BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga
|
|
- Ivan Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud merupakan permasalahan yang perlu untuk dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga marak terjadi pada pemerintah daerah. Dalam 10 tahun terakhir, kasus korupsi yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebanyak 53 kasus pada pemerintah provinsi, dan 91 kasus pada pemerintah Kabupaten/Kota. Berdasarkan jenis perkara yang ditangani KPK, prosentase besar terjadinya fraud yaitu pada pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu sebesar 32% dari keseluruhan perkara. Prosentase tersebut belum termasuk kasus penyuapan yang kemungkinan juga berhubungan dengan proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Berdasarkan data rekapitulasi dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2014, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan beberapa tipe kasus pengadaan barang/jasa, yaitu kasus yang merugikan keuangan negara, berpotensi merugikan keuangan negara, kekurangan penerimaan, melanggar administrasi, menimbulkan ketidakhematan, dan menimbulkan ketidakefisienan. Kasus pengadaan barang/jasa yang menimbulkan kerugian Negara terdiri dari beberapa bentuk, yaitu (1) Pengadaan barang/jasa fiktif, (2) Rekanan tidak menyelesaikan pekerjaan, (3) Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang, (4) Kelebihan pembayaran, (5) Pemahalan harga, (6) Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak. Total kasus pada tingkat pemerintahan daerah 1
2 2 khususnya tingkat Kabupaten sebanyak 810 kasus dengan total kerugian Negara sebesar Rp ,-. Kasus pengadaan barang/jasa yang menimbulkan potensi kerugian Negara terdiri dari beberapa bentuk, yaitu (1) Kelebihan pembayaran barang/jasa, (2) Rekanan belum melaksanakan kewajiban pemeliharaan barang hasil pengadaan yang telah rusak dalam masa pemeliharaan, (3) Pemberian jaminan dalam pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai ketentuan, (4) Pihak ketiga belum melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan asset kepada daerah. Total kasus pada tingkat Kabupaten sebanyak 102 kasus dengan total potensi kerugian Negara sebesar Rp ,-. Kasus pengadaan barang/jasa yang menimbulkan kekurangan pembayaran yaitu terkait dengan denda keterlambatan pekerjaan yang belum/tidak diterima Daerah. Total kasus pada tingkat Kabupaten sebanyak 247 kasus dengan nilai sebesar Rp ,-. Kasus pengadaan barang/jasa secara administratif berupa (1) Pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran, (2) Proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan, (3) Pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan, (4) Pelaksanaan lelang secara proforma. Total kasus pada tingkat Kabupaten yaitu sebanyak 87 kasus. Kasus pengadaan barang/jasa yang menimbulkan ketidakhematan berupa (1) Penetapan kualitas dan kuantitas barang/jasa tidak sesuai standar, (2) Pemborosan keuangan Daerah (kemahalan harga). Total kasus pada tingkat Kabupaten yaitu sebanyak 69 kasus, dengan nilai sebesar Rp ,-
3 3 Kasus pengadaan barang/jasa yang menimbulkan ketidakefektifan berupa (1) Pemanfaatan barang/jasa tidak sesuai rencana, (2) Barang yang diadakan belum/tidak dapat dimanfaatkan, (3) Pemanfaatan barang/jasa tidak berdampak bagi pencapaian tujuan organisasi. Total kasus pada tingkat Kabupaten sebanyak 24 kasus, dengan nilai sebesar Rp ,-. Di Kabupaten Kulon Progo, fraud pengadaan barang/jasa termasuk dalam kategori tinggi. Hasil pemeriksaan BPK pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo 5 tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2014, jumlah temuan pemeriksaan BPK yaitu sebanyak 168 temuan dengan nilai Rp ,-. Dari temuan pemeriksaan tersebut, terdapat rekomendasi senilai Rp ,-. Dari rekomendasi tersebut, sebanyak 87% yaitu sebanyak 33 temuan senilai Rp ,- berkaitan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo. Fraud pengadaan barang/jasa pemerintah berpotensi terjadi pada tahapantahapan proses yaitu (1) pada tahap perencanaan pengadaan, (2) pada tahap pelaksanaan lelang, dan (3) pada tahap pelaksanaan pekerjaan. Modus operandi yang digunakan sangat beraneka ragam dan selalu berkembang. Fraud yang berpotensi terjadi pada tahap perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah diantaranya yaitu (1) Konsultan mengarahkan spesifikasi teknis pada produk atau penyedia barang/jasa tertentu, (2) Desain konstruksi tidak mencerminkan keadaan lapangan yang mengakibatkan berubahnya jadwal, volume, dan harga, (3) Rencana pengadaan digelembungkan, (4) Harga Perkiraan Sendiri (HPS) digelembungkan, tidak berdasar harga pasar, (5) Rencana pengadaan tidak sesuai permintaan calon pengguna,
4 4 Fraud yang berpotensi terjadi pada tahap pelaksanaan lelang pengadaan barang/jasa pemerintah diantaranya yaitu (1) Kurang transparannya pengumuman lelang untuk membatasi jumlah rekanan, namun hal ini sudah mulai berkurang sejak diberlakukannya sistem pelelangan pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement), (2) Pelelangan bersifat formalitas saja, peserta terdiri dari rekanan yang dipinjam benderanya dan aanwijzing ditandatangani rekanan lain tanpa hadir, (3) Kualifikasi tenaga asing yang diajukan telah ada di dalam negeri dan dalam kontrak lanjutan masih terdapat biaya mendatangkan tenaga asing, (4) Pengurangan lingkup pekerjaan setelah pembukaan lelang dengan maksud mengubah aturan pemenang atau pengusulan pemenang bukan dari urutan terendah nilai penawarannya, (5) Penawar yang lulus terbaik dari evaluasi teknis maupun administrasi tidak diusulkan sebagai pemenang dengan alasan pekerjaan calon rekanan tersebut pada proyek lain tidak baik, padahal sesungguhnya tidak demikian. Fraud yang berpotensi terjadi pada tahap pelaksanaan pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu (1) Pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan jadwal, namun dalam penghitungan eskalasi menggunakan indeks harga waktu pelaksanaan, (2) Pekerjaan dikurangi tidak sesuai kontrak, (3) Pekerjaan disubkontrakkan tanpa ijin pemberi kerja, (4) Pengawas pekerjaan di lapangan lemah, dan dimungkinkan terjadi penyuapan, (5) Pekerjaan tambahan yang berakibat naiknya nilai kontrak tidak didukung dokumen tertulis yang lengkap, (6) Sebagian atau seluruh pekerjaan yang diborongkan dilaksanakan oleh pihak intern pemberi kerja, (7) Harga satuan dalam kontrak terdapat upaya untuk mendapatkan pekerjaan tambah untuk jenis pekerjaan yang harga satuannya tinggi,
5 5 dan kurang untuk yang harga satuannya rendah dengan maksud menaikkan nilai realisasi kontrak, (8) Pekerjaan yang terdapat dalam kontrak tidak dilaksanakan, tetapi dalam berita acara dianggap telah selesai sehingga pembayaran fiktif terjadi, (9) Pengadaan barang tidak langsung kepada agen tunggal tapi melalui perantara, sehingga harganya terlalu mahal, (10) Tenaga ahli yang tercantum dalam dokumen usulan ternyata tidak ada atau tidak melakukan kegiatan di lapangan, sehingga kualitas pekerjaan menjadi di bawah standar, (11) Addendum perpanjangan waktu direkayasa untuk melindungi rekanan dari pengenaan denda keterlambatan pekerjaan. Besarnya kasus fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah yang ditangani KPK dan temuan BPK terkait dengan pengadaan barang/jasa menandakan lemahnya fungsi auditor internal pada pemerintah daerah dalam mencegah dan mendeteksi fraud. Potensi terjadinya fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah perlu ditangkal agar dapat hilang atau paling tidak berkurang. Hal ini dapat dilakukan dengan pencegahan dan dan pendeteksian fraud tersebut. Pencegahan dan pendeteksian fraud ini merupakan tindakan yang lebih mudah dan murah bila dibandingkan dengan audit investigatif. Pencegahan dan pendeteksian fraud lebih mudah karena bersifat proaktif bila dibandingkan dengan audit investigatif yang bersifat reaktif. Pencegahan dan pendeteksian fraud lebih murah karena biaya yang dikeluarkan akan lebih murah apabila dibanding dengan audit investigatif. Pencegahan fraud yang dapat dilakukan yaitu dengan implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang andal dan praktik yang sehat dalam pengimplementasiannya. Pengendalian internal tidak akan dapat efektif mencegah
6 6 fraud jika di suatu organisasi tersebut terdapat kolusi dan pengabaian yang dilakukan oleh manajemen. Upaya pencegahan fraud berikutnya yaitu dengan penerapan manajemen risiko. Manajemen risiko ini merupakan suatu proses pengelolaan sumberdaya organisasi untuk mengantisipasi risiko-risiko yang mungkin terjadi yang telah diidentifikasi, diukur dan dicari cara penanganannya. Dengan diterapkannya manajemen risiko diharapkan fraud dapat dicegah atau potensi fraud yang ada dapat diminimalisir. Upaya pencegahan fraud lainnya yaitu dengan dibuat regulasi beserta sanksi. Regulasi tersebut memuat aturan, perintah, larangan, dan sanksi atas pelanggarannya. Dengan dibuatnya regulasi dan sanksi tersebut diharapkan mempunyai daya kerja pencegahan terhadap tindakan fraud. Selain itu, Inspektorat Daerah melalui auditor harus mampu untuk mendeteksi adanya fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah. Pendeteksian fraud dilakukan dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau gejala terjadinya untuk dianalisis apakah tanda-tanda tersebut menunjukkan identifikasi awal terjadinya fraud. Dengan mengenali gejalanya maka dapat pula mengenal adanya indikasi fraud. Pendeteksian fraud juga dapat dilakukan dengan critical point of auditing dan analisis kepekaan (job sensitivity analysis). Selain itu auditor juga dapat mendeteksi fraud dengan adanya pengaduan melalui whistleblowing system yang juga dapat berfungsi dalam pencegahan fraud. Dengan terdeteksinya fraud diharapkan manajemen segera dapat menindaklanjutinya untuk perbaikan sesuai rekomendasi atau arahan yang disampaikan oleh auditor.
7 7 Dalam pelaksanaan pencegahan dan pendeteksian fraud tersebut, peranan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam hal ini yaitu Inspektorat Daerah sangat diperlukan. Seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah pasal 4 menyebutkan bahwa Pimnpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, yang salah satunya dilakukan melalui perwujudan peranan Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang efektif. Dalam peraturan pemerintah tersebut menyebutkan bahwa peranan Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang efektif sekurang-kurangnya harus: (a) memberikan keyakinan yang memadaiatas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah, (b) memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah, dan (c) memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pada pasal 47 ayat 2 juga menyebutkan bahwa untuk memperkuat dan menunjang `efektivitas Sistem Pengendalian Intern dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan Negara. Pada pasal 48 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa pengawasan intern dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.
8 8 Dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tersebut pada pasal 116 ayat 1 menyebutkan bahwa K/L/D/I wajib melakukan pengawasan terhadap PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan di lingkungan K/L/D/I masing-masing, dan menugaskan Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang bersangkutan untuk melakukan audit sesuai dengan ketentuan. Dalam hal ini, pada Pemerintah Daerah audit dilakukan oleh Inspektorat Daerah. Dalam Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Daerah pada pasal 4 ayat (2) juga menyebutkan bahwa untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPIP dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD oleh Inspektorat Daerah. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai peranan Inspektorat Daerah dalam pencegahan dan pendeteksian fraud yang terjadi atau berpotensi terjadi pada pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Peranan Inspektorat Daerah dalam Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo). 1.2 Rumusan Masalah Fraud pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo perlu ditangani. Penanganan fraud dapat dilakukan dengan mencegah dan mendeteksi fraud tersebut, sehingga potensi yang ada dapat dihilangkan atau paling
9 9 tidak ditekan, dan yang sudah terjadi apabila terdeteksi sedini mungkin maka dapat dilakukan tindak lanjut oleh manajemen untuk memperbaiki atau dilakukan audit investigatif apabila diperlukan. Inspektorat Daerah selaku APIP di Pemerintah Daerah harus selalu berperan dalam pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa tersebut. Melalui ketugasannya dalam pengawasan, pemeriksaan, dan pendampingan diharapkan Inspektorat Daerah dapat secara efektif menjalankan peranannya tersebut. Bagaimana peranan Inspektorat Daerah dalam pencegahan dan pendeteksian fraud tersebut perlu dianalisis. Perlu diketahui apakah Inspektorat Daerah telah efektif dalam melakukan ketugasannya yang berhubungan dengan pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah. Selanjutnya perlu dirumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka peningkatan efektifitas peranan Inspektorat Daerah tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan permasalahan di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana peranan Inspektorat Daerah dalam pencegahan fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo? b. Bagaimana peranan Inspektorat Daerah dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo? c. Bagaimana langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan efektivitas peranan Inspektorat Daerah dalam pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo?
10 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis peranan Inspektorat Daerah dalam pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo. Tujuan lainnya yaitu untuk menganalisis dan menentukan langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh Inspektorat Daerah untuk meningkatkan efektivitas peranannya dalam pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo. 1.5 Motivasi Penelitian Penelitian ini perlu dilakukan untuk memperoleh pemahaman bagaimana peranan Inspektorat Daerah dalam pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah. Selanjutnya pemahaman tersebut dapat dipergunakan untuk menganalisa dan menentukan langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh Inspektorat Daerah dalam meningkatkan efektivitas peranannya dalam pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah. Hasil analisa yang didapat dan saran yang dibuat dalam penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk bahan pertimbangan bagi manajemen dalam pengambilan keputusan atau pembuatan regulasi yang berkaitan dengan pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah, khususnya pada Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo. 1.6 Kontribusi Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
11 11 a. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa pengetahuan ataupun sebagai salah satu sumber informasi bagi peneliti yang melakukan penelitian sejenis. b. Bagi praktisi khususnya auditor pada Inspektorat Daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam peranannya pada pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah. c. Bagi organisasi khususnya Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas peranannya dalam pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan ini disajikan dalam 7 bab, dengan rincian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, bab ini menyajikan gambaran umum yang mendasari dilaksanakannya penelitian ini, yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini menguraikan tinjauan pustaka mengenai konsep-konsep yang terkait dengan teori keagenan, pengadaan barang/jasa pemerintah, fraud, fraud pengadaan barang/jasa pemerintah, pencegahan fraud, pendeteksian fraud, peranan Inspektorat Daerah selaku auditor internal dalam pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa
12 12 pemerintah. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu yang relevan, serta kerangka pemikiran. BAB III LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL PENELITIAN, bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian. Bab ini juga menjelaskan secara kontekstual aplikasi teori-teori yang dimuat di studi literatur di lingkungan di mana organisasi yang menjadi obyek penelitian berada. BAB IV RANCANGAN PENELITIAN, bab ini menjelaskan rasionalitas penelitian menggunakan metode studi kasus pada obyek penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini terdiri dari rasionalitas pemilihan obyek penelitian, metode penelitian yang digunakan, desain penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan. BAB V PEMAPARAN TEMUAN, Bab ini menjelaskan temuan-temuan dalam investigasi dan dirumuskan sebagai materi analisis hasil investigasi. BAB VI RINGKASAN DAN PEMBAHASAN, Bab ini memuat secara ringkas mengenai latar belakang, cara dan hasil penelitian. Selanjutnya hasil temuan akan didiskusikan menurut landasan teori. Kemudian hasil diskusi akan dirumuskan atau disimpulkan secara komprehensif dan menjelaskan dalam kaitannya dengan pertanyaan penelitian. BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI, bab ini menyajikan kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah
BAB 1 INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah menjadi pekerjaan yang tidak pernah terselesaikan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN. maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
BAB VII SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan adanya fraud. Jatiningtyas dan Kiswara (2013) menyatakan ada berbagai
Lebih terperinciANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:
ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh: Robin Tibuludji * ABSTRAK Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian yang paling banyak
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan dijelaskan
Lebih terperinci2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perekonomian suatu bangsa menuntut penyelenggara negara untuk lebih profesional dalam memfasilitasi dan melayani warga negaranya. Birokrasi yang berbelit
Lebih terperinciBUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDadit Herdikiagung - Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Ristek, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Dadit Herdikiagung - Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Ristek, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi PENGAWASAN ITJEN Kegiatan Lingkup Output Audit Evaluasi Review/Verifikas i Pemantauan Kebijakan
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP disebutkan bahwa dalam rangka mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan proses
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pengendalian internal dibutuhkan dalam semua lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengendalian internal dibutuhkan dalam semua lingkungan aktivitas organisasi agar dapat mencapai visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Statement
Lebih terperinciDaftar Isi. Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI
Daftar Isi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI 1 PEDOMAN AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Surat Kepala BPKP No.S-506/K/D1/2007 Tanggal,30 April 2007 2 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Tujuan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat di antaranya ketersediaan barang dan jasa dan pembangunan infrastruktur.selain
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT
PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bentuk dan laporan audit.melalui makalah ini, anda harus mampu: 14.1 Memahami tujuan dan penyampain laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa untuk melaksanakan fungsinya dan untuk mencapai kinerjanya. Instansi atau organisasi
Lebih terperinci2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1042, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Pengawasan. Intern. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.
No.237, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga keseimbangan
Lebih terperincigovernance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah memiliki posisi yang strategis, bukan hanya dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG
BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENETAPAN PENGENAAN SANKSI PENCANTUMAN DALAM DAFTAR
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciNegara Republik Indonesia Nomor 4355);
BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR :2g TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1226, 2014 LKPP. Barang/Jasa. Pengadaan. Pemerintah. Daftar Hitam. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena karena
Lebih terperinci2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M
No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN
Lebih terperinciBAB 1 INTRODUKSI. 1.1 Latar Belakang. Tanggal 15 Januari 2014, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
BAB 1 INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Tanggal 15 Januari 2014, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut dengan UU Desa) disahkan oleh Presiden Republik Indonesia. UU Desa dibentuk
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari semangat reformasi birokrasi adalah dengan melakukan penataan ulang terhadap sistem penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENGADAAN LANGSUNG DI KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1232, 2012 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA. Penyelenggaraan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DANA ANGGARAN
Lebih terperinci2012, No BAB I PENDAHULUAN
2012, No.307 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN AUDIT PRAKONTRAK ATAS PENGADAAN BARANG/JASA DI LEMBAGA SANDI NEGARA BAB I PENDAHULUAN A. Umum Tata kelola
Lebih terperinciSALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1123, 2014 KEMEN KP. Pengawasan. Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinci9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :
9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG
U BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA
a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA
Lebih terperinciINSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF
INSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF DALAM PENINGKATAN KUALITAS KINERJA PEMERINTAH DIY PAPARAN INSPEKTUR DIY FORUM SKPD TAHUN 2018 PERAN APIP SEBAGAI AUDITOR INTERNAL PEMERINTAH Meningkatkan Akuntabilitas
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Lahirnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia yang ditandai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undangundang Nomor
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 20 Tahun 2009 Lampiran : - TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap daerah memiliki kewenangan yang semakin besar untuk mengatur pemerintahannya sendiri, termasuk
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR Menimbang
Lebih terperinciEVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 2015 s.d 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT INSPEKTORAT JENDERAL
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 2015 s.d 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT INSPEKTORAT JENDERAL CATATAN HASIL PENGAWASAN YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN Masih banyak pengaduan terhadap pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. b. c. bahwa untuk
Lebih terperinciNOMOR : 15 TAHUN 2010
1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 15 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL
14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL a. Pelelangan Gagal 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila : a) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,
No.1734, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERA. Barang/Jasa. Pengadaan. Unit Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-02.PW.02.03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENAYANGAN DAFTAR HITAM PADA DAFTAR HITAM NASIONAL
PENAYANGAN DAFTAR HITAM PADA DAFTAR HITAM NASIONAL 8.934 paket yang terindikasi putus kontrak tahun 2016 (sumber data: Sismontepra) 265 Jumlah Penyedia yang dikenakan Sanksi Daftar Hitam Tahun 2016 karena
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar
No.924, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb
No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciTINJAUAN ATAS SANKSI DAFTAR HITAM TERHADAP PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH
TINJAUAN ATAS SANKSI DAFTAR HITAM TERHADAP PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH Sumber ilustrasi: http://www.misykona.com A. PENDAHULUAN Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawab pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2018 TENTANG PEMBARUAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2018 TENTANG PEMBARUAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menciptakan
Lebih terperincipemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi pemerintah dinilai sukses dalam menjalankan programnya apabila tujuan dari program tersebut tercapai. Program dari organisasi pemerintah yang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terdapat tuntutan sektor publik khususnya pemerintah yaitu terlaksananya akuntabilitas pengelolaan keuangan sebagai bentuk terwujudnya praktik
Lebih terperinciPencegahan Korupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Direktorat Penelitian dan Pengembangan Hasil Kajian Pencegahan Korupsi pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah 4 3 Penutup 2 Temuan dan Rekomendasi 1 Akar Masalah Korupsi PBJ di Indonesia Pendahuluan
Lebih terperinciPERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011
BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak
BAB 1 PENDAHULUAN Permasalahan kecurangan dalam pengelolaan keuangan negara merupakan isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan penyimpangan
Lebih terperinciTUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :
1 TUJUAN PELATIHAN Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami : Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Tender/Seleksi Gagal Serta Tindak Lanjutnya Pelaksanaan Kontrak 2 Pelaksanaan
Lebih terperinci