BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak lakilaki dan perempuan mulai dibedakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

Batasan Ilmu gizi : pengetahuan yang mempelajari hubungan makanan dengan kesehatan tubuh

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Gizi Gizi didalam bahasa Indonesia diartikan sebagai gizi itu sendiri dan ilmu gizi. Gizi dalam arti ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan proses yang terjadi pada pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap, sampai dimanfaatkan tubuh serta dampaknya terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang mempengaruhinya (Ahmad dan Setiarini, 2007). Ilmu gizi diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari tentang makanan, zat yang terkandung dalam makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya dan juga proses atau reaksi mereka didalam tubuh manusia. Sedangkan gizi dalam arti gizi itu sendiri adalah keseluruhan dari berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuhnya sendiri (Beck, 2011). Gizi dapat diartikan juga sebagai proses dimana organisme mengasimilasi makanan dan menggunakannya untuk pertumbuhan dan pembentukan jaringan didalam tubuh. 9

2.2 Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat (Muchtadi, 2002:95). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001:3). Sedangkan menurut Suhardjo, dkk (2003:256), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1). 2.3 Pengertian Single Parent 2.3.1 Definisi Single Parent Orangtua tunggal atau single parent adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangannya. Orang tua 10

tunggal diartikan pula sebagai wanita atau pria yang sudah pernah atau belum pernah menikah dan membesarkan anakanaknya sendirian tanpa disertai kehadiran dan tanggung jawab pasangannya (Bambang, 2014). Menurut Gunawan (2006) single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah atau ibu) seorang diri, karena kehilangan atau terpisah dengan pasangannya. Orangtua tunggal adalah seseorang yang memiliki anak yang pasangannya meninggal atau bercerai (Collins, dalam English Dictionary, 2003). Menurut Hamner dan Turner, 1990 (dalam Duval, dkk, 2011) sebuah keluarga dianggap sebagai keluarga orangtua tunggal bila hanya ada satu orangtua yang tinggal bersama anakanaknya dalam satu rumah. 2.3.2 Penyebab Single Parent - Perceraian - Kematian - Kehamilan diluar nikah - Tanpa status pernikahan (laki-laki/perempuan) 11

2.4 Pengertian Anak 2.4.1 Pengertian Anak Secara nasional definisi anak menurut perundangundangan, diantaranya menjelaskan anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21 tahun atau belum menikah. Ada yang mengatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menuliskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan bahkan masih dalam kandungan. Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, menuliskan bahwa anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai usia 8 tahun tetapi belum mencapai usia 18 tahun dan belum pernah menikah. 2.4.2 Pembagian Anak sesuai Umur Menurut Soemarti (2003), pembagian anak sesuai umur yaitu : - Usia batita : 0-3 tahun - Anak usia dini (prasekolah) : 3-6 tahun - Anak usia sekolah : 5-11 tahun - Anak usia remaja : 12-17 tahun - Anak usia dewasa : 18-40 tahun 12

2.4.3 Tahap Perkembangan Anak Terdapat variasi yang besar didalam tahap tumbuh kembang anak, akan tetapi setiap anak melalui suatu milestone yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Namun sesungguhnya tiap-tiap tahap tumbuh kembang tersebut tidak terdapat batas yang jelas, karena proses tumbih kembang berjalan secara berkesinambungan. Menurut Aedi (2003), tahap-tahap tumbuh kembang anak yaitu : 1. Masa pranatal a. Masa mudigah/embrio : konsepsi - 8 minggu b. Masa janin/fetus : 9 minggu lahir 2. Masa bayi : usia 0 1 tahun a. Masa neonatal : usia 0 28 hari - Masa neonatal dini : 0 7 hari - Masa neonatal lanjut : 8 28 hari b. Masa pasca neonatal : 29 hari 1 tahun 3. Masa pra sekolah : usia 1 6 tahun 4. Masa sekolah : usia 6 18/20 tahun a. Masa pra-remaja : usia 6 10 tahun b. Masa remaja : 13

1. Masa remaja dini - Wanita, usia 8 13 tahun - Pria, usia 10 15 tahun 2. Masa remaja lanjut - Wanita, usia 13 18 tahun - Pria, usia 15 20 tahun 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Gizi Didalam pemenuhan asupan gizi banyak faktor yang mempengaruhi baik secara langsung dan tidak langsung. Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak (termasuk pengetahuan, pola pemenuhan gizi) dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001, dalam Simarmata, 2009). Hal yang sama diutarakan oleh Daly, dkk (1979), bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, 2002) 14

2.6 Bahan Makanan, Zat Gizi, dan Penyusunan menu Makanan yang dikonsumsi, umumnya terdiri atas satu atau beberapa jenis makanan. Sebagai contoh bahan makanan adalah telur, daging, ubi, sayur, dan sebagainya. Setiap bahan makanan terdiri atas beberapa zat makanan atau zat gizi yang disebut nutrien. Menurut Soediatama (1987), hidangan yang dikonsumsi haruslah merupakan kombinasi yang saling melengkapi kebutuhan manusia. Pengaturan kombinasi ini disebut menyusun menu. Jadi dalam satu menu dapat terdiri dari beberapa hidangan. Satu hidangan terdiri dari beberapa bahan makanan yang masing-masing bahan makanan mengandung bebrapa zat gizi yang dapat melengkapi satu sama lainnya (Santoso dan Ranti, 2013). 2.6.1 Bahan makanan Dalam kehidupan sehari-hari, bahan makanan disebut juga bahan pangan, dapat diperoleh dalam berbagai sumber dan bentuk. Ada bahan makanan yang disebut sayuran, daging, dan buah. Masing-masing bahan makanan terdiri atas berbagai jenis seperti sayur bayam, sayur kangkung, dan sayuran lainnya. Kelompok daging seperti daging sapi, daging ayam, ikan, dan lainnya. Setiap bahan makanan mengandung beberapa zat gizi. Pada umumnya 15

ada zat gizi yang dominan dalam jumlah yang dikandung suatu bahan makanan sehingga bahan makanan tersebut disebut sebagai sumber zat gizi tersebut. Di Indonesia dikenal susunan hidangan sehari-hari, dalam susunan hidangan ini digunakan berbagai jenis makann yang terdiri atas beberapa kelompok, yaitu : 1) bahan makanan pokok 2) bahan makanan lauk pauk 3) bahan makanan sayuran 4) bahan makanan buah-buahan 5) susu dan telur Susu merupakan bahan makanan yang khusus, karena kandungan zat gizinya dan fungsinya terutama untuk golongan masyarakat tertentu, seperti bayi, anak, ibu hamil, dan menyusui (Santoso dan Ranti, 2013). 2.6.1.1 Bahan Makanan Pokok Bahan makanan pokok merupakan bahan makanan yang memegang peranan penting. Bahan makanan pokok dapat dikenal dari makanan yang dihidangkan pada waktu makan pagi, siang atau malam. Bahan makanan pokok merupakan sumber energi (kalori) dan mengandung banyak karbohidrat (nasi, 16

singkong, kentang, sagu, dan lain-lain). Beberapa jenis makanan pokok juga memberikan zat protein yang relatif cukup besar jumlahnya dalam konsumsi manusia, seperti makaroni dan tepung jagung putih (Djiteng, 2000). 2.6.1.2 Bahan Makanan Lauk-Pauk Bahan makanan lauk pauk didalam pola makan manusia berfungsi sebagai teman makanan pokok yang berfungsi sebagai sumber zat gizi protein dalam menu makanan sehari-hari. Lauk pauk amat bervariasi dalam hal bahan makanan maupun teknik pengolahan dan bumbunya. Berdasarkan sumbernya, bahan makanan dapat berasal dari hewan dan tumbuhan. Selain itu bahan makanan lauk pauk juga banyak mengandung protein yang berfungsi sebagai zat pembangun (Santoso dan Ranti, 2013). 2.6.1.3 Bahan Makanan Sayur Mayur Sayur mayur adalah sebagai teman makanan pokok, pemberi serat dalam hidangan serta pembasah karena umumnya dimasak berkuah. Namun disarankan di dalam mengonsumsi sayur, lebih baik dimakan dipisah (tidak bersamaan) dengan makanan pokok (seperti nasi, dan lain-lain). 17

Sayur mayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Namun, zat-zat gizi ini dapat rusak dan berkurang jika mengalami pemanasan (Ranti, 2013). 2.6.1.4 Bahan Makanan Buah-Buahan Buah-buahan merupakan santapan pembuka dalam suatu acara makan atau dimakan kapan saja. Buahbuahan merupakan sumber vitamin bagi manusia. Ada beberapa jenis buah yang juga memberikan kalori yang cukup tinggi seperti lemak yang terkandung dalam buah avokat ataupun karbohidrat yang terdapat pada buah durian. Terdapat beberapa perbedaan kandungan vitamin atau zat gizi lainnya, khususnya buah-buahan yang mempunyai daging berwarna kuning, merah, atau jingga (mangga, jeruk) (Santoso dan Ranti, 2013). Kandungan vitamin dalam buah-buahan antara lain vitamin B kompleks dan C serta beberapa mineral seperti kalsium (Ca), kalium (K), dan lainnya. Namun didalam proses pengolahan seperti pemanasan maupun proses pada saat pengawetan dapat merusak dan mengurangi beberapa jenis zat gizi pada buah. Pemanasan dapat merusak vitamin C, A (karotinoid), dan beberapa jenis anggota bitamin B kompleks (Djiteng, 2000). 18

2.6.1.5 Susu Susu dapat dihasilkan dari manusia yang berupa ASI serta dari hewan. Dalam kandungan susu sapi ASI terdapat laktosa yaitu gula khusus pada air susu. Ada bayi maupun orang dewasa yang tidak cocok dengan laktosa ini, yaitu tidak dapat mencerna dan mengakibatkan diare. Selain mengandung laktosa, susu juga mengandung air, lemak, kalsium, dan juga protein (Santoso, 1999). 2.6.1.6 Telur Telur merupakan sumber protein dan mineral yang baik bagi manusia. Sumber protein dan mineral ini dapat dikonsumsi anak kecil sampai orang tua. Jenis telur yang dikonsumsi yang banyak di konsumsi manusia antara lain telur ayam, bebek, dan burung puyuh (Santoso dan Ranti, 2013). 2.6.2 Zat Gizi Zat gizi atau zat makanan,merupakan bahan dasar penyusun bahan makanan. Menurut Soediatama (1987), ada lima fungsi zat gizi yaitu sebagai : 1) Sumber energi atau tenaga. Jika fungsi ini terganggu, orang menjadi berkurang geraknya atau kurang giat dan merasa cepat lelah. 19

2) Menyokong pertumbuhan badan, yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah lama. 3) Memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau aus terpakai, yaitu mengganti sel yang tampak jelas pada luka tubuh yaitu terjadinya jaringan penutup luka. 4) Mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan dalam cairan tubuh keseimbangan air, asam basa, dan mineral). 5) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sebagai antioksidan dan antibodi lainnya. Zat gizi terdiri atas karbohidrat atau hidrat arang, protein zat putih telur, lemak, vitamin, dan mineral. Kelima zat gizi ini bila dikaitkan dengan fungsi zat gizi digolongkan atas : 1) Zat gizi penghasil energi terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein 2) Zat gizi pembangun sel terdiri dari protein 3) Zat gizi pengatur terdiri dari vitamin dan mineral (Santoso, 1999). 2.6.3 Penyusunan Menu 2.6.3.1 Pengertian Menu Sehat 20

Suatu menu adalah susunan hidangan sekali makan yang secara keseluruhan harmonis dan saling melengkapi untuk kebutuhan makan seseorang. Dalam hal kesehatan, sering kali digunakan istilah menu adekuat yaitu menu yang mengandung semua golongan bahan makanan yang dibutuhkan dengan memperhatikan keseimbangan unsur-unsur gizi yang terkandung didalamnya. Sehingga untuk dapat menyusun menu yang adekuat, sesorang perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi,kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan pengolahannya. Umumnya menu hidangan disusun oleh ibu. Menu sehari berarti susunan hidangan untuk sehari, terdiri dari beberapa waktu makan yaitu makan pagi, makan siang, makan malam serta makanan selingan. Contoh makanan selingan antara makan pagi dengan makan siang yaitu pisang rebus/goreng/panggang, contoh makanan selingan antara makan siang dengan makan malamyaitu mendoan isi, tahu isi, dan lain-lain (Ranti, 2013). 21

2.6.3.2 Syarat Penyusunan Menu Hidangan sehari-hari secara umum harus memenuhi fungsi yaitu mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk berada dalam kondisi tetap sehat serta dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Hal lain yang menunjang seluruh proses konsumsi yaitu kebersihan, pengolahan yang tepat serta suasana ketika mengonsumsi makanan sehingga dari anak-anak sampai orang dewasa tertarik untuk mengonsumsi makanan yang dihidangkan perlu diperhatikan (Santoso dan Ranti, 2013). 2.6.3.3 Menu Empat Sehat Lima Sempurna Di Indonesia sebagaimana sesuai dengan kebiasaannya, hampir diseluruh pelosok tanah air hidangan terdiri dari a) makanan pokok, yaitu nasi, jagung, singkong, sagu, dan sebagainya, b) lauk-pauk, yaitu ikan, telur, daging, tahu, tempe, c) sayur mayur, yaitu sayur urap, tumis berkuah, dan lalapan mentah, serta d) buah-buahan, yaitu buah segar seperti pisang, pepaya, nanas, dan jeruk. Dari keempat bahan makanan tersebut ditambah dengan susu yang mengandung salah satunya kalsium untuk pertumbuhan, sehingga dengan 22

ditambahnya susu tersebut disebut sebagai menu empat sehat lima sempurna (Ranti, 2013). 2.6.3.4 Jenis Menu 2.6.3.4.1 Menu Menurut Waktu Makan Penyusunan menu menurut waktu makan perlu diketahui beberapa hal. Menu makan pagi biasanya dipilih hidangan yang cepat dan mudah tetapi diusahakan agar hidangan yang disajikan mengandung zat-zat gizi pemberi tenaga, pembangun,dan pengatur. Menu makan siang dan makan malam pada umumnya dibuat sama. Untuk makan malam dapat dihidangkan menu sama dengan makan siang, atau diganti satu atau dua hidangan, maupun disusun. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kandungan gizinya lengkap sesuai kebutuhan anggota keluarga atau orang-orang yang makan. Disamping makan pagi, siang, dan malam juga diadakan makanan selingan. Makanan selingan berguna sebagai penambah zat gizi, terutama kalori maupun zat gizi lainnya yang kurang diperoleh pada waktu makan yang ada (Djiteng, 2000). 23

2.7 Klasifikasi Status Gizi Status gizi dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. 2.7.1 Gizi Buruk Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari hari. (Admin, 2008) Dampak dari gizi buruk antara lain adanya penyakit marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot (Dorland, 1998:649) Hartono, 2015 menyatakan bahwa kwashiorkor adalah salah satu dari tiga bentuk kekurangan gizi (malnutrisi) ketika tidak ada cukup protein dalam diet. Gejalanya antara lain adalah perubahan pigmen kulit, penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk mendapatkan kenaikan berat badan dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (warna atau tekstur), infeksi meningkat 24

dan lebih parah karena sistem kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis, ruam (dermatitis), syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema). Sedangkan Marasmus-Kwashiorkor (marasmic kwashiorkor) adalah manifestasi malnutrisi protein serius di mana baik kondisi marasmus maupun kwashiorkor hadir. Marasmus-kwashiorkor menunjukkan bahwa dalam praktiknya sulit untuk memisahkan fitur dari kondisi marasmus dengan fitur dari kwashiorkor karena keduanya saling terkait. 2.7.2 Gizi Kurang Gizi kurang adalah keadaan kurang zat gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya asupan energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada <-2 SD sampai >-3 SD tabel baku WHO-NCHS, misalnya anak usia 5 tahun yang status gizinya jika diukur dengan tabel nahu WHO-NHCS berada di angka -2 maka anak tersebut menderita gizi buruk. Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat 25

gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang berat dan di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Khaidirmuhaj, 2009). 2.7.3 Gizi Baik Gizi baik adalah suatu keadaan dimana zat gizi atau asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sudah sesuai dan seimbang sesuai yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, aktivitas berpikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan (Soekirman, 2000). 2.7.4 Gizi Lebih Gizi lebih adalah suatu keadaan kelebihan zat gizi yang disebabkan oleh tingginya asupan energi dan protein yang dibituhkan oleh tubuh yang terjadi dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan kelebihan berat badan. Gizi lebih diakibatkan kelebihan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan (Sediaoetama, 2004). 26

2.8 Cara pengukuran Status Gizi Ada beberapa cara pengukuran atau penilaian status gizi secara langsung, yaitu tes laboratorium atau biokimia, biofisik,pemeriksaan tanda-tanda klinis, dan pengukuran antropometri. Sedangkan penilaian secara tidak langsung, yaitu meliputi survei konsumsi makanan, status vital, dan faktor ekologi (Hartriyanti dan Marsetyo, 2013). 2.8.1 Penilaian secara Langsung a. Biokimia Tes laboratorium meliputi pemeriksaan biokimia, hematologi, dan parasitologi. Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen yang akan diuji, seperti darah, urin, tinja, dan jaringan tubuh seperti hati, otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak bawah kulit. Teknik ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris terhadap beberapa jaringan tubuh tersebut. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menganalisis kadar hemoglobin, glukosa, dan kolesterol sehingga diperoleh hasil analisis yang spesifik. b. Klinis Penilaian tanda-tanda klinis berdasarkan pada perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan 27

kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi dapat dilihat pada jaringan epitel di mata, rambut, kulit, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. c. Biofisik Metode biofisik adalah penentuan status gizi berdasarkan kemampuan fungsi dari jaringan dan perubahan struktur dari jaringan. Contoh pemeriksaan biofisik yang sering dilakukan adalah : Pada kasus rabun senja dilakukan tes adaptasi dalam gelap (night blindness test) Pemeriksaan phisycal performance (energy expenditure and work capacity) Pemeriksaan occular impression cytology, menempelkan kertas saring pada konjungtiva untuk melihat bentuk dari sel goblet, jika gepeng dan tidak ada inti, maka dikatakan kurang vitamin A. d. Pengukuran Antropometri Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode PSG (penilaian status gizi) secara langsung untukmenilai dua masalah utama gizi, yaitu : kurang energi 28

protein (KEP), khususnya pada anak-anak dan ibu hamil dan obesitas pada semua kelompok umur. Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan dan status gizi adalah sebagai berikut. Massa tubuh Berat badan adalah pengukuran antropometri yang paling sering digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran. o Berat Badan Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang. Pada orang dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak sehubungan dengan umur dan terjadi penurunan protein otot. Untuk menilai status gizi biasanya berat badan dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan. Pengukuran Linear (panjang) o Dasar pengukuran linear adalah tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan pertumbuhan skeletal. Pengukuran linear lainnya seperti tulang biasa digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panjang lengan atas atau kaki. 29

1) Tinggi Badan Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinsipnya adalah mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul, tulang belakang, dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total tinggi atau panjang yangdiukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu. 2) Panjang Badan Panjang badan dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data tinggi badan. 3) Lingkar Kepala Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus atau microcephaly. 4) Lingkar Dada Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada usia 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada 30

lingkar dada. Pada anak yang KEP pertumbuhan dada yang lambat sehingga rasio lingkar dada dan kepala < 1. Pengukuran antropometri ini menggunakan indeks antropometri yang memiliki beberapa klasifikasi cara pengukuran. Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut : BB/U (berat badan terhadap umur) - Indikator status gizi kurang saat sekarang - Sensitif terhadap perubahan kecil - Kadang umur secara akurat sulit didapat - Growth monitoring - Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau KEP TB/U (tinggi badan terhadap umur) - Indikator status gizi masa lalu - Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa - Kadang umur secara akurat sulit didapat 31

BB/TB (berat badan terhadap tinggi badan) - Mengetahui proporsi badan (gemuk, kurus, normal) - Indikator status gizi saat ini - Umur tidak perlu diketahui LILA/U (lingkar lengan atas terhadap umur) - Dapat mengidentifikasi KEP pada balita - Tidak memerlukan data umur yang kadang sulit - Dapat digunakan pada saat emergency - Membutuhkan alat umur yang murah - Pengukuran cepat (Hartriyanti dan Marsetyo, 2013) Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO- NCHS adalah sebagai berikut. a. BB/U : - Gizi lebih >2.0 SD baku WHO-NHCS - Gizi baik -2.0 SD s.d +2.0 SD - Gizi kurang < -2.0 SD - Gizi buruk <-3.0 SD 32

b. TB/U - Normal >= -2.0 SD baku WHO-NHCS - Pendek < -2.0 SD c. BB/TB - Gemuk > 2.0 SD baku WHO-NHCS - Normal -2.0 Sd s.d +2 SD - Kurus < -2.0 SD - Sangat kurus < 3.0 SD d. IMT/U - Obesitas z-skor +2 - Gemuk +1 z-skor < +2 - Normal -2 z-skor < +1 - Kurus -3 z-skor < -2 - Sangat kurus z-skor < -3 2.8.2 Penilaian secara Tidak Langsung Penilaian status nutrisi secara tidak langsung dilakukan melalui 3 cara yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan melihat faktor ekologi. 33

1. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. 2. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. 3. Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa dan Nyoman, 2002) 34