BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kepada pihak eksternal yang berhubungan dengan organisasi seperti pemasok dan pelanggan merupakan kunci kesuksesan dari sebuah bisnis organisasi. Menurut Verma (1999) bahwa mutu produk dan layanan suatu perusahaan berhubungan langsung dengan mutu pemasok serta layanan yang mereka berikan. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan review vendor sebelum diadakannya pembelian (Croom & Brandon, 2004). Ada beberapa bentuk e-procurement yang hanya terkonsentrasi pada satu atau beberapa tahapan dari proses pengadaan seperti e-tender, e- Marketplace, e-auction/revere, dan e-catalouge/purchasing. Dilihat lebih luas, e-procurement dapat menjadi sebuah solusi end-to-end yang terintegrasi dan arus proses pengadaaan di seluruh organisasi. Seth Miller menemukan, bahwa keuntungan utama dari e-procurement adalah penghematan uang, waktu, dan beban kerja oleh karyawan yang berhubungan dengan tulismenulis. Proses pengadaan barang atau jasa konvensional banyak menggunakan pemrosesan kertas-kertas yang menghabiskan sejumlah besar waktu dan uang untuk perusahaan. Manfaat e-procurement tidak hanya dari penghematan waktu dan biaya, tapi juga penyederhanaan suatu proses transaksi. Perusahaan dapat mempersingkat proses bisnisnya dengan memotong kegiatan yang tidak dibutuhkan seperti dalam proses pengadaan barang dan jasa konvensional 1
yang membutuhkan tempat untuk mengumpulkan para vendor dalam proses lelang. Dengan menggunakan e-procurement kegiatan tersebut tidak dibutuhkan karena menggunakan jaringan. Sehingga para pemasok hanya perlu mengisi form yang tertera di situs pengadaan barang atau jasa dan tidak diperlukan kehadiran para pemasok tersebut. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) (2009) menemukan ada beberapa kelemahan lain dari proses pengadaaan barang atau jasa konvensional: adanya pengadaan barang secara arisan dan kickback selama proses pengadaan melakukakan suap untuk memenangkan pengadaan proses pengadaaan yang tidak transparan pengelolaan proyek yang tidak mengumumkan rencana pengadaan pemasok memasang harga yang lebih tinggi (mark-up), memenangkan perusahaan kerabat, saudara atau kelompok tertentu. Untuk mengatasi beberapa kelemahan yang ada dalam proses pengadaan barang atau jasa secara kovensional, pemerintah melakukan perubahan dalam proses tersebut. Dalam Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, dijelaskan bahwa pengadaan barang atau jasa pemerintah yang efesien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan barang atau jasa yang terjangkau dan berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik. Untuk mewujudkan pengadaan barang atau jasa pemerintah sebagaimana 2
dimaksud, perlu pengaturan mengenai tata kelola yang baik. Salah satu regulasi yang baru ini adalah mengenai media pengumuman. Pasal 25 ayat 3 mengenai rencana umum pengadaan, menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah harus mengumumkan pengadaan barang dan jasa di instansi melalui situs masing-masing. Sedangkan untuk pengadaan barang atau jasa yang dilakukan oleh BUMN yang pembiayaannya sebagian atau keseluruhan dibebankan pada APBN/APBD, harus tunduk pada KEPRES No 80 Tahun 2003 tentang pelaksanaan tender harus dilakukan secara terbuka dan bersaing, serta transparan dalam hal tata cara dan peserta tender. Salah satu BUMN yang telah menggunakan proses pengadaan barang dan jasa yang terbuka dan bersaing secara transparan adalah PT Pertamina (Persero). PT. Pertamina (Persero) merupakan BUMN yang anggaran dananya dibiayai sendiri, sehingga Pertamina dapat melakukan proses pegadaannya melalui situs yang terpisah oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Saat ini PT. Pertamina (Persero) menggunakan e-procurement untuk proses pengadaan barang atau jasa perusahaan. Bagian pengadaaan biasanya merupakan salah satu dari pos pengeluaran terbesar dalam struktur biaya suatu perusahaan Lennon, et al. (2002). Untuk itulah proses pengadaan barang dan jasa dibentuk secara online agar pemerintah dapat mengontrol pengeluaran yang dilakukan instansi pemerintah ataupun BUMN/BUMD. Proses pengadaan barang dan jasa termasuk dalam pemelihaaraan, perbaikan dan operasi barang yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi seperti perlengkapan kantor dan komputer. Semua kegiatan tersebut termasuk 30-60 persen dari pengeluaran total perusahaan (ORR, 2002). Pembelian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan cendrung membuang 3
waktu, non-value added, seperti kegiatan mengentri dalam mengoreksi kesalahan dalam dokumen, mempercepat pengiriman, atau memecahkan masalah kualitas (Turban, et al. 2006). Implementasi e-procurement di negara-negara berkembang dapat digunakan untuk mempercepat persetujuan pembelian, meningkatkan kemampuan untuk menangani barang dalam jumlah besar (Cohan & Simicke, 2003), dan yang terpenting e-procurement dapat mengurangi kos perusahaan dan mempercepat proses transaksi pengadaan barang atau jasa dengan menggunakan media internet. Sebagai perusahaan BUMN PT. Pertamina (Persero) juga memperhatikan good corporate governance perusahaan. Sistem e- Procurement dapat membantu dalam peningkatan tata kelola perusahaan (IT- Governance) untuk mencapai good corporate governance. Nilai-nilai good corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas dan integritas kegiatan pengadaan barang dan jasa (Vaidya, et al., 2006). Dengan diterapkannya nilainilai good governance diharapkan potensi korupsi dalam kegiatan barang dan jasa dapat diminimalisir. Critical success factor atau faktor-faktor penentu keberhasilan adalah suatu faktor yang harus ada dalam organisasi untuk dapat mencapai tujuannya. Dengan mengetahui faktor penentu keberhasilan, sebuah orgnaisasi dapat memfokuskan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuannya. Manfaat lain dengan mengidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan adalah mampu membuat indikator kinerja yang sesuai untuk keperluan pengukuran kinerja. 4
Vaidya, et al. (2006) mencoba membuat model penelitian mengenai faktor-faktor keberhasilan yang menentukan keberhasilan implementasi e- Procurement di sektor publik. Dari hasil studi ini dikemukakan sebelas faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi e-procurement. Faktor-faktor tersebut adalah penerimaan pengguna akhir dan pelatiham, adopsi oleh penyedia barang atau jasa, kesesuaian dengan best practice untuk perkara bisnis, integrasi sitem, keamanan dan keaslian dokumen, penyusunan ulang proses pengadaan, pengukuran kinerja,, dukungan manajemen puncak, perubahan yang dilakukan oleh manajemen, strategi implementasi e- Procurement dan adanya standar komunikasi. Pada penelitian ini Vaidya, et al. (2006) menerapkan kesebelas faktor keberhasilan implementasi e-procurement pada sektor publik. Berdasarakan penelitian tersebut, peneliti akan mencoba menerapkan kesebelas faktor tersebut pada perusahaan BUMN yang ada di Indonesia, yaitu PT. Pertamina (Persero). 1.2 Rumusan Masalah Critical success factor (CSF) dipilih dalam penelitian ini karena dapat mewakili wiliayah atau fungsi dimana peristiwa dan tindakan dapat memastikan kinerja kompetitif kesuksesan sebuah organisasi (Butler & Firzgeral, 1999). Konsep CSF menjadi popular di bidang sistem informasi manajemen pada tahun 19970-an ketika para peneliti di MIT menyelidiki bahwa pentingnya identifikasi CSF untuk mendesain sistem informasi, dan pendekatan ini dinamai dengan Metode CSF (Cheng & Ngai, 1994). Karena e-procurement merupakan bagian dari IT-governance yang dapat 5
meningkatkan penerapan tata kelola sebuah perusahaan menjadi lebih baik, banyak organisasi perusahaan yang membutuhkan bimbingan dalam penerapan teknologi yang baru agar tidak menjadi salah arah. CSF dapat digunakan untuk menyajikan adanya kemajuan dan penambahan nilai keberhasilan penerapan e-procurement di sebuah organisasi. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian untuk menguji model yang dikemukakan oleh Vaidya, et al. (2006) yang diterapkan pada perusahaan BUMN di Indonesia, yaitu PT Pertamina (Persero), mengenai kesebelas faktor keberhasilan yang mempengaruhi implementasi e-procurement, maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah Apakah kesebelas faktor keberhasilan, yang mempengaruhi implementasi e-procurement di PT. Pertamina (Persero)? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris kesebelas faktor penentu keberhasilan implementasi e-procurement yang dikemukakan oleh Vaidya, et al. (2006). Akankah kesebelas sukses faktor berpengaruh positif terhadap keberhasilan implementasi e-procurement di PT. Pertamina (Persero). 6
1.5 Kontribusi Peneliti Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kontribusi yang baik secara teori maupun praktis: 1. kontibusi teori, studi ini memberikan bukti empiris apakah model penelitian yang dibuat oleh Vaidya, et al. (2006), yaitu faktor-faktor penentu keberhasilan berpengaruh positif terhadap keberhasilan implementasi e-procurement. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan literatur bagi peneliti di Indonesia; 2. lembaga BUMN, terutama PT. Pertamina (Persero) dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam hal penetuan keputusan strategis untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam penerepan sistem teknologi. 1.6 Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang pembahasan, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah dan manfaat peneltian. Disamping itu disertakan juga sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesa Bab ini membahas konsep-konsep teori dari Critical Success Factor (CSF), e-procurement, konsep Vaidya, et al. (2006), model penelitian serta dipaparkan pengembangan hipotesis. 7
Bab III Metoda Penelitian Bab ini menguraikan tentang ruang lingkup, populasi dan penetuan sampel penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data, identifikasi variabel, perumusan model analisis serta pengujian hipotesis. Bab IV Analisis Data dan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang pengujian hipotesis atas hipotesis yang dibuat dan memaparkan hasil pengujian hipotesis tersebut, serta pembahasan dan hasil analisis yang dikaitkan dengan teori yang berlaku. Bab V Penutup Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, implikasi penelitian keterbatasan penelitian serta saran bagi peneliti sejenis berikutnya. 8