analisis uji Mann-Whitney perkembangan motorik halus diperoleh nilai p = 0,393, karena signifikansi p = 0,393 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perkembangan motorik halus antara anak taman kanak-kanak di daerah perdesaan dan perkotaan. Dan hasil analisis uji Mann-Whitney perkembangan motorik kasar diperoleh nilai p = 0,648, karena signifikansi p = 0,648 > p 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan perkembangan motorik kasar antara anak taman kanak-kanak di daerah perdesaan dan perkotaan. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan masukan dalam bidang kesehatan serta diharapkan kepada orangtua dan para guru taman kanak-kanak selalu memperhatikan perkembangan motorik anak dengan memperhatikan aspekaspek yang mempengaruhinya. Kata Kunci : Perkembangan, Anak TK, Denver II PENDAHULUAN Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas. Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangannya juga berbeda, tetapi akan tetap mengikuti patokan umum (Soetjiningsih, 2013). WHO (World Health Organitation) tahun 2007 melaporkan bahwa 5 25% dari anak-anak usia dini menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan motorik halus. Depkes RI (2006), bahwa 0,4 juta (16%) balita di Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara (Widati et al., 2012). Hasil penelitian tahun 2012 di kecamatan wara utara kota Palopo didapati pencapaian tugas perkembangan anak masing-masing sektor adalah untuk motorik kasar menunjukkan hasil normal 80,9%, caution 17,0%, dan delay 2,1%, untuk motorik halus menunjukkan hasil advance 2,1%, normal 78,7%, caution 17,0 % dan delay 2,1%, untuk bahasa menunjukkan hasil advance 10,6%, normal 66,0%, caution 19,1% dan delay 4,3%, untuk personal sosial menunjukkan hasil advance 4,3%, normal 72,3%, caution 19,1% dan delay 4,3% (Ardita et al., 2012).

107 Perkembangan anak membutuhkan stimulasi. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Masa prasekolah (preschool/early childhood) adalah anak yang berusia 3 sampai dengan 6 tahun. Pada masa ini terdapat kemajuan perkembangan motorik dan fungsi ekskresi. Aktivitas fisik bertambah serta keterampilan dan proses berfikir meningkat (Soetjiningsih, 2013). Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Hal itu mungkin timbul dari kerusakan otak pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak menguntungkan atau lingkungan yang tidak menyenangkan pascalahir. Akan tetapi, keterlambatan lebih sering di sebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan, atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya (Hurlock, 2013). Skrining perkembangan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak. Pemantauan dan skrining perkembangan anak sangat penting karena dengan pemantauan yang baik, dapat dilakukan deteksi dini kelainan perkembangan anak, sehingga intervensi dini dapat dilakukan dan tumbuh kembang anak dapat lebih optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya (Soetjiningsih, 2013). Salah satu instrumen untuk skrining yang dipakai secara internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada 4 ranah perkembangan yaitu personalsocial, fine motor adaptive, language, dan gross motor untuk anak sejak lahir hingga usia 6 tahun (Narendra et al, 2008). PERKEMBANGAN MOTORIK Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus (Soetjiningsih, 2013). 1. Kasar (Gross Motor) Perkembangan motorik kasar melibatkan otot-otot besar meliputi pergerakan gerakan kepala, badan, keseimbangan, dan pergerakan (Soetjiningsih, 2013). 2. Halus (Fine Motor) Perkembangan motorik halus merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi melakukan koordinasi yang cermat, misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda dan lain-lain (Maryunani, 2010). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN Tingkat dan kecepatan perkembangan seorang anak adalah hasil akhir dari berbagai faktor, yang banyak dari faktor-faktor tersebut tidak berkaitan dengan kemampuan mental genetik anak, misalnya ada tidaknya penyakit kronis, kendala fisik atau sensorik, dan kualitas lingkungan tempat ia tumbuh (Rudolph, 2006). Secara umum tumbuh kembang dipengaruhi oleh dua faktor utama yang meliputi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya potensi yang sudah dimiliki (Hidayat, 2008). Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya potensi genetik, sedangkan yang tidak baik akan menghambatnya (Soetjiningsih, 2013). Stimulasi dari lingkungan merupakan hal yang penting untuk tumbuh kembang anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi (Soetjiningsih, 2013). Sedikit banyak ada beberapa hal yang menjadi penyebab perbedaan perkembangan motorik dan aktivitas sehari-hari antara anak yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah perdesaan antara lain faktor yang berkenaan dengan faktor lingkungan seperti pada perilaku

108 sedentary dan lainnya. Tujuan penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang perbedaan pada aspek motorik anak di taman kanak-kanak yang berada di perkotaan dan perdesaan menggunakan instrumen Denver II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari 2016 sampai Bulan Februari 2016 di TK Nur Aisyah Kota Medan dan TK Cerdas Bangsa Desa Delitua, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan besar sampel 100 anak dimana 50 anak pada TK Nur Aisyah dan 50 anak pada TK Cerdas Bangsa. Analisis data dilakukan dengan Analisa Univariat yaitu menganalisis distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin dan umur anak dan Analisa Bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney serta Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Denver II. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masingmasing variabel penelitian. Oleh karena variabel penelitian diukur dalam bentuk kategorik ordinal, maka hasil perhitungan untuk analisis univariat berupa distribusi frekuensi. a. Jenis Kelamin berdasarkan jenis kelamin, didapatkan hasil pada tabel 1 dan tabel 2 dibawah ini: Tabel 1. Distribusi karakteristik jenis kelamin pada anak TK di daerah perkotaan Jenis Kelamin Laki-laki 27 54 Perempuan 23 46 Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin anak TK di daerah perkotaan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 27 orang anak (54%) dan yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 orang anak (46%). Tabel 2. Distribusi karakteristik jenis kelamin pada anak TK di daerah perdesaan Jenis Kelamin Laki-laki 26 52 Perempuan 24 48 Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin anak TK di daerah perdesaan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 26 anak (52%) dan yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24 anak (48%). b. Umur berdasarkan umur, didapatkan hasil pada tabel 3 dan tabel 4 dibawah ini : Tabel 3. Distribusi karakteristik umur pada anak TK di daerah perkotaan Umur (bulan) 48-54 1 2 55-60 3 6 61-66 27 54 67-72 19 38 Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi umur anak TK di daerah perkotaan yaitu anak yang berumur 48-54 bulan sebanyak 1 anak (2%), anak yang berumur 55-60 bulan sebanyak 3 anak (6%), anak yang berumur 61-66 bulan sebanyak 27 anak (54%), dan anak yang berumur 67-72 bulan sebanyak 19 anak (38%).

109 Tabel 4. Distribusi karakteristik umur pada anak TK di daerah Perdesaan Umur (bulan) 48-54 1 2 55-60 2 4 61-66 16 32 67-72 31 62 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi umur anak TK di daerah perdesaan yaitu anak yang berumur 48-54 bulan sebanyak 1 anak (2%), anak yang berumur 55-60 bulan sebanyak 2 anak (4%), anak yang berumur 61-66 bulan sebanyak 16 anak (32%), dan anak yang berumur 67-72 bulan sebanyak 31 anak (62%). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa ada tidaknya perbedaan pencapaian tugas perkembangan motorik anak taman kanak-kanak didaerah perkotaan dan didaerah a. Perkembangan Kasar berdasarkan pencapaian perkembangan motorik kasar, didapatkan hasil pada tabel 5 dan tabel 6 dibawah ini : Tabel 5. Distribusi Perkembangan Kasar Anak TK didaerah Perkotaan Kasar Normal 47 94 Suspek 3 6 Abnormal 0 0 Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi perkembangan motorik kasar anak TK didaerah perkotaan menunjukkan bahwa 47 anak atau sebesar 94% dari seluruh sampel digolongkan normal, sebanyak 3 orang (6%) digolongkan suspek dan tidak ada (0%) yang digolongkan abnormal dari seluruh sampel. Tabel 6. Distribusi Perkembangan Kasar Anak TK didaerah Perdesaan Kasar Normal 48 96 Suspek 2 4 Abnormal 0 0 Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa distribusi perkembangan motorik kasar anak TK didaerah perdesaan menunjukkan bahwa 48 anak atau sebesar 96% dari seluruh sampel digolongkan normal, sebanyak 2 orang (6%) digolongkan suspek dan tidak ada (0%) yang digolongkan abnormal dari seluruh sampel. b. Perkembangan Halus berdasarkan pencapaian perkembangan motorik halus, didapatkan hasil pada tabel 7 dan tabel 8 dibawah ini : Tabel 7. Distribusi Perkembangan Halus Anak TK didaerah Perkotaan Halus Normal 49 98 Suspek 1 2 Abnormal 0 0 Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa distribusi perkembangan motorik halus anak TK didaerah perkotaan menunjukkan bahwa 49 anak atau sebesar 98% dari seluruh sampel digolongkan normal, sebanyak 1 orang (2%) digolongkan suspek dan tidak ada (0%) yang digolongkan abnormal dari seluruh sampel. Tabel 8. Distribusi Perkembangan Halus Anak TK didaerah Perdesaan Halus Normal 46 92 Suspek 3 6 Abnormal 1 2

110 Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa distribusi perkembangan motorik halus anak TK didaerah perdesaan menunjukkan bahwa 46 anak atau sebesar 92% dari seluruh sampel digolongkan normal, sebanyak 3 orang (6%) digolongkan suspek dan sebanyak 1 orang (2%) yang digolongkan abnormal dari seluruh sampel. c. Perbedaan perkembangan motorik kasar anak taman kanak-kanak didaerah perkotaan dan didaerah perdesaan berdasarkann tabulasi proporsi masingmasing kelompok pada pencapaian perkembangan motorik kasar dan motorik halus, didapatkan hasil pada tabel 9 dan tabel 10 dibawah ini: Tabel 9. Distribusi Perkembangan Kasar Anak TK daerah Perkotaan Dan Anak TK daerah Perdesaan Kasar TK Perkotan TK Perdesan f % f % Normal 47 94 48 96 Suspek 3 6 2 4 Abnormal 0 0 0 0 50 100 p 0,648 Berdasarkan tabel 9, uji statistik Mann Whitney untuk perkembangan motorik kasar pada kedua kelompok dengan nilai p 0,648 yang berarti > 0,05 sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan perkembangan motorik kasar yang signifikan antara anak TK didaerah perkotaan dan anak TK daerah Tabel 10. Distribusi Perkembangan Halus Anak TK daerah Perkotaan Dan Anak TK daerah Perdesaan Halus TK Perkota n TK Perdesa n p f % f % Normal 49 98 46 92 Suspek 1 2 3 6 Abnormal 0 0 1 2 50 100 0,39 3 Berdasarkan tabel 10, uji statistik Mann Whitney untuk perkembangan motorik halus pada kedua kelompok dengan nilai p 0,393 yang berarti > 0,05 sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan perkembangan motorik halus yang signifikan antara anak TK didaerah perkotaan dan anak TK daerah PEMBAHASAN a. Perbedaan perkembangan motorik kasar anak taman kanak-kanak didaerah perkotaan dan didaerah perdesaan Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus (Soetjiningsih, 2013). Hasil penelitian data frekuensi perkembangan motorik kasar terbagi dalam tiga kategori, yaitu normal dengan frekuensi 47 orang anak (94%) pada daerah perkotaan dan 48 orang anak (96%) pada daerah perdesaan, kategori suspek dengan frekuensi 3 orang anak (6%) pada daerah perkotaan dan 2 orang anak (4%) pada daerah perdesaan, serta ketegori abnomal dengan frekuensi 0 (0%) pada kedua daerah. Dari hasil penelitian didapati perkembangan motorik kasar anak TK pada daerah perdesaan lebih baik daripada anak TK pada daerah perkotaan, namun secara signifikasi uji Mann-Whitney tidak didapati perbedaan yang signifikan dengan nilai p 0,648 yang artinya tidak ada perbedaan perkembangan motorik kasar antara anak TK daerah perkotaan dan anak TK daerah Hasil penelitian data frekuensi perkembangan motorik halus terbagi dalam tiga kategori, yaitu normal dengan frekuensi 48 orang anak (96%) pada daerah perkotaan dan 46 orang anak (92%) pada daerah perdesaan, kategori suspek dengan frekuensi 2 orang anak (4%) pada daerah perkotaan dan 3 orang anak (6%) pada daerah perdesaan, serta ketegori abnomal dengan frekuensi 0 (0%) pada daerah perkotaan dan 1 orang anak (2%) pada daerah Dari hasil penelitian didapati perkembangan motorik halus anak TK pada daerah

111 perkotaan lebih baik daripada anak TK pada daerah perdesaan, namun secara signifikasi uji Mann-Whitney tidak didapati perbedaan yang signifikan dengan nilai p 0,393 yang artinya tidak ada perbedaan perkembangan motorik halus antara anak TK daerah perkotaan dan anak TK daerah Hal ini menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal yaitu daerah perkotaan dan perdesaan tidak mempengaruhi pencapaian perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak. Hal ini berbeda dengan Soetjiningsih yang menyatakan bahwa faktor lingkungan tempat seorang anak mengalami tumbuh kembang, merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Temuan pada penelitian ini berbeda kemungkinan dipengaruhi oleh letak perkotaan dan perdesaan yang tidak terlampau jauh yang hanya berjarak 30 menit dari daerah perkotaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fadlyana (2003) yang menyatakan daerah penelitian yaitu pola keterlambatan perkembangan anak pada daerah perkotaan dan daerah perdesaan, semakin ke pedesaan makin tinggi peluang untuk mengalami keterlambatan perkembangan. Berbagai faktor lain seperti yang dikemukakan pada teori Piaget yang menekankan bahwa perkembangan tidak disebabkan oleh kematangan potensial keturunan atau kekuatan lingkungan saja namun interaksi antara keduanya serta pentingnya proses kematangan, pengalaman dengan lingkungan, latihan dan norma budaya. Disamping itu, tidak adanya perbedaan perkembangan motorik antara anak TK didaerah perkotaan dan daerah perdesaan dipengaruhi oleh banyak faktor lain yang mem-pengaruhi tahapan perkembangan diantaranya stimulasi dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan Soetjiningsih (2013) bahwa stimulasi dari lingkungan merupakan hal yang penting untuk tumbuh kembang anak. Stimulasi tumbuh kembang dapat dilakukan dengan cara memberikan permainan atau bermain. Taman kanak-kanak (TK) merupakan jenjang pendidikan formal anak usia dini dimana tidak ada mata pelajaran yang mengikat untuk siswa kecuali bermain. Jadi anak TK dari kedua kelompok tersebut sama-sama mendapatkan stimulasi perkembangan terutama perkembangan motorik kasar dan motorik halus dari sekolah yang dibimbing atau diasuh oleh guru sebagai pendidikan formal anak usia dini. Diketahui bahwa kompetensi guru taman kanak-kanak kini sudah mendapatkan standarisasi baik di daerah perkotaan dan daerah perdesaan pada kedua kelompok penelitian, hal ini dibuktikan dengan baiknya profil pendidikan dari kedua kelompok TK tersebut sehingga para guru dari kedua kelompok sama-sama mampu memberikan stimulasi yang baik terhadap pencapaian perkembangan motorik anak (Hasan, 2009). Dengan demikian, pencapaian perkembangan motorik anak TK didaerah perkotaan dan daerah perdesaan tidak mengalami perbedaan yang signifikan oleh karena terpenuhinya kebutuhan bermain sebagai salah satu stimuli terhadap perkembangan motorik anak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Hidayat (2008) bahwa pada anak yang mendapatkan atau terpenuhi kebutuhan bermainnya dapat terlihat pula adanya suatu pola perkembangan yang baik. Maka dari itu, hal ini memungkinkan tercapainya pencapaian perkembangan anak pada kedua TK yang diteliti adalah sama baiknya meskipun daerah tempat tinggal kedua subjek penelitian berbeda yaitu di daerah perkotaan dan di KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan: 1. Perkembangan motorik kasar anak TK di daerah perkotaan sebagian besar mencapai normal dengan frekuensi 47 anak atau sebesar 94%. 2. Perkembangan motorik halus anak TK di daerah perkotaan sebagian besar mencapai normal dengan frekuensi 49 anak atau sebesar 98%. 3. Perkembangan motorik kasar anak TK di daerah perdesaan sebagian besar mencapai normal dengan frekuensi 48 anak atau sebesar 96%. 4. Perkembangan motorik halus anak TK di daerah perkotaan sebagian besar mencapai normal dengan frekuensi 46 anak atau sebesar 92%. 5. Tidak ada perbedaan perkembangan motorik kasar antara anak taman

112 kanak-kanak di daerah perdesaan dan perkotaan dengan p value = 0,648. 6. Tidak ada perbedaan perkembangan motorik halus antara anak taman kanak-kanak di daerah perdesaan dan perkotaan dengan p value = 0,393. Saran 1. Bagi Peneliti dan Peneliti selanjutnya Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tugas perkembangan anak dan deteksi dini pencapaian perkembangan anak menggunakan Denver II tidak hanya pada anak Taman Kanak-kanak didaerah perkotaan dan 2. Bagi Responden Mempertimbangkan hasil pencapaian tugas perkembangan motorik kasar dan motorik halus masing-masing individu sehingga dapat dijadikan data dasar sebagai bahan evaluasi pemberian stimulasi oleh para guru ataupun orangtua. 3. Bagi Institusi Mensosialisasi tentang pentingnya stimulasi untuk pencapaian tugas perkembangan anak sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam beberapa hal terkait pelaksanaan penelitian dan rancangan penelitian, yakni sebagai berikut: 1. Peneliti bukanlah expert atau ahli yang kompeten dalam penggunaan Denver II sehingga membutuhkan bimbingan dalam penggunaannya saat meneliti. 2. Rancangan penelitian yang menggunakan studi cross sectional, karena kelemahannya penelitian hanya dilakukan sekali saja dan sebaiknya penelitian selanjutnya melakukan penelitian dengan menggunakan studi Kohort sehingga dapat memantau langsung perkembangan motorik anak TK daerah perkotaan dan daerah 3. Jarak daerah perdesaan yang dijadikan tempat penelitian terlalu dekat dengan daerah perkotaan sehingga sudah banyak mengalami kemajuan pembangunan daerah baik pendidikan, sosial dan ekonomi, sehingga sebaiknya penelitian selanjutnya melakukan penelitian pada daerah perdesaan yang belum mengalami kemajuan yang signifikan dalam pembangunan daerah baik pendidikan, sosial dan ekonomi agar mendapatkan hasil yang signifikan terhadap perbedaan perkembangan motorik yang terjadi diantara kedua daerah yang diteliti. DAFTAR PUSTAKA Ardita V, Kadir A, Askar M. Deteksi Perkembangan Anak Berdasarkan DDST Di RW I Kelurahan Luminda Kecamatan Wara Utara Kota Palopo. 2012; 1(2) : 1-8 Fadlyana E, Alisjahbanna A, Nelwan I, Noor M, Selly, Sofiatin Y. Pola Keterlambatan Perkembangan Balita di Daerah Pedesaan dan Perkotaan Bandung Serta Faktorfaktor Yang Mempengaruhinya. Sari Pediatri. 2003; 4(4) : 168-175 Hasan M. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jogjakarta : DIVA Press; 2009 Hidayat AAA. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2008 Hurlock EB. Perkembangan Anak. Ed.6. Jakarta: Erlangga; 2013 Maryunani A. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Medika; 2010 Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG.N.G. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Ed.1. Jakarta: CV Sagung Seto; 2008 Rudolph AM. Buku Ajar RUDOLPH. Ed.20. Jakarta: EGC; 2006 Soetjiningsih, Ranuh IG.N.G. Tumbuh Kembang Anak.Ed.2. Jakarta: EGC; 2013

113 Widati A, Syaiful Y, Rahmawati DW. Pengaruh Terapi Bermain Origami Terhadap Perkembangan Halus dan Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 tahun). Journal of Nerscommunity. 2012; 3(6): 16-29