BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan alat bukti untuk membuktikan haknya tersebut. Pasal 1866 KUHPerdata

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan pada lembaga Notariat yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

NOTARIS TIDAK BERWENANG MEMBUAT SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT), TAPI BERWENANG MEMBUAT AKTA KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (AKMHT)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB II PROSEDUR PENGAMBILAN FOTOKOPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

2015, No Pemberhentian Anggota, dan Tata Kerja Majelis Pengawas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lem

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK

PENGAMBILAN FOTO COPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1865 Kitab Undangundang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata). Orang tidak bisa mengaku berhak atas sesuatu jika ia tidak mampu membuktikan haknya itu. Seseorang memerlukan alat bukti untuk membuktikan haknya tersebut. Pasal 1866 KUHPerdata menyebutkan beberapa alat bukti yaitu bukti tertulis, bukti saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah. Bukti tertulis ini bisa berupa tulisan otentik dan tulisan bawah tangan. Menurut KUHPerdata suatu akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. Salah satu pejabat yang diberi wewenang untuk membuat akta otentik adalah notaris. Notaris merupakan pejabat umum yang diberi kewenangan menjalankan sebagian tugas negara dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam bidang Hukum Perdata. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJNP) menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat umum diberi kewenangan untuk membuat akta autentik dan memiliki 1

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang atau berdasarkan undang-undang lainnya.dalam rangka menjalankan jabatannya tersebut, Notaris mempunyai beberapa kewajiban. Pasal 16 angka (1) huruf b UUJNP menyebutkan salah satu yang menjadi kewajiban bagi seorang Notaris adalah membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol Notaris. Minuta akta adalah asli akta yang mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi, dan Notaris. Minuta akta dan dokumen-dokumen pendukung pembuatan akta inilah yang termasuk bagian dari Protokol Notaris yang merupakan arsip Negara dan harus disimpan oleh Notaris. Nico berpendapat bahwa Akta yang dibuat oleh Notaris adalah akta otentik yang otensitasnya bertahan terus, bahkan sampai Notaris itu meninggal dunia. 1 Untuk itu, ada kewajiban Notaris untuk tetap menyimpan akta-akta yang telah dibuatnya sebagai bagian dari protokol dengan baik, meskipun Notaris yang bersangkutan telah meninggal dunia. Penyimpanan protokol Notaris ini sangat penting, karena selain merupakan kewajiban Notaris yang diperintahkan oleh Undang-Undang, penyimpanan protokol Notaris berkaitan dengan pembuktian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Pembuktian merupakan titik sentral dari keseluruhan proses pemeriksaan di sidang pengadilan, baik perkara perdata 1 Nico, 2003, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center For Documentation and Studies of Business Law (CDSBL), Yogyakarta., hlm. 3 2

maupun perkara pidana karena dari sinilah akan ditarik suatu kesimpulan yang dapat mempengaruhi keyakinan Hakim dalam menilai perkara yang diajukan. 2 Dalam hal kekuatan pembuktian, akta otentik yang dibuat oleh notaris merupakan akta dengan peringkat tertinggi dan kemudian diikuti oleh akta di bawah tangan yang dilegalisasi, akta dibawah tangan yang didaftar, akta di bawah tangan dengan dua orang saksi dan akta di bawah tangan tanpa saksi. Akta Notaris dibuat bukan untuk kepentingan pada saat akta dibuat, tetapi adalah untuk kepentingan akan datang, sebagai bukti bahwa telah diadakan perjanjian dan masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban karenanya. Itulah mengapa penting sekali akta Notaris disimpan dengan baik. Notaris diwajibkan menyimpan dengan baik akta/protokolnya selama ia menjabat sebagai Notaris. Namun dalam hal-hal tertentu protokol Notaris harus diserahkan kepada penerima protokol Notaris. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 62 UUJN : Penyerahan protokol Notaris dilakukan dalam hal Notaris : a. Meninggal dunia; b. Telah berakhir masa jabatannya; c. Minta sendiri; d. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas jabatan sebagai Notaris secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun; e. Diangkat menjadi pejabat Negara; f. Pindah wilayah jabatan; 2 Ibid, hlm. 7. 3

g. Diberhentikan sementara; atau h. Diberhentikan dengan tidak hormat. Pasal 63 ayat (5) UUJNP menyebutkan bahwa : Protokol Notaris dari Notaris lain yang pada waktu penyerahannya berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih diserahkan oleh Notaris penerima protokol Notaris kepada Majelis Pengawas Daerah. Selanjutnya, Pasal 70 UUJN mengenai kewenangan Majelis Pengawas Daerah, menyebutkan salah satu kewenangan Majelis Pengawas Daerah adalah : menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih. Berdasarkan hasil pra penelitian yang penulis lakukan di Kota Yogyakarta, sampai dengan saat ini ketentuan tersebut tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Protokol Notaris yang telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih yang diterima oleh penerima protokol Notaris tidak diserahkan kepada Majelis Pengawas Daerah Notaris (selanjutnya disebut MPD). 3 Kenyataan seperti ini dianggap perlu ditelaah untuk mendapatkan kesesuaian antara peraturan yang telah diberlakukan dengan praktek yang terjadi sebenarnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti mengenai Penyimpanan Protokol Notaris yang telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih di Kota Yogyakarta. 3 Hasil Pra Penelitian dengan melakukan wawancara dengan Notaris Penerima Protokol Notaris pada tanggal 9 Oktober 2015 4

B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang penulis rumuskan adalah: 1. Bagaimana mekanisme penyerahan protokol Notaris yang telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih di Kota Yogyakarta? 2. Bagaimana Tanggung jawab penerima protokol Notaris terhadap protokol yang diterima? 3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penyimpanan protokol Notaris yang berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih di Kota Yogyakarta? C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan hukum kenotariatan, khususnya mengenai penyimpanan protokol notaris yang telah berumur 25 tahun atau lebih. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, pemikiran, dan informasi baik itu bagi penulis sendiri maupun pihak lain khususnya para Notaris, Majelis Pengawas Notaris di Wilayah maupun Daerah, Badan Pemerintahan yang menaungi Notaris dan pihak-pihak lain yang terkait dengan penyimpanan protokol Notaris. 5

D. Tujuan Penelitian Tulisan ini merupakan tugas akhir program Strata Dua (2) bidang studi Magister Kenotariatan yang bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Master di bidang Kenotariatan. Tujuan penulisan dari penelitian tesis ini adalah: a) Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme penyerahan protokol Notaris yang telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih di Kota Yogyakarta. b) Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab penerima protokol Notaris terhadap protokol yang diterima. c) Untuk mengetahui dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penyimpanan protokol notaris setelah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih di Kota Yogyakarta tersebut. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran dan pengamatan yang telah penulis lakukan, ditemukan beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan peralihan penyimpanan protokol Notaris dari notaris lain yaitu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh HELMI WIYASTUTI dengan judul Tanggung Jawab Notaris Penerima Peralihan Protokol Sehubungan dengan Pemberhentian Jabatan Notaris di Kota Yogyakarta, Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, 2007, dengan rumusan masalah : 6

a. Bagaimanakah kesesuaian antara peraturan dan pelaksanaan peralihan protokol Notaris di Kota Yogyakarta? b. Bagaimanakah peranan Notaris penerima peralihan atas protocol yang diterimanya tersebut sehubungan dengan adanya pemberhentian jabatan Notaris? 4 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Helmi Wiyastuti di atas, menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa belum adanya peraturan yang mengatur secara tegas mengenai penyimpanan dan peralihan pengelolaan protokol Notaris dari Notaris yang diberhentikan dari jabatannya. Notaris penerima protokol notaris berperan dalam membantu mengeluarkan salinan akta dan grossee akta dari protokol Notaris yang diterimanya. Fokus penelitian ini adalah pada pelaksanaan aturan tentang peralihan protokol Notaris dari Notaris yang diberhentikan dari jabatannya. Penelitian yang akan penulis lakukan bertitik tolak dari umur akta yang menjadi bagian dari protokol Notaris yaituu akta yang sudah berumur 25 (dua puluh lima) tahun. 2. Penelitian yang dilakukan oleh HIDAYAT AMRULLAH, dengan judul Perlindungan Hukum terhadap Notaris sebagai Pemegang Protokol yang meninggal dunia, Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, 2010, dengan rumusan masalah : 4 Helmi Wiyastuti, Tanggung Jawab Notaris penerima Peralihan Protokol Sehubungan dengann Pemberhentian Jabatan Notaris di Kota Yogyakarta,Tesis,Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2007. 7

a. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap Notaris sebagai pemegang protokol Notaris yang telah meninggal dunia sehubungan dengan adanya sengketa terhadap protokol notaris yang disimpan? b. Bagaimana tanggung jawab Notaris terhadap akta-akta yang disimpan sebagai protokol Notaris? 5 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat Amrullah, perlindungan hukum terhadap Notaris yang menerima protokol dari Notaris yang meninggal dunia belum terlaksana dengan baik, karena belum adanya aturan yang tegas yang mengatur tentang perlindungan hukum tersebut. Perbedaan tesis ini dengan tesis yang akan penulis teliti adalah tesis ini membahas tentang perlindungan hukum terhadap Notaris penerima protokol apabila terjadi sengketa terhadap akta yang diterima, sedangkan penulis akan melakukan penelitian dan analisa mengenai mekanisme penyimpanan protokol Notaris yang telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun, yang bisa jadi dari Notaris yang meninggal dunia ataupun dari Notaris yang diberhentikan dari jabatannya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh FEBRINA HARIYANTO dengan judul Peralihan Kewenangan Pengelolaan Protokol Notaris setelah berlakunya Undang-Undang Jabatan Notaris, Program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, 2011, dengan rumusan masalah : a. Mengapa setelah berlakunya UUJN, Pengadilan Negeri Yogyakarta masih mengeluarkan salinan akta? 5 Hidayat Amrullah, Perlindungan Hukum terhadap Notaris sebagai Pemegang Protokol yang Meninggal Dunia,Tesis,Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010. 8

b. Apakah Salinan akta yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta setelah berlakunya UUJN sah menurut hukum? c. Bagaimana tugas dan wewenang MPD berkaitan dengan pengelolaan protokol Notaris? 6 Penelitian yang telah dilakukan oleh Febrina Hariyanto, memberikan jawaban tentang penyebab Pengadilan Negeri Yogyakarta masih mengeluarkan salinan akta setelah berlakunya UUJN yaitu karena banyaknya protokol Notaris yang tersimpan di Pengadilan Negeri Yogyakarta dan belum disediakan tempat yang memadai untuk pemindahan protokol Notaris tersebut. Setelah berlakunya UUJN, Het Ambt in Indonesia (Stb 1860.3) atau PJN dinyatakan telah dicabut dan tidak berlaku lagi sehingga segala produk hukum yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta terhadap protokol Notaris adalah tidak sah dan batal demi hukum. Febrina Hariyanto menyimpulkan bahwa pengelolaan dan penyimpanan protokol Notaris merupakan kewenangan MPD. Fokus penelitian Febrina Hariyanto adalah pada pengalihan kewenangan pengelolaan serta keabsahan salinan akta yang dikeluarkan Pengadilan Negeri Yogyakarta setelah berlakunya UUJN. Berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu berfokus pada mekanisme penyimpanan protokol Notaris yang telah berumur 25 (dua puluh lima tahun) atau lebih. 6 Febrina Hariyanto, Peralihan Kewenangan Pengelolaan Protokol Notaris setelah berlakunya Undang-Undang Jabatan Notaris,Tesis,Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011. 9