BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. krusial. Keputusan yang diambil dapat memiliki dampak baik atau buruk, oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan


BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

TANGGUNGJAWAB AUDITOR UNTUK MEMPERTIMBANGKAN KEMAMPUAN SATUAN USAHA DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, tidak hanya untuk daya hidup satu periode saja namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Landasan Teori II.1.1. Teori Agensi Godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton, Holmes (2010 : 301) mendefinisikan teori agensi sebagai berikut: In such a situation, both the principal and the agent are utility maximisers and there is no reason to believe that the agent will always act in the principal s best interests. The agency problem that arises is the problem of inducing an agent to behave as if he or she were maximizing the principal s welfare. Prinsipal dan agen diasumsikan sebagai makhluk ekonomi rasional yang memiliki motivasi untuk kepentingan pribadi. Hal tersebut dapat menjadi awal mula terjadinya konflik keagenan. Oleh karena itu, diperlukan pihak ketiga yang independen sebagai penengah antara hubungan antara principal dan agen tersebut, pada hal tersebut adalah auditor independen. Auditor sebagai pihak penengah yang independen perlu untuk mengawasi manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjadi mediator dalam mengatasi kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak manajer (prinsipal) dalam mengelola keuangan perusahaan. Tugas auditor adalah memberikan opini atas kewajaran suatu laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini, pihak perusahaan harus memberikan laporan keuangan tahunan sebagai sarana auditor melakukan pemberian opini. Laporan keuangan sangat penting untuk menilai dan 8

memonitoring pekerjaan manajer. Selain pemberian opini, auditor juga harus mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan karena hal ini sangat penting bagi investor dalam pengambilan keputusan menanamkan modal dalam perusahaan tersebut (Praptitorini dan Januarti : 2007). II.1.2. Opini Audit Suatu opini audit adalah hasil final dari suatu proses audit yang dilakukan oleh auditor independen. Opini audit diberikan setelah melalui beberapa tahapan audit sehingga auditor dapat menyimpulkan opini audit apa yang harus diterbitkannya atas laporan keuangan yang sedang diaudit (Amilin dan Indrawan : 2008). Di dalam opini audit yang baik (Unqualified Opinion), auditor harus dapat mengungkapkan bahwa laporan keuangan perusahaan telah diaudit sesuai dengan PSAK dan tidak terdapat halhal yang menyimpang secara material (Nata et. al., : 2004). Di dalam penerbitan opini audit tersebut auditor berperan penting dalam meyakinkan pihak investor dalam memilih perusahaan bagaimana yang baik untuk dijadikan tempatnya berinvestasi. Laporan keuangan yang telah diaudit dan dinyatakan wajar dapat dipercaya sebagai sebuah sarana informasi untuk investor dan pengguna lainnya yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut (Wijaya et. al., : 2009). Dalam menerbitkan laporan audit yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akuntan dapat memberikan salah satu dari lima opini audit di dalam melakukan pengauditan terhadap perusahaan yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion), auditor independen menyatakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit disajikan secara wajar, 9

dalam semua hal yang menyangkut materialitas, posisi keuangan, hasil usaha dan cash flow perusahaan yang diaudit telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia. Mulyadi (2005 : 417) laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan apabila: 1) Semua laporan-neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan. 2) Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor. 3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkannya untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan. 4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Hal ini juga berarti bahwa pengungkapan telah dilakukan memadai dalam catatan kaki atau bagian lain laporan keuangan. 5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraph penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. 2. Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (Unqualified Opinion With Explanatory Paragraph) diterbitkan oleh auditor jika ada keharusan bahwa auditor harus menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan audit yang diterbitkannya, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Mulyadi (2005 : 418) menyatakan berbagai penyebab paling penting dari penambahan paragraph penjelasan atau modifikasi kata pada laporan wajar tanpa pengecualian: 1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas. 3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 4) Penekanan atas suatu hal. 5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) diterbitkan auditor apabila auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, poisis keuangan, hasil usaha dan cash flow perusahaan sesuai 10

dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum. Menurut Mulyadi (2005 : 422) pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan: (1) Apabila tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang menyebabkan auditor berkesimpulan bahwa tidak dapat menyatakan tidak memberi pendapat. (2) Apabila auditor yakin, atas dasar proses auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia, yang berdampak material dan auditor berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, auditor harus menjelaskan semua alasan yang menyebabkan auditor menyimpulkan bahwa terdapat penyimpangan dari Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia, dalam paragraf ataupun beberapa paragraf tambahan yang terpisah, sebelum paragraf pendapat di dalam laporan audit. Di samping itu, paragraf pendapat dalam laporan audit harus berisi bahasa pengecualian yang sesuai dan yang merujuk ke paragraf tersebut. 4. Mulyadi (2005 : 423) mendefinisikan pendapat tidak wajar sebagai berikut: Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) hanya diberikan jika auditor merasa yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pendapat tidak wajar ini hanya dibuat jika auditor telah memiliki bahan bukti yang cukup, melalui penyelidikan yang memadai tentang ketidaksesuaian tersebut. Hal ini bukanlah kejadian yang lazim sehingga pendapat tidak wajar sangat jarang diberikan. 5. Mulyadi (2005 : 423) mendefinisikan pernyataan tidak memberikan pendapat apabila: Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. II.1.3. Going Concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam dunia bisnis global. Dengan adanya going concern tersebut maka suatu perusahaan dinyatakan sanggup dalam mempertahankan bisnisnya dalam periode waktu yang panjang, dan tidak 11

mungkin dilikuidasi dalam jangka waktu pendek (Setyarno et. al., : 2007). Susanto (2009) menyatakan masalah going concern suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan diungkapkan, agar perusahaan dapat mengambil tindakan selanjutnya dan pertimbangan keputusan yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya sehingga terhindar dari kebangkrutan. Terdapat beberapa hal yang membuat timbulnya masalah going concern, pada umumnya adalah perusahaan yang mempunyai rasio hutang terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah yang besar yang sebentar lagi akan jatuh tempo, perusahaan yang mengalami kemerosotan modal (capital deficiency) yang cukup banyak, perusahaan yang mengalami kerugian keuangan (financial losses) akibat adanya nilai tukar uang yang selalu berubah-ubah dan tidak dapat dipastikan, menanggung banyak beban keuangan, kerugian dari operasi perusahaan, serta tidak adanya rencana pemulihan dari pihak manajemen (action plans) (Juniarti 2000 dalam Praptitorini 2007). Mulyadi (2005:419) mengungkapkan mengenai beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup, yaitu: 1. Kerugian signifikan yang terjadi terus menerus dari usaha entitas atau kekurangan modal kerja. 2. Ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. 3. Kehilangan customer utama, terjadinya bencana yang tidak dicakup dalam asuransi, atau kesulitan besar dalam hubungan dengan buruh. 4. Tuntutan pengadilan, pemberlakuan aturan perundangan, atau hal-hal semacam yang kemungkinan membahayakan kelangsungan hidup entitas. Institut Akuntan Publik Indonesia (2011: seksi 341.3) mengatakan bahwa auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelagsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, yaitu tidak lebih 12

dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Contoh kondisi dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut, yaitu: 1. Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang buruk. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. 3. Masalah intern, sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. 4. Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan, namun dengan pertanggungan yang tidak memadai. Perusahaan sebagai suatu badan atau intitusi atau lembaga usaha yang memiliki tujuan, visi, misi di dalam mengembangkan kegiatan usahanya. Banyak sekali tantangan, kendala, serta permasalahan yang dapat dihadapi oleh perusahaan yang baik langsung maupun tidak dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Untuk itu, kelangsungan usaha dari suatu perusahaan perlu dicermati dan menjadi suatu porsi penilaian bagi semua pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan tersebut (Wijaya et. al., : 2009). Praptitorini dan Januarti (2007) mengatakan bahwa masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan suatu faktor sebagai 13

tolak ukur yang pasti umtuk menentukan status going concern pada perusahaan dan kekonsistenan faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif, status going concern tetap dapat diprediksi. II.1.4. Unqualified Opinion with Explanatory Paragraph Going Concern Audit report dengan penjelasan berisi kelangsungan hidup perusahaan mengindikasikan bahwa dalam penilaian laporan keuangan oleh auditor terdapat risiko yaitu ketidakmampuan perusahaan melanjutkan bisnisnya. Auditor harus dapat mempertimbangkan hasil dari operasi, keadaan ekonomi yang sedang mempengaruhi perusahaan, kemampuannya dalam melunasi seluruh kewajiban, serta keperluan likuiditas di masa depan (Praptitorini dan Januarti : 2007). Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information) (Setyano et. al.,:2006). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup setahun usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjulan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (SPAP, 2001:341.1). SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut : a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus : 14

i. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. ii. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat. c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana tersebut. i. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. ii. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian. iii. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar. II.1.5. Penelitian terdahulu II.1.5.1. Variabel Rasio Likuiditas Dapat diketahui, bahwa perusahaan yang tidak menguntungkan dalam jangka panjang berarti perusahaan tersebut tidak solvabel, atau tidak likuid dan kemungkinan harus direstrukturisasi, dan yang sering terjadi setelah direstrukturisasi, maka perusahaan akan bangkrut. Cara untuk menghindarinya adalah dengan memprediksi bahaya keuangan dari jauh sebelumnya agar tidak menderita kerugian dalam berinvestasi (Komalasari dan Agrianti : 2004). Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, maka kemungkinan di dalam melanjutkan usahanya akan semakin besar, sehingga kemungkinan untuk mendapatkan opini audit dengan paragraf going concern akan semakin sedikit, dinyatakan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008). Perusahaan yang mempunyai kewajiban dalam jumlah yang besar seharusnya memiliki aset yang cukup banyak untuk menutupi pembayaran kewajiban tersebut apabila sudah jatuh tempo. 15

Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa rasio likuiditas mempunyai pengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan paragraf going concern. Pernyataan ini diperkuat oleh Eko (2006) dalam Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menemukan suatu bukti yang menguatkan bahwa rasio likuiditas sangat berpengaruh terhadap penerbitan opini audit, hal tersebut disebabkan karena perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi lebih dipercaya dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Quick Ratio yang merupakan salah satu variabel keuangan yang digunakan oleh Susanto (2009) dan di dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa quick ratio tidak mempengaruhi auditor di dalam menerbitkan opini audit dengan paragraf going concern. Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor di dalam menerbitkan opini audit dengan paragraf going concern tidak berdasarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, akan tetapi lebih melihat ke arah kondisi keuangan secara keseluruhan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amilin dan Indrawan (2008) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh dengan penerbitan opini audit oleh auditor dengan paragraf going concern. Mukhlasin (2004) dan Hani et.al., (2004) menyatakan bahwa variabel rasio likuiditas berpengaruh positif terhadap kecendurangan pemberian opini audit dengan paragraf going concern. Hal tersebut tidak konsisten dengan penelitian dari Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit dengan paragraf going concern. Penelitian tersebut konsisten dengan penelitian dari Wijaya et.al., (2009) variabel rasio likuiditas di dalam 16

penelitian tersebut menghasilkan pengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit dengan paragraf going concern. II.1.5.2. Variabel Rasio Profitabilitas Profitabilitas (kemampulabaan) sering digunakan sebagai pengujian terakhir dari tingkat efektifitas operasi manajemen. Rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Tujuan dasar profitabilitas yaitu berkaitan dengan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan laba yang memuaskan sehingga pemodal (investor) dan para pemegang saham akan meneruskan untuk menyediakan modal bagi perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan agar going concern perusahaan tetap terjaga (Amilin dan Indrawan :2008). Tujuan dari analisa rentabilitas atau profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisa ini juga bermanfaat untuk mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada neraca perusahaan yang bersangkutan guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas perusahaan yang bersangkutan (Komalasari dan Agiranti : 2004). Kinerja manajemen yang baik dapat memberikan kecenderungan bagi manajemen untuk lebih terbuka dan lebih jujur dalam melaporkan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi lebih cenderung memiliki laporan yang wajar sehingga kemungkinan untuk mendapatkan opini audit yang baik akan semakin besar juga dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah. 17

Mukhlasin (2004) menyatakan bahwa penelitian mengenai rasio profitabilitas yaitu rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit dengan paragraf going concern. Hal tersebut konsisten dengan Susanto (2009) yang melakukan penelitian dengan variabel return on assets sebagai proksi yang biasa digunakan untuk rasio solvabilitas dan menghasilkan hasil yang sejalan dengan peneliti-peneliti lainnya seperti Komalasari (2004), dan Hani et.al., (2003) yang menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit atas laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit dengan paragraf going concern. Penelitian tersebut didukung oleh Wijaya et. al., (2009) yang menyatakan hal yang sama bahwa terdapat pengaruh negatif terhadap opini audit dengan paragraf going concern. II.1.5.3. Variabel Besaran KAP Auditor mempunyai tanggung jawab dalam memberikan informasi dengan kualitas audit yang andal dan bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan (Santosa dan Wedari :2007). Auditor di KAP Big Four dapat lebih cenderung berani dalam mengungkapkan beberapa masalah yang terjadi, disebabkan oleh karena KAP big four dapat lebih kuat dalam berhadapan dengan proses hukum. Hal tersebut berarti KAP big four dapat mengetahui dengan cermat bahwa terdapat kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan (Setyarno et. al., : 2007). 18

Pada saat biaya keagenan tinggi, manajemen mungkin mengaharapkan adanya kualitas audit yang lebih tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan. Hal tersebut bermaksud untuk mengurangi biaya pemonitoran (Wijaya et. al., : 2009). Menurut Mutchler et. al., (1997) dalam Santosa dan Wedari (2007) menemukan bukti univariat bahwa auditor big 4 lebih cenderung menerbitkan opini audit dengan paragraf going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non big 4. Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibanding auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit dengan paragraf going concern. Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh di dalam pemberian opini audit dengan paragraph Going Concern tersebut. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) dan Setyarno et. al., (2007) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara besaran KAP dengan opini audit dengan paragraf going concern. Namun temuan tersebut tidak konsisten dengan penelitian Wijaya et. al., (2009) yang menyatakan bahwa variabel besaran KAP memiliki pengaruh terhadap opini audit dengan paragraf going concern. II.1.5.4. Variabel Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini auditor tahun sebelumnya merupakan faktor yang sangat penting untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh auditor dalam menerbitkan opini audit dengan paragraf going concern di tahun mendatang (Santosa dan Wedari :2007). Apabila pada tahun sebelumnya auditor sudah memberikan opini audityang berisi penjelasan bahwa auditor tidak yakin mengenai kelangsungan hidup perusahaan, maka 19

pada tahun sekarang atau tahun berikutnya kemungkinan auditor akan lebih besar dalam menerbitkan opini audit dengan paragraf going concern kembali (Setyarno et. al., : 2007). Nogler (1995) dalam Ramadhany (2004) menemukan bahwa setelah auditor mengeluarkan opini audit dengan paragraf going concern, perusahaan harus menunjukan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini bersih pada tahun berikutnya, jika tidak maka pengeluaran opini audit dengan paragraf going concern dapat diberikan kembali. Ramadhany (2004) menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit dengan paragraf going concern. Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Susanto (2009) dan Setyarno et.al., (2007) yang menemukan bukti bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit dengan paragraf going concern, jika opini audit tahun sebelumnya adalah opini dengan paragraf going concern. Hasil penelitian dari Santosa dan Wedari (2007) menyatakan mengenai opini audit tahun sebelumnya yaitu bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit dengan paragraf going concern. Hal tersebut konsisten dengan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menyatakan bahwa opini audit dengan paragraf going concern yang telah auditee terima tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit dengan paragraf going concern oleh auditor pada tahun berjalan. 20

II.1.6. Model Penelitian Model penelitian ini ingin memperjelas hubungan antara variabel independen yaitu variabel yang dapat memberikan pengaruh dengan variabel dependen yaitu variabel yang diberikan pengaruh. Variabel yang mempengaruhi penerbitan opini audit dengan paragraf going concern adalah sebagai berikut: Rasio Likuiditas Rasio Profitabilitas Besaran KAP unqualified opinion with explanatory paragraph going concern Opini Audit Tahun Sebelumnya Gambar 2.1 Model Penelitian II.2. Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et. al., (2009) dimana perbedaannya dari peneliti sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini adalah sebagai berikut: 1. Jangka waktu peneliti sebelumnya meneliti selama 5 tahun dari tahun 2002 sampai 2006 sedangkan penulis meneliti selama 4 tahun dari tahun 2007 sampai 2010 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 21

2. Periode tahun penelitian yang berbeda dimana penelitian sebelumnya meneliti tahun 2002-2006 sedangkan penulis meneliti tahun 2007-2010 pada perusahaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Variabel penelitian sebelumnya adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, besaran KAP. Sedangkan penulis menambahkan variabel opini audit sebelumnya dalam penelitian ini. Peneliti menambah variabel opini audit tahun sebelumnya dari penelitian Santosa dan Wedari (2007), karena unqualified opinion with explanatory paragraph going concern tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali unqualified opinion with explanatory paragraph going concern pada tahun berikutnya. II.3. Pengembangan Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih perlu diuji kebenarannya atau dapat dikatakan masih merupakan dugaan sementara terhadap pernyataan. Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari empat hipotesis yaitu: Ha 1 Rasio Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap unqualified opinion with explanatory paragraph going concern. Ha 2 Rasio Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap unqualified opinion with explanatory paragraph going concern. Ha 3 Besaran KAP berpengaruh signifikan terhadap unqualified opinion with explanatory paragraph going concern. Ha 4 Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap unqualified opinion with explanatory paragraph going concern. 22