BAB I PENDAHULUAN. layanan yang mereka berikan. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan review

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. warganya, dan pasar dengan warga. Dahulu negara memposisikan dirinya sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks tata pemerintahan, procurement dilakukan oleh

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Istilah e-procurement diperkenalkan pertama kali di Pemerintah Kabupaten

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disadari atau tidak, teknologi informasi telah menjadi bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

2013), konstruksi (Hashim et al., 2013), serta pemerintahan (Kaliannan & Awang, 2010). Dengan menerapkan e-procurement ini perusahaan berhasil

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memperbaharui teknologi agar sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hasil pengujian penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Hasil survei tentang pentingnya TI bagi organisasi

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan anggaran untuk pengadaan barang/jasa (Killen dan Kamauff, 1995)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber : UNDP tentang indeks pembangunan manusia indonesia

PENDAHULUAN. Sistem informasi sangat penting bagi eksistensi suatu perusahaan. diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga

PENDAHULUAN. dengan yang di sampaikan Cassidy (2005) bahwa perencanaan strategis SI dan TI

Implementasi E-Bisnis e-procurement Concept And Aplication Part-6

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik di Kabupaten Halmahera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun dalam sektor organisasi perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

1. Mohon perhatikan Keterangan Penilaian sebelum mengisi kuisioner :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam merencanakan harga suatu proyek, perusahaan. transaksi dalam hal ini adalah antara owner dan kontraktor.

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi akuntansi merupakan bagian yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. sebelah mata, peran perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)

PENGELOLAAN TENDER PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG BERSIH DAN TRANSPARAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kursus bahasa inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam meningkatkan kinerja dalam dunia bisnis.

PENGAJUAN USULAN BARANG/JASA E-KATALOG

E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan era informasi saat ini, organisasi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kinerjanya agar lebih efisien dan efektif dengan menerapkan

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB 1 INTRODUKSI. penggunaannya sudah menjadi kebutuhan dan tuntutan dalam proses manajemen di

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang telah go publik memiliki tujuan utama adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan informasi yang akurat dan tepat waktu. Pada bidang akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia Tenggara

A. Judul Implementasi Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 85 Tahun 2011 tentang Layanan pengadaan secara elektronik dalam hal pelaksanaan teknis

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya otonomi daerah serta reformasi keuangan telah merubah iklim

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN. penelitian. Bagian ini diakhiri dengan menyajikan keterbatasan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, penerapan good corporate governance

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kepada pihak eksternal yang berhubungan dengan organisasi seperti pemasok dan pelanggan merupakan kunci kesuksesan dari sebuah bisnis organisasi. Menurut Verma (1999) bahwa mutu produk dan layanan suatu perusahaan berhubungan langsung dengan mutu pemasok serta layanan yang mereka berikan. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan review vendor sebelum diadakannya pembelian (Croom & Brandon, 2004). Ada beberapa bentuk e-procurement yang hanya terkonsentrasi pada satu atau beberapa tahapan dari proses pengadaan seperti e-tender, e- Marketplace, e-auction/revere, dan e-catalouge/purchasing. Dilihat lebih luas, e-procurement dapat menjadi sebuah solusi end-to-end yang terintegrasi dan arus proses pengadaaan di seluruh organisasi. Seth Miller menemukan, bahwa keuntungan utama dari e-procurement adalah penghematan uang, waktu, dan beban kerja oleh karyawan yang berhubungan dengan tulismenulis. Proses pengadaan barang atau jasa konvensional banyak menggunakan pemrosesan kertas-kertas yang menghabiskan sejumlah besar waktu dan uang untuk perusahaan. Manfaat e-procurement tidak hanya dari penghematan waktu dan biaya, tapi juga penyederhanaan suatu proses transaksi. Perusahaan dapat mempersingkat proses bisnisnya dengan memotong kegiatan yang tidak dibutuhkan seperti dalam proses pengadaan barang dan jasa konvensional 1

yang membutuhkan tempat untuk mengumpulkan para vendor dalam proses lelang. Dengan menggunakan e-procurement kegiatan tersebut tidak dibutuhkan karena menggunakan jaringan. Sehingga para pemasok hanya perlu mengisi form yang tertera di situs pengadaan barang atau jasa dan tidak diperlukan kehadiran para pemasok tersebut. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) (2009) menemukan ada beberapa kelemahan lain dari proses pengadaaan barang atau jasa konvensional: adanya pengadaan barang secara arisan dan kickback selama proses pengadaan melakukakan suap untuk memenangkan pengadaan proses pengadaaan yang tidak transparan pengelolaan proyek yang tidak mengumumkan rencana pengadaan pemasok memasang harga yang lebih tinggi (mark-up), memenangkan perusahaan kerabat, saudara atau kelompok tertentu. Untuk mengatasi beberapa kelemahan yang ada dalam proses pengadaan barang atau jasa secara kovensional, pemerintah melakukan perubahan dalam proses tersebut. Dalam Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, dijelaskan bahwa pengadaan barang atau jasa pemerintah yang efesien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan barang atau jasa yang terjangkau dan berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik. Untuk mewujudkan pengadaan barang atau jasa pemerintah sebagaimana 2

dimaksud, perlu pengaturan mengenai tata kelola yang baik. Salah satu regulasi yang baru ini adalah mengenai media pengumuman. Pasal 25 ayat 3 mengenai rencana umum pengadaan, menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah harus mengumumkan pengadaan barang dan jasa di instansi melalui situs masing-masing. Sedangkan untuk pengadaan barang atau jasa yang dilakukan oleh BUMN yang pembiayaannya sebagian atau keseluruhan dibebankan pada APBN/APBD, harus tunduk pada KEPRES No 80 Tahun 2003 tentang pelaksanaan tender harus dilakukan secara terbuka dan bersaing, serta transparan dalam hal tata cara dan peserta tender. Salah satu BUMN yang telah menggunakan proses pengadaan barang dan jasa yang terbuka dan bersaing secara transparan adalah PT Pertamina (Persero). PT. Pertamina (Persero) merupakan BUMN yang anggaran dananya dibiayai sendiri, sehingga Pertamina dapat melakukan proses pegadaannya melalui situs yang terpisah oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Saat ini PT. Pertamina (Persero) menggunakan e-procurement untuk proses pengadaan barang atau jasa perusahaan. Bagian pengadaaan biasanya merupakan salah satu dari pos pengeluaran terbesar dalam struktur biaya suatu perusahaan Lennon, et al. (2002). Untuk itulah proses pengadaan barang dan jasa dibentuk secara online agar pemerintah dapat mengontrol pengeluaran yang dilakukan instansi pemerintah ataupun BUMN/BUMD. Proses pengadaan barang dan jasa termasuk dalam pemelihaaraan, perbaikan dan operasi barang yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi seperti perlengkapan kantor dan komputer. Semua kegiatan tersebut termasuk 30-60 persen dari pengeluaran total perusahaan (ORR, 2002). Pembelian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan cendrung membuang 3

waktu, non-value added, seperti kegiatan mengentri dalam mengoreksi kesalahan dalam dokumen, mempercepat pengiriman, atau memecahkan masalah kualitas (Turban, et al. 2006). Implementasi e-procurement di negara-negara berkembang dapat digunakan untuk mempercepat persetujuan pembelian, meningkatkan kemampuan untuk menangani barang dalam jumlah besar (Cohan & Simicke, 2003), dan yang terpenting e-procurement dapat mengurangi kos perusahaan dan mempercepat proses transaksi pengadaan barang atau jasa dengan menggunakan media internet. Sebagai perusahaan BUMN PT. Pertamina (Persero) juga memperhatikan good corporate governance perusahaan. Sistem e- Procurement dapat membantu dalam peningkatan tata kelola perusahaan (IT- Governance) untuk mencapai good corporate governance. Nilai-nilai good corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas dan integritas kegiatan pengadaan barang dan jasa (Vaidya, et al., 2006). Dengan diterapkannya nilainilai good governance diharapkan potensi korupsi dalam kegiatan barang dan jasa dapat diminimalisir. Critical success factor atau faktor-faktor penentu keberhasilan adalah suatu faktor yang harus ada dalam organisasi untuk dapat mencapai tujuannya. Dengan mengetahui faktor penentu keberhasilan, sebuah orgnaisasi dapat memfokuskan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuannya. Manfaat lain dengan mengidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan adalah mampu membuat indikator kinerja yang sesuai untuk keperluan pengukuran kinerja. 4

Vaidya, et al. (2006) mencoba membuat model penelitian mengenai faktor-faktor keberhasilan yang menentukan keberhasilan implementasi e- Procurement di sektor publik. Dari hasil studi ini dikemukakan sebelas faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi e-procurement. Faktor-faktor tersebut adalah penerimaan pengguna akhir dan pelatiham, adopsi oleh penyedia barang atau jasa, kesesuaian dengan best practice untuk perkara bisnis, integrasi sitem, keamanan dan keaslian dokumen, penyusunan ulang proses pengadaan, pengukuran kinerja,, dukungan manajemen puncak, perubahan yang dilakukan oleh manajemen, strategi implementasi e- Procurement dan adanya standar komunikasi. Pada penelitian ini Vaidya, et al. (2006) menerapkan kesebelas faktor keberhasilan implementasi e-procurement pada sektor publik. Berdasarakan penelitian tersebut, peneliti akan mencoba menerapkan kesebelas faktor tersebut pada perusahaan BUMN yang ada di Indonesia, yaitu PT. Pertamina (Persero). 1.2 Rumusan Masalah Critical success factor (CSF) dipilih dalam penelitian ini karena dapat mewakili wiliayah atau fungsi dimana peristiwa dan tindakan dapat memastikan kinerja kompetitif kesuksesan sebuah organisasi (Butler & Firzgeral, 1999). Konsep CSF menjadi popular di bidang sistem informasi manajemen pada tahun 19970-an ketika para peneliti di MIT menyelidiki bahwa pentingnya identifikasi CSF untuk mendesain sistem informasi, dan pendekatan ini dinamai dengan Metode CSF (Cheng & Ngai, 1994). Karena e-procurement merupakan bagian dari IT-governance yang dapat 5

meningkatkan penerapan tata kelola sebuah perusahaan menjadi lebih baik, banyak organisasi perusahaan yang membutuhkan bimbingan dalam penerapan teknologi yang baru agar tidak menjadi salah arah. CSF dapat digunakan untuk menyajikan adanya kemajuan dan penambahan nilai keberhasilan penerapan e-procurement di sebuah organisasi. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian untuk menguji model yang dikemukakan oleh Vaidya, et al. (2006) yang diterapkan pada perusahaan BUMN di Indonesia, yaitu PT Pertamina (Persero), mengenai kesebelas faktor keberhasilan yang mempengaruhi implementasi e-procurement, maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah Apakah kesebelas faktor keberhasilan, yang mempengaruhi implementasi e-procurement di PT. Pertamina (Persero)? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris kesebelas faktor penentu keberhasilan implementasi e-procurement yang dikemukakan oleh Vaidya, et al. (2006). Akankah kesebelas sukses faktor berpengaruh positif terhadap keberhasilan implementasi e-procurement di PT. Pertamina (Persero). 6

1.5 Kontribusi Peneliti Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh kontribusi yang baik secara teori maupun praktis: 1. kontibusi teori, studi ini memberikan bukti empiris apakah model penelitian yang dibuat oleh Vaidya, et al. (2006), yaitu faktor-faktor penentu keberhasilan berpengaruh positif terhadap keberhasilan implementasi e-procurement. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan literatur bagi peneliti di Indonesia; 2. lembaga BUMN, terutama PT. Pertamina (Persero) dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam hal penetuan keputusan strategis untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam penerepan sistem teknologi. 1.6 Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang pembahasan, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah dan manfaat peneltian. Disamping itu disertakan juga sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesa Bab ini membahas konsep-konsep teori dari Critical Success Factor (CSF), e-procurement, konsep Vaidya, et al. (2006), model penelitian serta dipaparkan pengembangan hipotesis. 7

Bab III Metoda Penelitian Bab ini menguraikan tentang ruang lingkup, populasi dan penetuan sampel penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data, identifikasi variabel, perumusan model analisis serta pengujian hipotesis. Bab IV Analisis Data dan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang pengujian hipotesis atas hipotesis yang dibuat dan memaparkan hasil pengujian hipotesis tersebut, serta pembahasan dan hasil analisis yang dikaitkan dengan teori yang berlaku. Bab V Penutup Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, implikasi penelitian keterbatasan penelitian serta saran bagi peneliti sejenis berikutnya. 8