LAMPIRAN A - Prosedur Patch Test

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGOLAHAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK HIPS DAN ANALISISNYA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 VERIFIKASI POSISI PIPA BAWAH LAUT PASCA PEMASANGAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK HIPS

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MULTIBEAM SIMRAD EM Tinjauan Umum Multibeam Echosounder (MBES) SIMRAD EM 3002

UJI KETELITIAN DATA KEDALAMAN PERAIRAN MENGGUNAKAN STANDAR IHO SP-44 DAN UJI STATISTIK (Studi Kasus : Daerah Pantai Barat Aceh)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

BAB I PENDAHULUAN I. I.1

BAB II SISTEM MULTIBEAM ECHOSOUNDER (MBES)

Jurnal Geodesi Undip Januari2014

BAB III PERANGKAT LUNAK HIPS

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 3 KALIBRASI DAN PENGOLAHAN DATA

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

Jurnal Geodesi Undip Oktober2013

2. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ketentuan International Hydrographic Organisation (IHO) Standards

PETA LOKASI LAPANGAN MATINDOK-SULAWESI TENGAH LAMPIRAN A

Analisis Perbandingan Latency Hasil Patch Test dengan Latency Real Titik Fiks Perum pada Survei Hidrografi (Studi Kasus: Pelabuhan Tanjung Benoa Bali)

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Kegiatan Pemasangan Pipa Bawah Laut Secara Umum

APLIKASI INSTRUMEN MULTIBEAM SONAR DALAM KEGIATAN PELETAKAN PIPA BAWAH LAUT (CONTOH STUDI PERAIRAN BALONGAN)

PERTEMUAN IV SURVEI HIDROGRAFI. Survei dan Pemetaan Universitas IGM Palembang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gosong Semak Daun. P. Karya. P. Panggang. Gambar 2.1 Daerah penelitian.

ANALISIS KETELITIAN HASIL PEMERUMAN PERAIRAN DANGKAL MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER (Studi Kasus : Survei di perairan Muara Karang Teluk Jakarta)

TEKNOLOGI SURVEI PEMETAAN LINGKUNGAN PANTAI

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN Data survey Hidrografi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 3 PENGAMBILAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI HIDROGRAFI UNTUK PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

APLIKASI MULTIBEAM ECHOSOUNDER SYSTEM (MBES) UNTUK KEPERLUAN BATIMETRIK

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

PENGOLAHAN DATA MULTIBEAM ECHOSOUNDER PADA SURVEI PRA-PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT

SURVEI HIDROGRAFI UNTUK KAJIAN ALKI DI PERAIRAN LAUT JAWA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEMETAAN BATIMETRI UNTUK PERENCANAAN PENGERUKAN KOLAM PELABUHAN BENOA, BALI

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

Prosiding PIT VII ISOI 2010 ISBN : Halaman POLA SPASIAL KEDALAMAN PERAIRAN DI TELUK BUNGUS, KOTA PADANG

STUDI KASUS: SITE BAWEAN AREA, JAWA TIMUR

BAB 3 PENGOLAHAN DATA SURVEI PRA-PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT (PRE-ENGINEERING ROUTE SURVEY)

PENGARUH SOUND VELOCITY TERHADAP PENGUKURAN KEDALAMAN MENGGUNAKAN MULTIBEAMECHOSOUNDER DI PERAIRAN SURABAYA

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Pemasangan Pipa Bawah Laut Pre-Lay Survey

STUDI APLIKASI MULTIBEAM ECHOSOUNDER DAN SIDE SCAN SONAR UNTUK MENDETEKSI FREE SPAN PADA SALURAN PIPA BAWAH LAUT

BAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

PEMETAAN BATIMETRI DI PERAIRAN DANGKAL PULAU TUNDA, SERANG, BANTEN MENGGUNAKAN SINGLEBEAM ECHOSOUNDER

PEMETAAN BATIMETRI PERAIRAN PANTAI PEJEM PULAU BANGKA BATHYMETRY MAPPING IN THE COASTAL WATERS PEJEM OF BANGKA ISLAND

(DATA INTEGRATION BATHYMETRY MULTIBEAM AND BACKSCATTER MOSAIC FOR CLASSIFICATION TYPE OF SEDIMEN)

BAB 4 ANALISIS. 4.1 Cara Kerja SonarPro untuk Pengolahan Data Side Scan Sonar

DETEKSI KEBERADAAN GUNUNG BAWAH LAUT (SEAMOUNT) DAN DIMENSINYA MENGGUNAKAN ECHOSOUNDER MULTIBEAM DI PERAIRAN BENGKULU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

(Bathymetric Mapping in Shallow Water of Tunda Island, Serang, Banten Using Singlebeam Echosounder AIT)

Jurnal Geodesi Undip April 2016

BAB 3 PENERAPAN KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR PADA PERANGKAT LUNAK SONARPRO

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

MENGENAL DIRECT READING ACOUSTIC DOPPLER CURRENT PROFILER. oleh. Edikusmanto, Bonita N. Ersan, Dharma Arief 1 )

PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI DAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN DALAM USAHA TRANSPORTASI HASIL PERTAMBANGAN BATUBARA

BAB 2 TEORI DASAR Maksud dan tujuan pelaksanaan survei lokasi Maksud dan tujuan utama dari pelaksanaan survei lokasi bagi anjungan minyak lepas

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

BAB 1 PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang

Gambar 3.1. Rencana jalur survei tahap I [Tim Navigasi Survei LKI, 2009]

HASIL DAN ANALISA. 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Gambar 8. Lokasi penelitian

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KAKI LERENG EAURIPIK RISE DENGAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER DI PERAIRAN UTARA PAPUA LA ELSON

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik

STUDI KELAYAKAN RENCANA LOKASI PELETAKAN JACK-UP DRILLING RIG MENGGUNAKAN HASIL PENCITRAAN SIDE SCAN SONAR

Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

PEMETAAN BATIMETRI PERAIRAN ANYER, BANTEN MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER SYSTEM (MBES)

MULTIBEAM SONAR/ECHOSOUNDERS SYSTEM (SIMRAD EM 1000)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI MUARA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Indikator Layar ROV (Sumber: Rozi, Fakhrul )

Pengolahan Data Kolom Air dari Multibeam Echosounder untuk Mendeteksi Gelembung Emisi Gas Dasar Laut

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

2. TINJAUAN PUSTAKA. sumber suara akan memicu gerak partikel di dekatnya. Gerak partikel sejajar

VERIFIKASI POSISI PIPA BAWAH LAUT PASCA PEMASANGAN (STUDI KASUS : BALIKPAPAN PLATFORM)

SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Transkripsi:

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Hasanuddin Z. Metode Penentuan dengan GPS dan Aplikasinya. Pradnya Paramita. 2001. Budhiargo, Guntur. Analisis data batimetri multibeam echosounder menggunakan Caris HIPS. Skripsi. Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut. 2007 CARIS HIPS. Quick Reference for Multibeam CARIS HIPS. Training Manual. 2006 CARIS HIPS. User s Guide versi 6.0 Djunarsjah, Eka. Hidrografi I. Diktat Kuliah. Penerbit ITB. Djunarsjah, Eka. Hidrografi II. Diktat Kuliah. Penerbit ITB. Lurton, Xavier. An Introduction to Underwater Acoustics. Praxis Publishing Ltd, U.K. 2002. Manual on Hydrography IHO M13. Negara, Suci Perwira. Kajian Mengenai Multibeam Sonar System dan Konsep Pengolahan Data MBSS Menggunakan Perangkat Lunak MB-System v.5.0.3. Skripsi. Program Studi Teknik Geodesi ITB. 2004. Nurzatna, Dikdik. Multibeam Sonar/Echosounders System (Simrad EM 1000). Skripsi. Program Studi Teknik Geodesi ITB. 1996. Poerbandono, & Eka Djunarsjah. Survei Hidrografi. P.T. Refika Aditama. Bandung. 2005 Rismanto, Aris. Pengolahan Data Survei Batimetri Dengan Menggunakan Perangkat Lunak HydroPro. Skripsi. Program Studi Teknik Geodesi ITB. 2001. Syafi i, M. Arief, dkk, Sistem Pemetaan Laut Dijital Menggunakan Multibeam Echosounder. Survei dan Pemetaan Vol. XII, No. 2, November 1997, Ikatan Surveyor Indonesia, 1997. Standar IHO untuk Survei Hidrografi IHO SP 44. 1998. Taufiq, Muhammad. Kontrol Kualitas Pada Survei Dan Pemetaan Laut. Skripsi. Program Studi Teknik Geodesi ITB. 1999. US Army, Field calibration procedures for multibeam sonar systems. www.crunch.tec.army.mil/information/publications/multibeam/multibeam.htm www.wikipedia.org 74

LAMPIRAN A - Prosedur Patch Test Patch Test merupakan survei yang dilakukan untuk memperoleh nilai tertentu yang disebabkan oleh pemasangan posisi transduser terhadap salib sumbu kapal (offset) ketika melakukan survei batimetri, ditujukan bagi kalibrasi sistem multibeam echosounder. Nilai tersebut berupa koreksi latensi navigasi, roll, yaw dan pitch. Pada perangkat lunak HIPS terdapat modul Calibration yang berguna untuk mengetahui nilai kalibrasi dari Patch Test ini yang nantinya dikoreksikan pada data hasil pemeruman multibeam. Berikut ini merupakan prosedur pengambilan data Patch Test. Navigation Time Error, pengaturan yang dilakukan pada satu lajur perum (berangkat dari posisi A ke B), 2 kali dilakukan berjalan pada kecepatan yang berbeda (3 knot dan 6 knot), melalui kondisi terrain yang miring, lakukan pengamatan dan pengkoreksian pada nadir (pusat) pancaran multibeam dari kedua lajur perum tersebut. Lihat Gambar A.1. A B 3 knot dan 6 knot Gambar A.1 Prosedur Navigation Time Error a) Tampilan dari atas, dari 2 lajur perum b) dari kapal dimana 2 profil kedalaman terlihat 75

Persamaan Navigation Time Error [IHO M13 Chapter 3] dimana : δt = latensi navigasi (detik) x = jarak horisontal v 1 v 2 = kecepatan kapal pada lajur perum pertama = kecepatan kapal pada lajur perum kedua Transducer Pitch Offset, pengaturan yang dilakukan pada satu lajur perum (berangkat dari posisi A ke B, dan sebaliknya), berjalan pada kecepatan yang sama, melalui kondisi terrain yang miring, lakukan pengamatan dan pengkoreksian pada nadir (pusat) pancaran multibeam dari kedua lajur perum tersebut. Lihat Gambar A.2. A B Gambar A.2 Prosedur Pitch Offset a) Tampilan dari atas, dari 2 lajur perum b) dari kapal dimana 2 profil kedalaman terlihat dikarenakan pitch offset. 76

Persamaan Pitch offset [IHO M13 Chapter 3] dimana : δθ P = pitch offset (derajat) x = jarak horisontal z = kedalaman Tranducer Yaw Offset, pengaturan yang dilakukan pada sepasang dari dua lajur perum (berangkat dari posisi A ke B dan posisi D ke C) melalui kondisi terrain yang miring, dengan kecepatan yang sama. Lakukan pengamatan dan pengkoreksian pada pancaran multibeam terluar yang overlap (bertampalan) dari kedua lajur perum tersebut. Lihat Gambar A.3. A C B D Gambar A.3 Prosedur Yaw Offset 77

Persamaan Yaw Offset [IHO M13 Chapter 3] dimana : δα = yaw offset (derajat) x L = jarak horisontal dari kedangkalan dari lajur perum yang bersebelahan = jarak antara 2 lajur perum Transducer Roll Offset, pengaturan yang dilakukan pada satu lajur perum (berangkat dari posisi A ke B, dan sebaliknya), melalui kondisi terrain mendatar, lakukan pengamatan dan pengkoreksian bagian luar yang overlap pada pancaran multibeam dari kedua lajur perum tersebut. Lihat Gambar A.4. A B Gambar A.4 Prosedur Roll Offset a) Tampilan dari atas, dari 2 lajur peru b) Tampilan melintang dimana pergeseran profil perum dari nadir terhadap pancaran terluar terlihat dikarenakan roll offset. 78

Persamaan Roll Offset [IHO M13 Chapter 3] dimana : δθ R = roll offset (derajat) y = setengah lebar sapuan atau jarak dari nadir terhadap titik pergeseran vertikal diukur z = pergeseran vertikal diantara 2 pancaran terluar lajur perum yang berimpit Keterangan: Nilai koreksi latensi navigasi hasil kalibrasi patch test ditambahkan pada waktu tempuh gelombang akustik hasil pengukuran multibeam. Nilai koreksi sudut roll, yaw, pitch yang bernilai konstan hasil kalibrasi patch test ditambahkan pada nilai sudut roll, yaw, pitch yang selalu berubah karena gerakan instan kapal akibat dinamika air laut. Semuanya dilakukan secara otomatis oleh perangkat lunak HIPS. 79

LAMPIRAN B - Contoh Format Data Contoh Format Data Profil Kecepatan Gelombang Akustik [SVP_VERSION_2] D:\coba\kri_leuser\jan2006.svp Section 2006-019 12:00:00-05:53:25 106:51:15 0.492000 1540.057000 0.803000 1540.022000 0.981000 1540.038000 1.337000 1540.034000 2.110000 1540.037000 3.074000 1540.051000 3.846000 1540.067000 3.949000 1540.063000 4.335000 1540.074000 4.795000 1540.077000 5.314000 1540.081000 5.611000 1540.076000 6.012000 1540.078000 Contoh Format Data Pasang Surut -------- 2006/01/19 08:00:00 0.900000 0.000 2006/01/19 09:00:00 0.900000 0.000 2006/01/19 10:00:00 0.800000 0.000 2006/01/19 11:00:00 0.700000 0.000 2006/01/19 12:00:00 0.500000 0.000 2006/01/19 13:00:00 0.400000 0.000 2006/01/19 14:00:00 0.300000 0.000 2006/01/19 15:00:00 0.200000 0.000 2006/01/19 16:00:00 0.200000 0.000 2006/01/19 17:00:00 0.300000 0.000 2006/01/20 08:00:00 0.700000 0.000 2006/01/20 09:00:00 0.800000 0.000 2006/01/20 10:00:00 0.800000 0.000 2006/01/20 11:00:00 0.700000 0.000 2006/01/20 12:00:00 0.600000 0.000 2006/01/20 13:00:00 0.500000 0.000 2006/01/20 14:00:00 0.400000 0.000 80

LAMPIRAN C - Contoh Tampilan Proses Modul Proses Batch Processing untuk modul Tide dan SVP Laporan Kontrol Kualitas Proses ekspor data format Caris MAP 81

LAMPIRAN D - Contoh Tampilan Ekspor Data Contoh ekspor data format Caris MAP dibuka dengan perangkat lunak Caris GIS Caris GIS Contoh ekspor data pada format ASCII Northing Easting Latitude Longitude Depth StdDev Beam Lines Index 9347180.540 701988.480 005-54-11.015S 106-49-28.299E 37.143 0.059 100 019-1520 1 9347188.660 701983.280 005-54-10.751S 106-49-28.130E 36.284 0.059 99 019-1520 2 9347183.420 701993.000 005-54-10.921S 106-49-28.446E 36.632 0.059 100 019-1520 3 9347185.180 702005.020 005-54-10.862S 106-49-28.837E 36.520 0.059 100 019-1520 4 9347186.680 702010.880 005-54-10.813S 106-49-29.027E 36.383 0.059 100 019-1520 5 9347189.660 702021.200 005-54-10.715S 106-49-29.362E 36.472 0.059 100 019-1520 6 9347187.700 702030.980 005-54-10.778S 106-49-29.680E 37.102 0.061 100 019-1520 7 9347185.800 702043.780 005-54-10.838S 106-49-30.096E 36.789 0.061 101 019-1520 8 9347189.820 704944.420 005-54-10.396S 106-51-04.386E 32.152 0.065 3 021-0354 9 9347186.220 704958.280 005-54-10.511S 106-51-04.837E 31.916 0.064 5 021-0354 10 9347180.680 704965.660 005-54-10.691S 106-51-05.078E 32.123 0.064 7 021-0354 11 Status Project Vessel Time Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 15:20:36.707 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 15:20:35.833 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 15:20:37.875 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 15:20:41.077 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 15:20:42.824 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 15:20:45.736 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 15:20:48.069 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 15:20:51.271 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 03:54:45.192 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 03:54:44.610 Accept Survei_KrSusuh Kapal_Leuser 03:54:43.151 82

LAMPIRAN E - Tampilan Pengecekan Lajur Perum Silang Pengecekan lajur perum utama dengan lajur perum silang horisontal : 5 o 53 40,38 LS - 106 o 51 06,58 BT Metode Swath Angle Lajur perum silang (d = 32,809 m) Lajur perum utama (d = 32,559 m) Metode CUBE Lajur perum silang (d = 32, 732 m) Lajur perum utama (d = 32,465 m) Metode Uncertainty Lajur perum utama (d = 32,575 m) Lajur perum silang (d = 32,836 m) 83

LAMPIRAN F Fungsi Filter Swath Tampilan Filter Swath Kedalaman maksimum dan minimum Kemiringan antar beam transduser Jarak melintang beam transduser Memuat data filter (*.hff) Pilihan Logika Penyaringan Nomor beam transduser Sudut dari nadir Flag tingkat kualitas perum Neighbours yang hilang Menyimpan hasil filter (*.hff) Gambar F. Tampilan modul Filter Swath - Minimum & Maximum Depth, memotong kedalaman minimum dan maksimum yang ditetapkan, misalkan minimum 10 meter dan maksimum 40 meter dari seluruh area survei. Jadi kedalaman dibawah dan diatas nilai itu ditolak atau diterima (sesuai Logic-nya). - Across Track: Beam to Beam Slopes, penolakan yang didasarkan kepada kemiringan antar pancaran secara melintang. Hitung kemiringan dalam derajat terhadap sebelum dan sesudah pancaran. Jika kedua kemiringan melebihi nilai sudut yang ditetapkan maka pancarannya ditolak. - Across Track Distance: X Nadir Depth, penolakan berdasarkan jarak melintang dari pusat pancaran (nadir) yang dihitung lebih besar dari perkalian kedalaman pada nadir. Misalkan, 2 x nadir. Bila kedalaman pusat pancaran 40 meter, maka jarak melintang dari pusat pancaran yang melebihi 80 meter (2 x 40) akan ditolak. - Across Track Distance: Port & Starboard, penolakan berdasarkan nilai yang lebih besar dari nilai jarak melintang dari nadir ke arah Port atau Starboard. Misalkan nilai jarak 45 meter ke arah Port atau Starboard, maka perum yang melebihi jarak tersebut akan ditolak. 84

- Beam Numbers, berdasarkan nomor kepala transduser. Pada Reson Seabat 8101 terdapat 101 transduser, yang dicobakan dari nomor 1-15 dan 96-101, dimana nomor ini merupakan kepala sonar yang terdapat pada sisi terluar dari sistem multibeam. Nilai perum dari nomor ini ditolak. - Angles from Nadir: Port & Starboard, penolakan perum berdasarkan sudut yang lebih besar dari sudut yang ditetapkan dari nadir ke arah Port dan Starboard. Misalkan, ditetapkan 45 o ke arah Port atau Starboard, maka sudut yang lebih besar dari itu, perumnya ditolak. - Quality Flags, sebuah perum dapat ditolak dalam suatu swath didasarkan pada kode nilai Flag antara 0 3 yang diterapkan dari sistem multibeamnya ketika proses konversi data berlangsung. Kode nilai 0 merupakan yang terjelek. Sistem multibeam yang memiliki kode / format seperti ini merupakan produk dari perusahaan, antara lain: Reson, Elac, Hypack, dan GSF. Sistem yang digunakan untuk pengolahan data disini ialah Reson Seabat 8101, jadi opsi ini dapat dipilih. - Missing Neighbours, berlaku bila sistem multibeam menerapkan quality flag pada datanya ketika konversi, dengan pilihan: Port-Starboard, pancaran ditolak bila pada tiap sisi dari swath ditolak. Forward-Aft, pancaran ditolak bila pada sisi yang berbatasan dari sebelum dan setelah swath ditolak. Any 2 of 4, pancaran ditolak bila 2 dari 4 pancaran terdekat (neighbour) ditolak. 85

LAMPIRAN G Perhitungan TPE (Total Propagated Error) Tampilan filter IHO SP-44 Pilihan Standar IHO Pilihan orde IHO Total Propagated Error (TPE) atau perambatan kesalahan total, merupakan modul yang berfungsi untuk menyaring (filterisasi) dapat ditolak atau diterimanya hasil perum dengan nilai ketidakpastian yang berada diluar batas yang telah ditentukan oleh Standar IHO SP 44 [Manual on Hydrography - M13 Chapter 3]. TPE diturunkan dari kombinasi seluruh sumber-sumber kesalahan individu, seperti: kesalahan navigasi, gyro, heave, pitch, roll, pasang surut karakteristik sistem multibeam yang digunakan kesalahan offset dan standar deviasi dari sensor Masing-masing nilai dimasukan ke dalam kolom dan baris TPE yang terdapat pada tabel Vessel Editor. Untuk melakukan filter terhadap data, lakukan perintah compute TPE pada data seluruh lajur, dan lihat statusnya dari perintah query data. Hasil dari perhitungan ini digunakan sebagai syarat untuk pembuatan model DTM (gridding) dengan metode Uncertainty dan CUBE. 86

LAMPIRAN H Tabel Vessel Editor Tampilan Tabel Vessel Editor - Gyro, nilai kesalahan konstan dari alat sensor (Girokompas) dalam satuan derajat yang diberikan terhadap data dari rekaman heading kapal selama survei berlangsung. - Heave, nilai kesalahan konstan dari alat sensor (MRU) yang diberikan terhadap data dari rekaman heave selama selama survei. Masukan juga nilai posisi offset sensor heave terhadap titik referensi kapal dalam satuan meter (X- Y-Z). - Pitch, nilai kesalahan konstan dari alat sensor (MRU) dalam satuan derajat yang diberikan terhadap data dari rekaman sensor gerakan pitch selama survei berlangsung. - Roll, nilai kesalahan konstan dari alat sensor (MRU) dalam satuan derajat yang diberikan terhadap data dari rekaman sensor gerakan pitch selama survei berlangsung. - Navigation, nilai posisi offset antena GPS dalam satuan meter terhadap titik referensi kapal (X-Y-Z) dan jenis ellipsoid referensi yang digunakan ketika survei. - Swath, nilai posisi offset sistem multibeam echosounder dalam satuan meter terhadap titik referensi kapal (X-Y-Z) dan nilai posisi offset kepala transduser terhadap salib sumbu kapal berupa nilai kalibrasi hasil patch test dalam satuan derajat (Roll, Yaw, Pitch ) dan Latensi navigasi. - Sweep, khusus untuk survei memakai multi-transducer echosounder. Nilai yang dimasukan berupa jumlah transduser tunggal yang dipasang pada papan melintang (boom) dan status transduser yang diaktifkan. 87

- Singlebeam, khusus untuk survei memakai singlebeam echosounder. Nilai yang dimasukan berupa posisi offset sistem singlebeam dalam satuan meter terhadap titik referensi kapal (X-Y-Z). - SVP, nilai posisi offset alat CTD dalam satuan meter terhadap titik referensi kapal (X-Y-Z) dan nilai posisi offset kepala transduser terhadap badan kapal dalam satuan derajat (Roll, Yaw, Pitch). Nilai offset kepala transduser dimasukan jika alat ukur CTD-nya berukuran besar dan dipasang permanen pada kapal. - Dynamic Draft, nilai perubahan squat dan lift kapal (dalam satuan meter) terhadap garis air dikarenakan perubahan kecepatan kapal (dalam satuan knot). - Waterline, nilai tinggi garis air terhadap titik referensi kapal dalam satuan meter dikarenakan perubahan draft kapal dalam jangka panjang (contohnya: pengurangan bobot bahan bakar karena pemakaian atau memuat beban pada kapal). - TPE (Total Propagated Error), nilai standar deviasi dari masing-masing alat sensor. 88