PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

dokumen-dokumen yang mirip
Aplikasi Kontrol PID untuk Kontrol Suhu dan Humidity pada Sistem Pengeringan Seledri

Peningkatan Kecepatan Pengeringan Gabah Dengan Metode Mixed Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Ungguan Terfluidisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

DINAMIKA PINDAH MASSA DAN WARNA SINGKONG (Manihot Esculenta) SELAMA PROSES PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERHITUNGAN JUMLAH UAP AIR YANG DI KELUARKAN

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L). Ikan cakalang

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PERANCANGAN DAN ANALISA ALAT PENGERING IKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI BRIKET BATUBARA

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 2, Juni IbM WIRAUSAHA KRUPUK DI KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman sukun tumbuh tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia,

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses)

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

1. Bengkuang yang digunakan diperoleh dari pasar pakem 2. Udara panas sebagai media pengering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

III. METODOLOGI PENELITIAN

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

Pengeringan (drying)/ Dehidrasi (dehydration)

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

PROSES PENGERINGAN JAMUR LINGZHI (GANODERMA LUCIDIUM) MENGGUNAKAN MEDIA UDARA YANG DIDEHUMIDIFKASI OLEH ZEOLIT ALAM

Model Pengeringan Lapisan Tipis Cengkeh (Syzygium aromaticum) 1) ISHAK (G ) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan I.S. TULLIZA 3) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

PENGERINGAN KELOPAK BUNGA ROSELA MENGGUNAKAN TRAY DRYER

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

Pada dasarnya proses dari sebuah engine dapat dituliskan dengan persamaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

BAB IV PENGOLAHAN DATA

METODOLOGI PENELITIAN

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

PENINGKATAN KECEPATAN PROSES PENGERINGAN KARAGINAN MENGGUNAKAN PENGERING ADSORPSI DENGAN ZEOLIT. Mohamad Djaeni *)

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

PENGERINGANN GABAH MENGGUNAKAN ZEOLIT 3A PADA ALAT UNGGUN TERFLUIDISASI

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. semua itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sayur-sayuran berupa bagian dari tanaman

Transkripsi:

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA Jurusan Teknik Elektro, Fakultas. Teknik, Universitas Negeri Semarang Email:ulfaharief@yahoo.com, agusku@yahoo.com Abstrak. Seledri (Celery Apium gravoelens, Linn) adalah tumbuhan herbal yang banyak dihasilkan dari perkebunan rakyat. Perrmasalahan utama yang dihadapi oleh petani seledri adalah pada saat panen yang melimpah terjadi penurunan nilai jual dari sayuran seledri, sehingga diperlukan teknologi pengeringan yang berguna untuk menjaga kestabilan produk seledri sampai siap untuk dikonsumsi. Teknologi pengeringan suhu rendah adalah teknik pengeringan yang paling sesuai untuk sayuran seledri, karena dapat menjaga kandungan nutrisi (vitamin, protein, mineral dll) serta dapat menghemat penggunaan energi. Untuk itu diperlukan rancang bangun mesin pengering suhu rendah yang dilengkapi dengan sistem kontrol suhu dan humidity. Suhu dan humidity yang berfluktuasi akan menyebabkan rendahnya kualitas produk yang dihasilkan pada proses pengeringan seledri. Beberapa model modifikasi pengering mampu mengurangi tingkat kecoklatan produk (browning) Tujuan penelitian pada tahap ke 2 ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan humidity terhadap kualitas produk seledri hasil pengeringan. Variabel yang dipilih pada percobaan adalah berat 50 gr dan 100 gr jenis bahan (daun dan batang seledri) serta suhu operasi pengeringan (40, 50, 60, 70 o C). Hasil menunjukkan bahwa aplikasi pengeringan yang menggunakan kontrol suhu dan humidity effisiensi energi listriknya untuk suhu 70o C selama 60 menit 90.7 %. Kadar air mula mula 80% (wet basis) menjadi 10 % untuk daun dan 20% untuk batang pada percobaan 50 gr. Untuk percobaan 100 gr didapatkan kadar air akhir menjadi 15 % untuk daun dan 30% untuk batang. Efisiensi energi pada sistem pengering sebagai fraksi panas yang disupplai pada batang dan daun yang digunakan untuk proses pengeringan 15-90 menit adalah 70% untuk daun, 60 % untuk batang. Sistim pengeringan yang hemat energi dan menghasilkan daun seledri kering, dengan kualitas yang memenuhi standart pengguna terutama dari kandungan air merupakan kebutuhan yang mendesak bagi industri dan UKM. Kata Kunci :pengeringan,kontrol suhu, seledri, tray drier 171

PENDAHULUAN Seledri adalah salah satu tumbuhan herbal yang banyak dihasilkan dari perkebunan rakyat, dengan nama ilmiah Celery Apium gravoelens, Linn. Seledri tumbuh dengan tangkai dan daun yang tebal. Tanaman seledri memiliki tinggi 25-100 cm. Batang bersegi dan beralur membujur dan memiliki bunga yang banyak dengan ukuran yang kecil. Bunga-bunga tersebut berwarna putih kehijauan. Seledri digolongkan sebagai tumbuhan sayur-mayur. Setiap 100 gr seledri memiliki: kalori sebanyak 20 kkal, protein 1 gram, lemak 0,1 gram, hidrat arang 4,6 gram, kalsium 50 mg, fosfor 40 mg, besi 1 mg, vitamin A 130 S1, vitamin B1 0,03 mg, dan vitamin C 11 mg. Tingginya kadar sodium dalam seledri sangat berguna untuk menjaga vitalitas tubuh. Seledri juga diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti, diare, diabetes, epilepsi, migran, buang air kecil yang mengandung darah, mencegah stroke, memperbaiki fungsi hormon, serta membersihkan darah. Jus seledri dari seledri berdaun besar bisa meningkatkan kecerdasan, mengatasi herpes, dan gondok. Permasalahan yang dihadapi oleh petani adalah daun seledri pada saat panen raya harganya hanya Rp 500,-/kg (Biasanya harga seledri mencapai Rp 7000/kg). Kelemahan sayuran seledri adalah mudah layu dalam waktu yang cukup singkat (8-12) jam sesudah dipetik. Diperlukan tekologi pengeringan yang berguna ntuk menjaga kestabilan produk seledri sampai siap untuk dikonsumsi. Teknologi pengeringan suhu rendah adalah teknik pengeringan yang paling sesuai untuk sayuran seledri, karena dapat menjaga kandungan nutrisi (vitamin, protein, mineral dll) serta dapat menghemat penggunaan energi. Untuk itu diperlukan rancang bangun mesin pengering suhu rendah untuk pengeringan seledri yang sistem perancangannya disesuaikan kebutuhan serta konsumsi energi yang tersedia. Sistim pengeringan yang hemat energi dan menghasilkan daun seledri dengan kualitas yang memenuhi standar pengguna terutama dari warna, tekstur dan kandungan air merupakan kebutuhan yang mendesak bagi industri dan UKM. Pengeringan pada prinsipnya merupakan proses penguapan air dari bahan basah, yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kadar air tertentu (untuk daun seledri kering maksimum 16% berat basah). Manfaat dari adanya pengurangan kadar air dalam daun seledri adalah untuk menjaga keawetan selama disimpan terutama dari aktifitas jamur dan bakteri, mengurangi biaya transportasi, serta untuk memenuhi standar kualitas produk daun seledri yang diperlukan di industri (mie instan,roti,obat-obatan, dll). Sebagai proses akhir dari rangkaian produksi, pengeringan daun seledri sangat menentukan karakteristik akhir dari produk. Hal ini disebabkan proses pengeringan memiliki tingkat kesulitan dan resiko yang tinggi. Sebagai contoh apabila suhu dalam proses pengeringan melebihi 70oC, maka akan terjadi kecoklatan browning akibat terdekstruksi atau terdegradasinya kandungan dextrose. Aplikasi sistem kontrol suhu dan humidity udara yang masuk menjadi faktor yang penting bagi keberhasilan proses pengeringan karena teknologi pengeringan produk yang 172 Vol. 12 No.2 Desember 2014

sensitif terhadap panas. Selama beroperasi, suatu peralatan pengering harus memenuhi beberapa kebutuhan yang ditentukan, antara lain kondisi teknik dan ekonomi terutama dengan adanya pengaruh-pengaruh gangguan dari luar. METODE Penelitian ini dilaksanakan beberapa tahap yaitu: identifikasi daun seledri dengan memisahkan antara daun dan batang sebanyak 50 gr untuk daun dan 50 gr untuk batang kemudian 100 gr untuk daun dan 100 gr untuk batang, tahapan berikutnya perancangan dan membuat sistem pengeringan dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 40 cm. Tahapan selanjutnya merancang dan membuat sistem kontrol suhu dan humidity yang dilakukan di laboratorium Teknik Elektro, Selanjutnya melakukan uji karateristik alat, untuk mendapatkan efisiensi energy listrik dengan variable yang digunakan yaitu suhu (40, 50, 60, 70 oc), dan waktu (0,15,30,45,60 )., kemudian analisa data untuk uji produk seledri dengan variable yang sama sehingga didapatkan antara lain kadar air akhir (basis basah), Moisture (gr water/gr dry product), dan laju pengeringan dengan variabel suhu dan waktu diatas. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan alat pengering tray dryer suhu rendah dengan aplikasi sistem kontrol suhu udara dan humidity yang dapat dilihat gambar dibawah ini. Gambar 1. Alat pengering tray dryer Kebutuhan daya dan energi pada saat sistem pengeringan diaktifkan (on), dan effisiensi energi listrik pengeringan setiap variable suhu dan waktu dapat dilihat pada table dibawah ini. 173

Tabel 1. Kebutuhan Energi dan Effsiensinya Energi Listrik Selama 60 Menit Suhu ( o C) P (Watt) W (Joule) Efisiensi (%) 40 123.7 445.320 51.1 50 162.8 586.080 67.3 60 199.5 718.200 82.4 70 219.5 790.200 90.7 Pengaruh temperatur pengeringan terhadap kadar air produk Pengeringan seledri dengan tray dryer termasuk dalam metode pengeringan secara mekanik. Pada metoda pengeringan secarapada metoda pengeringan secara mekanik faktor-faktor yang berpengaruh seperti suhu, kelembaban udara dan aliran udara dapat mempengaruhi proses pengeringan yang sedang berlangsung. Faktor-faktor tersebut diduga yang menyebabkan terjadinya perbedaan kadar air. Pada penelitian ini dikeringkan seledri untuk bagian daun dan batang. Lama waktu pengeringan adalah 60 menit, suhu pengeringan 40,50,60,70, 80, 90 o C. Setiap 15 menit massa bahan ditimbang, dan diperoleh data sebagai berikut (lihat tabel 1). Tabel 2. Massa (gr) daun seledri sesudah pengeringan pada berbagai suhu Berat bahan (gram) 0 50 50 50 50 15 45 44 42 38 30 43 41 35 30 45 41 35 29 22 60 39 31 24 18 75 37 29 20 15 90 37 29 20 15 Gambar2. Profil Penurunan Berat Daun Seledri setelah dikeringkan 174 Vol. 12 No.2 Desember 2014

Tabel 3. Massa (Gr) Batang Seledri Sesudah Pengeringan pada Berbagai Suhu Berat bahan (gram) 0 50 50 50 50 15 46 44 42 39 30 44 41 37 33 45 41 37 33 28 60 39 34 29 24 75 38 31 25 20 90 38 31 25 20 mekanik faktor-faktor yang berpengaruh seperti suhu, kelembaban udara dan aliran udara dapat mempengaruhi proses pengeringan yang sedang berlangsung. Faktor-faktor tersebut diduga yang menyebabkan terjadinya perbedaan kadar air (Kudra, 2002). Pada penelitian ini dikeringkan seledri untuk bagian daun dan batang. Lama waktu pengeringan adalah 60 menit, suhu pengeringan 40,50,60,70, 80, 90 oc. Setiap 15 menit massa bahan ditimbang, dan diperoleh data sebagai berikut (lihat Tabel 1) Gambar 3. Profil berat batang seledri setelah dikeringkan Dari data diatas selanjutnya dihitung kadar air pada bahan untuk setiap waktu dengan rumus perhitungan sebagai berikut : 175

Untuk penelitian ini digunakan assumsi bahwa di dalam bahan baku seledri terkandung air mula mula sebanyak 80%. Untuk mendapatkan berat bahan yang konstan bahan yang konstan pada kondisi kesetimbangan digunakan perhitungan sebagai berikut: Tabel 4. Data Kadar Air Untuk Pengeringan Daun Seledri Kadar air pada bahan (%) 0 0.8 0.8 0.8 0.8 15 0.7 0.68 0.64 0.56 30 0.66 0.62 0.5 0.4 45 0.62 0.5 0.38 0.24 60 0.58 0.42 0.28 0.16 75 0.54 0.38 0.2 0.1 90 0.54 0.38 0.2 0.1 Gambar 4. Profil Kadar Air Daun Seledri yang dikeringkan pada Berbagai Suhu 176 Vol. 12 No.2 Desember 2014

Hasil penelitian untuk uji coba berat awal 50 gr daun dan 50 gr batang seledri seperti dan 100 gr batang dihasilkan kadar air setelah pengeringan adalah 15% (wet basis) untuk daun dan 30 % (wet basis) pada batang. Hal ini dapat dijelaskan, karena distribusi molekul air yang diuapkan pada daun seledri lebih mudah daripada batang karena pori pori dan kandungan air bebas yang terdapat di dalam daun lebih besar dibanding pada batang (20% wet basis), untuk suhu pengeringan 70 o C dan waktu pengeringan selama 75 menit. Percobaan untuk berat awal 100 gr daun dan 100 gr batang dihasilkan kadar air setelah pengeringan adalah 15% (wet basis) untuk daun dan 30 % (wet basis) pada batang. Hal ini dapat dijelaskan, karena distribusi molekul air yang diuapkan pada daun seledri lebih mudah daripada batang karena pori pori dan kandungan air bebas yang terdapat di dalam daun lebih besar dibanding pada batang. Tabel 5. Data Kadar Air Untuk Pengeringan Batang Seledri 0 0.8 0.8 0.8 0.8 15 0.72 0.68 0.64 0.58 30 0.68 0.62 0.54 0.46 45 0.62 0.54 0.46 0.36 60 0.58 0.48 0.38 0.28 75 0.56 0.42 0.3 0.2 90 0.56 0.42 0.3 0.2 Gambar 5. Profil Kadar Air Batang Seledri yang dikeringkan pada Berbagai Suhu 177

Profil Laju Pengeringan Pada Berbagai Suhu Pengeringan Tabel 6. Moisture Daun Moisture Daun (gr water/gr dry product) 0 4.00 4.00 4.00 4.00 15 3.50 3.40 3.20 2.80 30 3.30 3.10 2.50 2.00 45 3.10 2.50 1.90 1.20 60 2.90 2.10 1.40 0.80 75 2.70 1.90 1.00 0.50 90 2.70 1.90 1.00 0.50 Kecepatan udara pengering merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengeringan secara mekanik. Kecepatan udara pengering berpengaruh terhadap kecepatan difusi panas dari udara kedalam molekul bahan sehingga meningkatkan temperatur molekul di dalam bahan. Pada penelitian ini kecepatan udara pengering berkisar pada laju 4,3 s/d 12,9 m / detik. Peningkatan temperatur didalam molekul air menyebabkan tekanan uap air didalam molekul bertambah sehingga air yang berada dalam bahan semakin mudah keluar dari molekul. Selanjutnya dibuat perhitungan laju pengeringan (dryng rate) pengeringan Daun dan Batang untuk berat 50 gram, yaitu berat bahan yang diuapkan per satuan waktu (gr/menit). Hasil perhitungan ditunjukkan pada tabel berikut (Tabel 6 & 7). Tabel 7. Laju Pengeringan Daun (gr/menit) Waktu (Time) Daun 40 o C 50 o C 60 o C 70 o C 0 15 0.03333 0.04000 0.05333 0.308000 30 0.01333 0.02000 0.04667 0.05333 45 0.01333 0.04000 0.04000 0.05333 60 0.01333 0.02667 0.03333 0.02667 75 0.01333 0.01333 0.02667 0.02000 90 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 Gambar 6. Profil laju pengeringan daun seledri pada berbagai suhu 178 Vol. 12 No.2 Desember 2014

Tabel 8. Moisture Batang Moisture Batang (gr water/gr dry product) 0 4.00 4.00 4.00 4.00 15 3.60 3.40 3.20 2.90 30 3.40 3.10 2.70 2.30 45 3.10 2.70 2.30 1.80 60 2.90 2.40 1.90 1.40 75 2.80 2.10 1.50 1.00 90 2.80 2.10 1.50 1.00 Tabel 9. Laju Pengeringan Batang (gr/menit) Waktu (Time) Batang 40 o C 50 o C 60 o C 70 o C 0 15 0.02667 0.04000 0.05333 0.0733 30 0.01333 0.02000 0.03333 0.0400 45 0.02000 0.02667 0.02667 0.0333 60 0.01333 0.02000 0.02667 0.0267 75 0.00667 0.02000 0.02667 0.0267 90 0.00000 0.00000 0.00000 0.0000 Gambar 7. Profil laju pengeringan Batang seledri pada berbagai suhu Pada suhu yang lebih tinggi (70 oc) laju pengeringan akan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada gambar yaitu pada 15 menit pengeringan awal, laju kecepatan pengeringan sebesar 0,08 gr/menit (pada daun (gb. 6)) dan 0,07 gr/menit (pada batang (grafik 7). Pada pengeringan batang seledri profil laju pengeringan lebih cepat dari pada pengeringan pada batang. Secara umum, semakin lama waktu pengeringan kadar air didalam bahan semakin menurun, sehingga laju pengeringan juga semakin menurun. Pada pengeringan terjadi proses transfer panas dan 179

massa antara udara pengering, dimana semakin tinggi suhu, maka kecepatan laju penguapan air juga semakin tinggi. Efisiensi panas Efisiensi panas pada sistem pengering didefinisikan sebagai fraksi panas yang disupplai pada batang dan daun yang digunakan untuk proses pengeringan, dengan rumus sebagai berikut : Untuk mengetahui efisiensi energi yang tertinggi digunakan variabel percobaan pada suhu (40, 50, 60, 70 0C). Data data hasil percobaan ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Profil Effisiensi pengeringan pada daun dan batang seledri Dalam Gambar 9 terlihat bahwa pada rentang waktu pengukuran 15-90 menit, dengan suhu udara pengering yang berbeda, efisiensi energi rata-rata tertinggi diperoleh pada suhu 700C, dengan nilai 70% untuk daun dan 60 % untuk batang. Dari hasil tersebut terlihat bahwa suhu 180 Vol. 12 No.2 Desember 2014

udara sangat berpengaruh terhadap efisiensi proses. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu maka proses transfer panas semakin baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Aplikasi pengeringan yang menggunakan kontrol suhu dan humidity memberikan dampak effisiensi energi pada proses pengeringan yaitu tingkat effisiensi energy listrik semakin tinggi apabila suhu semakin tinggi Untuk suhu 70 o C selama 60 menit effisiensi energinya 90.7 % dan suhu 40 o C selama 60 menit effisiensi energinya 51,1 %. Kadar air akhir pada produk seledri dipengaruhi oleh sistem kontrol suhu dan humidity udara pengering. Hasil pengeringan produk seledri untuk percobaan 50 gr, bagian daun menunjukkan kadar air 10 % (wet basis) dan kadar air pada batang 20% (wet basis), dan untuk percobaan 100 gr bagian daun menunjukkan kadar air 15 % (wet basis) dan kadar air pada batang 30% (wet basis) pada suhu pengeringan 70 o C dan waktu pengeringan selama 75 menit. Profil laju pengeringan pada daun adalah seledri lebih cepat yaitu 0,08 gr/menit dari pada pengeringan pada batang seledri yaitu 0,07, gr/menit untuk percobaan 50 gr, dan untuk percobaan 100 gr didapatkan laju pengeringan pada daun 0,06 gr/menit dan 0,04 gr/menit untuk batang dengan kondisi optimal proses pengeringan pada suhu 70 o C. Efisiensi panas pada sistem pengering sebagai fraksi panas yang disupplai pada batang dan daun yang digunakan untuk proses pengeringan rentang waktu pengukuran 15-90 menit adalah 70% untuk daun dan 60 % untuk batang pada percobaan 50 gr berat awal. Untuk percobaan 100 gr berat awal diperoleh effisiensi pengeringan adalah 81,25% untuk daun dan 62,5% untuk batang. Saran Untuk dapat menghasilkan pengeringan yang merata sebaiknya disesuaikan dengan kapasitasnya sehingga proses pengeringan terjadi dengan optimal. DAFTAR PUSTAKA Djaeni, M., 2008, Energy Efficient Multistage Zeolite Drying for Heat Sensitive Products,. Doctoral Thesis, Wageningen University, The Netherlands, ISBN:978-90-8585-209-4, Reginawati, 1999, Seledri (Apium graveolensl). http://www.kpel.or.id//ttgp/komoditi/ SELEDRI.htm[25Februari 2006]. 181