Satrio dan Paston Sidauruk ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENANGGALAN 14 C UNTUK MENENTUKAN UMUR PELAPUKAN TANAH DENGAN METODE RADIOKARBON

PERBANDINGAN METODE SINTESIS BENZENA DAN ABSORPSI CO 2 UNTUK PENANGGALAN RADIOISOTOP 14 C

Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN Diterima 12 September 2012; Disetujui 06 November 2012

POLA DINAMIKA AIR TANAH DI DAERAH BEKASI BERDASARKAN ANALISIS 14 RADIOISOTOP C. D.A. Siregar dan Satrio

PENGGUNAAN METILAMIN SEBAGAI ABSORBEN CO 2 UNTUK PENGUKURAN KARBON-14 PADA SAMPEL TERUMBU KARANG ASAL KEPULAUAN SPERMONDE

APLIKASI ISOTOP ALAM 18 O, 2 H DAN 14 C UNTUK STUDI AIR TANAH DI KEPULAUAN SERIBU. Bungkus Pratikno, Zainal Abidin, Paston Sidauruk dan Satrio

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

Satrio, Paston Sidauruk dan Bungkus Pratikno ABSTRAK ABSTRACT

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Studi Karakteristik Air Tanah Daerah Nganjuk Jawa Timur dengan Isotop Alam

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

Satrio dan Rasi Prasetio ISSN

Stoikiometri. Berasal dari kata Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). Cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran kimia.

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

PENELITIAN POLA STRATIFIKASI AIR WADUK JATILUHUR. Paston Sidauruk, Alip, dan Bungkus Pratikno

3. Metodologi Penelitian

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

UNJUK KERJA PENCUPLIK AKTIF TRITIUM DI UDARA MENGGUNAKAN ABSORBEN SILIKA GEL

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

LEMBAR KERJA SISWA 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

PENENTUAN UMUR BATUAN GAMPING PENYUSUN GUA LEANG-LEANG MELALUI PENGUKURAN AKTIVITAS 14 C DENGAN METODE LSC (LIQUID SCINTILATION COUNTING)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

LEMBAR KERJA SISWA 3

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Disusun Oleh :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

Kekekalan Energi energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

MODUL I Pembuatan Larutan

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009


BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LKS XI MIA KELOMPOK :... ANGGOTA :

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Antiremed Kelas 10 KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *)

BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

Soal 5 Jumlah mol dari 29,8 gram amonium fosfat ((NH4)3PO4) (Ar N = 14, H = 1, dan P = 31) adalah. A. 0,05 mol

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

PREDIKSI UJIAN NASIONAL 2011 KIMIA

3 METODOLOGI PENELITIAN

II. DESKRIPSI PROSES

Lampiran 1. Flowsheet pembuatan dry ethanol

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB IV STOIKIOMETRI

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

Transkripsi:

2-METOKSIETILAMIN SEBAGAI ALTERNATIF ABSORBER (Satrio, dkk.) 2-METOKSIETILAMIN SEBAGAI ALTERNATIF ABSORBER Satrio dan Paston Sidauruk Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional E-mail : satrio@batan.go.id Diterima 18 Februari 2010; disetujui 13 Desember 2010 ABSTRAK 2-METOKSIETILAMIN SEBAGAI ALTERNATIF ABSORBER UNTUK ANALISIS 14 C DALAM TANAH DAN AIR TANAH. Di laboratorium hidrologi PATIR BATAN, analisis 14 C menggunakan Carbosorb sebagai absorber telah dikembangkan dan diterapkan dalam berbagai penelitian khususnya tanah dan air tanah. Saat ini, keberadaan Carbosorb TM buatan Packard untuk analisis 14 C sudah tidak tersedia di pasaran karena tidak diproduksi lagi, sehingga perlu dicari bahan alternatif sebagai penganti. Salah satu bahan pengganti Carbosorb adalah 2-metoksietilamin yang cukup tersedia di pasaran. Tujuan studi ini adalah mengetahui kemampuan 2-metoksietilamin untuk analisis 14 C sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif absorber. Dari beberapa kali analisis diperoleh data bahwa untuk larutan 2-metoksietilamin (M)/Sintilator (S) 21 ml memiliki daya serap antara 2,61-3,08 gram atau setara dengan kandungan 14 C antara 0,713 0,810 gram, temperatur jenuh sekitar 53 o C dan terjadi peningkatan massa jenis larutan dari semula 0,866 gram/ml menjadi sekitar 0,974 gram/ml. Hasil pengujian background dan standar yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan mendapatkan nilai cacahan yang relatif stabil, yang masing-masing 20,36 ± 0,10 cpm dan 32,74 ± 0,06 cpm. Dari hasil analisis beberapa sampel, nilai cacahannya berada diantara cacahan background dan standar yang menunjukkan bahwa sampel tersebut dapat ditentukan umurnya. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa 2-metoksietilamin sangat relevan sebagai absorber untuk analisis 14 C tanah maupun air tanah. Kata kunci : 2-metoksietilamin, absorber, analisis 14 C, tanah dan air tanah ABSTRACT 2-METHOXYETHYLAMINE AS ABSORBER ALTERNATIVE FOR ANALYSIS OF 14 C CONTENT IN SOIL AND GROUNDWATER SAMPLES. At the hydrology laboratory PATIR-BATAN, 14 C analysis using Carbosorb as an absorber of has been developed and applied to several research activities especially researches related to soil and groundwater. However, at the present time, Packard Co. as a producer of carbosorb is no longer producing carbosorb hence it is hardly found in the market. Therefore, the alternatives of absorber should be found. 2-Methoxyethylamine is considered to be a good alternative and it is commercially available. The study is intended to elaborate the potential of 2- methoxyethylamine as an alternative absorber to analyze 14 C content. Several times of analysis showed that the solution of 2-methoxyethylamine/Sintilator at 21 ml is able to absorb 2.61 3.08 g or equivalent to 0.713 0.810 g of 14 C at saturated temperature of 53 o C. At this time, the density of the solutions increased from 0.866 g/ml to around 0.974 g/ml. By three times test, the results of background and standard counting were relatively stable with values 20.36 ± 0.10 cpm and 32.74 ± 0.06 cpm, respectively. Whereas, the results of several samples analysis showed that all the 14 C count of soil and groundwater during this study were in between the count of background and standard. This result shows that 2-methoxyethylamine can serve as an alternative of absorber to determine the age of soil and groundwater samples through their 14 C contents. Key words : 2-methoxyethylamine, absorber, 14 C analysis, soil and groundwater 117

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 6 No. 2 Desember 2010 PENDAHULUAN Radiosiotop alam 14 C adalah isotop radioaktif yang paling umum digunakan untuk penanggalan (dating) sampel hidrologi, geologi dan arkeologi. Radioisotop alam 14 C yang ikut dalam siklus hidrologi, laju peluruhannya konstan dan waktu paro relatif panjang, sehingga dapat digunakan untuk menentukan umur sampel hingga 45.000 tahun [1]. Pemanfaatan metode 14 C di bidang hidrologi adalah untuk menunjang penelitian khususnya penentuan umur air tanah. Dalam prakteknya, jenis sampel lain seperti fosil binatang, kerang, batu gamping, stalagmite, stalagtite, sedimen laut dapat pula ditentukan umurnya dengan menganalisis sisa kandungan 14 C yang terkandung, baik dengan metode hidrolisis maupun dengan metode pembakaran. Analisis 14 C dengan metode absorpsi dalam beberapa tahun terakhir ini terus dikembangkan dan diterapkan karena lebih ekonomis dan sederhana dibandingkan dengan metode sintesis benzena. Aplikasi metode absorpsi untuk analisis 14 C telah banyak membantu berbagai penelitian khususnya bidang hidrologi. Bahan utama metode terakhir ini adalah Carbosorb TM dan Permafluor-V TM buatan Packard Co. Pada awalnya, sekitar tahun 1990-an, kedua bahan tersebut cukup tersedia di pasaran. Namun seiring berjalannya waktu, Packard Co. tidak memproduksi lagi bahan ini, sehingga beberapa laboratorium isotop berusaha mencari bahan alternatif pengganti [2]. Dengan alasan tersebut di atas, laboratorium hidrologi PATIR BATAN juga mencari bahan alternatif pengganti Carbosorb TM tersebut. Berdasarkan rekomendasi dari Packard Co. bahwa senyawa amine umumnya bisa menyerap dengan baik, tetapi Permafluor-V sebagai sintilator harus dibuat sendiri [3]. Bahan pengganti absorber yang digunakan dalam penelitian ini adalah senyawa 2-metoksietilamin yang di pasaran cukup tersedia dari berbagai merek. Senyawa 2-metoksietilamin akan bereaksi dengan dan membentuk senyawa karbamat pada temperatur jenuh sekitar 53 o C. Pada temperatur tersebut dimana kondisi larutan telah jenuh terbentuk ikatan N-C antara atom N dari gugus amin dengan atom C dari [4]. Pengujian terhadap bahan penyerap ini pertama kali dilakukan oleh Qureshi dari University of Waterloo Canada terhadap standar asam oksalat SRM 4990-C dengan menggunakan Carbosorb buatan Packard Co. yang saat itu masih diproduksi [5]. Sedangkan hasil pengujian yang telah dilakukan di lab hidrologi PATIR sejak tahun 2004 dibawah supervisi Qureshi terhadap standar yang sama dengan penyerap menggunakan absorber 2- metoksietilamin menghasilkan nilai cacahan bersih (net count) yang relatif sama dengan hasil pengujian Qureshi. Demikian halnya dengan hasil cacahan diperoleh sampel, yang nilainya berada di antara nilai cacahan background dan standar. Ini menunjukkan bahwa sampel yang dianalisis tersebut dapat ditentukan umurnya. Bila nilai cacahannya mendekati background, maka dapat dipastikan umurnya relatif tua dan sebaliknya bila nilai cacahannya mendekati nilai cacahan standar, maka dapat dipastikan umurnya mendekati modern; sehingga dengan demikian senyawa 2- metoksietilamin dapat digunakan sebagai bahan alternatif pengganti Carbosorb TM untuk analisis 14 C dalam sampel tanah dan air tanah. BAHAN DAN METODE Bahan 2-metoksietilamin buatan Sigma- Aldrich Jerman, sintilator (terdiri atas toluena, 2,5-diphenyloxazole (PPO) dan 2- (5phenyloxazolyl) (POPOP)), gas N 2 HP, N 2 - cair, HCl 10 %, CuO, Ethanol, standar SRM- 4990C dari National Bureau Standard USA, dan background pure 2-metoksietilamin. 118

2-METOKSIETILAMIN SEBAGAI ALTERNATIF ABSORBER (Satrio, dkk.) Alat Rangkaian alat absorbsi, vial gelas, beker gelas, alat timbang, pencacah sintilasi cair Packard 1900TR, heat gun. Pembuatan Sintilator Sebanyak 5 gram PPO dan 0,5 gram POPOP dilarutkan dalam 500 ml toluena. Kemudian dilakukan pengadukan sehingga diperoleh larutan yang homogen. Sintilator ini selanjutnya dicampurkan dengan 2- metoksietilamin dengan perbandingan 1:1. Campuran kedua larutan tersebut digunakan pada analisis sampel dan standar [6]. Preparasi sampel Dalam kondisi vakum, sampel tanah yang berasal dari proses pelapukan dalam bentuk senyawa CaCO 3 dan sampel air tanah dalam bentuk senyawa BaCO 3 direaksikan dengan HCl 10% sehingga diperoleh melalui reaksi berikut [7]. CaCO 3 + 2HCl CaCl 2 + H 2 O + BaCO 3 + 2HCl BaCl 2 + H 2 O + Sedangkan untuk sampel tanah murni yang bukan berasal dari proses pelapukan CaCO 3 umumnya memiliki kandungan sedikit sehingga untuk menangkap -nya dilakukan dengan proses pembakaran pada temperatur 850 o C dalam kondisi vakum. Pembakaran dilakukan dengan bantuan CuO sebagai oksidator CuO melalui reaksi berikut [8]. C + CuO 850 o C + Cu Sebanyak kira-kira lima liter ditampung dalam tabung stainless steel, kemudian gas N 2 High Purity (HP) dialirkan ke kolom absorbsi, lalu 35 ml larutan M/S dituangkan kedalamnya. Sambil terus mengalirkan gas N 2 HP, kevakuman pada tabung dihilangkan, setelah itu mulai dilakukan proses absorbsi dengan membuka valve ke tabung penampung sampel. Selama proses absorbsi, akan timbul panas hingga mencapai temperatur 50 o C. Setelah larutan jenuh tercapai temperatur larutan berangsur-angsur menurun hingga kembali ke temperatur Ke tabung N 2 Asam Sampel Penangkap asam Penangkap air Tangki Kolom absorbsi Penangkap Pompa vakum Gambar 1. Rangkaian alat absorbsi 119

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 6 No. 2 Desember 2010 ruangan. Setelah proses absorbsi selesai, larutan yang terbentuk langsung dikucurkan ke dalam erlenmeyer sambil dialiri gas N 2. Sebanyak 21 ml larutan tersebut diambil dan dituangkan ke dalam vial gelas 21 ml dengan menggunakan pipet volumetrik. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu bahan alternatif yang digunakan dalam pengujian ini adalah senyawa 2-metoksietilamin (CH 3 OCH 2 CH 2 NH 2 ). Senyawa ini memiliki sifat basa, jernih, massa jenis 0,86 g/ml dan temperatur didih sekitar 95 o C. 2-metoksietilamin memiliki gugus amine yang dapat menyerap karena akan bereaksi dengan secara eksotermis dan membentuk ion karbamat pada temperatur sekitar 50 o C. Pada temperatur tersebut dimana kondisi larutan telah jenuh terbentuk ikatan N-C antara atom N dari gugus amine dengan atom C dari melalui reaksi berikut. seperti ethanolamine, 2-metoksietilamin menghasilkan cacahan yang relatif stabil dalam jangka waktu lama. Proses bublbing ke dalam larutan M/S mengakibatkan temperatur dalam kolom absorpsi meningkat hingga tercapai kondisi jenuh, dimana larutan M/S tidak lagi menyerap meskipun sisa masih ada. Proses ini berlangsung selama 25 menit. Pada kondisi jenuh temperaturnya berangsur-angsur kembali ke kondisi temperatur ruangan. Gambar 2 memperlihatkan proses bubbling dalam kolom absorpsi. Data mengenai lamanya proses penyerapan dan perubahan temperatur terhadap waktu pada beberapa sampel disajikan pada Tabel 1 dan grafiknya pada Gambar 3. Melalui grafik tersebut, perubahan temperatur dan saat kondisi jenuh cenderung dapat dilihat lebih jelas. Kondisi jenuh tercapai antara 10 menit hingga 15 menit dengan temperatur jenuh antara 50 o C hingga 55 o C. Karbamat Pada peristiwa absorbsi terbentuk ikatan kimia antara absorber dalam hal ini 2-metoksietilamin dengan sebagai absorbat (zat terserap). Lapisan yang terbentuk pada peristiwa absorbsi adalah lapisan monolayer dimana larutan aslinya sukar dibedakan lagi serta dihasilkan panas cukup tinggi yang membuktikan bahwa telah terbentuk ikatan kimia yang kuat antara dan absorber. Reaksi di atas bersifat reversible, artinya suatu saat reaksinya dapat kembali ke semula tetapi dalam jangka waktu yang cukup lama. Dibandingkan dengan senyawa amine lain Setelah proses penyerapan hingga tercapai kondisi jenuh, massa jenis larutan M/S berubah dari semula 0,866 g/ml menjadi sekitar 0,978 g/ml. Larutan dengan massa jenis 0,866 g/ml tersebut merupakan larutan M/S murni (tanpa ) dan dijadikan sebagai larutan background. Peningkatan massa jenis tersebut diakibatkan penambahan yang terserap dalam larutan M/S. Penambahan bobot ini berkisar antara 2,6 g hingga 3 g. Tabel 2 menunjukkan perubahan massa jenis dalam larutan background, standar dan sampel. 120

2-METOKSIETILAMIN SEBAGAI ALTERNATIF ABSORBER (Satrio, dkk.) Karbamat- Karbamat-CO2 Karbamat- Karbamat- CO2 Gambar 2. Proses bubbling 14 melalui larutan M/S dalam kolom absorpsi 60 55 50 Suhu (oc) 45 40 35 30 25 Tanah-1 Tanah-3 Air Tanah-1 Air Tanah-3 Air Tanah-5 0 10 20 30 40 50 Waktu (me nit) Gambar 3. Karakteristik perubahan temperatur dan kondisi jenuh pada beberapa sampel 121

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 6 No. 2 Desember 2010 Tabel 1. Proses penyerapan dalam beberapa sampel Waktu (menit) Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 0 26,2 27,7 27,9 30,2 27,6 0,5 26,4 28,0 27,9 30,2 27,5 1 26,5 28,3 27,9 30,2 27,5 1,5 26,7 28,7 27,9 30,0 27,5 2 27,0 28,9 27,9 29,9 27,5 2,5 27,2 29,0 27,9 29,8 27,7 3 27,4 29,1 27,9 29,7 27,7 3,5 27,5 29,1 27,9 29,7 27,7 4 27,6 29,3 27,9 29,7 27,7 4,5 27,7 29,4 28,0 29,6 27,9 5 27,9 29,4 28,3 29,6 27,9 5,5 28,2 29,6 28,8 29,6 28,0 6 28,8 29,7 30,5 29,6 28,0 6,5 29,8 29,9 34,0 29,7 28,2 7 31,9 30,4 37,8 30,0 28,4 7,5 35,0 31,1 42,4 31,3 29,5 8 39,1 32,3 46,4 33,1 30,5 8,5 43,8 34,0 48,5 35,8 33,5 9 47,0 36,4 50,1 39,8 36,5 9,5 49,0 39,1 50,9 44,9 39,4 10 49,8 42,5 51,2 49,8 42,7 10,5 50,2 45,4 51,6 52,7 46,2 11 50,3 47,3 51,5 53,9 48,5 11,5 50,4 48,3 51,4 53,9 50,3 12 50,3 49,2 51,1 54,3 51,2 12,5 49,5 49,9 50,9 54,6 52,0 13 48,8 50,3 50,3 53,9 51,7 13,5 48,6 50,0 49,6 53,6 51,7 14 47,7 49,7 49,0 52,9 51,6 14,5 47,3 49,3 48,3 51,7 51,4 15 46,3 48,9 47,6 50,8 51,2 15,5 45,9 48,5 47,0 50,2 50,7 16 45,3 48,5 46,4 49,7 50,4 16,5 44,5 48,2 45,9 49,0 49,7 17 43,6 47,9 45,0 48,6 49,5 17,5 43,1 47,4 44,2 48,6 49,1 18 42,6 46,9 43,5 48,5 48,2 18,5 42,4 46,5 42,9 48,0 48,0 19 42,3 46,2 41,7 47,5 47,7 19,5 41,9 45,6 41,1 46,9 47,3 20 41,9 44,9 40,8 46,0 47,1 122

2-METOKSIETILAMIN SEBAGAI ALTERNATIF ABSORBER (Satrio, dkk.) Tabel 2. Massa jenis dan bobot 14 C terserap No. Nama Sampel Massa jenis (g/ml) Bobot (gram) Bobot 14 C terserap (gram) Cacahan (cpm) 1 Background (ul-1) 0,866 0 0 20,47 ± 0,81 2 Background (ul-2) 0,866 0 0 20,27 ± 0,93 3 Background (ul-3) 0,866 0 0 20,35 ± 0,95 4 Tanah-1 0,944 2,71 0,7402 26,39 ± 0,82 5 Tanah-2 0,970 2,74 0,7484 26,40 ± 1,15 6 Tanah-3 0,978 2,65 0,7238 24,09 ± 0,66 7 Tanah-4 0,992 2,61 0,7129 24,48 ± 1,15 8 Air Tanah-1 0,976 2,62 0,7156 28,74 ± 1,37 9 Air Tanah-2 0,980 2,70 0,7375 28,03 ± 1,07 10 Air Tanah-3 0,976 2,62 0,7156 30,80 ± 1,22 11 Air Tanah-4 0,974 2,63 0,7184 31,45 ± 1,28 12 Air Tanah-5 0,974 2,74 0,7470 30,90 ± 1,22 13 Air Tanah-6 0,976 2,85 0,7784 31,97 ± 1,36 14 Standar (ul-1) 0,980 3,15 0,8060 32,77 ± 0,86 15 Standar (ul-2) 0,975 3,08 0,8095 32,78 ± 1,07 16 Standar (ul-3) 0,966 2,84 0,7750 32,67 ± 1,05 Dari tiga data standar pada Tabel 2 diperoleh nilai cacahan bersih (net count) masing-masing sebesar 12,30 ± 0,05 cpm, 12,51 ± 0,07 cpm dan 12,32 ± 0,06 cpm. Apabila dibandingkan dengan hasil yang telah dilakukan oleh Qureshi [5] terhadap standar yang sama menghasilkan nilai cacahan bersih sebesar 12,10 ± 0,18 cpm. Ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil yang telah dilakukan di lab hidrologi PATIR BATAN dengan hasil yang telah dilakukan oleh Qureshi. Berdasarkan Tabel 2 terlihat pula bahwa cacahan background dan standar yang dianalisis dalam waktu yang berbeda menghasilkan nilai yang relatif sama. Sedangkan data cacahan sampel-sampel menghasilkan cacahan yang nilainya berada diantara background dan standar. Sampel Tanah-1 dan Tanah-2 menghasilkan nilai cacahan yang relatif sama yang mengindikasikan berasal dari lokasi yang berdekatan. Hal serupa juga terjadi pada Tanah-3 dan Tanah-4. Untuk sampel air tanah, Air Tanah-1 dan Air Tanah-2, Air Tanah-3 dan Air Tanah-5 serta Air Tanah-4 dan Air Tanah-6 mengindikasi berasal dari elevasi yang relatif sama. Ini berarti bahwa sampel tersebut memiliki umur sesuai dengan lokasi masing-masing sampel tersebut. Jika nilai cacahannya mendekati nilai cacahan background, maka dapat dipastikan umurnya relatif tua. Sebaliknya jika nilai cacahannya mendekati standar, maka dapat dipastikan umurnya relatif muda. KESIMPULAN 2-metoksietilamin dapat berfungsi sebagai pengganti Carbosorb TM buatan Packard Co. karena mampu menyerap. Hal ini dibukktikan dengan pengukuran background dan standar yang relatif stabil, masing-masing menghasilkan nilai cacahan 20,36 cpm dan 32,74 cpm dengan nilai cacahan bersih sebesar 12,37 cpm. Hasil pengukuran cacahan 14 C pada masing-masing sampel tanah dan air tanah berada diantara nilai cacahan background dan standar, menunjukkan bahwa masing- 123

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation Vol. 6 No. 2 Desember 2010 masing sampel tanah dan air tanah tersebut dapat ditentukan umurnya. DAFTAR PUSTAKA 1. ARAVENA, R.O., DRIMMIE, R.R,. QURESHI, R.M., MCNEELY, R. AND FABRIS, S., New possibilities for 14 C measurements by liquid scintillation counting, Radiocarbon, 31 (3), 387-392 (1989). 2. QURESHI, R.M., ARAVENA, R.O., FRITZ, P., AND DRIMMIE, R., The absorption method as alternative to benzene synthesis method for 14 C dating, Applied Geochemistry, 4, 625-633 (1989). 3. GUPTA, SUSHIL, K. AND POLACH, H., Radiocarbon Dating Practice at Australian National University, Handbook, Radiocarbon Laboratory, Research School of Pacific Studies, ANU, Canberra, (1985). 4. http://en.wikipedia.org/wiki/carbamate, Carbamates in biochemistry. 5. QURESHI, R.M., ARAVENA, R.O., DRIMMIE, R. AND FRITZ, P., A Simple Preparatory Procedure for LSC 14 C Dating of Environmental Samples with Ages Younger than 29,000 Years, Proc. Natl. Symp. Spectroscopy for Material Analysis, Islamabad-Pakistan, April 4-6 (1995). 6. NAIR, A.R., SINHA, U.K., JOSEP, T.B., AND RAO, S.M., Radiocarbon dating up tp 37,000 years using absorption technique, Nuclear Geophysics, 9 (3), 263-268 (1995). 7. IAEA, Guidebook on Nuclear Techniques in Hydrology, Technical Report Series No. 91, IAEA, Vienna, 285 317 (1983). 8. KUK, L. S., KYU, K. C., JAE, K.Y. AND HWAN, B., Determination of 14 C in environmental samples using absorption method, J. Korean Assoc. for Radiation Protection, 22 (1), 35-46 (1997). Lampiran... 124