Akor Jazz: Teori & Praktik

dokumen-dokumen yang mirip
TEORI DAN PENGGUNAAN AKOR

BAB III ANALISIS PENERAPAN KONSEP WALKING BASS PADA BASS ELEKTRIK. logis dan fungsional berdasarkan garis harmoni untuk membuat time feel sebaik

Unsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo

CHORD-SCALE DIATONIK MAYOR. untuk

Penerapan akor pokok dalam tangga nada mayor 1# - 7# pada pianika

BAB III Analisis. Gambar III.1 Rancangan Pemrosesan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh

(Penggalan frase 1, frase 2 dan frase 3 pada bagian A)

HARMONI MODERN. UNTUK SMK Semester 2. Drs. Heri Yonathan, M.Sn. iii

Untuk MELODI IMPROVISASI ARANSEMEN. Djanuar Ishak, 2011

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

Tes Teori Tambahan Pengganti Nilai Kurang pada Kegiatan Praktik

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

CHORD-SCALE BLUES. Untuk MELODI IMPROVISASI - ARANSEMEN Djanuar Ishak, 2011

BAB III ANALISIS KARYA

BAB III ANALISIS DATA

PENERAPAN AKOR POKOK DALAM TANGGA NADA MAYOR 1# - 7# PADA PIANIKA

NOTASI BALOK. Oleh: Inggit Sitowati

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dimanapun dan kapanpun pembelajaran mempunyai pengertian yang

Harmoni II. Kord Pengganti (Substitution Chord) Progresi II V I VI

BAB III ANALISIS BENTUK LAGU. Wonderful Slippery Thing merupakan lagu hits Guthrie Govan yang berdurasi

Kompetensi Dasar : 1. mampu mendeskripsikan tentang sumber-sumber bunyi 2. mampu mendeskripsikan tentang penalaan

Makalah. Teori Dasar Musik. Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari. Riski Okta Mayasari. Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

Oleh : Teguh Budiawan. Mengenal dasar. not balok. modul pengantar belajar awal tahun ajaran hingga ujian tengah semester

Teori Musik Dasar komunal Musik Tradisi Musik Classic Jazz Roc Pop Scale Interval Ritme Metrum Tekstur Dynamic Fundamental Komposisi

Ear Training 2. Direktorat Pembinaan SMK 2013

GLOSSARIUM. Alterasi adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis salah satu nada dalam satu akord.

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB III ANALISIS KARYA

CARA MUDAH MENENTUKAN AKOR SUATU LAGU

PENERAPAN HARMONI KWARTAL PADA IMPROVISASI JAZZ GITAR NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: Ahmad Fariz Sanji NIM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI SILABUS MATA KULIAH

ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

7

TUGAS PLPG PEMBUATAN MODUL PEMBELAJARAN

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

Drs. Heri Yonathan, M.Sn HARMONI SATB UNTUK SMK SEMESTER 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 2013

BAB III ANALISIS KARYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, rencana dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan

BAB IV Perancangan dan Implementasi

BAB I PENDAHULUAN. beliau ciptakan, seperti halnya lagu Tuhan adalah kekuatanku yang diciptakan


BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

Harmoni I. Progresi I IV V

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah kehidupan manusia, karena pada dasarnya seni

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dirasakan dan dikembangkan manusia sejak zaman purbakala.

MENGENAL IRAMA 8 BEAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V Pengujian. Bab ini memuat tujuan dan langkah-langkah pengujian, hasil dan analisis pengujian terhadap hasil implementasi dari program GAMA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni musik merupakan bidang seni yang sangat diminati, sebab musik

BAB III ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Mark C.Gridely, Jazz style history and analysis, eleven edition (United State: Pearson, 2012), hlm.3.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

APLIKASI IMPROVISASI SYMMETRTICAL SCALES PADA AKOR JAZZ FUSION. Oleh:

Oleh: Dr. A. M. Susilo Pradoko, M.Si dan Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd. dan Pendidikan Seni Musik FBS UNY.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

Penerapan Akord Bebas Pada Lagu Nusantara Studi Kasus Pada Aransemen Lagu Sarinande

BAB II Dasar Teori. 2.1 Algoritma Genetika Gambaran Umum

TUJUH MODUS PENERAPAN TUJUH MODUS PADA KOMPOSISI MUSIK UNTUK ANSAMBEL GITAR KLASIK

BAB II LANDASAN TEORI WALKING BASS. setengah laras (half-steps), nada akor (chord tones), Tangga nada (scales) dan

PERANCANGAN APLIKASI PEMBELAJARAN NOTASI MUSIK PIANO UNTUK MELATIH MENINGKATKAN KECERDASAN MANUSIA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0

BAB I PENDAHULUAN. Seni musik dianggap cabang seni yang tertua diantara cabang seni yang lain (seni

BAB 3 KARYA MUSIK MODERN

EAR TRAINING 1 Drs. Dhanang Guritno, M.Sn.

BAB III ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS MASALAH. Batu Matia Telu, Teorenda, Lelendo Ndao, dan Taibenu memiliki pola melodik dan ritmik tertentu yang khas sebagai berikut:

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. musik. Salah satu seni yang menarik untuk diketahui dan yang paling sering

LAPORAN KARYA SEN1 I: (UNIVERSITAS NEGERI PADANG) Oleh: Erfan Lubis,SPd. NlP FAKULTAS BAHASA SASTRA DAN SEN1

PENENTUAN AKOR GITAR DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SHORT TIME FOURIER TRANSFORM

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN NADA TUNGGAL KEYBOARD (ORGEN) PADA PC BERBASIS MATLAB

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MUSIK

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa kurikulum

GLOSSARIUM. Aksentuasi adalah tekanan yang bersifat lemah dan kuat pada kata-kata maupun melodi lagu.

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan dengan adanya musik pada Quadrivium, kurikulum Phytagorean

ANALISIS TANGGA NADA DAN MODUS IMPROVISASI GITAR ELEKTRIK PADA LAGU BLUES 12 BAR PROGRESI I-IV-V. TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik

GIANT STEP Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang

MATERI AJAR. Ansambel berasal dari kata Ensemble (Perancis) yang berarti bersama-sama. Musik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berstruktur dan berprogram, di mulai dari pendidikan dasar,

DESKRIPSI CIPTA LAGU ADIK MANIS DENGAN IRINGAN PIANO GUNA LOMBA VOKAL TUNGGAL TINGKAT SD SE-DIY DALAM RANGKA DIES UNY KE-43

EAR TRAINING 1 Drs. Dhanang Guritno, M.Sn.

MUSIK POPULER DI INDONESIA 23. Gbr. 2.22: Pemusik Didi AGP dan peralatannya yang banyak menggunakan teknologi komputer

2016 PROSES BELAJAR MANDIRI PEMAIN KEYBOARD PADA BAND MTM COMMUNITY BANDUNG

Analisis Progresi Chord Standar dengan Graf

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partitur atau tulisan musik. Pemain musik melalui alat musiknya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah musik Barat, banyak komponis musik yang telah

PEDOMAN PENGAMATAN. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran musik

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

ANALISIS BENTUK MUSIK PADA KARYA YEARS OF THE BITTER AND THE SWEET. Oleh : Ulfa Ayunin ( )

BAB III ANALISIS KOMPOSISI

Pelatihan Dasar Seni Musik Untuk Guru Musik Sekolah Dasar

ANALISIS IMPROVISASI GITAR ELEKTRIK GUTHRIE GOVAN PADA LAGU WONDERFUL SLIPPERY THING NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: Khayyan Munada

Transkripsi:

Akor Jazz

Akor Jazz: Teori & Praktik Copyright CV Jejak, 2017 Penulis: Hafiz Osman ISBN: 978-602-5455-46-9 Penyunting dan Penata Letak: Hafiz Osman Desain Sampul: Andi Saiful Azid Penerbit: CV Jejak Redaksi: Jln. Bojonggenteng Nomor 18, Kec. Bojonggenteng Kab. Sukabumi, Jawa Barat 43353 Web : www.jejakpublisher.com E-mail : publisherjejak@gmail.com Facebook : Jejak Publisher Twitter : @JejakPublisher WhatsApp : +6285771233027 Cetakan Pertama, Oktober 2017 108 halaman; 15 x 22 cm Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit maupun penulis

Akor Jazz Teori & Praktik Hafiz Osman CV Jejak, 2017

iv

Daftar Isi 1. 2. 3. Kata Pengantar Elemen Dasar Tangga Nada Interval Durasi Tanda Key Akor Trinada Akor Ekstensi Pengenalan Teori Overtone Series Struktur Tonal Tangga Nada Minor Substitusi Nada Kombinasi Pengembangan Akor Pengulangan Akor Hias Akor Arpegiasi Akor Sambung Kadensa ix 1 1 2 3 5 6 9 13 13 15 18 19 21 25 27 31 36 42 47 v

4. 5. 6. Kromatik Kombinasi dalam Pengembangan Tonikalisasi Kombinasi Langsung Kromatik Khusus Gaya Harmoni Jazz Klasik Blues Klasik New Orleans Swing Jazz Modern Hardbop Non-Tonalitas Politonal Semitonal Struktur Hias Titik Tahan Atonal Penutup 51 52 58 60 61 67 68 70 72 73 74 78 81 81 83 84 87 91 95 vi

vii

viii

Kata Pengantar Pada Abad Pertengahan, musik polifoni atau musik yang menggunakan lebih dari satu suara bersamaan ada untuk pertama kali. Musik polifoni saat itu masih berupa dua suara yang disebut organum. Interval yang digunakan masih berkisar antara oktaf, kwart murni, dan kwint murni. Pada era Renaisans (abad 16), interval yang dipakai pun semakin beragam. Di pertengahan era itu, musik renaisans mulai menggunakan lebih dari dua suara dan mulai menggunakan akor. Dalam hal ini, akor ditemukan dari interaksi nada-nada polifoni. Definisi akor adalah bunyi polifonik (maupun monofonik) yang memiliki relasi satu sama lain. Oleh karena itu, tidak semua bunyi polifonik bisa disebut akor. Pada abad 17 (Renaisans akhir atau awal Barok), sistem mayor-minor menjadi acuan dalam menulis komposisi musik dan menggantikan sistem mode pada abad sebelumnya. Metode dalam menulis komposisi pada abad ini disebut kontrapung. Namun kontrapung tidak membicarakan tentang akor secara mendalam. Yang menjadi fokus kontrapung adalah keselarasan pergerakan suara polifoni dan bagaimana menulis melodi yang baik pada tiap bagian suara (sopran, alto, tenor, bass). Dengan adanya akor, teoris musik juga berpikir untuk membuat sebuah metode komposisi yang bersifat ilmiah. Hal ini dinamakan harmoni. Pada abad 18 (era Klasik), atau lebih tepatnya tahun 1722, Jean- Philippe Rameau menerbitkan buku teori harmoni yang menjadi pijakan bagi teori-teori lain yang muncul setelah itu. Yang dibicarakan dalam teori harmoni adalah bagaimana tiap akor saling berinteraksi, atau bagaimana cara akor-akor bergerak tanpa melibatkan aturan dalam kontrapung. Sebagian orang menyamakan harmoni dengan sekedar akor. Tapi harmoni sebenarnya mencakup hal yang lebih luas. ix

Topik yang dibahas dalam buku ini adalah tentang harmoni. Hal tersebut tertuang dalam persoalan struktur tonal dan non-tonal, atau struktur harmoni yang berkembang sejak abad 17 di Eropa yang kemudian diadopsi ke dalam musik jazz di abad ke 20. Pada mulanya penulis ingin memberi judul Changes. Kata ini merupakan istilah yang berkaitan dengan harmoni jazz. Berhubung tidak semua orang familiar dengan istilah-istilah jazz, judul yang sekarang dianggap bisa mewakili. Pada bagian awal akan kita mulai dengan subyek dasar guna memberi fondasi bagi pemula agar bisa mengikuti isi dari buku ini. Teori yang dikemukakan bersifat preskriptif dan deskriptif. Preskriptif artinya menjelaskan bagaimana cara gerak akor itu seharusnya. Sedangkan deskriptif adalah bagaimana menjelaskan praktik harmoni yang sudah berkembang. Buku ini tidak mencoba memaparkan teori yang baru, tapi tentunya akan disajikan secara berbeda. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan sebuah alternatif dalam memahami harmoni khususnya buat kalangan yang (ingin) mendalami musik jazz. Tapi tentu saja buku ini juga bisa digunakan di luar wilayah jazz. Kenapa jazz? Kebanyakan buku-buku populer tentang harmoni memakai komposisi klasik (musik seni Eropa) sebagai bahan analisis. Mungkin karena praktik harmoni dalam sejarahnya dimulai dari musik klasik, ataupun praktiknya mencakup banyak hal. Tapi harmoni jazz pun penulis pikir juga bisa mewakili harmoni yang dipraktikkan dalam musik klasik terlepas sebagian orang menganggap jazz bukanlah musik seni, atau jazz tidak sekomprehensif musik klasik. Bagaimanapun, pada kenyataannya musik jazz punya keunikan tersendiri yang patut diapresiasi. Di samping itu juga, musik jazz lebih relevan terhadap hal kekinian. Setidaknya membahas jazz dapat memberikan suasana baru. x

xi

xii

BAGIAN SATU Elemen Dasar TANGGA NADA Tangga nada (TN) adalah susunan nada berurutan yang khas dan berpusat pada satu nada yang disebut nada dasar. Tentunya dalam musik tonal kita tidak membuat sebuah komposisi atau lagu dengan nada acak. Nada-nada tersebut haruslah mempunyai hubungan satu sama lain. Oleh karena itu, kita membutuhkan nada dalam TN untuk menciptakan sebuah komposisi. TN utama yang dipakai dalam musik tonal adalah mayor dan minor. TN C Mayor Urutan TN Langkah C D E F G A B C 1-1-1/2-1-1-1-1/2 TN C Minor Urutan TN Langkah C D E F G A B C 1-1/2-1-1-1/2-1-1 1

2 Akor Jazz: Teori & Praktik INTERVAL Interval adalah jarak antara nada. Jika C menjadi nada dasar, maka interval yang bisa kita susun adalah : Sekon minor (m2), C - C (langkah: 1/2) Sekon mayor (M2), C - D (langkah: 1) Terts minor (m3), C - E (langkah: 1-1/2) Terts mayor (M3), C - E (langkah: 1-1) Kwart murni (P4), C - F (langkah: 1-1-1/2) Kwint kurang (D5), C - G (langkah: 1-1-1) Kwint murni (P5), C - G (langkah: 1-1-1/2-1) Sekst minor (m6), C - A (langkah: 1-1-1/2-1-1/2) Sekst mayor (M6), C - A (langkah: 1-1-1/2-1-1) Septim minor (m7), C - B (langkah: 1-1-1/2-1-1-1/2) Septim mayor (M7), C - B (langkah: 1-1-1/2-1-1-1) Oktaf (P8), C - C (langkah: sama seperti TN mayor) Jarak nada antara C dan C adalah sekon minor. Lambang (kres) yang tertera di situ, atau (mol) di nada yang lain, disebut sebagai aksidental. Kres untuk menandakan nada yang dinaikkan setengah langkah, dan mol adalah nada yang diturunkan setengah langkah. Di atas oktaf terdapat interval gabungan. Jika sekon mayor berada dalam wilayah oktaf, maka itu disebut sebagai non mayor (M9), atau dengan rumus M7 + M2 = M9 (7 + 2 = 9). Kwart murni dalam wilayah oktaf disebut undesim (P11), atau 7 + 4 = 11. Sekst minor dalam wilayah oktaf disebut tredesim (m13), atau 7 + 6 = 13, dst. Interval nada yang dibunyikan secara bersamaan akan menghasilkan status kestabilan. Konsonan adalah interval yang stabil, sedangkan disonan adalah sebaliknya. Nada disonan perlu distabilkan ke konsonan. Teknik untuk menstabilkan disonan ini dibahas dalam pelajaran kontrapung yang tentunya tidak menjadi topik pembicaraan kita sekarang.

Elemen Dasar 3 Yang termasuk konsonan adalah : Contoh 1.1 Yang termasuk disonan adalah : Contoh 1. 2 DURASI Nada yang kita bunyikan memiliki durasi atau lama waktu nada itu berbunyi. Hal ini diukur dengan ketukan per menit atau yang kita sebut tempo. Bila kita coba mendengar irama detak jantung atau bunyi detik jam yang berganti, maka tempo adalah cepat lambatnya pergantian antara tiap bunyi. Dalam musik, bunyi tersebut dinamakan ketukan atau beat. Durasi nada paling panjang yang dinotasikan secara khusus adalah nada yang berdurasi empat ketuk. Bila kita membunyikan nada sesuai tempo selama empat ketuk panjangnya (berhenti pada ketukan ke lima), maka nada itu disebut nada penuh (w). Dalam empat ketuk itu, jika kita bunyikan nada per dua ketuk (dua kali bunyi) maka tiap bunyi itu disebut nada setengah (h ). Jika tiap ketuk kita bunyikan satu nada, maka dalam rentang waktu empat ketuk, nada itu disebut nada seperempat (q ) atau nada penuh yang dibagi empat. Sekarang, coba bunyikan empat nada seperempat dengan tangan kanan (memukul sesuatu) sambil menghitung dalam hati (tu-wa-ga-pat)

4 Akor Jazz: Teori & Praktik atau gampangnya anda bisa menggunakan metronome. Lalu pada tiap ketuk, tangan kiri anda membunyikan nada yang terbagi rata durasinya (satu ketuk dibagi dua) dalam hitungan tu-wa sehingga semuanya ada empat kali bunyi tu-wa. Ini sama halnya dengan nada setengah terhadap nada penuh, hanya saja dengan pembagian yang lebih kecil. Nada yang dihitung tu-wa tadi disebut nada seperdelapan (e ) atau nada penuh yang dibagi delapan. Dengan cara yang sama, nada seperdelapan bisa dibagi lagi menjadi nada seperenambelas (s), dan begitu seterusnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari gambar berikut.

Elemen Dasar 5 Notasi durasi nada pada gambar dibuat berdasarkan tanda durasi $4 atau c, yang artinya dalam satu birama (sekat pada garis paranada) bisa diisi empat nada berdurasi seperempat. Satu birama $ 4 dapat diisi seluruhnya dengan satu nada penuh, tapi bagaimana jika tanda durasinya #4? Kalau kita bunyikan satu nada penuh maka akan kelebihan satu ketuk (satu ketuk terakhir menjadi ketukan pertama di birama berikutnya). Lalu nada durasi apa yang bisa mengisi seluruh birama # 4 dengan satu nada saja? Dengan ini kita bisa menggunakan dot. Dot adalah titik penambah durasi. Durasi yang bertambah adalah setengah dari durasi not yang ditambahkan. Jika nada setengah ditambahkan dot (setengah dari nada setengah adalah nada seperempat) maka durasi seluruhnya berjumlah tiga ketuk. Cara kedua adalah dengan memberi tie yang berbentuk seperti tali. Durasi yang ditambahkan tergantung nada durasi penambahnya. Dalam hal ini, untuk mengisi seluruh birama # 4, kita harus memberikan tie nada seperempat pada nada setengah. Contoh 1. 3 TANDA KEY Lambang kres dan mol yang terletak pada awal garis paranada, atau yang kita sebut tanda key, berfungsi untuk menandakan nada dasar dari sebuah lagu. Tanda ini juga berguna untuk membantu penulisan not agar kita tidak kesulitan dalam membubuhkan tanda aksidental. Dalam musik atonal, tanda key ini tidak lagi dibutuhkan karena musik atonal tidak memiliki nada dasar. Key adalah istilah yang umumnya digunakan dalam musik tonal untuk nada dasar dan harmoni yang membentuk nada dasar tersebut. Terdapat 12 pasang key yang bisa digunakan, seperti tertera pada gambar berikut ini. Huruf besar mengacu pada key mayor dan huruf kecil merupakan key minor. Key G misalnya memiliki key minor relatif, yaitu e. Relatif di sini bermakna kedua key tersebut berbagi aksidental yang sama. Dalam hal ini, hanya key C dan a yang tidak mengandung aksidental.

6 Akor Jazz: Teori & Praktik Sebuah lagu dikatakan dalam key C jika diawali dan diakhiri nada dasar yang sama, serta akor-akor pembentuknya merupakan bagian dari tangga nada C mayor atau cenderung ke C mayor. Tapi sebagaimana yang akan kita ketahui nanti, sebuah lagu bisa mengalami ambiguitas antara mayor dan minor. Dalam hal ini, lagu tersebut bisa dikatakan hanya di dalam key tanpa embel-embel mayor ataupun minor. AKOR TRINADA Akor trinada adalah akor dengan tiga nada. Ini merupakan akor paling dasar. Jenisnya antara lain: mayor (²), minor (_), diminis ( ), dan augmentasi (+). Secara umum, akor terbentuk dengan susunan interval m3 dan M3. Hal ini dinamakan juga dengan tertian. Formula untuk membentuk akor trinada mayor adalah M3 + m3. Untuk akor minor formulanya adalah m3 + M3. Diminis = m3 + m3. Augmentasi = M3 + M3. Jika diposisikan dalam urutan tangga nada; maka mayor =,

Elemen Dasar 7 minor =, diminis =, augmentasi =. Akor diminis merupakan akor disonan karena mengandung interval D5. Disonansi pada akor dilihat dari bass atau nada paling bawah. Interval dan pada akor diminis membentuk sebuah disonansi. Sedangkan pada akor augmentasi, walau tidak mengandung nada disonan, gabungan interval M3 pada akor tersebut menghasilkan ambiguitas nada. Oleh karena itu, akor augmentasi dikategorikan sebagai akor disonan. Jika diganti dengan atau, maka akor tersebut mengalami inversi atau perubahan susunan. Posisi di sini tidak lagi berada paling bawah atau sudah dipindahkan ke atas. Jika berada di awal, maka ini disebut inversi pertama ( atau ). Nada yang berada di awal menghasilkan inversi kedua ( ). Akor tanpa inversi atau pada posisi akar disebut akor. Angka inversi tersebut merupakan simbolisasi dalam teknik basso continuo atau figured bass. Pada akor misalnya, angka menandakan interval antara dan (P5). Sedangkan menandakan interval antara dan (M3). Posisi akar biasanya tidak perlu dicantumkan simbol. Pembunyian akornya berbentuk permutasi atau, dan atau. Pembunyian atau voicing ini terdiri dari dua macam: terbuka dan tertutup. Ia disebut tertutup jika tiap interval tidak bisa dimasukkan nada akor yang lain, seperti pada posisi akar ( ). Saat dipermutasi ( ), ini menjadi pembunyian terbuka karena di antara dan (M6) bisa dimasukkan, atau dimasukkan di antara dan (P5). Contoh 1. 4 Simbol akor inversi bisa juga menggunakan tanda garis miring seperti pada Contoh 1.4. Huruf sebelum garis adalah nama akornya, sedangkan huruf setelah itu adalah posisi bass atau nada paling bawah dari akor. Simbol seperti ini umum dipakai dalam musik jazz.

8 Akor Jazz: Teori & Praktik Contoh 1. 5 Contoh 1. 6 Contoh 1. 7

Elemen Dasar 9 AKOR EKSTENSI Akor ekstensi adalah akor trinada yang ditambahkan interval terts di atasnya. Jenis akor ini antara lain: 7, 9, 11, dan 13. Semua akor ekstensi adalah disonan. Musik jazz biasanya tidak mengindahkan aturan kontrapung dalam menstabilkan ataupun mempersiapkan disonansi, maka penggunaannya cenderung lebih bebas. Yang umumnya diketahui adalah akor 7, yaitu: Mayor 7 (²Þ) = Minor 7 ( Þ atau -Þ) = Mayor-minor 7 (Þ) = Diminis setengah (±) = Diminis penuh ( Þ) = Minor-mayor 7 ( ²Þ) = Mayor-minor 7 5 (Þ Ü) = Augmentasi mayor 7 (²Þ Ü) = Augmentasi minor 7 (Þ Ü) = Inversi pertama dari akor 7 disebut. Inversi kedua disebut. Inversi ketiga sebagai tambahan, di mana menjadi nada awal, disebut akor. Akor ²Þ inversi ketiga tidak cocok untuk digunakan karena terlalu disonan. Akor ²Þ dan ²Þ Ü juga jarang dipakai. Inversi pertama dari akor Þ dalam musik jazz disebut akor ²Ý. Akor Þ Ü dan Þ Ü disebut sebagai akor dominan ubahan. Ini akan dibahas pada Bagian 4 nanti. Untuk akor 9, 11, dan 13 biasanya menggunakan formula yang sama dengan akor 7 dengan menghilangkan nada dan menggantinya dengan nada ekstensi. Secara keseluruhan, yang paling sering digunakan adalah lima akor pertama. Contoh 1. 8

10 Akor Jazz: Teori & Praktik Contoh 1. 9 Contoh 1.10 Contoh 1.11 Contoh 1.12

11

12

BAGIAN DUA Pengenalan Teori OVERTONE SERIES Satu nada yang kita bunyikan (nada fundamental) mengandung banyak nada "muslihat" yang luput dari pendengaran. Nada-nada ini disebut overtone series di mana empat nada awalnya (setelah nada fundamental) yang paling memungkinkan untuk terdengar. Tentunya ahli fisika yang bisa menjelaskan fenomena ini lebih rinci. Contoh 2.1, Overtone Series 13

14 Akor Jazz: Teori & Praktik Semua nada itu lalu disusutkan menjadi tiga nada agar sesuai dengan kapasitas tinggi-rendah suara manusia. Hal ini disebut imitasi, di mana konsep artistik manusia dibentuk berdasarkan pola yang disediakan oleh alam. Jika C menjadi nada fundamental, maka kita dapati hasil overtone series yang disusutkan adalah C, E, dan G. Dari sini kita peroleh akor trinada mayor. Contoh 2. 2 Nada-nada vertikal kemudian kita jadikan horizontal untuk membentuk sebuah tangga nada dengan cara imitasi yang serupa. Contoh 2. 3 G dalam C^ merupakan nada yang paling kuat ditarik oleh C. Hal ini terlihat pada gambar overtone series sebelumnya, di mana nada G tersebut dikelilingi oleh C atau yang paling dekat dengan C. Kita namakan hal ini sebagai relasi 5th. Nada-nada lain dalam akor trinada tentunya mengandung overtone series juga, karena itu memiliki relasi 5th nya masingmasing. E menghasilkan B, dan G menghasilkan D. C dan E juga menjadi 5th dalam nada yang lain. C ditarik F, dan E ditarik A. Tapi semuanya terpusat di C. Kita tidak membuat C dalam pengaruh F. Begitu juga dengan kecenderungan B menarik F. Kita hanya tidak memunculkannya. Hubungan C (nada fundamental) dan F pun cukup jauh. Selain itu, yang membuat semua terpusat di C adalah karena adanya tendensi nada B bergerak ke C. Maka dari itu kita memperoleh tangga nada C mayor, seperti yang bisa kita lihat pada Contoh 2.4.

Pengenalan Teori 15 Contoh 2. 4 Dalam sejarahnya, TN mayor tidak terbentuk dengan cara seperti ini. Tangga nada yang kita punya sekarang tercipta melalui proses panjang dengan berbagai modifikasi. Yang kita coba lakukan di sini adalah membuat penjelasan berdasarkan fenomena overtone series. STRUKTUR TONAL Dengan meniru pola struktur akor C^ ke nada-nada TN C mayor yang lain (atau mengikuti pola tuts putih pada piano), kita dapat memperoleh akor-akor trinada seperti contoh di bawah ini. Contoh 2. 5 Bagaimana cara akor-akor ini bergerak dan berinteraksi? Kita tahu sebelumnya bahwa semua berasal dari satu nada yang mengalami pengembangan secara horizontal. Satu nada yang kita sebut fundamental itu yang bisa kita jadikan acuan dalam memulai sebuah progresi. Berdasarkan contoh di atas, C^ adalah akor pertama kita di mana semua pergerakan berasal. Sebelumnya kita tahu bahwa C memiliki hubungan yang dekat dengan G, maka begitu juga halnya dengan C^. Ia berpotensi bergerak ke G^ dan kembali ke C^ karena selain akor tersebut bersifat konklusif, nada B ( ) pada G^ memiliki tendensi untuk bergerak ke C ( ). Karena itu kita

16 Akor Jazz: Teori & Praktik peroleh struktur dasar harmoni C^-G^-C^ atau dalam terminologi musik disebut I-V-I. Progresi ini dapat membentuk sebuah key. Yang disebut musik tonal adalah musik yang memiliki struktur I-V-I. Contoh 2. 6 Bicara soal tendensi nada, dalam TN mayor merupakan nada tengah yang stabil selain dan. memiliki tendensi bergerak ke. ke. ke, dan ke. dan juga bergerak ke, tapi karena memiliki relasi yang lebih kuat dari atau nada lainnya, maka digunakan sebagai struktur dasar harmoni. Tapi penjelasan ini hanya sebagai pelengkap saja. Teori pergerakan akor yang akan dipaparkan nantinya tidak hanya didasari oleh tendensi nada. Akor C^ dalam TN C mayor bisa ditempatkan pada posisi I (angka romawi). Dm = ii. Em = iii. F^ = IV. G^ = V. Am = vi, dan Bº = viiº. Kita harus menggabungkannya dengan huruf kecil alfabet untuk menandakan akor minor. Contoh 2. 7 I juga disebut sebagai tonika (T), sedangkan V disebut dominan (D). Progresi I-V-I di atas harus dibedakan dari kadensa. Ia lebih tepat disebut sebagai struktur dasar. Walaupun kadensa berbentuk serupa, ia berada di dalam struktur dasar sebagai bagian yang lebih kecil, sedangkan struktur dasar merupakan fondasi dari seluruh progresi akor yang bisa berdurasi panjang. Untuk masalah kadensa ini akan dibahas lebih rinci pada Bagian 3 nanti. Lalu bagaimana dengan akor selain I dan V?

Pengenalan Teori 17 Mereka disebut sebagai akor subordinat. Karena derajatnya lebih rendah dari tonika dan dominan, mereka hanya menghiasi struktur dasar tersebut. Dengan kata lain, perannya tidak esensial. Tapi tentunya akan terasa membosankan bila progresi akor hanya berputar di T dan D saja. Terlebih, harmoni musik jazz sepertinya tidak ada yang sesederhana itu. Maka akor subordinat pun harus digunakan. Bagaimana cara menggunakan akor subordinat? Teori pergerakan akor yang diketahui pada umumnya mengacu kepada istilah functional harmony. Tiap akor mempunyai fungsinya masing-masing yang dikategorikan sebagai tonika (T), pradominan (PD), dan dominan (D). Yang termasuk tonika adalah I, I, iii, vi, vi, vi. Yang termasuk pradominan adalah ii, ii, ii, IV, IV, IV. Yang termasuk dominan adalah V, V, viiº, dengan tambahan akor V suspensi: I dan iii. Akor suspensi ini harus distabilkan lagi ke V sebelum bergerak ke akor lain. Cara pergerakannya hampir sama seperti yang kita tahu sebelumnya. Progresi akor dimulai dari T, menuju D, diperantarai oleh PD, dan diakhiri oleh T, atau disebut T PD D T. Perbedaannya dengan teori yang kita gunakan terletak pada persoalan konteks. Tidak setiap saat, vi misalnya, menjadi akor yang sesuai fungsinya (tonika). Bahkan tidak untuk V sekalipun. Cara berpikir functional bisa menjadi tidak relevan dalam beberapa kasus, seperti pada lagu di bawah ini. Contoh 2.8, Skylark (Hoagy Carmichael)

18 Akor Jazz: Teori & Praktik Di tiga birama lagu jazz standard barusan, kita bisa melihat bagaimana akornya bergerak dari posisi T dan kembali ke T. Akor PD yang terletak pada birama ke dua digunakan untuk mengganti dominan. Ini tentu saja tidak sesuai dengan teori yang tadi kita kemukakan. Dengan kata lain, teori tersebut tidak bisa digunakan untuk menjelaskan pergerakan akor pada lagu itu. Lalu bagaimana cara menjelaskannya? Contoh 2. 9 Pada Contoh 2.9 kita menghilangkan fungsi akor ii, iii, dan IV. Konteks sebenarnya dari akor-akor tersebut adalah untuk menghiasi I yang dalam hal ini tetap berfungsi sebagai tonika. Apa yang kita lakukan di sini disebut sebagai pengembangan. Dengan cara ini maka kita tidak menyalahi teori yang kita tahu sebelumnya. Tentu saja akor dalam tiga birama di atas bukanlah keseluruhan progresi akor pada lagu tersebut. Di sini penulis hanya coba menjelaskan bahwa cara berpikir functional yang serba vertikal itu tidak serta merta relevan di semua situasi. Tapi sebelum kita membahas lebih jauh soal pengembangan ini, kita perlu membicarakan hal lain terlebih dahulu. TANGGA NADA MINOR Selain TN mayor, tentu kita sudah familiar dengan TN minor. Tapi TN minor tidak dihasilkan melalui proses imitasi. Dulunya teoris musik di Abad Pertengahan (bahkan sejak zaman Yunani kuno) membuat TN turunan dari TN mayor, yang disebut mode. TN mayor sendiri disebut sebagai mode ionian. Jika C yang menjadi nada dasarnya, maka nada yang dimulai dari D dan kembali ke D disebut dorian; dari E ke E disebut frigian, dst.

Pengenalan Teori 19 Ionian = C D E F G A B C Dorian = D E F G A B C D Frigian = E F G A B C D E Lydian = F G A B C D E F Mixolydian = G A B C D E F G Aeolian = A B C D E F G A Lokrian = B C D E F G A B Mode tidak lagi digunakan pada abad 17 atau ketika munculnya musik barok. Mode ditinggalkan sampai akhirnya kembali muncul pada akhir abad 19 atau di awal abad 20. Tapi yang disisakan dari mode tersebut adalah ionian dan aeolian. Apa alasan lebih jauh untuk menyisakan sebagian? Lydian dan mixolydian mempunyai karakter seperti ionian yaitu mayor, tapi mixolydian tidak punya leading tone setengah langkah (si-do), sedangkan lydian mengandung interval disonan (D5) sehingga membuat mereka tidak terdengar natural. Dorian, frigian, dan lokrian juga tidak memiliki leading tone tersebut. Sama halnya dengan aeolian. Tapi aeolian tidak dihilangkan karena memiliki karakter khusus. Jika TN mayor mengandung interval M3, maka minor mengandung m3. Mayor ibarat laki-laki, dan minor ibarat perempuan. Keunikan seperti ini tentu sayang kalau dihilangkan. Selain itu, mode aeolian terdengar lebih natural ketika dibunyikan menurun dibandingkan TN minor turunan yang lain. Oleh karena itu aeolian juga bisa disebut sebagai tangga nada minor natural. SUBSTITUSI NADA Kromatik secara literal artinya warna. Ia dipakai untuk menamakan nada di luar diatonik. Jika nada diatoniknya adalah C D E F G A B, maka kromatiknya adalah C /D, D /E, F /G, G /A, A /B. Tidak seperti TN mayor, aeolian tidak terdengar natural ketika dibunyikan naik. Seperti yang kita ketahui, leading tone lah yang membuatnya terdengar natural (ataupun memuaskan) yaitu ketika nada

20 Akor Jazz: Teori & Praktik si jatuh ke do. Untuk itu, pada aeolian harus diberlakukan substitusi kromatik atau meminjam nada ke 7 dari TN mayor. Dengan substitusi ini, TN minor natural berubah nama dan susunan. Substitusi nada ke 7 dari TN C mayor (B) yang menggantikan B pada TN C minor natural, menghasilkan TN C minor harmonik. Contoh 2.10 TN minor membuat sebuah progresi akor bernuansa minor pula. Struktur harmoni dari key minor sama seperti mayor, tentunya dengan akor minor sebagai tonikanya. Sebenarnya menggunakan TN minor natural akan membentuk akor minor pada V, tapi dengan mengadopsi nada ke 7 dari TN mayor, akor dominan pada progresi minor kemudian berubah menjadi mayor. Jika V tetap pada bentuk minor (v), maka progresi ini tidak murni tonal. Contoh 2.11 Sementara itu, interval m3 antara A dan B pada TN C minor harmonik juga terdengar kurang natural dan cenderung sulit untuk dinyanyikan. Agar lebih natural, nada A diganti dengan A atau disubstitusi dengan nada ke 6 dari TN mayor. Maka dengan ini kita memperoleh TN minor melodik. Dalam hal ini, TN minor harmonik tetap digunakan pada situasi tertentu.

Pengenalan Teori 21 Contoh 2.12 KOMBINASI Jika TN minor bisa meminjam nada dari TN mayor, maka tentu juga bisa sebaliknya. Dengan perpaduan mayor dan minor, ini akan menghasilkan keragaman TN dan tentunya keragaman akor yang kita sebut sebagai kombinasi. Perpaduan ini bersifat paralel. TN C mayor misalnya, hanya bisa dipasangkan dengan C minor, bukan TN relatifnya. Hal ini memungkinkan karena key C dan c punya dominan yang sama. Walaupun secara aksidental mereka berbeda, key C lebih dekat ke c daripada ke a. Tangga Nada Mayor Tangga Nada Minor Mayor Natural Mayor 7 Mayor Harmonik Mayor Melodik Minor Natural Minor 6 Minor Harmonik Minor Melodik I, ii, iii, IV, V, vi, viiø iiiº III VI& (III&, I&) i, iiø, III, iv, v, VI, VII vi ivø, vi, viiº7 (iiº7, ivº7, bviº7) III& (V&, VII&)

22 Akor Jazz: Teori & Praktik Pada tabel tersebut, TN mayor 7 meminjam satu nada ( ) dari minor natural. Oleh karenanya, ini mengubah TN mayor natural menjadi mayor 7. Sedangkan TN minor 6 meminjam nada ke 6 dari TN mayor natural, dan begitu seterusnya. Angka romawi di kolom kanan adalah akor yang terbentuk dari TN-TN tersebut. Sebagian TN memiliki akor yang terdapat pada TN yang lain, maka yang tertera di atas hanya akor yang unik dari tiap TN. Akor yang diberi tanda kurung merupakan akor simetris. Inversi dari akor ini memiliki susunan interval yang sama dengan posisi akarnya. Yang tergolong akor simetris adalah diminis penuh dan augmentasi. Mayor 7 dan minor 6 pada tabel di atas terlihat identik dengan mixolydian dan dorian. Tapi karena kita di sini membicarakan musik tonal dan bukannya musik modal, maka penamaan itu kita hilangkan sampai nanti diperlukan lagi. Mode yang dipakai hanya atas dasar untuk memperkaya harmoni subordinat. Lalu jika mixolydian dan dorian bisa "digunakan"; bagaimana dengan frigian, lydian, dan lokrian? Mode yang lain hanya kebetulan saja tidak dimasukkan karena tidak dihasilkan dari perpaduan TN mayor dan minor natural. Maka sebenarnya mixolydian dan dorian lebih tepat disebut mayor 7 dan minor 6. Tapi bukan berarti kita tidak bisa mengadopsi karakter dari modemode tersebut. Bagaimana caranya akan kita bahas pada bab yang lain, sekaligus cara untuk mengembangkan struktur dasar dan menggunakan akor subordinat yang tertera pada tabel.

23

24

BAGIAN TIGA Pengembangan Pada pembahasan sebelumnya kita ketahui bahwa akor subordinat adalah akor yang bergantung pada akor dengan level di atasnya, yaitu tonika dan dominan. Akor pradominan dimaksudkan untuk akor subordinat yang posisinya berada sebelum (bahkan sesudah) dominan. Dalam hal ini, akor subordinat sama dengan akor tonika atau dominan yang dikembangkan. Ini menghasilkan sebuah harmoni horizontal, yaitu pergerakan akor secara berkesinambungan yang melihat hubungan antara nada sebelum dan sesudah akor tersebut dalam satu garis suara bass dibandingkan konteks functional yang lebih menekankan unsur vertikal. Dengan kata lain, harmoni horizontal memiliki gerak melodis. Unsur vertikal dipakai sebagai fondasi tonalitas dan arah tujuan gerak melodis itu. Sebuah akor disebut vertikal bila dilihat secara functional saja. Gerak melodis bisa disebut juga sebagai pengembangan. Hal ini dianalogikan seperti organisme tumbuhan yang terdiri dari akar, batang, ranting, dan daun. Dalam kaitannya dengan harmoni, akar merupakan unsur vertikal yang dimaksud, kemudian tumbuh menjadi bagian yang lain (horizontalisasi), sehingga semuanya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan layaknya sebuah organisme. 25

26 Akor Jazz: Teori & Praktik Pada bab ini kita akan membahas teknik-teknik dalam pengembangan. Akor yang digunakan sebagai contoh untuk sementara adalah akor diatonik. Penggunaan akor kromatik akan dibahas pada bab tersendiri nantinya. Alur pergerakan tonal dapat disimpulkan dengan gambar berikut ini. Tanda kurung pada S (subordinat) menandakan bahwa akor tersebut bersifat opsional. Boleh difungsikan, boleh tidak; salah satu, atau keduanya. Progresi akor dalam musik tonal pada dasarnya dapat disederhanakan menjadi I-V-I di mana hal itu biasanya dilakukan dalam analisis harmoni. Mengembangkan struktur dasar I-V-I, seperti yang akan kita lakukan nanti, dapat membantu kita memahami cara gerak akor. Subordinat difungsikan dalam bentuk akor pengulangan, akor hias, akor arpegiasi, akor sambung, dan kadensa. Nanti kita dapati bahwa pengembangan tonika dan dominan juga dipengaruhi oleh durasi, posisi, dll. Hal ini untuk membedakan akor mana yang menjadi pusatnya dan mana yang menjadi subordinat atau yang mengembangkan. Dalam hal ini, akor selain tonika dan dominan juga bisa berperan sebagai pusat bagi akor yang levelnya lebih rendah. Tonika dan dominan hanyalah akor pusat pada level teratas. Dengan kata lain, akor subordinat juga bisa memiliki subordinatnya sendiri. Catatan : 1. Pergerakan akor salah satunya dilihat dari gerak bass. Oleh karena itu, partitur yang diberikan hanya akan mencantumkan bass saja (berikut simbol akor) tanpa suara bagian atas. 2. Kita juga akan membuat grafik yang mendemonstrasikan teknik pengembangan untuk mengetahui akor mana saja yang menjadi pusat dan subordinatnya.

Pengembangan 27 AKOR PENGULANGAN Contoh 3.1 Baris pertama pada contoh di atas merupakan struktur dasar. Baris ke dua adalah pengembangan dari struktur dasar tersebut. Sedangkan baris ke tiga, tanpa tanda durasi, merupakan grafik pengembangan. Nada setengah pada grafik digunakan untuk menandakan akor struktur dasar. Sedangkan nada seperempat merupakan tanda untuk akor subordinat. Cara seperti ini yang akan kita terapkan pada contoh pengembangan selanjutnya. Struktur dasar diletakkan paling atas agar kita bisa melihat bagaimana strukturnya dikembangkan. F^/C pada birama pertama merupakan pengembangan dari C^ atau tonika dengan membagi satu nada penuh menjadi dua nada setengah. F^/C disebut akor pengulangan. Teknik pengembangan ini bersifat statis karena yang bergerak hanya suara atas. Yang harus diperhatikan di sini adalah bassnya. Karena itu F^/C merupakan bagian dari tonika, bukan pradominan (IV) yang functional. Garis putus-putus pada baris grafik menandakan pengulangan tersebut. Bisa dilihat mana yang pusat dan mana subordinatnya. F^/C yang juga merupakan akor disonan ikut memperkuat statusnya sebagai pengembang. Pada birama ke dua, walaupun C^/G merupakan akor

28 Akor Jazz: Teori & Praktik disonan, tapi di sini ia berperan sebagai pusat. Sedangkan G^ justru yang mengembangkan. Sebagai petunjuk, bilamana terdapat dua nada yang berdurasi dan ber-pitch sama, maka nada ke dua yang menjadi subordinatnya. Contoh 3. 2 Contoh di atas merupakan kelanjutan dari contoh sebelumnya. Nada setengah pada birama satu dan dua (Contoh 3.1) kini dibagi menjadi nada seperempat yang bisa kita temukan pada ketukan tiga dan empat di atas. Kemudian bila kita perhatikan pada bagian grafik, nada seperempat pada ketukan empat terlihat tanpa tangkai. Ini menandakan nada tersebut

Pengembangan 29 berada pada level lebih rendah dari nada subordinat, dengan kata lain, menjadi sub-subordinat. Nada tersebut mengembangkan atau mengulang nada seperempat di depannya. Lalu nada subordinat, dalam hal ini akor subordinat, menjadi pengembang untuk struktur dasar sehingga semuanya merupakan satu kesatuan tonika dan dominan. Bisa kita lihat pada baris ke empat bagaimana akor sub-subordinat dihilangkan untuk memperlihatkan perannya yang tidak esensial. Di sini akor subordinat jadi bernilai nada setengah. Kemudian pada baris terakhir semuanya disederhanakan atau direduksi ke bentuk akar. Contoh 3. 3, Falling in Love with Love (Richard Rodgers) Pada sebagian frase awal lagu jazz standard di atas, khususnya empat birama pertama, kita bisa melihat bagaimana B ^ mengalami pengulangan lebih dari satu birama. Empat birama kedua untuk sekarang kita lewati dulu karena membutuhkan teknik pengembangan yang berbeda. Yang coba ditunjukkan di sini adalah bagaimana B ^ mengembang di dalam sebuah struktur. Berikut ini adalah contoh grafiknya. Contoh 3. 4

Buku-buku populer (teori vertikal) :

Sketsa Biografi : Teori Horizontal Penulis adalah seorang musisi dan pengajar musik. Sempat mengenyam pendidikan formal di Institut Musik Daya Indonesia. Menekuni instrumen gitar dan aktif dalam kegiatan menulis lagu. Beberapa karya yang diciptakannya pernah memenangkan ajang cipta lagu berskala nasional. (kontak: osmanhafiz@gmx.com) DAPATKAN VERSI LENGKAP (buku cetak) Akor Jazz: Teori & Praktik MELALUI CARA DI BAWAH INI Whatsapp/SMS ke 085771233027 atau masuk ke... http://jejakpublisher.com/product/akor-jazz-teori-dan-praktik