Manajemen Kasus Sistem Neurobehavior. dr. Riska Yulinta V, MMR

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

Pencegahan Primer, Sekunder & T ersier (Sistem Neurobehavi. dr. Riska Yulinta V, MMR

ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

Asuhan Keprawatan Cedera Kepala Agus K Anam,M.Kep

Algoritme Tatalaksana Kejang Akut dan Status Epileptikus pada Anak

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S Dengan CKR ( CIDERA KEPALA RINGAN )

Sinonim: Head injuri=cedera kepala=trauma kapitis=trauma kranioserebral=traumatic brain injury Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap kepala

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

Preeklampsia dan Eklampsia

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Gangguan Pada Bagian Sendi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN

Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK) dr. Syarif Indra, Sp.S Bagian Neurologi FK UNAND RS Dr. M. Djamil Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB II STROKE HEMORAGIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN FORMULIR PERSETUJUN MENJADI RESPONDEN

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

Advanced Neurology Life Support Course (ANLS) Overview

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAWAT KLINIK I KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI SETUJUI KEMAMPUAN KLINIS N O ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi psikososial, dengan disertai penurunan atau hilangnya kesadaran

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI)

BAB II TINJAUAN TEORI. systole dan tekanan darah diastole. Niai normal dari MAP adalah berkisar

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

KELOMPOK E DEPERTEMEN ANAK SRIYANTI B. MATHILDIS TAMONOB RANI LEKSI NDOLU HARRYMAN ABDULLAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

PROTOKOL STROKE AKUT

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif (Japardi, 2004). Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan

KUESIONER PENELITIAN

Cedera Spinal / Vertebra

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

BAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

Kejang Pada Neonatus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

PENATALAKSANAAN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA

e) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/

Transkripsi:

Manajemen Kasus Sistem Neurobehavior dr. Riska Yulinta V, MMR

Penyakit Sistem Saraf 1. Cedera kepala 2. Cedera medula spinalis 3. Stroke 4. Epilepsi 5. Migrain 6. Nyeri kepala klaster 7. Nyeri kepala tipe tegang 8. Nyeri kepala pasca trauma 9. Neuralgia trigeminus 10.Arteritis temporalis 11. Neuritis vestibularis 12. Vertigo posisional benigna 13. Herniasi diskus lumbal 14. Spondilosis 15. Spondilitis tuberkulosis 16. Spondilolistesis 17. Penyakit parkinson 18. Meningitis 19. Ensefalitis

Cedera Kepala Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.

Klasifikasi Cedera Kepala Keparahan cedera : 1. Ringan : GCS 14-15 2. Sedang : GCS 9-13 3. Berat : GCS 3 8 *GCS : Galsgow Coma Scale

Manajemen Cedera Kepala Cedera Kepala Ringan Pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan CT- Scan bila memenuhi kriteria berikut : 1. Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya berjalan) dalam batas normal. 2. Foto servikal jelas normal 3. Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien 24 jam pertama, dengan instruksi untuk segera kembali kebagian gawat darurat jika timbul gejala yang lebih buruk.

Kriteria perawatan di rumah sakit : 1. Adanya perdarahan intrakranial atau fraktur yang tampak pada CT Scan. 2. Konfusi, agitasi, atau kesadaran menurun 3. Adanya tanda atau gejala neurologis fokal 4. Intoksikasi obat atau alcohol 5. Adanya penyakit medis komorbid yang nyata 6. Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di rumah.

Cedera Kepala Sedang Dirawat di rumah sakit untuk observasi, pemeriksaan neurologis secara periodik. Bila kondisi membaik, pasien dipulangkan dan kontrol kembali, bila kondisi memburuk dilakukan CT Scan ulang dan penatalaksanaan sesuai protokol cedera kepala berat.

Cedera Kepala Berat Pastikan jalan nafas korban clear (pasang ET), berikan oksigenasi 100% dan jangan banyak memanipulasi gerakan leher sebelum cedera cervical dapat disingkirkan. Berikan cairan secukupnya (ringer laktat/ringer asetat) untuk resusitasi korban agar tetap normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi dan berikan transfusi darah jika Hb kurang dari 10 gr/dl. Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain, GCS dan pemeriksaan batang otak secara periodik. Berikan manitol iv dengan dosis 1 gr/kgbb diberikan secepat mungkin pada penderita dengan ancaman herniasi dan peningkatan TIK yang mencolok.

Berikan anti edema cerebri: kortikosteroid deksametason 0,5 mg 3 1, furosemide diuretik 1 mg/kg BB tiap 6-12 jam bila ada edema cerebri, berikan anti perdarahan. Berikan obat-obatan neurotonik sebagai obat lini kedua, berikan anti kejang jika penderita kejang, berikan antibiotik dosis tinggi pada cedera kepala terbuka, rhinorea, otorea. Berikan antagonis H2 simetidin, ranitidin iv untuk mencegah perdarahan gastrointestinal. Koreksi asidodis laktat dengan natrium bikarbonat. Operasi cito pada perkembangan ke arah indikasi operasi. Fisioterapi dan rehabilitasi.

Stroke Merupakan sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini bersifat sementara (< 24 jam) disebut Transient Ischemia Attack (TIA).

Manajemen Stroke 1. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan 2. Pemasangan ETT pada pasien tidak sadar, bantuan ventilasi pada pasien dengan penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar dengan gangguan jalan nafas. 3. Berikan bantuan oksigen pada pasien hipoksia, pasien stroke yang tidak hipoksia tidak memerlukan suplemen oksigen. 4. Intubasi ET atau LMA diperlukan pada pasien dengan hipoksia (po2 < 60 mmhg atau pco2 > 50 mmhg), atau syok, atau pasien dengan resiko aspirasi. Usahakan pipa ET tidak terpasang lebih dari 2 minggu, kalau lebih dianjurkan untuk dilakukan trakeostomi

5. Cardiac monitoring harus dilakukan selama 24 jam pertama setelah awitan serangan stroke iskemik. 6. Bila terdapat penyakit jantung kongestif, konsul kardiologi. 7. Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya. Hipovolemia harus dikoreksi dengan larutan salin normal dan aritmia jantung yang menyebabkan penurunan curah jantung harus dikoreksi

8. Pengendalian peninggian TIK 9. Pemantauan ketat penderita dengan resiko edema serebral dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologik pada hari-hari pertama setelah serangan stroke. 10. Monitor tekanan intra kranial harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan penderita yangmengalami penurunan kesadaran karena kenaikkan TIK. 11. Sasaran terapi adalah TIK < 20 mmhg dan CPP > 70 mmhg.

Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan TIK meliputi : Tinggikan posisi kepala 20 30 Hindari penekanan pada vena jugulare. Hindari pemakaian cairan glukosa atau cairan hipotonik. Hindari hipertermia Jaga normovolemia

Pengendalian kejang ü Bila kejang berikan diazepam bolus lambat iv 5 10 mg diikuti pemberian phenitoin loading dose 15 20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/ menit. ü Bila kejang belum teratasi maka perlu rawat di ICU. ü Tidak dianjurkan pemberian antikonvulsan profilaktik pada penderita stroke iskemik tanpa kejang. ü Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaktik selama 1 bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila tidak ada kejang selama pengobatan.

Pengendalian suhu tubuh Setiap penderita stroke yang disertai febris harus diberikan antipiretika dan diatasi penyebabnya. Berikan acetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 C. Pada pasien febris atau beresiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan (tracheal, darah dan urin) dan diberikan antibiotika. Jika memakai kateter ventrikuler, analisa CSS harus dilakukan untuk mendeteksi meningitis. Jika didapatkanmeningitis harus diikuti terapi antibiotik.

Pemeriksaan Penunjang EKG Laboratorium : kimia darh, fungsi ginjal, hematologi, dan faal hemostasis, kadar gula darah, analisa urin, analisa gas darah dan elektrolit. Bila ada kecurigaan PSA lakukan punksi lumbal untuk pemeriksaan CSS. Pemeriksaan radiologi: rontgen dada, CT scan

Epilepsi Epilepsi ialah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala gejala yang datang dalam serangan serangan berulang ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel sel saraf otak yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi.

Manajemen epilepsi

1. Migrain 2. Nyeri kepala klaster 3. Nyeri kepala 'pe tegang 4. Nyeri kepala pasca trauma 5. Neuralgia trigeminus Analge'k

Vertigo Posisional Benigna Vertigo (dari bahasa Latin vertō "gerakan berputar") adalah salah satu bentuk sakit kepala di mana penderita mengalami persepsi gerakan yang tidak semestinya (biasanya gerakan berputar atau melayang) yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vestibular.

+ Perbedaan Vertigo

+ Obat Anti Vertigo

Latihan Vestibular Tujuan : 1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun. 2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata. 3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.

Contoh latihan: 1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup. 2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, ekstensi dan gerak miring) 3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup. 4. Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup. 5. Berjalan lurus dengan tumit menempel didepan jari kaki. 6. Jalan menaiki dan menuruni tangga. 7. Melirikkan mata ke arah horizontal dan vertikal berulang ulang. 8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga memfiksasi obyek yang diam.