PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE, FASHION INVOLVEMENT, POSITIVE EMOTION DAN INSTORE ENVIRONMENT TERHADAPIMPULSE BUYING PADA KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE MALL ARTOS MAGELANG Susi Suwanti susisuwanti.se@gmail.com Endah Pri Ariningsih, S.E., M.Sc Wijayanti, S.E., M.Sc Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Seiring berkembangnya jaman yang semakin modern, maka semakin berkembang pula kebutuhan masyarakat saat ini. Dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan fashion pun harus dipenuhi bagi sebagian orang, sehingga akan muncul gaya hidup dan pola belanja pada masyarakat. Di suatu department store/mall pastilah terdapat banyak jenis produk fashion yang ditawarkan, berdasarkan aneka pilihan jenis barang yang ada maka dan tidak sedikit konsumen yang melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh shopping lifestyle, fashion involvement, positive emotion dan instore environment terhadap impulse buying pada konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang. Populasi penelitian ini adalah konsumen yang pernah berbelanja produk fashion di Matahari Department Store Mall Artos Magelang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Instrumen telah diuji coba dan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa shopping lifestyle, fashion involvement, positive emotion, dan instore environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang. Kata kunci : shopping lifestyle, fashion involvement, positive emotion, instore environment, impulse buying. 1
A. PENDAHULUAN Seiring berkembangnya jaman yang semakin modern, maka semakin berkembang pula kebutuhan masyarakat saat ini. Dari yang awalnya hanya kebutuhan pokok saja yang harus dipenuhi, namun sekarang kebutuhan sekunder bahkan tersier pun juga harus dipenuhi dan seolah-olah menjadi kebutuhan pokok. Salah satunya adalah kebutuhan fashion, bagi sebagian orang fashion adalah kebutuhan yang harus dipenuhi, maka untuk mendapatkan produk fashion tersebut seseorang harus datang ke tempat perbelanjaan. Salah satu tempat perbelanjaan yang diminati masyarakat adalah department store. Department store adalah toko yang menjual beberapa lini produk (biasanya pakaian dan perlengkapan rumah tangga) dan tiap lini produk tersebut beroperasi sebagai department sendiri yang dikelola oleh pembeli spesialis atau pedagang khusus (Kotler, 2000:593). Di suatu department store pastilah terdapat banyak jenis produk fashion yang ditawarkan, berdasarkan aneka pilihan jenis produk fashion yang ada maka konsumen harus mengambil banyak macam keputusan disetiap pembelian mereka. Dan tidak sedikit dari mereka yang melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying. Impulse buying atau pembelian tidak terencana adalah perilaku yang spontan, intens, bergairah, kuatnya keinginan membeli dan biasanya pembeli mengabaikan konsekuensi dari pembelian yang dilakukan Rook (1987). Menurut penelitian Virvilaite, et. al., (2011) beberapa hal yang mempengaruhi impulse buying dapat didasari oleh shopping lifestyle, fashion involvement, instore environment dan positive emotion. Shopping lifestyle didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen sehubungan dengan serangkaian tanggapan pribadi dan pendapat tentang pembelian produk (Cobb dan Hoyer, 1986). Hasil penelitian Japarianto dan Sugiharto (2011) menunjukkan bahwa konsumen akan rela mengorbankan sesuatu demi memenuhi lifestyle dan hal tersebut akan cenderung mengakibatkan perilaku impulse buying. Fashion involvement mengacu pada ketertarikan perhatian dengan kategori produk fashion (seperti pakaian). Fashion involvement digunakan terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan dengan produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku pembelian, dan karakteristik konsumen (Fairhurst, 2
1989). Karena keterlibatan fashion pada dasarnya berkaitan dengan pakaian yang modis dan mengacu pada tingkat kepentingan untuk kategori produk fashion sehingga merangsang mereka untuk melakukan pembelian secara impulsif (Park, et. al., 2006). Baron dan Byrne (2003) mengatakan bahwa emosi positif (positive emotion) merupakan pengaruh positif yang mencerminkan sejauh mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada. Ini adalah kondisi energi tinggi, konsentrasi penuh, dan keterlibatan yang menyenangkan. Emosi positif yang muncul saat berada di pusat perbelanjaan dapat meningkatkan waktu yang dihabiskan di toko, meningkatkan pengeluaran (uang yang dibelanjakan), dan meningkatkan pembelian yang tidak direncanakan (Jones, 1999). Kemudian faktor penentu impulse buying lainnya adalah instore environment. Menurut Levy dan Weitz dalam Utami (2010:52), nuansa dalam toko (instore environment) adalah kombinasi dari karakteristik fisik toko, (seperti arsitektur, tata letak, penanda), pemajangan, warna, pencahayaan, temperatur, musik serta aroma, yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. Katelijn (2008) berpendapat bahwa suasana dan persepsi lingkungan baik di luar toko, maupun di dalam toko dapat memberikan pengalaman berbelanja yang sulit dilupakan konsumen, dan bahkan suasana toko bisa mempengaruhi mood, perilaku konsumen untuk melakukan belanja impulsif dan menyebabkan konsumen tinggal lebih lama di toko. Salah satu pusat perbelanjaan yang masih bertahan dalam persaingan hingga saat ini adalah Mall Armada Town Square atau yang biasa disebut Mall Artos. Di dalam Mall Artos Magelang terdapat gerai-gerai atau beberapa department store, dan salah satu department store yang diminati oleh konsumen adalah Matahari. Matahari merupakan department store yang menjual berbagai macam pakaian yang memiliki variasi beragam dan tentu saja dengan fashion atau mode yang kekinian dan kualitas yang baik, sehingga apabila konsumen memiliki gaya hidup berbelanja yang tinggi mungkin saja akan lebih tertarik untuk berbelanja di Matahari Department Store. Selain itu, suasana di Matahari Department Store juga nyaman, tempatnya bersih, pakaian/produk fashion yang dijual tertata dengan rapi dan terpisah sesuai jenisnya, selain bersih, tempatnya juga luas sehingga konsumen tidak 3
berdesakan saat berbelanja, hal ini diharapkan dapat meningkatkan mood konsumen saat berbelanja, dan menimbulkan emosi positif sehingga akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, Pengaruh Shopping Lifestyle, Fashion Involvement, Positive Emotion dan Instore Environment terhadap Impulse Buying pada Konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah shopping lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang? 2. Apakah fashion involvement berpenggaruh positif terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang? 3. Apakah positive emotion berpengaruh positif terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang? 4. Apakah instore environment berpengaruh positif terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang? C. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 1. KAJIAN TEORI a. Impulse Buying Impulse buying atau pembelian tidak terencana adalah perilaku yang spontan, intens, bergairah, kuatnya keinginan membeli dan biasanya pembeli mengabaikan konsekuensi dari pembelian yang dilakukan Rook (1987). Pembelian impusif terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan yang kuat dan kukuh untuk membeli sesuatu secepatnya (Utami, 2010:67). b. Shopping lifestyle Menurut Cobb dan Hoyer (1986), shopping lifestyle adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen sehubungan dengan serangkaian tanggapan pribadi dan pendapat tentang pembelian produk. Shopping 4
lifestyle merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam belanja yang mencerminkan perbedaan status sosial (Betty Jacson dalam Japariyanto dan Sugiharto, 2011). c. Fashion involvement Fashion involvement mengacu pada ketertarikan perhatian dengan kategori produk fashion (seperti pakaian). Fashion involvement digunakan terutama untuk meramalkan variabel tingkah laku yang berhubungan dengan produk pakaian seperti keterlibatan produk, perilaku pembelian, dan karakteristik konsumen (Fairhurst, 1989). d. Positive Emotion Baron dan Byrne (2003) mengatakan bahwa emosi positif (positive emotion) merupakan pengaruh positif yang mencerminkan sejauh mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada. Ini adalah kondisi energi tinggi, konsentrasi penuh, dan keterlibatan yang menyenangkan. Sedangkan menurut Watson dan Tellegen dalam Tirmizi, et. al., (2009), emosi positif adalah suasana hati yang mempengaruhi dan yang menentukan intensitas pengambilan keputusan konsumen. e. Instore Environment Menurut Levy dan Weitz dalam Utami (2010:52), nuansa dalam toko (instore environment) adalah kombinasi dari karakteristik fisik toko, (seperti arsitektur, tata letak, penanda), pemajangan, warna, pencahayaan, temperatur, musik serta aroma, yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. 5
2. KERANGKA PEMIKIRAN Shopping Lifestyle (X 1) Fashion Involvement (X 2) Positive Emotion (X 3) Instore Environment (X 4) H1 + H2 + H3 + H4 + Gambar 1. Kerangka Pemikiran Impulse Buying (Y) Keterangan : : Pengaruh secara parsial D. HIPOTESIS PENELITIAN 1. Hubungan Shopping Lifestyle dengan Impulse Buying Menurut Cobb dan Hoyer (1986), shopping lifestyle didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen sehubungan dengan serangkaian tanggapan pribadi dan pendapat tentang pembelian produk. Cara konsumen dalam berbelanja memenuhi kebutuhannya semakin mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa berbelanja telah menjadi gaya hidup untuk kebanyakan orang saat ini. Konsumen akan rela mengorbankan sesuatu demi memenuhi lifestyle dan hal tersebut akan cenderung mengakibatkan perilaku impulse buying (Japarianto dan Sugiharto, 2011). Penelitian yang dilakukan Usvita (2015) diperoleh hasil bahwa shopping lifestyle berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 1 : Shopping lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse buying. 2. Hubungan Fashion Involvement dengan Impulse Buying Menurut Fairhurst, et. al., (1989), fashion involvement mengacu pada ketertarikan perhatian dengan kategori produk fashion. Fashion involvement pada dasarnya berkaitan dengan pakaian yang modis dan mengacu pada tingkat kepentingan untuk kategori produk fashion sehingga merangsang mereka untuk 6
melakukan pembelian secara impulsif (Park, et. al., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Marianty (2014) diperoleh hasil bahwa fashion involvement berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 2 : Fashion involvement berpengaruh positif terhadap impulse buying. 3. Hubungan Positive Emotion dengan Impulse Buying Emosi positif adalah pengaruh positif yang mencerminkan sejauh mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada (Baron dan Byrne, 2003). Emosi positif yang muncul saat berada di pusat perbelanjaan dapat meningkatkan waktu yang dihabiskan di toko, meningkatkan pengeluaran (uang yang dibelanjakan), dan meningkatkan pembelian yang tidak direncanakan (Jones, 1999). Penelitian yang dilakukan oleh Usvita (2015) didapatkan hasil bahwa positive emotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 3 : Positive emotion berpengaruh positif terhadap impulse buying. 4. Hubungan Instore Environment dengan Impulse Buying Menurut Levy dan Weitz dalam Utami (2010:52), nuansa dalam toko (instore environment) adalah kombinasi dari karakteristik fisik toko, (seperti arsitektur, tata letak, penanda), pemajangan, warna, pencahayaan, temperatur, musik serta aroma, yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. Menurut Katelijn (2008), suasana dan persepsi lingkungan (atmospheric perception) baik di luar toko, maupun di dalam toko dapat memberikan pengalaman belanja yang sulit dilupakan konsumen, dan bahkan suasana toko bisa memengaruhi mood perilaku konsumen untuk melakukan belanja impulsif dan menyebabkan konsumen tinggal lebih lama di toko. Penelitian yang dilakukan oleh Tutik (2015) diperoleh hasil bahwa instore environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H 4 : Instore environment berpengaruh positif terhadap impulse buying. 7
E. METODE PENELITIAN 1. Definisi Operasional a. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah impulse buying. Rook (1987) mengatakan, perilaku impulse buying bisa dideskripsikan sebagai perilaku yang spontan, intens, bergairah, kuatnya keinginan membeli dan biasanya pembeli mengabaikan konsekuensi dari pembelian yang dilakukan. Terdapat beberapa indikator impulse buying menurut Rook (1987), yaitu sebagai berikut : 1) Spontanitas pembelian. 2) Tidak dapat menolak keinginan untuk membeli. 3) Sulit mengendalikan diri dari desakan untuk membeli. 4) Tidak mempertimbangkan konsekuensi. b. Variabel Independen 1) Shopping Lifestyle (X 1) Shopping lifestyle didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh pembeli sehubungan dengan serangkaian tanggapan dan pendapat pribadi tentang pembelian produk (Cobb dan Hoyer, 1986). Terdapat beberapa indikator shopping lifestyle menurut Cobb dan Hoyer (1986), yaitu sebagai berikut : a) Menanggapi untuk membeli setiap tawaran iklan mengenai produk fashion. b) Membeli pakaian model terbaru ketika melihatnya. c) Berbelanja merek yang paling terkenal. d) Yakin bahwa merek (kategori produk) terkenal yang dibeli terbaik dalam hal kualitas. e) Sering membeli berbagai merek (kategori produk) dari pada merek yang biasa dibeli. 2) Fashion Involvement (X 2) Menurut Fairhurst, et. al., (1989), fashion involvement mengacu pada ketertarikan perhatian dengan kategori produk fashion (seperti 8
pakaian). Terdapat beberapa indikator dari fashion involvement (Fairhurst, et. al., 1989), yaitu : a) Konsumen mempunyai satu atau lebih pakaian dengan model yang terbaru (trend). b) Fashion adalah hal penting yang mendukung aktivitas konsumen. c) Konsumen lebih suka apabila model pakaian yang mereka gunakan berbeda dengan yang lainnya. d) Pakaian yang konsumen miliki menunjukkan karakteristik konsumen. 3) Positive Emotion (X 3) Emosi positif adalah pengaruh positif yang mencerminkan sejauh mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada (Baron dan Byrne, 2003). Adapun indikator dari positive emotion menurut Mehrabian dan Russel (1984) dalam Utami (2010:67), yaitu sebagai berikut : a) Merasa senang saat berbelanja. b) Merasa nyaman saat berbelanja. c) Merasa puas saat berbelanja. d) Merasa antusias saat berbelanja. 4) Instore Environment (X 4) Menurut Levy dan Weitz dalam Utami (2010:52), nuansa dalam toko (instore environment) adalah kombinasi dari karakteristik fisik toko, (seperti arsitektur, tata letak, penanda), pemajangan, warna, pencahayaan, temperatur, musik serta aroma, yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. Indikator instore environment dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Latar musik b) Tampilan toko c) Aroma toko d) Informasi harga e) Tata letak toko f) Promosi di dalam toko 9
g) Penerangan toko. 2. Pengujian Instrumen Penelitian Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan atau kevalidan suatu instrumen dalam mengukur suatu gejala. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation lebih dari 0,30 maka semua butir pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid atau benar dalam mengukur semua variabel penelitian. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan atau konsistensi suatu kuesioner. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa Cronbach's Alpha baik per butir maupun per variabel nilainya lebih dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut adalah reliabel. Artinya semua butir pernyataan dalam kuesioner ini konsisten atau tidak berubah ketika digunakan dalam pengambilan data penelitian. F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Jogiyanto, 2008:110). Dalam penelitian ini analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas, yaitu shopping lifestyle, fashion involvement, positive emotion dan instore environment terhadap variabel terikat yaitu impulse buying. 10
Variabel Shopping lifestyle (X 1) Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Standardized Coefficients Beta p-value 0,355 0,008 Fashion involvement (X 2) 0,255 0,011 Positive emotion 0,338 0,001 (X 3) Instore environment 0,354 0,010 (X 4) Sumber : data primer diolah (2016) Keterangan Positif dan Signifikan Positif dan Signifikan Positif dan Signifikan Positif dan Signifikan Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = 0,355 X 1 + 0,255 X 2 + 0,338 X 3 + 0,354 X 4 2. Pembahasan a. H 1 : Shopping lifestyle berpengaruh positif terhadap impulse buying. Diketahui bahwa nilai b 1 = 0,355 dengan p-value = 0,008 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan shopping lifestyle (X 1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying (Y) terdukung. Terbuktinya hipotesis pertama dalam penelitian ini disebabkan karena konsumen menanggapi untuk membeli setiap ada tawaran iklan menegenai produk fashion yang ada di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, konsumen membeli pakaian model terbaru ketika berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, saat berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang konsumen membeli merek yang paling terkenal, dan konsumen yakin bahwa merek/produk yang dibeli di Matahari Department Store Mall Artos Magelang adalah yang terbaik dalam hal kualitas, serta konsumen saat berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang sering 11
membeli berbagai merek/produk dari pada merek yang biasa dibeli. Sehingga konsumen akan melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying. b. H 2 : Fashion involvement berpengaruh positif terhadap impulse buying. Diketahui bahwa nilai b 2 = 0,255 dengan p-value = 0,011 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan fashion involvement (X 2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying (Y) terdukung. Terbuktinya hipotesis kedua dalam penelitian ini disebabkan karena konsumen membeli lebih dari satu pakaian model terbaru pada saat berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, konsumen merasa fashion yang ada di Matahari Department Store Mall Artos Magelang merupakan hal yang penting, konsumen menyukai pakaian dengan model yang berbeda dari yang lain, dan konsumen merasa pakaian yang dibeli di Matahari Department Store Mall Artos Magelang menunjukkan karakteristiknya. Sehingga hal tersebut membuat konsumen melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying. c. H 3 : Positive emotion berpengaruh positif terhadap impulse buying. Diketahui bahwa nilai b 3 = 0,338 dengan p-value = 0,001 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan positive emotion (X 3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying (Y) terdukung. Terbuktinya hipotesis ketiga dalam penelitian ini disebabkan karena konsumen merasa senang saat berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, konsumen merasa nyaman saat berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, konsumen merasa puas saat berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, dan konsumen juga merasa antusias saat berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang. Sehingga hal tersebut membuat konsumen melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying. d. H 4 : Instore environment berpengaruh positif terhadap impulse buying. Diketahui bahwa nilai b 4 = 0,354 dengan p-value = 0,010 (<0,05) yang berarti signifikan. Dengan demikian hipotesis keempat yang 12
menyatakan instore environment (X 4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying (Y) terdukung. Terbuktinya hipotesis keempat dalam penelitian ini disebabkan karena konsumen menyukai latar musik yang diputar di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, konsumen merasa senang dengan tampilan produk di lingkungan Matahari Department Store Mall Artos Magelang yang ditata dengan menarik, konsumen merasa nyaman dengan aroma yang ada di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, konsumen menyukai informasi harga yang tercantum pada produk fashion di Matahari Department Store Mall Artos Magelang, konsumen merasa senang saat berbelanja di Matahari Department Store Mall Artos Magelang karena penataan gang-gang dan penataan produk memudahkan konsumen berjalan tanpa berdesakan, konsumen merasa senang saat ada promosi di Matahari Department Store Mall Artos Magelang karena poster dan gambarnya didesain dengan menarik dan sesuai dengan produk yang ditawarkan, selain itu konsumen juga menyukai penerangan/pencahayaan di Matahari Department Store Mall Artos Magelang. Sehingga konsumen melakukan pembelian tidak terencana atau impulse buying. G. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan: 1. Shopping lifestyle berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang. 2. Fashion involvement berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang. 3. Positive emotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang. 4. Instore environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada konsumen Matahari Department Store Mall Artos Magelang. 13
DAFTAR PUSTAKA Baron, R.A., dan Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Edisi 10. Jakarta: Erlangga. Cobb, C.J., dan Hoyer, W.D. 1986. Planned Versus Impulse Purchase Behavior. Journal of Retailing, Vol.62, No.04, 384-409. Fairhurst, A.E., Good, L.K., dan Gentry, J.W. 1989. Fashion Involvement: an Instrument Validation Procedure. Clothing and Textiles Resesarch Journal, Vol.07, No. 03, 10-14. Japariyanto, E., dan Sugiharto, S. 2011. Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income Kota Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol.06, No.01, 32-41. Jones, M. 1999. Entertaining Shopping Experiences: An Exploratory Investigation. Journal of Retailing and Consumer Services, Vol.06, 129-139. Katelijn, Quartier. 2008. Atmospheric tools in commercial spaces creating experiences which influence consumers mood and behavior. Belgium 3590 Diepenbeek, 1-6. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Millenium. Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo. Marianty, Resty. 2014. Pengaruh Keterlibatan Fashion, Emosi Positif dan Kecenderungan Konsumsi Hedonik terhadap Pembelian Impulsif. E-Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Park, E.J., Kim, E.Y., dan Forney, J.C. 2006. A Structural Model Impulse of Fashion Oriented Impulse Buying Behavior. Journal of Marketing and Management, Vol.10, No.04, 443-446. Rook, D.W. 1987. The Buying Impulse. Journal of Consumer Research, Vol.14, No.02, 189-199. Tirmizi, Muhammad Ali, Kashif-Ur-Rehman, dan M. Iqbal, Saif. 2009. An Empirical Study of Consumer Impulse Buying Behavior. European Journal of Scientific Research, Vol. 28, No.04, 522-532. Tutik. 2010. Pengaruh Shopping Lifestyle, Fashion Involvement, Hedonic Shopping Value dan Instore Environment terhadap Impulse Buying Behavior Konsumen (Survei pada Konsumen Galeria Mall di Kota Yogyakarta). Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Usvita, Mega. 2015. Pengaruh Hedonic Shopping Value, Shopping Lifestyle dan Positive Emotion terhadap Impulse Buying pada Plaza Andalas Padang. E-Jurnal Apresiasi Ekonomi, Vol.04, No.01, 71-75. 14
Utami, Christina Widya. 2010. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Virvilaite, R., Saladiene, V., dan Zvinklyte, J. 2011. The Impact of Internal Stimulation Impulsive Purchasing. Journal Economic and Management, Vol.16, 1329-1336. 15