BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh organisme atau serangga merupakan masalah penting bagi petani di Indonesia. Petani mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menanggulangi tanamannya dari serangan hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu hama yang merugikan adalah hama ulat grayak (Spodoptera litura). Hama tersebut menyerang tanaman kedelai dan juga tembakau yang meyebabkan kerusakan cukup besar. Hama ini sering menyebabkan daun dan buah sayuran menjadi sobek, terpotong-potong dan berlubang. Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini sangat merugikan, karena dapat menurunkan kualitas, jumlah produksi dan kegagalan panen. Hama ini bersifat polifag atau dapat hidup pada berbagai jenis tanaman, seperti tomat, sawi, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terong, kentang, kangkung, bayam, padi, jagung, tebu, jeruk, jarak kepyar, pisang, tembakau dan kacang-kacangan. Kerusakan yang disebabkan biasanya dikendalikan para petani menggunakan pestisida sintesik yang dianggap lebih efektif. Pada umumnya, petani melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida sintetik (kimia) dengan asumsi bahwa pestisida sintetik lebih efektif untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman. Untuk mengendalikannya petani menggunakan insektisida kimia yang intensif dan dengan frekuensi serta dosis yang relatif tinggi. Pestisida sintetik mempunyai 1
dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungannya. Penggunaan pestisida sintesik juga dapat merusak organisme nontarget, resistensi hama, dan menimbulkan efek residu pada tanaman dan lingkungan (Laoh, 2003). Penggunaan insektisida tersebut sering meninggalkan residu yang berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia (Untung, 2006). Kekhawatiran akan dampak negatif dari penggunaan insektisida sintetik tersebut menimbulkan kebutuhan akan adanya alternatif yang dapat dipakai untuk mengendalikan populasi hama dan serangga vektor sampai pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi dan lingkungan. Dengan banyaknya efek samping dari insektisida sintesik, penelitian tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan bioinsektisida untuk mengendalikan hama serangga, sangat menarik perhatian para peneliti. Pemanfaatan senyawa-senyawa kimia dari tumbuhan memberikan kelebihan seperti tidak menimbulkan resistensi, mudah terdegradasi, dan relatif tidak beracun bagi manusia. Banyak senyawa-senyawa kimia seperti dari kelompok terpenoid, alkaloid, dan fenol yang telah diisolasi dari berbagai tumbuhan mempunyai aktivitas penghambat makan serangga (Dadang, 2007:28). Pengendalian penggunaan bahan kimia berlebih di areal pertanian dapat dikendalikan dengan menggunakan cara pengendalian yang aman dan ramah lingkungan seperti pemanfaatan musuh alami hama dan juga bioinsektisida. Di alam ini, sebenarnya telah disediakan bahan-bahan alami yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi penyakit dan juga serangan hama tanaman. Tumbuhan yang telah lama digunakan sebagai insektisida alami 2
adalah tumbuhan marga Clausena yang memiliki beberapa spesies tersebar di seluruh Indonesia. Di antara berbagai spesies, salah satunya adalah Clausena excavata Burm F dengan nama daerah mara tunggal (Jawa Tengah), tikusan (Jawa Tengah), ki bajetah (Sunda) dan juga sicerek (Minangkabau) (Asmaliyah, 2010). Berdasarkan hasil skrining fitokimia, diketahui jenis Clausena excavata Burm F mengandung komponen metabolit sekunder yang dominan adalah kumarin, limonoid, dan alkaloid (Muhaimin, 2014:24). Menurut Dadang (2000:28), tanaman yang mengandung senyawa limonoid ini banyak memberikan efek biologis kepada serangga seperti penghambatan makan dan kematian serangga, akan tetapi setiap tanaman memiliki konsentrasi zat metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahwa semakin tinggi konsentrasi maka jumlah zat metabolit sekunder yang mengenai kulit serangga semakin banyak, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian serangga (Sinaga, 2009). Tanaman sawi merupakan jenis tanaman kelompok marga Brassica yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat yakni bagian daunnya. Tanaman Brassica, misalnya sawi banyak diusahakan di daerah pedesaan di dataran tinggi, meskipun di beberapa tempat diusahakan di dataran rendah. Sawi merupakan jenis sayuran daun yang digemari oleh konsumen karena memiliki kandungan pro-vitamin A dan vitamin C yang tinggi (Moniharapon, 2014). Selain itu, sawi merupakan salah satu inang bagi larva Spodoptera litura. Dengan memperhatikan kandungan yang terdapat dalam tumbuhan Clausena 3
excavata Burm F, maka tumbuhan ini berpotensi sebagai agen pengendalian hama serangga. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka dapat dijabarkan permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi antara lain: 1. Permasalahan cara mengendalikan hama Spodoptera litura yang ramah lingkungan dan mudah didapat. 2. Efek negatif paparan pestisida sintetik. 3. Resistensi hama akibat penggunaan bahan kimia berlebih. 4. Jenis tanaman yang memiliki bahan aktif sebagai bioinsektisida dan yang mudah didapat. 5. Proses pembuatan bioinsektisida yang dapat dilakukan oleh semua kalangan. 6. Kekurangan bioinsektisida dibanding dengan pestisida sintetik. 7. Efektivitas dosis ekstrak daun tanaman mara tunggal (Clausena excavata Burm F) dalam mengendalikan hama Spodoptera litura. 8. Efek paparan ekstrak daun tanaman mara tunggal (Clausena excavata Burm F) terhadap hama Spodoptera litura, dan terhadap morfologi tanaman sawi. 9. Efek paparan ekstrak daun tanaman mara tunggal terhadap lingkungan dan serangga nontarget. 4
C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada pengamatan mortalitas hama, pemendekan hama Spodoptera litura pada fase larva hingga menjadi pupa, serta pengaruh ekstrak daun mara tunggal (Clausena excavata Burm F) terhadap morfologi dan berat basah dari tanaman sawi pada perlakuan dengan dosis ekstrak daun mara tunggal. D. Rumusan Masalah 1. Berapakah dosis optimal ekstrak daun mara tunggal (Clausena excavata Burm F) sebagai bioinsektisida pengendali hama Spodoptera litura pada tanaman sawi (Brassica juncea L)? 2. Berapakah persentase kematian hama Spodoptera litura setelah pemberian ekstrak daun tanaman mara tunggal (Clausena excavata Burm F)? 3. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak daun tanaman mara tunggal (Clausena excavata Burm F) terhadap umur larva instar III Spodoptera litura sampai menjadi pupa? 4. Apakah ekstrak daun mara tunggal (Clausena excavata Burm F) berpengaruh terhadap tingkat kerusakan dan berat basah tanaman sawi (Brassica juncea)? E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dosis optimal ekstrak daun mara tunggal (Clausena excavata Burm F) sebagai bioinsektisida untuk pengendalian hama Spodoptera litura pada tanaman sawi. 5
2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun mara tunggal (Clausena excavata Burm F) terhadap mortalitas hama Spodoptera litura. 3. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun mara tunggal (Clausena excavata Burm F) terhadap umur larva instar III Spodoptera litura sampai menjadi pupa. 4. Mengetahui ada tidaknya pengaruh dari ekstrak daun mara tunggal (Clausena excavata Burm F) terhadap tingkat kerusakan dan berat basah tanaman sawi (Brassica juncea). F. Manfaat Penelitian Bagi Petani dan Masyarakat 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai perbandingan pestisida sintetik dan bioinsektisida terhadap mortalitas hama. 2. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar menggunakan bahan insektisida alami, yang bisa didapatkan dengan mudah, aman bagi manusia dan lingkungan. Khususnya menggunakan ekstrak daun tanaman mara tunggal (Clausena excavata Burm F) sebagai bioinsektisida terhadap hama Spodoptera litura. Bagi para saintis 1. Dapat menambah informasi dan juga wawasan untuk melakukan pendekatan praktis dari penguasaan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk pemecahan masalah terutama masalah pengendalian hama menggunakan bioinsektisida yaitu hama Spodoptera litura yang menyerang tanaman sayuran. 6
G. Batasan Operasional 1. Hama Spodoptera litura yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva instar III. 2. Bioinsektisida dalam hal ini adalah insektisida nabati dari ekstrak daun mara tunggal. 3. Pengaruh pemberian ekstrak daun tanaman mara tunggal (Clausena excavata Burm F) terhadap larva instar III hama Spodoptera litura antara lain adalah: persentase mortalitas hama, panjang siklus hidup hama, dan juga morfologi dan berat basah tanaman sawi (Brasica juncea L). 7