BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Islam, dijelaskan bahwa estetika Islam selalu bersifat teosentris dan dibatasi oleh

dokumen-dokumen yang mirip
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya

BAB I PENDAHULUAN. tuntas untuk dibahas. Sifatnya yang luas, dalam dan selalu bersinggungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, Moleong (2011:

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumbolon berarti tanda untuk mengartikan sesuatu) 1. Sebuah simbol adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan manusia. Identitas menjadi hal penting yang berperan dalam

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah salah satu penentu keberhasilan dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dan diwujudkan dalam berbagai karya relief. Karya relief merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Aspek Ritual Dalam Tembang Cianjuran

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dalam seninya, akan menyadari bahwa bukan seniman yang mencapai

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis mengambil. 1. Konsepsi kecerdasan emosional dan spiritual didasari oleh konsep bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hilda Maulany, 2013

BAB III SIMBOL RELIGIUS DALAM SENI LUKIS

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. Seni Budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada program

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB V KESIMPULAN. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk musikalisasi puisi. khususnya karya Untung Basuki yang disebut dengan Lagu puisi

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

URGENSI PENINGKATAN KOMPETENSI PENDIDIK SENI DAN PENGEMBANGAN KESENIAN SEKOLAH (Sebuah Opini) Oleh: Eko Santosa

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TARI MENJADI SUMBER PENGHASILAN

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber-sumber tersebut

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

SILABUS PEMBELAJARAN. Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif. Kegiatan Pembelajaran. Sumber Belajar 1.1 Mengidentifikasi

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. atau suara, lukisan dan tarian sesuai dengan ciri khasnya.

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan telaah atas teori-teori sebelumnya mengenai estetika di dalam Islam, dijelaskan bahwa estetika Islam selalu bersifat teosentris dan dibatasi oleh ajaran-ajaran di dalam Islam sebagai kekhasannya. Penekanan Tauhid sebagai syarat utama pada setiap implementasi estetis seni di dalam Islam terbukti membatasi peran manusia sebagai hamba Tuhan dan Tuhan sebagai satu-satunya yang transenden (berbeda dengan seluruh ciptaan-nya). Realitas tersebut terbukti juga berlaku di dalam Sema Naqsybandi Haqqani Jakarta. Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta diketahui digunakan sebagai ajaran tambahan atau ritual tambahan yang diadopsi dari tarekat Maulawiyah asal Turki. Sebagai sebuah ajaran yang kini diterapkan di tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta, ia memiliki kekhasan tersendiri karena menampilkan sisi estetis yang tidak dapat dinilai dari ukuran lahiriah semata (eksoteris). Ia juga memiliki keindahan yang terpancar dari dalam (esoteris) sebagai salah satu faktor pembentuk utama unsur estetis-nya. Teori simbol dan estetika Langer diterapkan terhadap temuan-temuan dalam penelitian ini untuk mengungkap konsep estetika Sema tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta agar tidak menggeneralisasinya sebagai sebuah kesenian, karena menurut Langer perlu ada suatu pendekatan dengan cara masing-masing sembari melacak prinsip-prinsip kreasi seni, konsepsi seni (living form), dan ekspresi (lihat Ali, 2011: 206-208).

Keseluruhan temuan yang muncul dalam kategorisasinya menunjukkan bahwa konsep estetika Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta terbangun berdasarkan ajaran-ajaran di dalam tarekat Naqsybandi Haqqani yang mempengaruhi kesadaran para jemaatnya. Ajaran-ajaran tersebut tidak hanya mempengaruhi perilaku atau sikap, tetapi termanifestasi juga di dalam Sema yang diadopsi oleh mereka. Sebagai ajaran yang diadopsi, ia mengambil inti sari Sema asal tarekat Maulawiyah sehingga memiliki ciri tersendiri, hal ini dipercaya sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Naqsybandi Haqqani karena silsilah keturunan dan keilmuan yang dimiliki pemimpin Naqsybandi Haqqani ihwal ajaran tarekat Maulawiyah. Pada kasus Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqani Jakarta, konsep estetika di dalamnya tidak berawal dari imajinasi para pelaku Sema sebagai unsur penciptaannya. Paradoks dengan hal tersebut, ia justru terlahir dari kesadaran manusia (konsepsi) atas kodratnya terhadap Tuhan, yakni menggapai cinta-nya. Karena bentuk kesadaran tersebut sulit didefinisikan (hanya bisa dirasakan bagi mereka yang mengalaminya) maka implementasinya berwujud perbuatan mengabstraksikan melalui simbol-simbol tertentu seperti tarian dan kostum, serta melibatkan unsur-unsur yang menjaga agar kondisi kesadaran tersebut tetap terjaga, seperti melalui musik dan hadirnya Syekh yang bertanggung jawab, atau mengingat wajah sang Syekh sebagai penyambung maksud kepada Tuhan sebagai stimulan. Bentuk kesadaran tersebut (cinta keilahian) dapat dilihat sebagai bentuk keindahan tersendiri (esoteris), ekuivalen dengan memandang bahwa segala sesuatu yang berada di kosmos ini pada hakikatnya fana dan memiliki 177

keterhubungan dengan Tuhan. Bentuk kesadaran tersebut juga membuat mereka tidak terlalu menghiraukan keindahan bentuk (eksoteris), walaupun pada akhirnya keindahan bentuk yang dapat tercerap menjadi indah dengan sendirinya karena merupakan simbol-simbol dari cinta keilahian yang mereka sadari dan rasakan. Maka secara definitif konsep estetika Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta dapat disebut sebagai estetika platonik berbasis Tauhid. Ajaran-ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani pada hakikatnya menggiring manusia menuju cinta Ilahi dengan mematri Tuhan di dalam hatinya. Dengan demikian, maka sangat mudah sekali bagi Sema untuk berperan sebagai media pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai Tauhid kepada para jemaatnya, karena ajaran-ajaran dalam tarekat Naqsybandi Haqqani sendiri sudah merupakan suatu bentuk dari media pendidikan Tauhid. Sebagai salah satu aktivitas manusia dalam mengagungkan cinta terhadap Tuhan-Nya, Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta dengan sendirinya berperan sebagai media pendidikan guna menanamkan nilai-nilai Tauhid yang ditujukan khusus bagi para jemaatnya, dan secara umum bagi siapa pun sebagai penanggapnya. Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta memiliki makna Ketauhidan yang terkandung di balik perwujudannya sebagai simbol-simbol seni dalam ekspresi ritual yang indah. Sadar atau tidak sadar, Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta secara definitif dapat berperan sebagai media pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai Tauhid karena sesuai dengan ciri-ciri atau kriteria dari sesuatu yang disebut sebagai media pendidikan. 178

B. REKOMENDASI Rekomendasi dalam penelitian ini ditujukan kepada beberapa pihak, di antaranya adalah: 1. Seniman dan Akademisi Seni Bagaimanapun juga, baik seni yang bersumber dari domain religiositas maupun seni yang berasal dari domain lainnya, memiliki misi untuk memuliakan manusia dengan caranya tersendiri, seperti halnya pendidikan bertujuan untuk memberdayakan manusia dan memuliakannya. Maka, ada baiknya apabila dapat memandang dan mengimplementasikan seni sebagai alat atau media yang mendukung tercapainya tujuan tersebut, bukan sebaliknya. Melalui hasil penelitian ini juga kiranya dapat menjadi salah satu bukti kecil terhadap kedudukan seni sebagai alat untuk memuliakan manusia. 2. Para Pelaku Sema dalam Tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa formulasi konsep estetika Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta adalah cinta keilahian atau cinta platonik berbasis Tauhid, sebagai hal langka terutama terhadap kondisi zaman yang semakin sekuler seperti saat ini. Hendaknya hal tersebut dipahami, dijaga dan ditularkan kepada generasi-generasi selanjutnya dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta. Menjaganya berarti membiarkannya tetap mekar dan menjaga segala sesuatunya berada dalam koridor Ketuhanan melalui berbagai macam pelatihan spiritual, di antara hiruk-pikuknya dorongan duniawi yang semakin kuat menerpa, tanpa menafikan dunia itu sendiri. 179

3. Bagi Peneliti Lainnya Penelitian yang dilakukan tentu memiliki keterbatasan dan kekurangan di sana-sini, maka diharapkan bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti ihwal Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta, atau pun kesenian dalam domain Sufi lainnya, diharapkan dapat melengkapi analisis atau pendekatan penelitiannya dengan menggunakan pendekatan agama dan psikologi. Sehingga hasil penelitian kedepannya dapat saling melengkapi satu sama lain. 180