BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Djarwanto, 2012: 93). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan tahun 2015 berdasarkan metode purposive sampling pada. TABEL 4. 1 Prosedur Pengambilan Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sehingga analisis deskriptif dipisahkan dari variabel lain. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sandi Prianggoro / Pembimbing Sundari., SE.,MM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia periode Penelitian ini meggunakan data sekunder yaitu dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Iman Murtono Soenhadji, Ph.D

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

YENIASARI RIZKIA BUDI AKUNTANSI PEMBIMBING : Rina Nofiyanti, SE., MM

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelumnya, dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sektor perbankan dipilih karenakan perusahaan perbankan memiliki

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. 1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

: Josy N Tampubolo NPM : Dosen Pembimbing : FX Aji Sukarno, SE., MM

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif GC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran singkat objek penelitian mengenai asumsi going concern: analisis

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Efek Indonesia dan Singapore Exchange tahun Dari seluruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan Non Financial yang listing

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data dari perusahaan-perusahaan yang saham-sahamnya memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama : Farisah Hasniar NPM : Fakultas : Ekonomi Jurusa : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Widyatmini

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

BAB 4 PEMBAHASAN. beberapa kategori, sehingga dapat dilihat banyaknya elemen yang termasuk

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 120 perusahaan. Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. resmi pemerintahan daerah yang terdapat di internet. Horizon waktu yang

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahanperusahaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemilihan sampel dengan metode purposive sampling terhadap

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kinerja Lingkungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

by: Maulidah Rahmita Supervisor: Dr.Waseso Segoro UNIVERSITAS GUNADARMA

significantly not influented to audit opinion going concern, liquidity ratio significantly not influented to audit opinion going concern, Activity rat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia pada periode diperoleh jumlah sampel

PENGARUH UKURAN KAP, FEE AUDIT, DAN AUDIT TENURETERHADAP KUALITAS AUDIT

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun Berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. melalui metode purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria. tahun penelitian ( )

BAB III METODE PENELITIAN. Sekaran dan Bougie (2013: 240) menjelaskan definisi populasi sebagai

Dilla Astria 1, Cherrya Dhia Wenny 2 Jurusan Akuntansi STIE Multi Data Palembang * 1 2

BAB III METODE PENELITIAN. secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat

Lampiran 1. Data Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

Transkripsi:

39 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor switching dengan reputasi auditor sebagai pemoderasi. Objek penelitian yang menjadi tujuan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang berturut-turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang telah disebutkan pada bab sebelumnya yaitu menggunakan purposive sampling didapatkan sampel terpilih sebanyak 31 perusahaan (lampiran 2) dengan lima tahun periode penelitian, sehingga jumlah data yang diperoleh sebanyak 155. Berikut merupakan proses pengambilan sampel: Tabel 4. 1 Proses Penentuan Sampel No. Kriteria Sampel Jumlah 1 Populasi: Perusahaan manufaktur yang terdaftar berturut-turut di 148 BEI pada tahun 2010-2014 2 Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen 112 3 Perusahaan manufaktur yang melakukan auditor 36 switching selama tahun 2010-2014 4 Perusahaan manufaktur yang melakukan auditor 31 switching secara mandatory Jumlah perusahaan yang masuk kriteria 31 Jumlah data selama 5 tahun 155

40 4.2 ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi profil data sampel yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang diteliti dalam penelitian ini adalah auditor switching, ukuran perusahaan, financial distress, opini audit going concern, dan reputasi auditor. Adapun hasil analisis statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 4. 2 Analisis Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation UKP 155 12.690019 35.943063 28.37141048 2.945856308 FCD 155-85.947020 2449.560764 40.72684236 288.473575980 OGC 155.000000 1.000000.53548387.500355969 SWITCH 155.000000 1.000000.44516129.498594590 RAD 155.000000 1.000000.21935484.415150853 Valid N (listwise) 155 Sumber: Data Output SPSS, 2015

41 Dari hasil analisis statistik deskriptif di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Variabel UKP (Ukuran Perusahaan) memiliki nilai terendah sebesar 12,690019 yaitu PT Akasha Wira International Tbk pada tahun 2010 dan nilai tertinggi sebesar 35,943063 yaitu PT Alkindo Naratama Tbk pada tahun 2012 dengan nilai mean sebesar 28,37141048 dan nilai deviasi standar sebesar 2,945856308. Nilai mean sebesar 28.37141048 menjelaskan bahwa sampel yang diambil untuk penelitian ini lebih banyak mengambil perusahaan besar. 2. Variabel FCD (Financial Distress) memiliki nilai terendah sebesar - 85,947020 yaitu PT Apac Citra Centertex Tbk pada tahun 2014 dan nilai tertinggi sebesar 2449,560764 yaitu PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk pada tahun 2010 dengan nilai mean sebesar 40,72684236 dan nilai deviasi standar sebesar 288,473575980. Nilai mean sebesar 40,72684236 menjelaskan bahwa sampel yang diambil untuk penelitian ini lebih banyak adalah perusahaan yang sedang tidak mengalami financial distress. 3. Variabel OGC (Opini Audit Going Concern) merupakan sampel kategori sehingga memiliki nilai terendah sebesar 0 dan nilai tertinggi sebesar 1 dengan nilai mean sebesar 0,53548387 dan nilai deviasi standar sebesar 0,500355969. Nilai mean yang lebih dari 0,5 menjelaskan bahwa sampel yang paling sering muncul adalah perusahaan dengan kode 1 yaitu perusahaan yang menerima opini audit going concern.

42 4. Variabel SWITCH (Auditor Switching) merupakan sampel kategori sehingga memiliki nilai terendah sebesar 0 dan nilai tertinggi sebesar 1 dengan nilai mean sebesar 0,44516129 dan nilai deviasi standar sebesar 0,498594590. Nilai mean yang kurang dari 0,5 menjelaskan bahwa sampel yang paling sering muncul adalah perusahaan dengan kode 0 yaitu perusahaan yang tidak melakukan auditor switching. 5. Variabel RAD (Reputasi Auditor) merupakan sampel kategori sehingga memiliki nilai terendah sebesar 0 dan nilai tertinggi sebesar 1 dengan nilai mean sebesar 0,21935484 dan nilai deviasi standar sebesar 0,415150853. Nilai mean yang kurang dari 0,5 menjelaskan bahwa sampel yang paling sering muncul adalah perusahaan dengan kode 0 yaitu perusahaan yang menggunakan jasa auditor yang tidak berafiliasi dengan KAP Big Four. 4.3 ANALISIS REGRESI LOGISTIK Sebelum melakukan uji regresi logistik, dilakukan uji yang bertujuan untuk menilai model regresi logistik. Berikut adalah langkah yang dilakukan dalam menilai model regresi logistik: 4.3.1 Menilai Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dapat dinilai menggunakan uji model Hosmer and Lemshow s Goodness of Fit Test. Kelayakan model regresi digunakan pengujian Chi-square yaitu bahwa model dikatakan mampu memprediksi nilai observasi apabila nilai signifikansi yang dihasillkan oleh model Hosmer and Lemshow s

43 Goodness of Fit Test lebih dari 0,05. Adapun hasil dari pengujian atas kelayakan model regresi dengan melihat tabel berikut: Tabel 4. 3 Hosmer and Lemshow s Goodness of Fit Test Step Chi-square Df Sig. 1 6.908 8.547 Sumber: Data Output SPSS, 2015 Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan nilai Chi-square sebesar 6,908 dengan nilai signifikansi sebesar 0,547. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05 sehingga model regresi dalam penelitian ini layak (fit) atau dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. 4.3.2 Menilai Keseluruhan Model Langkah selanjutnya adalah menilai secara keseluruhan model regresi. Pengujian ini dilakukan dengan memperhatikan angka -2 Log Likelihood pada Block Number = 0 dan -2 Log Likelihood pada Block Number = 1. Jika nilai Log Likelihood pada Block Number = 1 mengalami penurunan dari -2 Log Likelihood pada Block Number = 0 maka dapat dikatakan secara keseluruhan model yang dihipotesiskan fit dengan data. Adapun hasil pengujian untuk menilai keseluruhan model adalah sebagai berikut:

44 Tabel 4. 4 Block 0: Beginning Block Coefficients Iteration -2 Log likelihood Constant Step 0 1 213.007 -.219 2 213.007 -.220 Sumber: Data Output SPSS, 2015 Tabel 4. 5 Block 1: Method = Enter Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant UKP FCD OGC RAD UKP.RAD FCD.RAD OGC.RAD Step 1 1 141.569 1.994 -.133.000 2.853-1.050.052.001 -.821 2 137.683 2.891 -.187.000 3.661-1.435.077.002-1.271 3 137.409 2.975 -.195.000 3.846-1.463.083.003-1.417 4 137.366 2.975 -.196 -.001 3.857-1.452.083.004-1.425 5 137.357 2.974 -.196 -.001 3.858-1.447.082.005-1.424 6 137.357 2.974 -.196 -.002 3.858-1.445.082.005-1.424 7 137.357 2.974 -.196 -.002 3.858-1.445.082.005-1.424 Sumber: Data Output SPSS, 2015 Berdasarkan kedua tabel di atas, maka dapat dilihat terdapat penurunan nilai dari -2 Log Likelihood pada Block Number = 0 yaitu sebesar 213,007 ke -2 Log Likelihood pada Block Number = 1 dengan angka sebesar 137,357. Adanya hasil

45 penurunan tersebut menunjukkan model regresi yang lebih baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data. Selain melihat dari penurunan atas -2 Log Likelihood, untuk menilai keseluruhan model regresi dapat melihat dari Omnibus Tests of Model Coefficients. Apabila hasil Omnibus Tests of Model Coefficients menunjukkan nilai yang signifikan yaitu < 0,05 maka tidak ada variabel yang dikeluarkan dari model. Adapun hasil pengujiannya adalah sebagai berikut: Tabel 4. 6 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Sig. Step 1 Step 75.651 7.000 Block 75.651 7.000 Model 75.651 7.000 Sumber: Data Output SPSS, 2015 Berdasarkan hasil pengujian di atas, signifikansi menunjukkan angka sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan dari model sehingga model yang dihipotesiskan fit dengan data. 4.3.3 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell s untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell s R Square dengan nilai maksimumnya.

46 Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti R Square pada multiple regression. Adapun hasil dari Nagelkerke R Square yaitu seperti berikut: Tabel 4. 7 Nagelkerke R Square Cox & Snell R Nagelkerke R Step -2 Log likelihood Square Square 1 137.357 a.386.517 Sumber: Data Output SPSS, 2015 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa Nagelkerke R Square menunjukkan angka 0,517 dimana hal tersebut menunjukkan bahwa variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 51,7% dengan kata lain bahwa variabel auditor switching yang dijelaskan oleh variabel ukuran perusahaan, financial distress, opini audit going concern, dan variabel moderasi reputasi auditor sebesar 51,7%, sedangkan sisanya 48,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. 4.3.4 Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi memiliki tujuan untuk menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi dalam memprediksi frekuensi kemungkinan pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan. Pada matriks klasifikasi terdapat kolom yang merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen yang ditunjukkan angka (1) sebagai bentuk adanya pergantian dan (0) sebagai bentuk tidak adanya pergantian. Selain itu terdapat baris yang menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari

47 variabel dependen berganti (1) dan tidak berganti (0). Adapun hasil matriks klasifikasi dari model regresi adalah sebagai berikut: Tabel 4. 8 Matriks Klasifikasi Predicted Observed SWITCH 0 1 Percentage Correct Step 1 SWITCH 0 68 18 79.1 1 10 59 85.5 Overall Percentage 81.9 Sumber: Data Output SPSS, 2015 Pada kolom matriks klasifikasi di atas dapat menjelaskan frekuensi dari hasil prediksi perusahaan tidak melakukan auditor switching sebanyak 86 kali pergantian, sedangkan pada baris selanjutnya menjelaskan frekuensi dari hasil prediksi perusahaan yang tidak melakukan auditor switching sebanyak 68 kali pergantian, sehingga menghasilkan ketepatan klasifikasi sebesar 79,1%. Sedangkan, pada kolom matriks klasifikasi yang menjelaskan frekuensi dari hasil prediksi untuk perusahaan yang melakukan auditor switching sebanyak 69 kali pergantian dan pada baris selanjutnya menunjukkan frekuensi hasi prediksi dari perusahaan yang melakukan auditor switching sebanyak 59 kali pergantian dengan ketepatan klasifikasi sebesar 85,5%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kekuatan prediksi dari model regresi secara keseluruhan sebesar 81,9%.

48 4.3.5 Analisis Koefisien Regresi Logistik Setelah dilakukan penilaian model regresi logistik, langkah selanjutnya adalah menganalisis regresi logistik dan menguji masing-masing koefisien regresi yang dihasilkan. Adapun hasil regresi logistik akan disajikan pada tabel berikut: Tabel 4. 9 Hasil Uji Regresi Logistik 95.0% C.I.for EXP(B) B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Step 1 a UKP -.196.079 6.155 1.013.822.705.960 FCD -.002.006.077 1.781.998.988 1.009 OGC 3.858.627 37.875 1.000 47.354 13.861 161.776 RAD -1.445 4.873.088 1.767.236.000 3315.716 UKP.RAD.082.173.226 1.635 1.086.773 1.525 FCD.RAD.005.010.218 1.640 1.005.985 1.025 OGC.RAD -1.424 1.086 1.720 1.190.241.029 2.022 Constant 2.974 2.123 1.963 1.161 19.576 a. Variable(s) entered on step 1: UKP, FCD, OGC, RAD, UKP.RAD, FCD.RAD, OGC.RAD. Sumber: Data Output SPSS, 2015 Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada tabel di atas, maka dapat dibuat persamaan regresi logistik sebagai berikut: SWITCH = 2,974 0,196UKP - 0,002FCD + 3,858OGC - 1,445RAD + 0,082UKPRAD + 0,005FCDRAD 1,424OGCRAD + E

49 Model regresi tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabelvariabel penelitian dari hipotesis yang dirumuskan. Interpretasi dari nilai koefisien regresi dalam persamaan di atas tidak seperti pada regresi berganda yang dapat langsung diinterpretasikan secara langsung, tetapi nilai koefisien regresi logistik dalam persamaan regresi logistik diinterpretasikan menggunakan nilai odds ratio yang merupakan antilog dari koefisien regresi atau pangkat eksponensial dari koefisien logistik. Nilai tersebut dapat dilihat dalam kolom Exp (B). Adapun interpretasi dari nilai koefisien regresi logistik dalam persamaan di atas adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien konstanta 2,974 menunjukkan jika naik 1 unit satuan maka kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching akan naik sebesar 19,576 dengan asumsi semua variabel independen adalah tetap. 2. Nilai koefisien regresi -0,196 menunjukkan jika ukuran perusahaan turun 1 unit, maka rasio kemungkinan perusahaan untuk melakukan auditor switching dengan tidak melakukan auditor switching turun dengan faktor 0,822 dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. 3. Nilai koefisien regresi -0,002 menunjukkan bahwa rasio kemungkinan perusahaan untuk melakukan auditor switching dengan tidak melakukan auditor switching untuk perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio lebih dari 1, lebih rendah daripada perusahaan yang memiliki angka Debt to Equity Ratio kurang dari 1 sebesar 0,998 kali dengan asumsi variabel independen lain tetap.

50 4. Nilai koefisien regresi 3,585 menunjukkan bahwa rasio kemungkinan perusahaan untuk melakukan auditor switching dengan tidak melakukan auditor switching untuk perusahaan yang menerima opini audit going concern lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern sebesar 47,354 kali dengan asumsi variabel independen lain tetap. 5. Nilai koefisien regresi -1,445 menunjukkan bahwa rasio kemungkinan perusahaan untuk melakukan auditor switching dengan tidak melakukan auditor switching untuk perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big Four lebih rendah daripada perusahaan yang menggunakan jasa KAP Non Big Four sebesar 0,236 kali dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. 6. Nilai koefisien regresi 0,082 menunjukkan jika ukuran perusahaan naik 1 unit, maka rasio kemungkinan perusahaan untuk melakukan auditor switching dengan tidak melakukan auditor switching yang dimoderasi oleh reputasi auditor akan naik dengan faktor 1,086 dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. 7. Nilai koefisien regresi 0,005 menunjukkan bahwa rasio kemungkinan perusahaan untuk melakukan auditor switching dengan tidak melakukan auditor switching untuk perusahaan yang memiliki DER lebih dari 1 yang dimoderasi oleh reputasi auditor, lebih tinggi daripada perusahaan yang memiliki angka DER kurang dari 1 yang dimoderasi oleh reputasi auditor sebesar 1,005 kali dengan asumsi variabel independen lain tetap.

51 8. Nilai koefisien regresi -1,424 menunjukkan bahwa rasio kemungkinan perusahaan untuk melakukan auditor switching dengan tidak melakukan auditor switching untuk perusahaan yang menerima opini audit going concern yang dimoderasi oleh reputasi auditor lebih rendah daripada perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern yang dimoderasi oleh reputasi auditor sebesar 0,241 kali dengan asumsi variabel independen lain tetap. 4.3.6 Uji Hipotesis 4.3.6.1 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap auditor switching Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap auditor switching berhasil dibuktikan dalam penelitian ini, dimana variabel ukuran perusahaan menunjukkan hasil yang signifikan yaitu sebesar 0,013 < α (0,05) dan nilai koefisien yang negatif yaitu sebesar -0,196. Oleh karena itu, hasil pengujian ini mendukung H1 yang berarti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap auditor switching. 4.3.6.2 Pengaruh financial distress terhadap auditor switching Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa financial distress berpengaruh positif terhadap auditor switching tidak berhasil dibuktikan dalam penelitian ini, dimana variabel financial distress menunjukkan hasil yang tidak signifikan yaitu sebesar 0,781 > α (0,05) dan nilai koefisien yang negatif yaitu sebesar -0,002. Oleh karena itu, hasil pengujian ini

52 menolak H2 yang berarti bahwa financial distress tidak berpengaruh negatif terhadap auditor switching. 4.3.6.3 Pengaruh opini audit going concern terhadap auditor switching Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa opini audit going concern berpengaruh positif terhadap auditor switching berhasil dibuktikan dalam penelitian ini, dimana variabel opini audit going concern menunjukkan hasil yang signifikan yaitu sebesar 0,000 < α (0,05) dan nilai koefisien yang positif yaitu sebesar 3,858. Oleh karena itu, hasil pengujian ini mendukung H3 yang berarti bahwa opini audit going concern berpengaruh positif terhadap auditor switching. 4.3.6.4 Pengaruh reputasi auditor terhadap hubungan ukuran perusahaan dan auditor switching Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa reputasi auditor memoderasi hubungan ukuran perusahaan terhadap auditor switching tidak berhasil dibuktikan dalam penelitian ini, dimana pengujian menunjukkan hasil yang tidak signifikan yaitu sebesar 0,635 > α (0,05) dan nilai koefisien yang positif yaitu sebesar 0,082. Oleh karena itu, hasil pengujian ini menolak H4 yang berarti bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh dalam hubungan antara ukuran perusahaan terhadap auditor switching.

53 4.3.6.5 Pengaruh reputasi auditor terhadap hubungan financial distress dan auditor switching Hipotesis kelima yang menyatakan bahwa reputasi auditor memoderasi hubungan financial distress terhadap auditor switching tidak berhasil dibuktikan dalam penelitian ini, dimana pengujian menunjukkan hasil yang tidak signifikan yaitu sebesar 0,640 > α (0,05) dan nilai koefisien yang positif yaitu sebesar 0,005. Oleh karena itu, hasil pengujian ini menolak H5 yang berarti bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh dalam hubungan antara financial distress terhadap auditor switching. 4.3.6.6 Pengaruh reputasi auditor terhadap hubungan opini audit going concern dan auditor switching Hipotesis keenam yang menyatakan bahwa reputasi auditor memoderasi hubungan opini audit going concern terhadap auditor switching tidak berhasil dibuktikan dalam penelitian ini, dimana pengujian menunjukkan hasil yang tidak signifikan yaitu sebesar 0,190 > α (0,05) dan nilai koefisien yang negatif yaitu sebesar 1,424. Oleh karena itu, hasil pengujian ini menolak H6 yang berarti bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh dalam hubungan antara opini audit going concern terhadap auditor switching.

54 4.3.7 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Tabel 4. 10 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Hipotesis Deskripsi β α Kesimpulan 1 Ukuran perusahaan berpengaruh negatif -0,196 0,013 terhadap auditor Didukung switching 2 Financial distress berpengaruh positif -0,002 0,998 terhadap auditor Tidak Didukung switching 3 Opini audit going concern berpengaruh 3,858 0,000 positif terhadap auditor Didukung switching 4 Reputasi auditor memoderasi hubungan antara ukuran perusahaan dengan auditor switching 0,082 0,635 Tidak Didukung 5 Reputasi auditor memoderasi hubungan antara financial distress dengan auditor switching 0,005 0,640 Tidak Didukung 6 Reputasi auditor memoderasi hubungan antara opini audit going concern dengan auditor switching -1,424 0,190 Tidak Didukung

55 4.3.8 Pembahasan 4.3.8.1 Pengaruh ukuran perusahaan terhadap auditor switching Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima, yaitu bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap auditor switching. Oleh karena itu, semakin besar sebuah perusahaan yang dilihat dari total asetnya, maka kemungkinan perusahaan tersebut untuk melakukan auditor switching semakin rendah atau dengan kata lain bahwa perusahaan besar akan cenderung mempertahankan auditor mereka. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan besar tentu saja semakin kompleks pula kegiatan bisnis yang dilakukan sehingga perusahaan memutuskan untuk menggunakan auditor yang telah berpengalaman mengaudit perusahaannya, dengan harapan bahwa proses audit nantinya tidak memakan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Selain hal tersebut, perusahaan besar juga lebih memperhatikan reaksi pihak eksternal yaitu para pengguna laporan keuangan, misalnya analis keuangan akan meneliti mengenai siapa yang menjadi auditor laporan keuangan suatu perusahaan tahun ini dengan tahun sebelumnya, sehingga ketika terjadi pergantian auditor akan memunculkan kecurigaan dan tanda tanya bagi pihak-pihak luar misalnya seperti investor dan kreditor. Hasil pengujian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mahantara (2013).

56 4.3.8.2 Pengaruh financial distress terhadap auditor switching Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis kedua ditolak, bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Oleh karena itu, perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan atau dikatakan mengalami financial distress cenderung untuk tidak melakukan auditor switching. Hal ini disebabkan bahwa ketika perusahaan mengalami financial distress maka kondisi keuangan perusahaan tersebut juga sedang buruk sehingga tidak memungkinkan untuk membayar auditor yang baru yang dikhawatirkan biayanya lebih besar dari auditor sebelumnya. Kemudian, perusahaan dengan keadaan financial distress kemungkinan juga akan terkena denda karena keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan karena dengan melakukan auditor switching, maka akan memakan waktu yang lama untuk auditor yang baru dalam memahami atau mempelajari bisnis dan industri kliennya, misalnya auditor baru harus melakukan pemeriksaaan terhadap sistem pembukuan dan menilai standar mutu pembukuan perusahaan mereka. Selain itu, pihak manajemen perusahaan akan memperhatikan persepsi dari pemegang saham jika melakukan auditor switching maka pemegang saham tersebut akan mencurigai adanya hal yang tidak beres dalam perusahaan dengan kata lain bahwa penilaian yang baik tentang perusahaan oleh pemegang saham harus terus dijaga. Hasil pengujian

57 tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Salim dan Rahayu (2012) dan Wijayani dan Januarti (2011). 4.3.8.3 Pengaruh opini audit going concern terhadap auditor switching Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis ketiga diterima, bahwa opini audit going concern berpengaruh positif terhadap auditor switching. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern akan cenderung melakukan auditor switching. Tentu saja hal ini menjadi perhatian pihak manajemen perusahaan karena opini audit going concern yang diberikan oleh auditor menunjukkan bahwa perusahaan sedang dalam kondisi yang buruk dan terdapat kemungkinan bahwa perusahaan tersebut akan bangkrut karena tidak dapat melanjutkan usahanya. Ketika sebuah perusahaan sudah memiliki reputasi yang baik di mata investor dan kreditor menerima opini audit going concern, maka hal ini menjadi kondisi yang tidak menguntungkan mengingat bahwa investor dan kreditor bisa saja gagal memberikan modal kepada perusahaan tersebut. Selain itu, perusahaan yang menerima opini audit going concern bisa juga mengalami penurunan harga saham atas reaksi pasar saham sehingga untuk menghindari diterimanya opini audit going concern lagi, pihak manajemen memutuskan untuk melakukan auditor switching. Hasil pengujian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Rasmini (2015).

58 4.3.8.4 Pengaruh reputasi auditor dalam memoderasi hubungan antara ukuran perusahaan dengan auditor switching Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis keempat ditolak, karena reputasi auditor tidak berhasil memperkuat atau memperlemah hubungan ukuran perusahaan dengan auditor switching. Berdasarkan total asset yang dimiliki, tentu saja perusahaan yang berukuran besar yang notabene memiliki asset lebih besar sudah memilih untuk menggunakan jasa auditor yang biayanya juga lebih mahal dan untuk tetap menjaga image perusahaan tersebut di mata pihak eksternal, sedangkan perusahaan kecil dengan total asset yang tidak besar cenderung untuk mempertahankan auditor yang telah dipilih yang kemungkinan biayanya lebih murah mengingat asset yang dimiliki juga tidak besar, tetapi tetap dengan kualitas audit yang tidak kalah baik dengan auditor mahal. Dengan demikian, baik perusahaan besar maupun kecil dalam penelitian ini sudah merasa nyaman dan cocok dengan auditor yang dipilih dengan reputasi auditor yang sesuai dengan kriteria perusahaan sehingga manajemen dari perusahaan memutuskan untuk tidak melakukan auditor switching. 4.3.8.5 Pengaruh reputasi auditor dalam memoderasi hubungan antara financial distress dengan auditor switching Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis kelima ditolak, karena reputasi auditor tidak berhasil dalam memperkuat ataupun memperlemah hubungan antara financial distress dengan auditor

59 switching. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik auditor yang berafiliasi dengan KAP Big Four atau tidak berafiliasi dengan KAP Big Four akan tetap memperhatikan kondisi financial distress dari perusahaan yang diauditnya, terutama dalam hal ini adalah perbandingan antara total hutang atau liabilitas dengan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Lagipula, baik auditor yang KAP Big Four atau tidak berafiliasi dengan KAP Big Four dalam memberikan pendapat tidak hanya berfokus pada kondisi financial distress berdasarkan rasio total hutang dan total ekuitas, tetapi juga melihat sisi keuangan yang masih dalam keadaan baik, misalnya cash flow yang dimiliki perusahaan masih dalam angka positif, maka auditor beranggapan walaupun perusahaan tengah mengalami financial distress, perusahaan tersebut masih dapat melanjutkan usahanya, sehingga ketika auditor akan memberi opini selain tidak wajar juga tetap memperhatikan banyak segi faktor dalam keuangan. Dengan demikian, manajemen akan beranggapan bahwa apapun reputasi auditor yang dipilih perusahaan, akan tetap memberikan pendapat yang sama terkait dengan keadaan keuangan perusahaan sehingga tidak harus melakukan auditor switching. 4.3.8.6 Pengaruh reputasi auditor dalam memoderasi hubungan antara opini audit going concern dengan auditor switching Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis keenam ditolak, karena reputasi auditor tidak berhasil dalam memperkuat ataupun memperlemah hubungan antara opini audit going concern terhadap

60 auditor switching. Hal ini menunjukkan bahwa baik auditor yang berafiliasi dengan KAP Big Four atau tidak berafiliasi dengan KAP Big Four akan tetap menjaga independensinya dalam melakukan proses audit kepada klien mereka, karena terdapat kode etik auditor yang harus ditaati sehingga ketika ada kemungkinan pihak manajemen melakukan penekanan terhadap auditor agar tidak memberikan opini audit going concern, baik auditor yang berafiliasi dengan KAP Big Four atau tidak berafiliasi dengan KAP Big Four akan memberikan opini audit going concern kepada perusahaan yang diaudit jika memang auditor merasa ragu terhadap keberlangsungan hidup usaha dari perusahaan tersebut. Dengan demikian, manajemen akan beranggapan bahwa apapun reputasi auditor yang dipilih perusahaan, akan tetap memberikan opini audit going concern sehingga perusahaan tidak harus melakukan auditor switching.